Tanggal Presentasi :
1. Diagnosis
Asma Bronkial
2. Riwayat Pengobatan
Pasien datang dengan keluhan sesak yang muncul mendadak sejak 15 menit
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut sebelumnya sudah sangat sering di
keluhkan dalam 2 tahun terakhir ini. Keluhan muncul hilang timbul dan memberat
1
terutama saat cuaca dingin. Selama ini pasien rutin mengunakan obat pelega nafas
hirup untuk mengurangi keluhannya, namun saat ini obat pasien sedang habis.
Pasien juga mengeluhkan mengi terutama bila saat serangan sesak. Mengi
berdahak selama 1 minggu ini. Menurut ibu pasien, penderita selama 2 tahun
terakhir ini memang sering mengeluhkan batuk terutama saat sedang serangan
sesak. Demam (-). Mual (-). Muntah (-). BAB (+). BAK (+).
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
4. Riwayat Keluarga
5. Riwayat Pekerjaan
6. Lain-lain :
a. Pemeeriksaan Fisik
Vital Sign : TD :-
N : 101
RR : 38
T : 36,6 oC
BB : 29 kg
2
Kulit : Kelembaban cukup. Ikterik (-) Pucat (-)
Pemeriksaan Thorax
Pulmo
Cor
sinistra
3
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar
Perkusi : Timpani
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Kerja
Asma Bronkial
Dasar Diagnosis
Dari anamnesis, di dapatkan keluhan sesak napas, batuk berdahak yang biasanya
kronis, mengi, ada faktor pemicu (penjamu: riwayat atopi, lingkungan). Pada
bantu nafas pada serangan berat. Pada pemeriksaan penunjang yang perlu
diperhatikan adalah APE (Arus Puncak Ekspirasi) lebih baik lagi bila dilakukan
dengan spirometri.
4
2. Etiologi
Secara umum faktor resiko asma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor
bronkus, faktor yang memodifikasi penyakit genetik, jenis kelamin, ras/etnik. Faktor
pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur), obat-obatan tertentu
(misalnya parfum, household spray dll), ekspresi emosi berlebih, asap rokok dari
perokok aktif dan pasif polusi udara diluar dan di dalam ruangan, exercise induced
asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas tertentu dan
perubahan cuaca. 1
3. Diagnosis
Kelompok anak yang patut diduga asma adalah anak yang menunjukkan batuk
dan/atau mengi yang timbul secara episodik, cenderung pada malam atau sore hari
(nokturnal), musiman, setelah aktifitas fisik, serta adanya riwayat asma dan/atau atopi
pada pasien. 1
bertambahnya umur khususnya diatas umur tiga tahun, dagnosis asma menjadi lebih
definitif, kemudian ada bunyi mengi (wheezing), jarang ada nyeri, belum tentu ada
kongesti, hipersekresi mukus di saluran pernapasan. Untuk anak yang sudah besar
5
(>6 tahun) pemeriksaan faal paru sebaiknya di lakukan. Uji fungsi paru yang
sederhana dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan spirometer. Uji
provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, gerak badan (exercise), udara kering
dan dingin atau dengan salin hipertonis sangat menunjang diagnosis. Pemeriksaan ini
berguna untuk mendukung diagnosis asma anak melalui 3 cara yaitu didapatkannya: 1
2. Kenaikan > 20% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi
bronkodilator
3. Penurunan > 20% pada PFR atau FEV 1 setelah provokasi bronkus.1
-Serangan singkat
Persisten Mingguan
tidur
Persisten Harian
6
Persisten berat Kontinyu
-Sering kambuh
4. Tatalaksana Medikamentosa
2 macam terapi medikamentosa untuk asma adalah terapi pelega (reliever) yang
digunakan hanya jika serangan, dan terapi pengontrol (controller) yang dapat
membaik, dapat diberikan aminofilin IV. Pada serangan berat, dapat diberikan steroid
IV.
Controller/pengontrol: Steroid inhalasi. Dapat pula diberikan antagonis
pengontrol. Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan lalu
dan obat pengendali (controller). Obat pereda digunakan untuk meredakan serangan
atau gejala asma jika sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan sudah tidak ada
lagi gejala maka obat ini sudah tidak lagi digunakan atau diberikan bila perlu.
