Anda di halaman 1dari 8

PLAY THERAPY UNTUK ANAK-ANAK KORBAN BENCANA ALAM

YANG MENGALAMI TRAUMA (POST TRAUMATIC STRESS


DISORDER/PTSD)
Systematic Review

Siti Handayani
Abstrak
Latar belakang: Indonesia merupakan daerah yang rawan terkena gempa bumi,
tsunami, serta letusan gunung berapi. Hal itu terjadi lantaran Indonesia berada dalam
Ring of Fire yaitu cincin api pasifik yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik
yang berbentuk tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km, mulai dari
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Banda hingga Maluku. Peristiwa-peristiwa
bencana alam di belahan dunia mana pun tidak saja menimbulkan korban jiwa, tetapi
duka yang mendalam, serta ketakutan yang mendalam. Para korban merasa berada
pada kondisi yang sangat tidak tenang, merasa sangat takut, kegelisahan yang tidak
berkesudahan, dan menjadi mudah mengalami panik. Anak sebagai korban bencana
yang rentan mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) perlu mendapat
penanganan yang serius agar akibat yang ditimbulkan tidak berkepanjangan dan dapat
menghambat perkembangannya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui gejala
PTSD dan pengaruh play therapy terhadap PTSD pada anak-anak korban bencana.
Metode: Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 siswa kelas 3, 4, 5
dan 6 dari MI Nurul Ulum. Desain penelitian menggunakan quasy experiment pre
posttest with control group. Sampel penelitian ini adalah pada anak-anak korban
bencana tanah longsor usia 4-12 tahun yang mengalami gangguan psikologis pasca
bencana. Metode sampling yang digunakan adalah total sampling. Analisis data
dengan pair t test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan
kelompok intervensi dengan skor PTSD sebelum dan sesudah play therapy (p 0,001).
Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan signifikan skor PTSD sebelum dan
sesudah play therapy (p 0,163)
Kata Kunci : PTSD, play therapy; disaster; trauma

Pendahuluan:

Bencana merupakan sebuah kekuasaan Tuhan, yaitu kejadian alamiah yang


bisa kapanpun terjadi. Undang Undang No 24 Tahun 2007 menjelaskan bahwa
bencana ialah sebuah rangkaian kejadian yang dapat mengganggu dan mengancam
penghidupan dan kehidupan masyarakat sekitar yang disebabkan oleh faktor alam,
non alam atau faktor manusia yang dapat menelan korban jiwa manusia, rusaknya
lingkungan, kehilangan harta benda, dan dampak pada psikologis. Indonesia
merupakan salah satu negara yang paling rentan terkena bencana. Baik itu bencana
alam, non alam ataupun kerusakan yang dilakukan oleh manusia. Beberapa bencana
yang sering terjadi ialah gempa bumi, gunung meletus, tsunami, tanah longsor, banjir
bandang, kekeringan, kebakaran, angin puting beliung, badai, dan sebagainya
(Widyastuti, Widha, & Aulia, n.d.)
Peristiwa bencana alam yang terjadi di Indonesia mulai awal tahun 2009
hingga saat ini masih menyisakan duka yang mendalam. Berbagai bencana, seperti
bencana banjir, peristiwa gempa yang terjadi di berbagai kepulauan di Indonesia, juga
peristiwa kebakaran tempat tinggal dan kebakaran hutan. Peristiwa-peristiwa tersebut
tidak saja menimbulkan korban jiwa, tetapi juga korban dan keluarga korban
mengalami perasaan duka yang mendalam, serta ketakutan yang amat mendalam.
Banyak diantara korban bencana alam, kehilangan orang-orang yang dicintai, serta
kehilangan harta benda. Banyak pula diantara korban bencana alam mengalami
kecelakaan fisik dan gangguan mental (Nawangsih, 2014)
Agar dampak yang muncul dari bencana tidak menjadi masalah yang besar
pada anak, maka diperlukan penanganan yang serius untuk bisa mengatasinya. Hal ini
dikarenakan usia anak adalah usia yang rentan mengalami PTSD. Berdasarkan aspek
psikologis, kondisi anak rentan terhadap munculnya gangguan psikis yang
disebabkan karena memori traumatis saat munculnya bencana niscaya mengendap
dlaam alam bawah sadar mereka. Apabila hal ini tidak ditangani dengan tepat, maka
dampaknya akan terbawa hingga anak menginjak dewasa. Masalah PTSD dapat
disembuhkan apabila segera terdeteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Apabila dibiarkan tanpa diberikan penanganan, maka dapat berakibat pada
komplikasi medis serta psikologis yang serius dan akhirnya akan mengganggu
kehidupan sosial bagi para penderitanya (Avivah, E. M. A., Noviekayati, I.,
Meiyuntariningsih, T., 2019)
Dampak psikologis yang muncul dalam kaitannya dengan bencana adalah
PTSD (Post Trauma Stress Disorder), biasanya muncul pada tahun pertama dan
tahun kedua setelah bencana terjadi. Bencana yang terjadi memunculkan duka yang
mendalam, membuat korbannya berada pada kondisi yang tidak tenang, takut,
gelisah, merasa mudah panic serta memiliki kecemasan yang intens dan disertai
dengan munculnya keluhan fisik seperti sulit bernafas, nafas tersengal-sengal, jantung
berdebar, lemas dan pusing
PTSD pada umumnya dapat disembuhkan apabila segera dapat terdeteksi dan
mendapatkan penanganan yang tepat. Apabila tidak terdeteksi dan dibiarkan tanpa
penanganan, maka dapat mengakibatkan komplikasi medis maupun psikologis yang
serius yang bersifat permanen yang akhirnya akan mengganggu kehidupan sosial
maupun pekerjaan penderita (Mukhadiono, Subagyo, W., Wahyudi, 2016)
PTSD dapat terjadi terhadapa kalangan manapun baik itu pada orangtua,
lansia, remaja maupun anak-anak. Anak-anak menjadi salah satu bagian rentan
terkena trauma. Anak yang sebagai korban bencana menurut Lesmana (2005) perlu
mendapatkan sebuah penanganan yang cukup serius agar dapat meminimalisir akibat
yang berkepanjangan yang dapat menghambat perkembangan anak. Khususnya pada
anak usia dini dengan kisaran 2-5 tahun yang belum mengerti, belum memahami
kata-kata secara krusial, belum dapat mengutarakan sebuah emosi yang dirasakan
sehingga perlu penangan khusus bagi anak-anak usia dini ini, salahsatu metode yang
paling tepat digunakan untuk anak usia dini dalam menagani trauma pasca bencana
aialah konseling berupa play therapy (terapi bermain)
Tujuan:

