Disusun Oleh :
PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE JUNI 2016 – SEPTEMBER 2016
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG
INTERNSIP DOKTER INDONESIA
Data Peserta
Nama Peserta : dr. Sofi Ariani
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana :Puskesmas Salaman I
KIDI Wilayah/Provinsi : Kabupaten Magelang/Jawa Tengah
Mulai Tanggal : 01 Juni 2016
Selesai Tanggal : 30 September 2016
Tanda tangan peserta :
Identitas
Nama Dokter dr. Sofi Ariani
Nomor Sertifikat
Kompetensi
081229740666 sofiariani@gmail.com
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP
DINAS KESEHATAN
PUSKESMASSALAMAN I
Alamat: Jalan Raya Magelang-Purworejo KM 15,
Kab. Magelang, Telp (0293) 56162
Pada hari .......... tanggal ........................2016 setelah mempertimbangkan kinerja yang dilakukan
oleh para pendamping, kepada peserta dengan nama dr. Sofi Ariani, tempat wahana Puskesmas
Salaman I, Kabupaten Magelang, maka pada rapat penilaian akhir dinyatakan yang bersangkutan
sudah selesai melaksanakan seluruh kegiatan internsip.
Semua dokumen pendukung kegiatan peserta disimpan di Wahana Puskesmas Salaman I.
Salaman, ..............................2016
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 197110132010011001
Koordinator Wahana,
No Caturwulan I Kinerja
Perilaku A B C D E
Disiplin (kehadiran tepat waktu) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Partisipasi (dalam melakukan assassmen dan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
intervensi E.1 s/d E.7)
Argumentasi (rasionalitas) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Tanggung jawab (misalnya, menulis laporan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kasus, laporan kunjungan rumah, penyuluhan)
Kerjasama (tenggang rasa, tolong-menolong, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
tanggap)
Manajerial (dinilai berdasarkan laporan dan atau presentasi kasus)
Latar Belakang permasalahan atau kasus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Permasalahan di keluarga, masyarakat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
maupun kasus
Perencanaan dan pemioihan intervensi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(misalnya metode penyuluhan, menetapkan
prioritas masalah dan intervensi)
Pelaksanaan (proses intervensi) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi secara efektif [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(dengan kasus, keluarga maupun masyarakat)
Kemampuan bekerja dalam tim (kerjasama [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
dengan semua unsur di masyarakat)
Kepribadian dan profesionalisme
Tanggung jawab profesional (kejujuran, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
keandalan)
Menyadari keterbatasan (merujuk, konsultasi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
pada saat yang tepat)
Menghargai kepentingan dan pendapat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kasus maupun pihak lain (menjelaskan semua
pilihan tindak medis UKP dan UKM
yangbdapat dilakukan dan membiarkan
kasus/keluarga/masyarakat untuk memutuskan
pemecahan masalah)
Partisipasi dalam pembelajaran (aktif [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
mengutarakan pendapat dan rasionalisasi tindak
UKP dan UKM dalam setiap kegiatan
pembelajaran)
Kemampuan membagi waktu [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(menyelesaiakan semua tugas pada waktunya
dan mempunyai waktu untuk membantu orang
lain)
Pengelolaan rekam medis (selalu menulis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
data medis secara benar dan baik)
Komentar Pendamping
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 197110132010011001
BORANG PORTOFOLIO
Dr. Riyono
Objektif Presentasi :
Pustaka
Tujuan
Pustaka
diskusi
Latar belakang permasalahan / kasus
diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi
keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa. Hal ini berkaitan dengan hal faktor
fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif,
ditimbulkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh
darah kaki, syaraf dan lain-lain. Pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai
pencegahan komplikasi.
timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Program ini dapat
dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini
Kegiatan prolanis dapat djadikan sebagai salah satu media dalam usaha
pencegahan skunder, dalam kegiatan ini penderita diedukasi untuk rutin kontrol
gula darah, olahraga dan diet. Selain itu pasien juga diberikan terapi
farmakologis.
anggota mengenai DM kurang maka kesadaran pasien untuk tetap kontrol dan
kontrol rutin, pengaturan gaya hidup, olahraga, diet pada penderita DM.
dengan kepatuhan penderita sebagai prioritas. Selain itu agar anggota prolanis yg
Penyuluhan dilakukan secara tatap muka langsung antara dokter dan anggota
diikuti oleh kurang lebih 20 anggota prolanis. Penyuluhan berlangsung lancer dan
pertanyaan.
c. Monitoring : Diskusi
d. Evaluasi : Peserta prolanis nampak memahami, diskusi berjalan lancar.