Kelompok kedua adalah obat pengendali yang disebut juga obat pencegah, atau obat
profilaksis. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi
7
kronik saluran nafas. Dengan demikian pemakaian obat ini terus menerus diberikan
walaupun sudah tidak ada lagi gejalanya, kemudian pemberiannya diturunkan pelan-
pelan yaitu 25% setiap penurunan setelah tujuan pengobatan asma tercapai 6-8
minggu.2
Pengobatan berdasarkan derajat berat asma
Asma Intermiten
Pengobatan yang diberikan pada penderita asma intermiten adalah agonis
beta-2 kerja singkat yang diberikan hanya jika dibutuhkan, atau sebelum exercise
atau setelah pajanan alergen dengan alternatif kromolin. Bila terjadi serangan, obat
pilihan agonis beta-2 kerja singkat inhalasi, alternatif agonis beta-2 kerja singkat oral,
kombinasi teofilin kerja singkat dan agonis beta-2 kerja singkat oral atau
ringan.4
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
harian
Asma Tidak perlu -------- -------
Intermiten
8
Asma Persisten Glukokortikosteroid · Teofilin ------
(200-400 ug BD/hari
· Kromolin
atau ekivalennya)
· Leukotriene
modifiers
Asma Persisten Kombinasi inhalasi · ·
Ditambah teofilin
· lepas lambat
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
BD atau ekivalennya)
9
·
Glukokortikosteroid
(>800 ug BD atau
ekivalennya) atau
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
BD atau ekivalennya)
ditambah leukotriene
modifiers
selang sehari 10 mg
(> 800 ug BD atau
ditambah agonis beta-2
ekivalennya) dan agonis
kerja lama oral, ditambah
beta-2 kerja lama,
teofilin lepas lambat
ditambah ³ 1 di bawah
10
ini:
- leukotriene modifiers
- glukokortikosteroid
oral
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan,
Tujuan: Tujuan:
11
• Menghilangkan atau meminimalkan • Gejala seminimal mungkin
serangan
• Keterbatasan aktiviti fisis minimal
• Meminimalkan penggunaan
bronkodilator
samping obat
12
Penderita asma persisten ringan membutuhkan obat pengontrol setiap hari
untuk mengontrol asmanya dan mencegah agar asmanya tidak bertambah berat
sehingga terapi utama pada asma persisten ringan adalah antiinflamasi setiap hari
BD/ hari atau 100-250 ug FP/hari atau ekivalennya, diberikan sekaligus atau terbagi
2 kali sehari. 4
Terapi lain adalah bronkodilator (agonis beta-2 kerja singkat inhalasi) jika
dibutuhkan sebagai pelega, sebaiknya tidak lebih dari 3-4 kali sehari. Bila penderita
FP/ hari atau ekivalennya) terbagi dalam 2 dosis dan agonis beta-2 kerja lama 2 kali
agonis beta-2 kerja lama inhalasi atau alternatifnya. Jika masih belum terkontrol,
13
bantu/ spacer pada inhalasi bentuk IDT/MDI atau kombinasi dalam satu kemasan (fix
Terapi lain adalah bronkodilator (agonis beta-2 kerja singkat inhalasi) jika
dibutuhkan, tetapi sebaiknya tidak lebih dari 3-4 kali sehari. Alternatif agonis beta-2
kerja singkat inhalasi sebagai pelega adalah agonis beta-2 kerja singkat oral, atau
kombinasi oral teofilin kerja singkat dan agonis beta-2 kerja singkat. Teofilin kerja
singkat sebaiknya tidak digunakan bila penderita telah menggunakan teofilin lepas
Tujuan terapi pada keadaan ini adalah mencapai kondisi sebaik mungkin,
gejala seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal mungkin, faal paru (APE)
mencapai nilai terbaik, variabiliti APE seminimal mungkin dan efek samping obat
obat pengontrol tidak cukup hanya satu pengontrol. Terapi utama adalah kombinasi
inhalasi glukokortikosteroid dosis tinggi (> 800 ug BD/ hari atau ekivalennya) dan
agonis beta-2 kerja lama 2 kali sehari. Kadangkala kontrol lebih tercapai dengan
Teofilin lepas lambat, agonis beta-2 kerja lama oral dan leukotriene modifiers
dapat sebagai alternatif agonis beta-2 kerja lama inhalasi dalam perannya sebagai
14
kombinasi dengan glukokortikosteroid inhalasi, tetapi juga dapat sebagai tambahan
terapi selain kombinasi terapi yang lazim (glukokortikosteroid inhalasi dan agonis
beta-2 kerja lama inhalasi). Jika sangat dibutuhkan, maka dapat diberikan
single dose pagi hari untuk mengurangi efek samping. Pemberian budesonid secara
dengan pemberian oral, padahal harganya jauh lebih mahal dan menimbulkan efek
samping lokal seperti sakit tenggorok/ mulut. Sehngga tidak dianjurkan untuk
anak. Reseptor B2 agonis berada di epitel saluran nafas, otot pernafasan, alveolus,
sel-sel inflamasi, jantung, pembuluh darah, otot lurik, hepar, dan pankreas. 2
Dengan pemberian short acting B2 agonist, diharapkan terjadi relaksasi otot
sel mast. Obat yang sering dipakai adalah salbutamo, fenoterol, terbutalin. 2
Dosis salbutamol:
Oral: 0,1-0,15 mg/kgbb/kali setiap 6 jam
15
Nebulisasi: 0,1-0,15 mg/kgbb (dosis maksimum 5mg/kgbb), interval 20 menit atau
dicapai dalam 2-4 jam, lama kerja sampa 5 jam. Pemberian inhalasi
ini obat inhalasi sulit mencapai bagian distal obstruksi jalan nafas. Efek samping
karena efek sampingnya lebih banyak dan batas keamanannya sempit, obat ini
diberikan pada serangan asma berat dengan kombinasi B2 agonis dan antikolinergik.
