Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN STRATEGI PELAKSANAAN

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Masalah Utama)


Defisit Perawatan Diri

2. Definisi
Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK
(toiletting).

3. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri, adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

4. Tanda dan Gejala


 Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh serta masuk dan keluar kamar mandi.
 Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien
juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan menggunakan sepatu.
 Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka kontainer, memanipulasi makanan
dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkan makanan ke
dalam mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang
diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup
makanan dengan aman.
 BAB/BAK (toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban
atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toiletting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram
toilet atau kamar kecil.
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor
yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri
rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik
dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak
dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami
masalah risiko tinggi isolasi sosial.

5. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang dikaji


Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Defisit Perawatan Diri Subjektif:
 Klien mengatakan dirinya malas mandi karena
airnya dingin atau di RS tidak tersedia alat
mandi.
 Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
 Klien mengatakan ingin disuapin makan.
 Klien mengatakan jarang membersihkan alat
kelaminnya setelah BAB/BAK.

Objektif:
 Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri
ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan
kotor.
 Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai
dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor
dan tidak rapi, pakaian tidak sesual, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan
(wanita).
 Ketidakmampuan makan secara mandiri
ditandai dengan ketidakmampuan mengambil
makan sendiri/ makan berceceran, dan makan
tidak pada tempatnya.
 Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri
ditandai dengan BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK.

B. Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


Effect Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan diri

Causa Harga Diri Rendah Kronis

6. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri

7. Rencana Tindakan Keperawatan


1) Rencana tindakan keperawatan untuk klien.
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.
 Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri meliputi
mandi/kebersihan diri, berpakaian/berhias, makan, serta BAB/BAK secara
mandiri.
 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
 Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara mandiri.
 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
 Memberikan latihan cara berpakaian/berhias secara mandiri.
 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
 Memberikan latihan cara makan secara mandiri.
 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 5 (SP 5) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
 Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri.
 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi/membersihkan diri, berpakaian/ berhias, makan, dan BAB/BAK.
Tindakan keperawatan untuk klien:
 Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi
mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara
mandiri.
 Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri.
 Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri.
2) Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
 Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh klien untuk menjaga perawatan diri.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga.
 Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri klien dan membantu
mengingatkan klien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati).
 Melatih keluarga melakukan cara merawat klien yang mengalami defisit
perawatan diri.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga.
 Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam
merawat diri.
 Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
Tindakan keperawatan untuk keluarga klien.
Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan mendukung agar kemampuan
klien dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian intervensi ini dapat
Saudara lakukan dengan cara sebagai berikut:
 Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri.
 Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan membantu klien dalam
merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati).
 Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam
merawat diri.

8. Strategi komunikasi dan pelaksanaan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi…boleh saya kenalan dengan ibu? Nama saya… ibu boleh
panggil saya… saya mahasiswa keperawatan untan saya sedang praktik disini
dari pukul 08.00-13.00 WIB siang. Kalau boleh saya tahu nama ibu siapa, dan
senangnya dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya semalam? Ada
keluhan tidak?”
c. Kontrak
 Topik: “Apakah ibu tidak keberatan untuk ngobroldengan saya?
Menurut ibu sebaiknya kita ngobrol tentang apa? Bagaimana kalau kita
ngobrol tentang kebersihan diri?”
 Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa
menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
 Tempat: “Dimana kita duduk? Diteras, dikursi panjang itu, atau dimana?”
2. Kerja
“Berapa kali ibu membersihkan diri dalam sehari?”
“Apakah ibu suka berdandan?”
“Alat apa yang ibu gunakan pada saat makan, menggunakan tangan atau
sendok?”
“Apakah ibu selalu ke kamar mandi jika ibu ingin BAB/BAK?”
“Apakah ibu tahu pentingnya kebersihan diri?”
“Bagaimana cara ibu menjaga kebersihan diri?”
“Apakah ibu tahu alat-alat yang digunakan untuk membersihkan diri?”
“Bagaimana cara ibu membersihkan diri?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara membersihkan diri?”
“Pertama lepaskan seluruh baju yangdikenakan, lalu siramkan air ketubuh secara
menyeluruh. Gunakan sabun secara merata pada seluruh bagian tubuh dan bilas
sampai bersih. Setelah itu menggosok gigi, keringkan badan dengan handuk dang
anti pakaian dengan pakaian yang bersih.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita berdiskusi panjang lebar, sekarang coba ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara menjaga kebersihan diri?”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau ibu sudah tahu cara membersihkan diri, nanti saat jam 17.00 coba ibu
praktikkan penjelasan saya tadi.”
d. Kontrak yang akan datang
 Topik: “Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana
cara menjaga kebersihan mulut?”
 Waktu: “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30
WIB, bisa?”
 Tempat: “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya,
apa mAsih disini atau cari tempat lain? sampai jumpa.”