Penyuluhan lain waktu lebih baik menggunakan media visual sehingga lebih
menarik.
Kesimpulan :
Peserta Pembimbing
Gambar 1
Gambar 2
Pendamping
dr. Riyono
NIP. 197110132010011001
BORANG PORTOFOLIO
dr.Riyono
Objektif Presentasi :
Pustaka
diskusi
A. LATAR BELAKANG
Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang merupakan salah satu unsur penting dalam
membina ketahanan sekolah harus dilakukan, karena lingkungan kehidupan yang sehat sangat
diperlukan untuk meningkatkan kesehatan murid, guru, dan pegawai sekolah, serta peningkatan daya
Lingkungan sekolah yang sehat seperti : pelayanan kesehatan yang memadai, pengendalian
penyakit menular, pengaturan personal hygiene siswa, program yang baik dari pendidikan jasmani,
tindakan pencegahan yang memadai, dan pemeliharaan staf yang sehat merupakan bagian penting
B. PERMASALAHAN KASUS
Sekolah merupakan tempat yang baik dan strategis dalam membentuk SDM yang handal
sebagai generasi penerus. wawasan lingkungan hidup perlu di berikan terhadap siswa sebagai salah
satu bekal dalam membentuk sikap dan perilaku di masa depan. Pendidikan lingkungan hidup telah
lama menjadi perhatikan pemerintah, di mana pada awalnya dilakukan langsung secara sektoral oleh
instansi pembina (seperti Departemen Pendidikan, Departemen Agama, Departemen Kesehatan, dll),
melalui kegiatan, antara lain: penataan lingkungan sekolah, UKS, jamban sehat, gerakan cuci
tangan, kantin sehat, dll, sehingga menjadi hal yang aneh dan naif, bila berdiskusi dengan instansi
terkait berkenaan pendidikan lingkungan di sekolah, mereka menjawab bahwa kami baru
mengetahui kegiatan/program tersebut.
Kenyamanan sekolah dapat dijadikan salah satu indikator dalam menentukan mutu suatu
sekolah. Secara sederhana tingkat kenyamanan sekolah dapat diamati dari apakah guru, murid, dan
komponen lainnya merasa memiliki dan betah untuk tinggal, mengajar, belajar atau beraktifitas
lainnya di sekolah tersebut. Berdasarkan situasi lingkungan, kenyamanan didapat dari suasana kelas
dan lingkungan belajar, yang membuat panca indra menjadi segar sehingga berpengaruh menjadi
positifnya pikiran, yang berkorelasi secara kognitif dan motorik dalam proses belajar mengajar yang
dilakukan.
dan evaluasi menggunakan instrumen penilaian faktor resiko lingkungan sehat di sekolah
Tenaga medis melakukan penilaian lingkungan sehat di Madrasah Ibtidaiyah Ma`arif Sidomulyo
Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
1 Atap dan Talang Memenuhi syarat √ Tidak Memenuhi
syarat
Kemiringan cukup dan tidak ada
genangan air, tidak bocor, tidak
kotor
2 Dinding Minimal Bila hanya satu
memenuhi aspek √ aspek saja atau
(a) dan salah satu lebih dari satu
aspek (b)/(c)/(d) aspek tanpa
aspek (a)
a. Bersih, kuat, tidak retak,tidak
pecah
b. Permukaan yang selalu kontak
dengan air harus kedap air
c. Permukaan bagian dalam
mudah dibersihkan
d. Berwarna terang
3 Lantai Minimal Bila hanya
memenuhi aspek memenuhi 1
(a) dan salah satu √ aspek saja atau
aspek (b)/(c) lebih satu aspek
tanpa aspek (a)
a. Bersih
b. Kedap air
c. Tidak licin
4 Tangga Semua aspek Tidak ada salah Untuk bangunan tidak
terpenuhi √ satu aspek atau yang tidak memerlukan
lebih tidak tangga dikatagorikan
terpenuhi memenuhi semua
aspek
a. Lebar anak tangga minimal 30
Cm
b. Tinggi anak tangga maksimal
20 Cm
c. Ada pegangan tangan
d. Lebar tangga minimal 150 Cm