Tujuan review ini adalah untuk bertujuan mengetahui gejala PTSD dan pengaruh play
therapy terhadap PTSD pada anak-anak korban bencana. Pertanyaan khusus dalam
sistematik review ini adalah:
1. Apakah play terapi dapat menurunkan PTSD pada anak-anak korban bencana?
2. Bagaimana play therapy dapat menurunkan PTSD pada anak-anak korban
bencana?
3. Bagaimana tahap penerapan play therapy?

Metodologi:

Sistematik reviw ini merupakan penelitian sekunder dengan menggunakan


artikel/jurnal; penelitian sebagai sumber data. Dilakukan penilai kualitas artikel/jurnal
dengan mengkaji secara independen artikel tersebut sehingga dapat dikategorikan
sebagai sumber data yang relevan atau tidak. Informasi mengenai topik, karakteristik
partisipan, intervensi dan hasil juga menjadi catatan. Satu reviewer menskrining judul
dan abstrak, kemudian mengeliminasi artikel yang tidak ada relevansinya.

Kriteria Inklusi

1. Topik penelitian berkaitan gejala PTSD dan pengaruh play therapy terhadap

PTSD pada anak-anak korban bencana

2. Jenis penelitian kuantitatif & kualitatif

3. Hasil dalam artikel/jurnal adalah laporan mengenai terdapat perbedaan signifikan

kelompok intervensi dengan skor PTSD sebelum dan sesudah play therapy. Pada

kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan signifikan skor PTSD sebelum dan

sesudah play therapy.


Pencarian Literatur

Pencarian artikel dengan menggunakan google scholar dengan menggunakan

keyword: “play therapi korban bencana”, “play therapy at disaster”, dan”play

therapi untuk anak korban bencana” tanpa batasan waktu dikarenakan penelitian

mengenai penanganan disaster dengan play therapy agak terbatas. Hasil pencarian

didapatkan 54 artikel yang berkaitan dengan play therapy untuk korban bencana

Hasil pencarian

Proses pencarian artikel dilakukan melalui google scholar dengan menghasilkan 54

artikel yang berkaitan. Dari jumlah artikel yang didapat, lalu diidentifikasi hanya 4

artikel yang membahas secara spesifik tentang pemberian intervensi play therapy

pada korban bencana. Hasil dari analisis jurnal tersebut, dapat disampaikan dibawah

ini:

