Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nando Vernandez

NIM : C1814201159
S1 Keperawatan Non Reguler

CASE STUDY
Seorang laki-laki berusia 25 tahun dirawat di ruang ICU karena mengalami
kecelakaan lalul intas. Hasil pengkajian pada femur dextra sudah terpasang
bidai. Kesadaran pasien somnolen, dengan GCS E3 M6 V4, Frekuensi nadi
berada dalam rentang 120-139x/menit, frekuensi napas berada dalam
rentang 28-32x/menit, tekanan darah sistol berada dalam rentang 70-90
mmHg dan diastole berada dalam rentang 50-70 mmHg, CRT > 2 detik,
produksi urine 10 ml/jam, ekstremitas pucat, pasien tampak gelisah. Saturasi
oksigen 90%. BB 50 kg.
BAHAN DISKUSI?
1. Apakah yang terjadi pada pasien tersebut?
2. Apakah penyebabnya?
3. Derajat berapa kelas syoknya? jelaskan!
4. Jelaskan terapi cairan yang harus diberikan pada pasien tersebut?
5. Berapakah jumlah cairan yang harus diberikan kepada pasien tersebut?
6. Apakah yang harus di evaluasi untuk keberhasilan pemberian terapi
cairan pada pasien?
7. Apakah yang dimaksud dengan fluid challenge?
8. Apakah yang dimaksud dengan passive leg raising dalam
penatalaksanaan pasien syok?
9. Bagaimana respon terhadap pemberian cairan awal pada pasien syok?

JAWAB :
1. Syok Hipovolemik yaitu syok yang terjadi akibatnya berkurangnya
volume plasma darah di intavaskuler.
2. Kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan perdarahan pada femur
dextra. Perdarahan menurunkan filling pressure sirkulasi yang
kemudian juga menurunkan venous return.
3. Derajat 3 atau kelas 3 karena frekuensi nafas >120, tekanan darah
menurun yakni tekanan darah sistol berada dalam rentang 70-90 mmHg
dan diastole berada dalam rentang 50-70 mmHg, frekuensi nafas 30-40
yakni frekuensi napas berada dalam rentang 28-32x/menit, CRT > 2
detik, produksi urine 10 ml/jam, ekstremitas pucat, pasien tampak
gelisah.
4. Terapi cairan yang diberikan adalah kristaloid dan darah. Kristaloid
yakni ringer laktat (RL), normal saline (NaCl)
5. a. Tentukan Estimated Blood Volume (EBV)
EBV= 70 ml x BB (kg)
EBV= 70 ml x 50 Kg = 3.500 Ml
b. Tentukan kelas syok untuk mengetahui persentase kehilangan darah
kelas syok yakni kelas 3 (30-40%)
c. Tentukan Estimased Blood Loss (EBL)
EBL = persentase x EBV
EBL = 30% x 3.500 Ml = 1.050 Ml
d. Resusitasi cairan kristaloid 3 for 1rule
kebutuhan resusitasi cairan sebanyak 1.050 ml x 3 = 3.150 Ml
jadi, jumlah cairan yang harus diberikan adalah 3.150 Ml
6. evaluasi untuk keberhasilan pemberian terapi cairan pada pasien
adalah
a. Output urine
Output urine menggambarkan perfusi pada organ terutama yakni
ginjal. Nilai normal 0,5 ml/kg/jam untuk dewasa.
b. Tekanan darah
Tekanan darah menggambarkan perfusi jaringan. Targetnya adalah
80-90 mmHg jika perdarahan belum terkontrol
c. Tekanan nadi
25 % dari TDS atau kurang lebih 40 mmHg
d. Frekuensi nadi
60-100 kali/menit
7. Fluid challenge merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi respon terhadap cairan tanpa menimbulkan komplikasi
yang bearti. Terdapat empat elemen dalam fluid challenge yang harus
ditentukan sebelumnya yaitu
a. Jenis cairan
b. Kecepatan pemberian cairan
c. Parameter respon
d. Batas keamanan pemberian cairan
Cairan kristaloid sebanyak 300-500 Ml umumnya diberikan dalam
20-30 menit pada fluid challenge. Cairan sebaiknya diberikan dengan
cepat untuk menimbulkan respon yang cepat pula, namun tidak
terlalu cepat untuk menghindari munculnya stress respon.
Peningkatan tekanan arteri sistemik, penurunan nadi, peningkatan
produksi urine dapat dinilai sebagai respon terhadap terapi cairan.
Fluid challenge dapat diulang beberapa kali jika diperlukan, namun
harus segera dihentikan jika pasien tidak merespon untuk mencegah
kelebihan cairan (Vincent dan Backer, 2013).
8. Passive leg raising merupakan salah satu alternative untuk menilai
respon hemodinamik terhadap pemberian cairan karena dapat
digunakan sebagai “self volume challenge”. Pada pasien dengan
ventilator mekanik yang telah teradaptasi dengan ventilatornya,
perubahan stroke volume pada PLR ditemukan menimbulkan respon
yang setara dengan pemberian 300 ml koloid ( monnet & tebou, 2008)
Pada pasien dengan posisi 45 derajat semi rekumben, PLR dapat
dilakukan dengan merotasikan bed pasien sehingga tubuh pasien
berada pada posisi horizontal. Metode ini membuat PLR dapat dilaukan
dengan cepat tanpa memicu fleksi panggul dan perubahan posisi kateter
femoral. Hal ini penting mengingat maneuver pada PLR sebisa mungkin
menghindari munculnya stimulasi simpatik akibat nyeri (monnet
&tebou, 2008).
PLR sebaiknya dilakukan dengan Pemeriksaan/pemantauan
kardiovaskular yang bersifat real time dan mampu merekam perubahan
haemodinamik dalam 30-90 detik. Perubahan pada tekanan nadi
asterial, descending aorta blood flow, pulse contour derived stroke
volume telah digunakan untuk menilai respon terhadap PLR (Monnet &
Teboul, 2008).
9. Respon terhadap pemberian cairan awal
a. Respon cepat
Tanda vital pada respon ini mulai kebali ke normal, pada respon ini
biasanya penderita kehilangan darah sedikit minimal (10-20%)
sehingga kebutuhan kristaloidnya sedikit, jenis darahnya dan
crossmach nya harus mencapai curah jantung yang independen
terhadap preload.
b. Respon sementara ( translent)
Sebagian besar penderita akan berespon terhadap pemberian cairan,
namun bila tetesan diperlambat,kehilangan darah sedang (20-40%) ,
resusitasi yang tidak cukup . Jumlah kehilangan darah kelompok ini
harus diteruskan , demikian pula pemberian darah ,respon
pemberian darah menentukan penderita mana yang memerlukan
operasi .
c. Tanpa respon
Tahap ini memerlukan operasi segera , walaupun sangat jarang
namun harus tetap diwaspadai kemungkinan syok non-hemoragik ,
pada respon ini pasien kehilangan darah berat sehingga
membutuhkan kristaloid yang banyak .

Anda mungkin juga menyukai