5 Pencahayaan Ruang Kelas Memenuhi syarat Tidak memenuhi
Dapat membaca dengan jelas √ syarat
tanpa bantuan cahaya buatan
pada siang hari
6 Pencahayaan Ruang Memenuhi syarat Tidak memenuhi
Perpustakaan √ syarat
10 Jarak papan tulis dengan bangku Memenuhi syarat Tidak memenuhi √ Untuk TK/RA
paling depan minimal 2,5 M syarat dikatagorikan
memenuhi syarat
karena susunan tempat
duduk non klasikal
11 Jarak papan tulis dengan bangku Memenuhi syarat Tidak memenuhi Untuk TK/RA
paling belakang maksimal 9 M syarat dikatagorikan
memenuhi syarat
karena susunan tempat
duduk non klasikal
20 Kantin Sekolah Terpenuhi semua Salah satu aspek Untuk TK/RA tidak ada
aspek √ atau lebih tidak kantin, dikatagorikan
memenuhi syarat terpenuhi semua aspek
f. Peralatan makan/minum
bersih
g. Penjamah makanan tidak
mengidap penyakit menular
(hepatitis, kulit, tipoid, diare,
dll)
h. Penjamah makanan berkuku
pendek dan bersih, pakain
bersih dan rapi
21 Halaman sekolah Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek √ atau lebih tidak
memenuhi syarat
% 78 22
dr Sofi Ariani
Keterangan :
*) Coret yang tidak sesuai
Status Lingkungan Sehat dengan katagori sebagai
berikut :
Sangat Baik, bila mencapai angka 80%-100%
Baik, bila mencapai angka 60%-79%
Cukup, bila mencapai angka 40%-59%
Buruk, bila mencapai angka 20%-39%
Sangat Buruk, bila mencapai angka 0-19%
KESIMPULAN
cukup nyaman sebagai tempat belajar mengajar. Dengan kondisi ini beberapa
poin yang belum memenuhi syarat seperti jumlah kamar mandi, penataan ruang
kelas dan perbaikan kondisi kantin. Sehingga kesehatan warga sekolah dapat
Magelang,
2016
Peserta Pendamping
Gambar 1.
Taman Sekolah
Gambar 2
Ruang Kelas
Gambar 3,4
Gambar 5
Kantin Sekolah
Gambar 1.
Taman Sekolah
Gambar 2
Ruang Kelas
Gambar 3,4
Gambar 5
Kantin Sekolah
Berita Acara Presentasi Portofolio
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Topik : Anemia pada kehamilan
Tanggal : 13 Juli 2016
Nama Pasien : Ny. I No. RM : 976xxx
Tanggal Presentasi : Agustus 2016 Nama Pendamping :
Dr. Riyono
Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
9. Riwayat Obstetri :
G1P0A0
10. Riwayat Antenatal Care :
ANC di bidan 2x dan Puskesmas 1x. TT(+)
11. Riwayat Keluarga Berencana :
Pasien tidak pernah menggunakan KB.
12. Lain-lain (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN
LABORATORIUM, DAN TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan
FASILITAS WAHANA)
□ Keadaan Umum : baik, GCS 15
□ Tanda Vital : TD : 100/60 mmHg, Nadi : 86x/menit,
RR : 22x/menit, t : 36,5oC
□ Pemeriksaan Fisik :
Umur : 24 tahun
BB : 55 Kg
TB : 151 cm
□ Pemeriksaan Laboratorium :
- HbS Ag (-)
- Hb : 9,9 gr/dL
□ Pemeriksaan Obstetri :
Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 jari di atas simfisis pubis
Daftar Pustaka :
1. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.
2. Sartono. Buku Kebidanan dan Kandungan. Jakarta : Erlangga. 2005.
Hasil Pembelajaran :
Kehamilan resiko tinggi adalah salah satu kehamilan yang dimana
kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan. Risiko
adalah suatu ukuran statistik dari kemungkinan terjadinya suatu keadaan
gawat darurat yang tidak diinginkan seperti kematian, kesakitan, kecacatan,
ketidaknyamanan atau ketidakpuasan (5K) pada ibu dan bayi.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan, anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.