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol, rata-rata skor PTSD

sebelum play therapy 22,74 dan sesudah play therapy 24,53. Rentang skor sebelum

play therapy 21-30 dan play therapy 21-30. Dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi dengan skor PTSD sebelum dan

sesudah Play Therapy (p value 0,001). Sementara kelompok kontrol tidak terdapat

perbedaan signifikan skor PTSD sebelum dan sesudah Play Therapy

Berdasarkan hasil systematic review yang dilakukan pada ke 3 dari 4 artikel,

menunjukkan adanya pengaruh Play therapy terhadap PTSD anak-anak korban


bencana. Dampak psikologis yang munculdalam kaitannya dengan bencana adalah

PTSD (Post Trauma Stress Disorder), biasanya muncul pada tahun pertama dan tahun

kedua setelah bencana terjadi. Bencana yang terjadi memunculkan duka yang

mendalam, membuat korbannya berada pada kondisi yang tidak tenang, takut,

gelisah, merasa mudah panic serta memiliki kecemasan yang intens dan disertai

dengan munculnya keluhan fisik seperti sulit bernafas, nafas tersengal-sengal, jantung

berdebar, lemas dan pusing.

Diskusi

Apakah Play Therapy dapat menurunkan PTSD pada anak-anak korban

bencana?

Tiga dari 4 artikel penelitian menunjukkan adanya pengaruh play therapy

terhadap PTSD pada anak-anak korban bencana. Sedangkan menurut artikel yang ke

4 yang diteliti oleh Avivah, 2019 menunjukkan terapi bermain tidak efektif dalam

menurunkan gejala PTSD pada anak-anak korban angin puting beliung dan tingkat

PTSD pada anak-anak dengan kepribadian introvert lebih tinggi daripada anak

ekstrovert. Dapat dikatakan bahwa anak-anak yang masih memiliki PTSD adalah

mereka yang memiliki kepribadian introvert

Tetapi untuk hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukhadiono, 2016

menunjukkan terdapat perbedaan signifikan kelompok intervensi dengan skor PTSD

sebelum dan sesudah play therapy (p 0,001). Pada kelompok kontrol tidak terdapat

perbedaan signifikan skor PTSD sebelum dan sesudah play therapy (p 0,163).
Salah satu metode yang dapat digunakan oleh konselor dan volunteer sebagai

pengobatan anak-anak yaitu terapi bermain atau Play Therapy. Hal ini dibuktikan dan

diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Widyastuti, 2019 yang menyebutkan bahwa

play therapy salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengobatan anak-anak

korban bencana.

Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai efek play therapy untuk anak-anak korban bencana yang

mengalami PTSD masih agak terbatas.Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang

dialami anak-anak korban bencana hasil pretest meliputi sembunyi jika mendengar

suara keras seperti sirene, ambulan dan lain-lain, mengalami ketakutan tanpa alasan

yang jelas, tampak cemas, tampak sedih, dan menunjukkan perilaku agresif,

sedangkan hasil posttest meliputi tampak cemas, mengalami mimpi buruk, tampak

sedih, dan mudah marah. Play therapy berpengaruh signifikan terhadap Post

Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada anak-anak korban bencana dibuktikan

dengan selisih skor Post Traumatic Stres Disorder (PTSD) sebelum dan sesudah Play

therapy pada kelompok intervensi dan control. pengaruh play therapy terhadap

penurunan PTSD pada anak korban bencana yang diuji dengan menggunakan analisis

statistik wilcoxon signed rank test, di dapatkan hasil bahwa tidak terdapat penurunan

yang signifikan tingkat PTSD pada anak korban puting beliung baik pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.


Daftar Pustaka

Avivah, E. M. A., Noviekayati, I., Meiyuntariningsih, T., (2019). Efektivitas Play

Therapy Untuk Menurunkan Gejala Ptsd Pada Anak-Anak Korban Puting

Beliung Ditinjau Dari Tipe Kepribadian. 14(1), 56-70.

Mukhadiono, Subagyo, W., Wahyud. (2016). Pemulihan Ptsd Anak-Anak Korban

Bencana Tanah Longsor Dengan Play Therapy. 11(1).

Nawangsih, E. (2014). Play Therapy Untuk anak-anak Korban Bencana Alam Yang

Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD). 1(2), 164-178.

Widyastuti, C., Widha, L., & Aulia, A. R. (n.d.). Play Therapy Sebagai Bentuk

Penanganan Konseling Trauma Healing Pada Anak Usia Dini. 16(1), 100–111.

Anda mungkin juga menyukai