16
absorpsi teofilin tapi tidak mempengaruhi derajat besarnya absorpsi. Methylsantine
didistribusikan keseluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu.
urine. Efek samping obat ini adalah mual, muntah, sakit kepala. Pada konsentrasi
yang lebih tinggi dapat timbul kejang, takikardia dan aritmia. Dosis aminofilin IV
inisial bergantung kepada usia 1-6 bulan 0,5 mg/kgbb/jam, 6-11 bulan 1
anjuran 0,1 ml/kgbb, nebulisasi tiap 4 jam. Obat ini dapat juga diberikan dalam
larutan 0,025% dengan dosis untuk usia diatas 6 tahun 8-20 tetes, usia dibawah 6
tahun 4-10 tetes. Efek sampingnya adalah kekeringan atau rasa tidak enak di mulut.
pada anak. 3
4. Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik terutama diberikan pada keadaan: (1) terapi inhalasi B2
agonist kerja cepat gagal mencapai perbaikan yang cukup lama; (2) serangan asma
kontroler; (3) serangan ringan yang mempunyai riwayat serangan berat sebelumnya.
perbaikkan klinis, efek maksimum dicapai dalam waktu 12-24 jam. Preparat oral
yang dipakai adalah prednisone, prednisolon, atau triamnisolon dengan dosis 1-2
mg/kgbb/hari diberikkan 2-3 kali sehari selama 3-5 kali sehari. Metilprednisolon
17
merupakkan pilihan utama karena kemampuan penetrasi ke jaringan paru lebih baik,
efek antiinflamasi lebih besar, dan efek mineralokortikoid lebih minimal. Dosis
gejala asma, mengurangi frekuensi dari eksaserbasi akut dan jumlah rawatan di
rumah sakit, meningkatkan kualitas hidup, fungsi paru dan hiperresponsif bronkial
digunakkan sampai 400ug/hari (respire anak). Efek samping dapat berupa gangguan
pertumbuhan, katarak, gangguan sistem saraf pusat dan gangguan pada gigi dan
mulut. 3
2. Leukotrine Receptor Antagonist (LTRA)
Secara hipotesis obat ini dikombinasikkan dengan steroid hirupan dan mungkin
hasilnya lebih baik. LTRA dapat melangkapi kerja steroid hirupan dalam menekan
18
perlindungan terhadap bronkokonstriktor dan dapat mencegah early asma reaction
dan late asthma reaction. LTRA dapat diberikkan peroral, penggunaannya aman, dan
tidak mengganggu fungsi hati. Preparat LTRA yaitu montelukas dan zafirlukas.
Preparat yang tersedia di indonesia yaitu zafirlukas. Zafirlukas digunakan untuk anak
ICS 400ug dengan tambahan LABA lebih baik dilihat dari frekuensi serangan, FEV1
pagi dan sore, penggunaaan steroid oral, menurunnya hipereaktivitas dan airway
remodeling. Kombinasi ICS dan LABA sudah ada dalam 1 paket, yaitu kombinasi
(symbicort). Seretide dalam MDI sedangkan symbicort dalam DPI. Kombinasi ini
Terapi di RS Bhayangkara :
IVFD RL 10 tpm
Inj. Dexametason 3x5 mg
Nebulizer Ventolin 2x1 vial
Pendidikan: dilakukan kepada keluarga pasien untuk membantu proses penyembuhan,
penyakit terkait dan waspadai jika terjadi serangan berulang terus menerus
19
dan tidak ada perbaikan setelah diberikan obat di rumah atau perburukan
20
DAFTAR PUSTAKA
21