Ketika ibu mengalami anemia berarti terjadi penurunan sel darah
merah sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ
vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Penyebab anemia pada umumnya
adalah malnutrisi; kurang zat asupan zat besi; malabsorbsi; perdarahan;
penyakit kronis yang diderita.
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada
hamil muda.
Anemia pada kehamilan dapat diterapi dengan memberikan preparat
besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat
60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram
asam folat untuk profilaksis anemia. Pemberian terapi oral zat besi juga
diikuti dengan edukasi mengenai diet selama hamil. Dapat pula diberikan
Asam folik 15 – 30 mg per hari; Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari; dan pada
kasus berat yang tidak berespon terhadap pengobatan oral, dapat diberikan
transfusi darah.
Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan berbagai macam
gangguan dan berisiko tinggi terhadap kehamilan. Pada trimester I, anemia
dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, dan
abortus. Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus
premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam
rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena
infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu.
Sedangkan, pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan
gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan
tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan
persalinan perlu tindakan operatif.
Rujukan
Direncanakan apabila terjadi kehamilan, persalinan atau nifas
patologis.
Peserta Pendamping
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
4. Riwayat Keluarga
□ Riwayat sakit serupa (+) ibu pasien
□ Riwayat hipertensi disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal 1 rumah dengan istri dan 1 anak bungsu. Pasien
menjadi tulang punggung keluarga. Pendapatan diperleh dari usaha bengkel
miliknya. Istrinya seorang ibu rumah tangga. Pembiayaan kesehatan mandiri.
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik (RUMAH, LINGKUNGAN,
PEKERJAAN)
Pasien tinggal di rumah yang jadi satu dengan usaha bengkel
miliknya. Menurut pasien lingkungan tidak cukup bersih. Terdapat tumpukan
barang bekas pakai dari usaha bengkel.
12. Lain-lain (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN
LABORATORIUM, DAN TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan
FASILITAS WAHANA)
□ Keadaan Umum : baik
□ Tanda Vital : Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 84x/menit, RR : 20x/menit T : 36,3
□ Pemeriksaan Fisik :
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret serous (-/-)
Mulut : mukosa basah (+)
Jantung : BJ1>BJ2, bising (-)
Pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), suara nafas tambahan (-/-)
Abdomen :
- Inspeksi: dinding perut // dinding dada
- Auskultasi : bising usus (+) normal 16 x/menit
- Perkusi : timpani
- Palpasi: supel, nyeri tekan (-), asites (-), turgor kulit (+) <2 detik
Ekstremitas :
- Oedem : -/-/-/-
- Akral dingin : -/-/-/-
□ Pemeriksaan Laboratorium :
GDS : 226
Daftar Pustaka : (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,
VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)
1. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013
2. Foster DW.Diabetes melitus. Dalam : Harrison Prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta : EGC, 2000; 2196.
3. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe
2 di Indonesia. 2006. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. Jakarta. 2006
4. Soegondo S. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta : PERKENI, 2011
Hasil Pembelajaran :
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat
dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran (target).
Abnormalitas yang utama tidak diketahui. Secara deskriptif, tiga fase dapat
dikenali pada urutan klinis yang biasa. Pertama, glukosa plasma tetap normal
walaupun terlihat resistensi insulin karena kadar insulin meningkat. Pada fase
makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin
Peserta Pendamping
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
Daftar Pustaka:
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin.
Jakarta; Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2008
2. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
3. Ma’Rutfi. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap
Prevalensi Penyakit Skabies. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2 no
1, Surabaya; 2005
4. Mansyur M. Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada penatalaksanaan
Skabies Anak Usia Pra-Sekolah. Majalah Kedokteran Indonesia 2005;
Hal 63-67
Hasil Pembelajaran :
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada
tubuh Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular.
Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit)
misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual.
Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2007). Skabies adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya. Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch,
Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit ampera
(Harahap, 2008). Scabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi
oleh tungau Sarcoptes scabei. Scabies ini tidak membahayakan manusia
namun adanya rasa gatal pada malam hari ini merupakan gejala utama yang
mengganggu aktivitas dan produktivitas.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersamasama
disatu tempat yang relatif sempit. Penularan skabies terjadi ketika orang-
orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah
tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan,
serta fasilitas -fasilitas kesehatan yang dipakai olehmasyarakat luas, dan
fasilitas umum lain yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat
penduduk (Benneth dalam Kartika, 2008).