9. Latihan Fase Orientasi, Kerja dan Terminasi pada Setiap SP


Latihan 1. Percakapan saat melakukan pengkajian pada klien dengan kurang
perawatan diri: mandi/kebersihan diri, berpakaian/berhias, makan dan
BAK/BAB.
Orientasi:
“Selamat pagi Tina, bagaimana perasaannya hari ini? Bagaimana kalau saat ini kita
mendiskusikan tentang kemampuan Tina dalam melakukan kegiatan sehari-hari
selama 15 menit disini, Tina setuju?”
Kerja:
a. Pengkajian mandi/kebersihan diri
“Berapa kali Tina mandi dalam sehari? Apakah Tina sudah mandi hari ini?
Menurut Tina apa kegunaan mandi? Apa yang membuat Tina tidak bisa merawat
diri? Menurut Tina apa manfaatnya menggunakan pakaian? Apa kerugiannya
bila tidak mengganti pakaian? Dimana tempat menggambil pakaian bersih dan
meletakkan pakaian kotor?”
b. Pengkajian berpakaian
“Apa yang Tina lakukan agar tidak kedinginan setelah mandi? Kapan Tina
mengganti pakaian? Berapa hari sekali Tina mengganti pakaian? Apa manfaat
mengganti pakaian? Apa kerugiannya bila tidak mengganti pakaian? Bagaimana
bersih dan meletakkan pakaian kotor?”
c. Pengkajian berdandan untuk klien laki-laki/wanita
“Berapa kali Tina bercukur dalam seminggu? Kapan Tina bercukur terakhir?
Apa gunanya bercukur? Kapan rambut disisir? Bagaimana cara menyisir
rambut?”
“Apa yang Tina lakukan untuk merawat muka dan rambut? Kapan saja Tina
menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa tujuan sisiran dan
berdandan?”
d. Pengkajian makan
“Berapa kali makan dalam sehari? Apa saja yang harus dilakukan sebelum
makan? Dimana tempat kita makan? Bagaimana cara makan yang baik? Apa
yang dilakukan setelah makan?”
e. Pegkajian kemampuan BAB/BAK
“Dimana biasanya Tina BAB/BAK? Bagaimana cara membersihkannya?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya perawatan
diri tadi? Sekarang coba Tina ulang lagi tanda-tanda bersih dan rapi? Setengah jam
lagi kita akan mendiskusikan tentang cara-cara merawat diri sekaligus Tina
mempraktikannya. Bagaimana Tina? Setuju?”
(Perawat menyiapkan peralatan untuk perawatan diri yang akan digunakan).
1) Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara mandiri
Perawat dapat melakukan tahapan tindakan berikut ini guna melatih klien dalam
melakukan mandi/kebersihan diri.
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat yang diperlukan untuk menjaga kebersihan diri.
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
d) Melatih klien mempratikkan cara menjaga kebersihan diri.
Latihan 2. Berikut ini adalah percakapan saat melatih klien tentang cara
melakukan perawatan diri: mandi/kebersihan diri
Orientasi:
“Selamat pagi Tina? Apakah mAsih ingat tanda-tandanya bersih? Selama setengah
jam ini kita akan membicarakan bagaimana caranya mandi, menggosok gigi,
keramas, berpakaian dan menggunting kuku yang benar. Selanjutnya,…. Kita akan
mencoba mempraktikan cara-cara yang telah kita diskusikan ini. Siap?”
Kerja:
“Menurut Tina kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum mandi apa yang
perlu kita persiapkan? Benar sekali, Tina perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk,
sikat gigi, shampoo, sabun dan sisir. Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi,
suster akan membimbing Tina melakukannya, sekarang Tina siram seluruh tubuh
Tina termasuk rambut lalu ambil sampo dan gosokkan pada kepala Tina sampai
berbusa, setelah itu bilas sampai bersih. Bagus sekali. Selanjutnya, ambil sabun,
gosokkan diseluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih ,
jangan lupa sikit gigi pakai odol. Gosok seluruh gigi Tina. Giginya disikat mulai dari
depan sampai belakang, dan arahnya dari arah atas ke bawah. Bagus, lalu kumur-
kumur sampai bersih. Terakhir siram seluruh tubuh Tina, sampai bersih lalu
keringkan dengan handuk. Tina bagus sekali melakukannya. Selanjutnya Tina pakai
baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Tina setelah mandi dan mengganti pakaian?”
“Coba Tina sebutkan lagi bagaimana cara-cara mandi yang baik seperti yang sudah
Tina lakukan tadi?”
“Besok kita ketemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan Tina terkait dengan
kemampuan Tina dalam merawat diri.”
2) Melatih klien berdandan/berhias
Perawat harus dapat melatih kemampuan klien untuk berdandan atau berhias. Bagi
klien laki-laki latihan berhias meliputi, berpakaian, menyisir rambut dan bercukur.
Sedangkan bagi klien perempuan latihan berhias meliputi berpakaian, menyisir
rambut dan berhias.
Latihan berdandan/berhias
Orientasi:
“Selamat pagi pak tono?”
“Bagaimana perasaannya hari ini?”
“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya, bagaimana kalau
diruang tmu? Waktunya setengah jam saja.”
Kerja:
“Apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi?”
“Apakah bapak bisa menyisir rambut? Bagaimana cara bersisir?”
“Bagaimana cara bapak memakai baju? Berapa kali dalam sehari bapak
mengganti baju?”
“Apakah bapak sering bercukur? Berapa kali bercukur?”
“Untuk menyisir rambut sebaiknya dilakukan setiap selesai mandi. Pakailah sisir
yang bersih dan tidak tajam. Coba bapak praktikan… ya bagus.”
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari kita rapikan , ya
bagus. (Catatan: janggut dicukur bila klien tidak inginmemelihara janggut)
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian
yang sehat adalah 2 kali sehari. Sekarang coba bapak ganti baju. Ya bagus seperti
itu.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan.”
“Coba sekali lagi bapak sebutkan cara berdandan yang baik.”
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dn pkai baju seperti tadi
ya.”
“Minggu depan kita latihan makan yang baik. Nanti kita akan makan bersama.
Saya akan datang jam 10 pagi.”
3) Melatih klien makan secara mandiri
Perawat dapat melatih cara makan klien dengan melakukan tahapan sebagai
berikut.
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.
d) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
Latihan 4. Percakapan klien makan secara mandiri
Orientasi:
“Selamat pagi ibu Asih? Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Apakah berdandan sudah dilakukan tiap hari?”
“Hari ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan selama
satu jam… langsung d iruang makan ya?”
Kerja:
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana Bu Asih
makan?”
“Sebelum makan kita harus mencuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktikkan.”
“Bagus, setelah itu kita akan duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita
berdoa dulu. Silakan bua sih yang pimpin… ya bagus.”
“Mari kita makan…saat makan kita harus menyuap makanan pelan-pelan. Ya mari
kita makan…”
“Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor, ya betul…dan kita akhiri
dengan cuci tangan. Ya bagus.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bu Asih setelah makan bersama-sama.”
“Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan?”