Keluhan pertama yang dirasakan penderita adalah rasa gatal
terutama pada malam hari (pruritus noktural) atau bila cuaca panas serta
pasien berkeringat (Sudirman, 2006). Diagnosa dapat ditegakkan dengan
menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini :
a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau
yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misaln ya dalam
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga, perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut. Dikenal dengan hiposensitisasi yang seluruh anggota
keluarganya terkena.
c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata 1 centi meter, pada ujung terowongan ditemukan papula
(tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi
sekunder, timbul poli morf (gelembung leokosit).
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostig. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat
terutama pada malam hari sebelum tidur Adanya tanda : papula
(bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas -
bekas lesi yang berwarna hitam.
e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal
pada kulit yang umumnya muncul disela- sela jari, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Aisyah, 2005)
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2
bagian :
a) Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan
harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam denganair panas.
Demikian pula halnya dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi
untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya
kontak langsung. Secara umum tingkatkan kebersihan lingkungan
maupun perorangan dan tingkatkan status gizinya. Beberapa syarat
pengobatan yang harus diperhatikan :
Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua
harus diberi pengobatan secara serentak.
Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah
sinar matahari selama beberapa jam.
Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam
bentuk topikal antara lain:
Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20%
dalam bentuk salap atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan
mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua
stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit
diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai.
Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane)
kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat
pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti
gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik
dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya
sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi
setelah seminggu. Tidak dilanjutkan pada bayi di bawah umur
12 bulan.
Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta
syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi, maka
penyakit ini memberikan prognosis yang baik (Handoko, 2008).
Pencegahan Skabies
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan
lingkungan yang kurang baik oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu
Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.
Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga
kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit.
Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung
dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit.
Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan
tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari (Prabu, 1996). Bila pengobatan sudah dilakukan
secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang. Dariansyah,
2006 yang mengutip pendapat Azwar, langkah yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
1. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara
merendam di cairan antiseptik.
2. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan
gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau
dicuci kering (drycleaned).
3. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.
4. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab.
Departemen Kesehatan RI, 2002, memberikan beberapa cara
pencegahan yang dilakukan penyuluhan kepada masyarakat dan
komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara
pengobatan penderita skabies dan orang-orang yang kontak meliputi :
o Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
o Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi
jarang dilakukan.
o Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok
sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah
Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan
yang efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan sprei
yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum
pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada
proses pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh kutu dan
telur. Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat.
Mencuci sprei, sarung bantal dan pakaian pada penderita (Ruteng,
2007).
Peserta Pendamping
Alergi)
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
F.6. Upaya Pengobatan Dasar
dr. Riyono
Objektif Presentasi :
Deskripsi
Tujuan
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi Email Pos
: dan diskusi
dirasakan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu setelah pasien mengganti deterjen.
bintil merah berisi cairan. Semakin hari semakin banyak. Gatal dan bintil
2. Riwayat Pengobatan
Hipertensi disangkal
4. Riwayat Keluarga
Pasien tinggal dengan suami dan 2 orang anaknya, berobat diantar oleh
6. Lain-lain
x/menit
□ Pemeriksaan Fisik :
Thorax: Normochest
tekan suprapubik (+), Distensi (-), tegang (-), Bising usus + normal,
Timpani.
secret(-)
Daftar Pustaka :
1. SUBYEKTIF
Awalnya pasien merasa gatal di kedua telapak tangan. Gatal timbul setelah
x/menit
□ Pemeriksaan Fisik :
Terdapat papul eritem multiple, sebagian vesikel dan erosi, pus (-), secret
(-)
1. ASSESSMENT
2. PLAN
Diagnosis :
Uji temple (Patch test) untuk melihat allergen yang menjadi penyebab
Pengobatan :
Betametason cr 0,05 % 2 dd ue
Loratadine 1x 10 mg
Edukasi
menyebabkan alergi)
- Mengompres luka dengan air dingin bersih dan menjaga kebersihan luka
untuk mencegah terjadinya infeksi.
Rujukan
Rujukan ke dokter spesialis kulit apabila keluhan memberat, berulang, dan tidak
Peserta Pendamping