“Hari-hari berikutnya saya berharap ibu Asih melakukan cara tadi dengan baik.”
4) Mengajarkan klien melakukan BAB/BAK secra mandiri
Perawat dapat melakukan tahapan berikut ini untuk melatih klien BAB dan BAK
secara mandiri.
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK.
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK.
Latihan 5
Orientasi:
“Selamat pagi ibu Asih? Bagaimana perasaan ibu Asih hari ini?”
“Sesuai dengan janji kita, selama setengah jam ini kita akan membicarakan tentang
cara BAB/BAK yang baik.”
Kerja:
“Dimana biasannya ibu Asih BAB/BAK?”
“Benar ibu Asih, BAB/BAK yang baik itu di WC, kamar mandi atau tempat lain yang
tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak BAB/BAK
disembarang tempat ya…”
“Sekarang, coba ibu Asih jelaskan kepada saya bagaimana cara ibu membasuhnya?”
“Sudah bagus ya ibu Asih yang perlu diingat saat ibu Asih membasuh adalah ibu Asih
membersihkan anus atau kemaluan dengan air bersih dan pastikan tidak ada tinja
atau air kencing yang masih tersisa ditubuh ibu Asih.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu Asih setelah kita membicarakn tentang cara BAB/BAK
yang baik? Setelah kita membersihkan anus apa yang sebaiknya kita lakukan? Untuk
selanjutnya saya berharap ibu Asih dapat melaukuakan cara-cara yang telah
dijelaskan tadi.”
5) Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan mendukung agar kemampuan klien
dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian intervensi berikut ini dapat
saudara lakukan guna meningkatkan kemampuan klien dalam merawat diri
dengan bantuan keluarga.
a) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan
oleh klien untuk merawat diri klien.
b) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri klien dan membantu
mengingatkan klien dalam merawat diri/sesuai jadwal yang telah disepakati.
c) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam
merawat diri.
Latihan 6. Berikut ini percakapan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan
diri.
Orientasi:
“Selamat pagi Pak Joko?”
“Saya Dewi, perawat yang merawat anak bapak, Andi.”
“Bagaimana perasaan Pak Joko hari ini? Apa pendapat bapak tentang anak bapak,
Andi?”
“Hari ini kita kan berdiskusi tentang masalah yang Andi alami dan bantuan apa yang
bapak bisa berikan.”
“Kita mau diskusi dimana? Berapa lama?”
Kerja:
“Selama ini apa yang dilakukan oleh Andi dalam merawat diri?”
“Perilaku yang ditunjukan oleh Andi itu dikarenakan gangguan jiwanya yang
membuat klien tidak mempunyai minat untuk mengurus dirinya sendiri.”
“Kalau Andi kurang motivasi dalam merawat dirinya apa yang Bapak lakukan?”
“Pak Joko perlu juga memperhatikan alat-alat kebersihan diri yang dibutuhkan oleh
Andi seperti handuk, baju ganti, sikat gigi, shampoo dan alat kebersihan lainnya.
Bapak perlu juga mendampinya pada saat merawat diri sehingga diketahui apakah
Andi sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Pak Joko setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Pak Joko sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dakam membantu
Andi dalam merawat diri.”
“Dalam seminggu ini cobalah Bapak mendampingi dan membantu Andi saat
membersihkan diri.”
“Minggu depan saya akan datang kembali sekitar jam 10.00 pagi, untuk
mendiskusikan hasil yang sudah dicapai Andi.”

10. Referensi
Damaiyanti, Mukhripah, dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.
Fitria, Nita. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai