Anda di halaman 1dari 65

BORANG PORTOFOLIO

Disusun Oleh :

Nama/peserta : dr. Sofi Ariani


Pendamping : dr. Riyono

PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE JUNI 2016 – SEPTEMBER 2016
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG
INTERNSIP DOKTER INDONESIA
Data Peserta
Nama Peserta : dr. Sofi Ariani
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana :Puskesmas Salaman I
KIDI Wilayah/Provinsi : Kabupaten Magelang/Jawa Tengah
Mulai Tanggal : 01 Juni 2016
Selesai Tanggal : 30 September 2016
Tanda tangan peserta :

Identitas
Nama Dokter dr. Sofi Ariani

Nomor Sertifikat
Kompetensi

No. STR Internsip

No. SIP Internsip

Alumnus FK Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun : 2016

Alamat Rumah : Karanglo 004/008, Pondokrejo, Tempel, Sleman

Telp : Fax : Email :

081229740666 sofiariani@gmail.com
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP
DINAS KESEHATAN
PUSKESMASSALAMAN I
Alamat: Jalan Raya Magelang-Purworejo KM 15,
Kab. Magelang, Telp (0293) 56162

SURAT LAPORAN PELAKSANAAN INTERNSIP

Pada hari .......... tanggal ........................2016 setelah mempertimbangkan kinerja yang dilakukan
oleh para pendamping, kepada peserta dengan nama dr. Sofi Ariani, tempat wahana Puskesmas
Salaman I, Kabupaten Magelang, maka pada rapat penilaian akhir dinyatakan yang bersangkutan
sudah selesai melaksanakan seluruh kegiatan internsip.
Semua dokumen pendukung kegiatan peserta disimpan di Wahana Puskesmas Salaman I.

Salaman, ..............................2016
Pendamping,

dr. Riyono
NIP. 197110132010011001

Koordinator Wahana,

dr. Heri Sumantyo, MPH


NIP. 19691012200112006
Kinerja UKM Caturwulan I

No Caturwulan I Kinerja
Perilaku A B C D E
Disiplin (kehadiran tepat waktu) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Partisipasi (dalam melakukan assassmen dan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
intervensi E.1 s/d E.7)
Argumentasi (rasionalitas) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Tanggung jawab (misalnya, menulis laporan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kasus, laporan kunjungan rumah, penyuluhan)
Kerjasama (tenggang rasa, tolong-menolong, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
tanggap)
Manajerial (dinilai berdasarkan laporan dan atau presentasi kasus)
Latar Belakang permasalahan atau kasus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Permasalahan di keluarga, masyarakat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
maupun kasus
Perencanaan dan pemioihan intervensi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(misalnya metode penyuluhan, menetapkan
prioritas masalah dan intervensi)
Pelaksanaan (proses intervensi) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi secara efektif [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(dengan kasus, keluarga maupun masyarakat)
Kemampuan bekerja dalam tim (kerjasama [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
dengan semua unsur di masyarakat)
Kepribadian dan profesionalisme
Tanggung jawab profesional (kejujuran, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
keandalan)
Menyadari keterbatasan (merujuk, konsultasi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
pada saat yang tepat)
Menghargai kepentingan dan pendapat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kasus maupun pihak lain (menjelaskan semua
pilihan tindak medis UKP dan UKM
yangbdapat dilakukan dan membiarkan
kasus/keluarga/masyarakat untuk memutuskan
pemecahan masalah)
Partisipasi dalam pembelajaran (aktif [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
mengutarakan pendapat dan rasionalisasi tindak
UKP dan UKM dalam setiap kegiatan
pembelajaran)
Kemampuan membagi waktu [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(menyelesaiakan semua tugas pada waktunya
dan mempunyai waktu untuk membantu orang
lain)
Pengelolaan rekam medis (selalu menulis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
data medis secara benar dan baik)
Komentar Pendamping

Nama Peserta : dr.Sofi Ariani Pendamping:dr.Riyono


Nama Wahana :PuskesmasSalaman I Tanda tangan :
Berita acara presentasi portofolio

Pada tanggal 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Sofi Ariani


dengan judul/ topic : F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat (topik : MP-ASI)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman 1

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

1. dr.Rizky Aditya Fardhani …………….


2. dr Rr Retno Suminar …………….
3. dr. Sofi Ariani …………….
4. dr.Susan Megawati Sibuea …………….
5. dr.Taufan Rizki Sudjarwadi …………….
6. dr. Vetty Kurniawati …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping,

dr. Riyono
NIP. 197110132010011001
BORANG PORTOFOLIO

F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

NO. ID dan Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Diabetes Mellitus

Tanggal : 26 Juli 2016

Tanggal Presentasi : 26 Juli2016 Nama Pendamping :

Dr. Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman Kabupaten Magelang

Objektif Presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran   Tinjauan

Pustaka

 Diagnostik   Manajemen  Masalah  Istimewa

 Tujuan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya anggota Prolanis

mengenai Diabetes Mellitus

Bahan bahasan :  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit

Pustaka 

Cara membahas :  Diskusi  Presentasi dan  Email  Pos

diskusi 
Latar belakang permasalahan / kasus

World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global

diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi

366 juta tahun 2030. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan

keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa. Hal ini berkaitan dengan hal faktor

genetika, life ekpectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup 2

tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan

fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif,

jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang

ditimbulkan

DM jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya

komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh

darah kaki, syaraf dan lain-lain. Pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai

penyakit ini perlu ditingkatkan demi mencapai keberhasilan terapi dan

pencegahan komplikasi.

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat

timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Program ini dapat

dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini

penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM.

Kegiatan prolanis dapat djadikan sebagai salah satu media dalam usaha

pencegahan skunder, dalam kegiatan ini penderita diedukasi untuk rutin kontrol

gula darah, olahraga dan diet. Selain itu pasien juga diberikan terapi

farmakologis.

Permasalahan di Keluarga Masyarakat maupun Kasus


Dengan adanya prolanis dihrapkan pasien dengan penderita DM rutin

kontrol pengobatan untuk mencegah komplikasi. Namun ketika pengetahuan

anggota mengenai DM kurang maka kesadaran pasien untuk tetap kontrol dan

rutin pengobatan akan berkurang pula. Sehingga dibutuhkan sebuah kegiatan

dalam prolanis yang dapat meningkatkan kesadaran penderita akan pentingnya

kontrol rutin, pengaturan gaya hidup, olahraga, diet pada penderita DM.

Perencanaan dan pemilihan intervensi (misal metode penyuluhan,

menetapkan prioritas masalah dan intervensi)

Berdasarkan latar belakang dari permasalahan diatas, kami memilih

“Metode Penyuluhan” dalam kegiatan prolanis dimana anggoatanya adalah

penderita hipertensi dan DM. Penyuluhan ini bertujuan meningkatkan

pengetahuan masyarakat khususnya para penderita DM mengenai penyakitnya,

dengan kepatuhan penderita sebagai prioritas. Selain itu agar anggota prolanis yg

tidak terdiagnosis DM dapat melakukan upaya preventif.

Pelaksanaan (Proses Intervensi)

Penyuluhan dilakukan secara tatap muka langsung antara dokter dan anggota

prolanis pada tanggal 26 Juli 2016 di Puskesmas Salaman I. Penyuluhan ini

diikuti oleh kurang lebih 20 anggota prolanis. Penyuluhan berlangsung lancer dan

aktif. Audiens tampak memperhatikan dengan baik dan mengajukan beberapa

pertanyaan.

Monitoring dan evaluasi termasuk di dalamnya pengambilan kesimpulan

a. Kegiatan : Penyuluhan / promosi kesehatan tentang DM

b. Sasaran : Anggota prolanis Puskesmas Salaman I

c. Monitoring : Diskusi
d. Evaluasi : Peserta prolanis nampak memahami, diskusi berjalan lancar.

Penyuluhan lain waktu lebih baik menggunakan media visual sehingga lebih

menarik.

Kesimpulan :

Diabetes Mellitus merupakan penyakit dengan berbagai komplikasi. Oleh

karena itu diperlukan pemahaman yang tinggi mengenai pencegahan, factor

resiko, pengaturan gaya hidup, olahraga, diet, pengobatan dan komplikasinya.

Dari kegiatan penyuluhan ini anggota prolanis memperoleh pengetahuan

tambahan mengenai poin-poin tersebut. Dengan demikian diharapkan penderita

DM dapat tetap kontrol rutin dan melakukan tindakan pencegahan komplikasi

Salaman, Agustus 2016

Peserta Pembimbing

dr. Sofi ariani dr. Riyono


DOKUMENTASI UPAYA PROMOSI KESEHATAN DIABETES MELLITUS

Gambar 1

Edukasi mengenai Diabetes


Mellitus

Gambar 2

Sesi diskusi dan tanya jawab


Berita acara presentasi portofolio

Pada tanggal Agustus 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Sofi Ariani


dengan judul/ topic : F. 2. Upaya Kesehatan Lingkungan
(topik : Sekolah Sehat)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman 1

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

7. dr.Rizky Aditya Fardhani …………….


8. dr Rr Retno Suminar …………….
9. dr. Sofi Ariani …………….
10. dr.Susan Megawati Sibuea …………….
11. dr.Taufan Rizki Sudjarwadi
…………….
12. dr. Vetty Kurniawati …………….
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono
NIP. 197110132010011001
BORANG PORTOFOLIO

F.2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Sekolah Sehat

Tanggal : 30 Juli 2016

Tanggal Presentasi : Agustus 2016 Nama Pendamping :

dr.Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Objektif Presentasi :

 Keilmuan   Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen   Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

Bahan bahasan :  Tinjauan  Riset  Kasus   Audit

Pustaka

Cara membahas :  Diskusi  Presentasi dan  Email  Pos

diskusi 

A. LATAR BELAKANG

Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang merupakan salah satu unsur penting dalam

membina ketahanan sekolah harus dilakukan, karena lingkungan kehidupan yang sehat sangat

diperlukan untuk meningkatkan kesehatan murid, guru, dan pegawai sekolah, serta peningkatan daya

serap murid dalam proses belajar mengajar (Depkes RI, 2006).

Lingkungan sekolah yang sehat seperti : pelayanan kesehatan yang memadai, pengendalian

penyakit menular, pengaturan personal hygiene siswa, program yang baik dari pendidikan jasmani,
tindakan pencegahan yang memadai, dan pemeliharaan staf yang sehat merupakan bagian penting

dari pendidikan kesehatan anak sebagai sarana pembelajaran tidak langsung

B. PERMASALAHAN KASUS

Sekolah merupakan tempat yang baik dan strategis dalam membentuk SDM yang handal
sebagai generasi penerus. wawasan lingkungan hidup perlu di berikan terhadap siswa sebagai salah
satu bekal dalam membentuk sikap dan perilaku di masa depan. Pendidikan lingkungan hidup telah
lama menjadi perhatikan pemerintah, di mana pada awalnya dilakukan langsung secara sektoral oleh
instansi pembina (seperti Departemen Pendidikan, Departemen Agama, Departemen Kesehatan, dll),
melalui kegiatan, antara lain: penataan lingkungan sekolah, UKS, jamban sehat, gerakan cuci
tangan, kantin sehat, dll, sehingga menjadi hal yang aneh dan naif, bila berdiskusi dengan instansi
terkait berkenaan pendidikan lingkungan di sekolah, mereka menjawab bahwa kami baru
mengetahui kegiatan/program tersebut.

Kenyamanan sekolah dapat dijadikan salah satu indikator dalam menentukan mutu suatu
sekolah. Secara sederhana tingkat kenyamanan sekolah dapat diamati dari apakah guru, murid, dan
komponen lainnya merasa memiliki dan betah untuk tinggal, mengajar, belajar atau beraktifitas
lainnya di sekolah tersebut. Berdasarkan situasi lingkungan, kenyamanan didapat dari suasana kelas
dan lingkungan belajar, yang membuat panca indra menjadi segar sehingga berpengaruh menjadi
positifnya pikiran, yang berkorelasi secara kognitif dan motorik dalam proses belajar mengajar yang
dilakukan.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Tenaga kesehatan mengunjungi MI Ma’arif Sidomulyo untuk melalukn kegiatan monitoring

dan evaluasi menggunakan instrumen penilaian faktor resiko lingkungan sehat di sekolah

D. PELAKSANAAN (PROSES INTERVENSI)

Tenaga medis melakukan penilaian lingkungan sehat di Madrasah Ibtidaiyah Ma`arif Sidomulyo

pada tanggal 30 Juli 2016, dengan hasil :


INSTRUMEN PENILAIAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN SEHAT DI SEKOLAH

Nama Sekolah : MI Ma’arif Sidomulyo


Alamat : Drojogan, Sidomulyo, Salaman
No. Telepon :
Status lingkungan sehat : SANGAT BAIK/BAIK/CUKUP/BURUK/SANGAT BURUK *)

Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
1 Atap dan Talang Memenuhi syarat √ Tidak Memenuhi
syarat
Kemiringan cukup dan tidak ada
genangan air, tidak bocor, tidak
kotor
2 Dinding Minimal Bila hanya satu
memenuhi aspek √ aspek saja atau
(a) dan salah satu lebih dari satu
aspek (b)/(c)/(d) aspek tanpa
aspek (a)
a. Bersih, kuat, tidak retak,tidak
pecah
b. Permukaan yang selalu kontak
dengan air harus kedap air
c. Permukaan bagian dalam
mudah dibersihkan
d. Berwarna terang
3 Lantai Minimal Bila hanya
memenuhi aspek memenuhi 1
(a) dan salah satu √ aspek saja atau
aspek (b)/(c) lebih satu aspek
tanpa aspek (a)
a. Bersih
b. Kedap air
c. Tidak licin
4 Tangga Semua aspek Tidak ada salah Untuk bangunan tidak
terpenuhi √ satu aspek atau yang tidak memerlukan
lebih tidak tangga dikatagorikan
terpenuhi memenuhi semua
aspek
a. Lebar anak tangga minimal 30
Cm
b. Tinggi anak tangga maksimal
20 Cm
c. Ada pegangan tangan
d. Lebar tangga minimal 150 Cm
5 Pencahayaan Ruang Kelas Memenuhi syarat Tidak memenuhi
Dapat membaca dengan jelas √ syarat
tanpa bantuan cahaya buatan
pada siang hari
6 Pencahayaan Ruang Memenuhi syarat Tidak memenuhi
Perpustakaan √ syarat

Dapat membaca dengan jelas


tanpa bantuan cahaya buatan
Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak
Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
pada siang hari

7 Pencahayaan Ruang Memenuhi syarat Tidak memenuhi Untuk sekolah yang


Laboratorium √ syarat tidak ada ruang
laboratorium
Dapat membaca dengan jelas dikatagorikan
tanpa bantuan cahaya buatan memenuhi syarat
pada siang hari

8 Ventilasi Memenuhi syarat Tidak memenuhi


√ syarat

a. 80% ruang kelas yang tidak


menggunakan AC mempunyai
luas ventilasi minimal 20% luas
lantai
atau

b. 80% ruang kelas yang


menggunakan AC mempunyai
jendela dan tidak bau apek
9 Kepadatan kelas Memenuhi syarat Tidak memenuhi
√ syarat

Setiap murid menddapat ruang


seluas minimal 1,75 M2

10 Jarak papan tulis dengan bangku Memenuhi syarat Tidak memenuhi √ Untuk TK/RA
paling depan minimal 2,5 M syarat dikatagorikan
memenuhi syarat
karena susunan tempat
duduk non klasikal

11 Jarak papan tulis dengan bangku Memenuhi syarat Tidak memenuhi Untuk TK/RA
paling belakang maksimal 9 M syarat dikatagorikan
memenuhi syarat
karena susunan tempat
duduk non klasikal

12 Sarana cuci tangan Terpenuhi semua Salah satu aspek


aspek √ atau lebih tidak
terpenuhi

a. Tersedian minimal 1 sarana


untuk 2 kelas
b. Tersedia sabun

c. Tersedian air bersih mengalir

13 Kebisingan Memenuhi syarat Tidak memenuhi


√ syarat
Tidaka ada keluhan kebisingan

14 Air bersih Terpenuhi semua √ Salah satu aspek


atau lebih tidak
Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
aspek terpenuhi

a. Tersedia dan cukup untuk


kebutuhan sekolah
b. Kualitas fisik; jernih, tidak
berwarna, tidak ada rasa dan
bau
15 Kamar mandi Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek √ atau lebih tidak
memenuhi syarat

a. Bersih, tidak berbau

b. Ventilasi minimal 20% luas


lantai
c. Penerangan cukup

d. Lantai tidak licin dan bersih

e. Tidak ditemukan jentik atau


nyamuk
16 WC/Urinoar Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak √
memenuhi syarat

a. Jumlah sarana minimal 1:25


untuk perempuan dan 1:40
untuk laki-laki
b. Bersih, tidak berbau

c. Ventilasi minimal 20% luas


lantai
d. Penerangan cukup

e. Lantai tidak licin dan bersih

f. Tersedia air bersih dan sabun

g. Tidak ditemukan jentik atau


nyamuk
17 Sampah Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
√ memenuhi syarat

a. Minimal 80% dari seluruh


ruangan tersedia tempat
sampah
b. Tersedia tempat pembuangan
sampah sementara
18 Saluran pembuangan air limbah Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek √ atau lebih tidak
memenuhi syarat

a. Air limbah mengalir dengan


lancer
Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
b. Saluran air limbah tertutup

c. Ada penampungan air limbah


tertutup atau dialirkan ke
saluran air limbah umum
19 Vektor Memenuhi syarat Tidak memenuhi √
syarat

Tidak ditemukan vector (lalat,


jentik nyamuk, kecoa, tikus, dll)

20 Kantin Sekolah Terpenuhi semua Salah satu aspek Untuk TK/RA tidak ada
aspek √ atau lebih tidak kantin, dikatagorikan
memenuhi syarat terpenuhi semua aspek

a. Penyajian makanan tertutup

b. Tersedian sarana cuci


peralatan dengan air bersih
yang cukup dan sabun
c. Tersedia sarana cuci tangan
dengan air mengalir dan sabun
d. Tersedia tempat terpisah
untuk penyimpanan bahan
makan dan makanan
jadi/matang
e. Kondisi kantin bersih

f. Peralatan makan/minum
bersih
g. Penjamah makanan tidak
mengidap penyakit menular
(hepatitis, kulit, tipoid, diare,
dll)
h. Penjamah makanan berkuku
pendek dan bersih, pakain
bersih dan rapi
21 Halaman sekolah Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek √ atau lebih tidak
memenuhi syarat

a. Tidak banyak debu

b. Ada penghijauan dan tertata


rapi
c. Tidak ada genangan air

d. Tidak ada sampah berserakan

22 Meja belajar Memenuhi syarat Tidak memenuhi


syarat √

Kemiringan meja 15% (10o)

23 Perilaku Terpenuhi semua Salah satu aspek


atau lebih tidak
Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
aspek √ memenuhi syarat

a. Tidak ada orang merokok di


lingkungan sekolah
b. 80% kuku para peserta didik
pendek dan bersih
c. Terbiasa membuang sampah
pada tempatnya (terlihat tidak
ada sampah berserakan)
d. Siswa terlihat mencuci tangan
sebelum masuk kelas
JUMLAH TANDA (√) 17 6

% 78 22

Salaman,.30 Juli 2016


Pelaksana,

dr Sofi Ariani
Keterangan :
*) Coret yang tidak sesuai
Status Lingkungan Sehat dengan katagori sebagai
berikut :
 Sangat Baik, bila mencapai angka 80%-100% 
 Baik, bila mencapai angka 60%-79% 
 Cukup, bila mencapai angka 40%-59% 
 Buruk, bila mencapai angka 20%-39% 
 Sangat Buruk, bila mencapai angka 0-19% 
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penilaian menggunakan instrument penilaian faktor resiko

lingkungan sehat di sekolah MI Ma’arif Sidomulyo masuk dalam kategori baik,

cukup nyaman sebagai tempat belajar mengajar. Dengan kondisi ini beberapa

poin yang belum memenuhi syarat seperti jumlah kamar mandi, penataan ruang

kelas dan perbaikan kondisi kantin. Sehingga kesehatan warga sekolah dapat

ditingkatkan dan prestasi meningkat juga meningkat.

Magelang,

2016

Peserta Pendamping

dr. Sofi Ariani dr. Riyono


DOKUMENTASI KEGIATAN MONITORING SEKOLAH SEHAT

Gambar 1.

Taman Sekolah

Gambar 2

Ruang Kelas
Gambar 3,4

Kamar Mandi Sekolah

Gambar 5

Bak sampah terpisah (plastik, kertas, daun)


Gambar 1.

Kantin Sekolah

DOKUMENTASI KEGIATAN MONITORING SEKOLAH SEHAT

Gambar 1.

Taman Sekolah

Gambar 2

Ruang Kelas
Gambar 3,4

Kamar Mandi Sekolah

Gambar 5

Bak sampah terpisah (plastik, kertas, daun)


Gambar 1.

Kantin Sekolah
Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada hari ,tanggal Agustus 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama : dr. Sofi Ariani
dengan judul/ topik : F 3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta
Keluarga Berencana (KB) (Topik: Anemia pada
Kehamilan)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

1. dr.Rizky Aditya Fardhani …………….


2. dr Rr Retno Suminar …………….
3. dr. Sofi Ariani …………….
4. dr.Susan Megawati Sibuea …………….
5. dr.Taufan Rizki Sudjarwadi …………….
6. dr. Vetty Kurniawati …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping,

dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO

F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Topik : Anemia pada kehamilan
Tanggal : 13 Juli 2016
Nama Pasien : Ny. I No. RM : 976xxx
Tanggal Presentasi : Agustus 2016 Nama Pendamping :
Dr. Riyono
Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Objektif Presentasi :
 Keilmuan   Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik   Manajemen  Masalah  Istimewa


 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi:
Wanita, 24 tahun, hamil 11 minggu, Hb 9,7 gr/dl
 Tujuan:
- Skrining kehamilan resiko tinggi
- Mengetahui anemia pada kehamilan dan risikonya
- Mengatasi permasalahan kehamilan risiko tinggi
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus  Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi 
Data pasien Nama : Ny.I Nomor Registrasi : -
Nama Klinik : Puskesmas Telp. : - Terdaftar sejak : -
Salaman I
Data Utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Pasien, 24 tahun, G1P0A0 dengan usia kehamilan 11 minggu datang
untuk melakukan ANC. Saat ini pasien mengeluh pusing dan pandangan
berkunang-kunang sejak 4 hari yang lalu. Pusing berkunang-kunang terutama
ketika akan berdiri setelah duduk lama dan setelah melakukan banyak aktifitas.
Keluhan akan berkurang jika pasien beristirahat. Pasien menyebutkan bahwa
tekanan darahnya memang biasa rendah (90/60 mmHg). Pasien tidak mengeluh
mual maupun muntah, demam juga disangkal. Pasien tidak mengeluhkan sakit
lainnya.
2. Riwayat Kesehatan / Penyakit
□ Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), sakit jantung (-).
3. Riwayat Keluarga
□ Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), sakit jantung (-).
4. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien seorang ibu rumah tangga. Pasien lulusan SMA. Suami pasien
bekerja sebagai karyawan pabrik. Sehari-hari, pasien mengerjakan pekerjaan
rumah (menyapu, mengepel, mencuci, memasak). Konsumsi makanan sehari-
hari berupa nasi, sayur, lauk pauk berupa tempe, tahu, terkadang telur, dan
pasien mengaku jarang sekali mengonsumsi daging ataupun mengonsumsi
susu. Biaya kesehatan menggunakan BPJS.
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik (RUMAH, LINGKUNGAN,
PEKERJAAN)
Pasien tinggal di rumah bersama suami dan ibu mertua. Kondisi
higienis dan kebersihan lingkungan sekitar menurut pasien cukup baik. Biaya
sehari-hari ditanggung suami yang bekerja sebagai karyawan pabrik. Biaya
kesehatan menggunakan BPJS.
6. Riwayat Haid :
Menarche : 12 tahun
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 26- 5 - 2016
Haid lancar, selama 5 hari, tiap 28 hari sekali.
Hari Taksiran Persalinan (HTP) : 2–3-2016
8. Riwayat Pernikahan :
Menikah 1x dengan suami yang sekarang. Usia pernikahan 7 bulan

9. Riwayat Obstetri :
G1P0A0
10. Riwayat Antenatal Care :
ANC di bidan 2x dan Puskesmas 1x. TT(+)
11. Riwayat Keluarga Berencana :
Pasien tidak pernah menggunakan KB.
12. Lain-lain (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN
LABORATORIUM, DAN TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan
FASILITAS WAHANA)
□ Keadaan Umum : baik, GCS 15
□ Tanda Vital : TD : 100/60 mmHg, Nadi : 86x/menit,
RR : 22x/menit, t : 36,5oC
□ Pemeriksaan Fisik :
Umur : 24 tahun
BB : 55 Kg
TB : 151 cm
□ Pemeriksaan Laboratorium :
- HbS Ag (-)
- Hb : 9,9 gr/dL
□ Pemeriksaan Obstetri :
Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 jari di atas simfisis pubis
Daftar Pustaka :
1. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.
2. Sartono. Buku Kebidanan dan Kandungan. Jakarta : Erlangga. 2005.
Hasil Pembelajaran :
Kehamilan resiko tinggi adalah salah satu kehamilan yang dimana
kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan. Risiko
adalah suatu ukuran statistik dari kemungkinan terjadinya suatu keadaan
gawat darurat yang tidak diinginkan seperti kematian, kesakitan, kecacatan,
ketidaknyamanan atau ketidakpuasan (5K) pada ibu dan bayi.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan, anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.
Ketika ibu mengalami anemia berarti terjadi penurunan sel darah
merah sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ
vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Penyebab anemia pada umumnya
adalah malnutrisi; kurang zat asupan zat besi; malabsorbsi; perdarahan;
penyakit kronis yang diderita.
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada
hamil muda.
Anemia pada kehamilan dapat diterapi dengan memberikan preparat
besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat
60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram
asam folat untuk profilaksis anemia. Pemberian terapi oral zat besi juga
diikuti dengan edukasi mengenai diet selama hamil. Dapat pula diberikan
Asam folik 15 – 30 mg per hari; Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari; dan pada
kasus berat yang tidak berespon terhadap pengobatan oral, dapat diberikan
transfusi darah.
Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan berbagai macam
gangguan dan berisiko tinggi terhadap kehamilan. Pada trimester I, anemia
dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, dan
abortus. Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus
premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam
rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena
infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu.
Sedangkan, pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan
gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan
tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan
persalinan perlu tindakan operatif.

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO


1. SUBYEKTIF
Wanita berusia 24 tahun, G1P0A0 dengan usia kehamilan 11 minggu
datang untuk memeriksakan kehamilannya. Pasien mengaku sering pusing
berkunang-kunang sejak 5 hari yanglalu. Pusing tersebut terutama dirasakan
setelah beraktivitas atau ketika akan berdiri setelah duduk lama. Pasien juga
mengatakan bahwa tekanan darahnya biasa rendah (90/60 mmHg).
2. OBJEKTIF
□ Keadaan Umum : baik, GCS 15
□ Tanda Vital : TD : 100/60 mmHg, Nadi : 86x/menit,
RR : 22x/menit, t : 36,5oC
□ Pemeriksaan Fisik :
Umur : 24 tahun
BB : 55 Kg
TB : 151 cm
□ Pemeriksaan Laboratorium :
- HbS Ag (-)
- Hb : 9,7 g/dL
□ Pemeriksaan Obstetri :
Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 jari di atas simfisis pubis
3. ASSESSMENT
Wanita, 24 tahun, G1P0A0, hamil 11 minggu
Janin I hidup intrauterin
Anemia ringan
4. PLAN
Diagnosis
Pemeriksaan Hb ulang setelah pemberian terapi oral
Pemeriksaan USG oleh dokter spesialis kandungan
Pengobatan
Sulfas Ferosus 3 X 1 tab
Vitamin C 1 x 1 tab
Pendidikan
Edukasi kepada pasien bahwa kehamilannya ini merupakan kehamilan
dengan risiko tinggi. Terdapat resiko komplikasi yang lebih besar terhadap ibu
maupun janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas
bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal, di mana
pada pasien ini, risiko tinggi pada kehamilannya terjadi akibat anemia yang
diderita.
Menjelaskan kepada pasien mengenai definisi dan penyebab anemia
yang mungkin dialami pasien, seperti asupan gizi yang kurang seimbang,
menjelaskan pula berbagai cara pencegahan dan penanganan anemia, seperti
pengaturan asupan gizi yang seimbang, konsumsi makanan yang bervariasi
setiap harinya, terutama yang mengandung zat besi (sayuran hijau, hati, daging
sapi) dan di samping juga mengonsumsi suplemen tambahan zat besi.
Dijelaskan pula berbagai kemungkinan komplikasi atau bahaya yang
dapat terjadi jika anemia tidak ditangani dengan baik, seperti keguguran,
perkembangan janin yang tidak sempurna, BBLR, persalinan prematur, dan
kematian. Pasien juga diminta untuk mempersiapkan diri dan biaya apabila
sewaktu-waktu persalinan perlu dilakukan dengan operasi seksio sesaria akibat
penyulit yang diderita.
Konsultasi
Penempelan stiker kehamilan risiko tinggi di depan rumah supaya
warga masyarakat juga tahu dan membantu apabila terjadi sesuatu. Edukasi
mengenai kehamilan risiko tinggi dan risiko yang dapat terjadi dan persiapan
yang perlu dilakukan.

Rujukan
Direncanakan apabila terjadi kehamilan, persalinan atau nifas
patologis.

Salaman, Agustus 2016

Peserta Pendamping

dr. Sofi Ariani dr. Riyono


Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada tanggal 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama : dr. Sofi Ariani
dengan judul/ topik : F 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (Topik: Diet
Diabetes Mellitus)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

1. dr.Rizky Aditya Fardhani …………….


2. dr Rr Retno Suminar …………….
3. dr. Sofi Ariani …………….
4. dr.Susan Megawati Sibuea …………….
5. dr.Taufan Rizki Sudjarwadi …………….
6. dr. Vetty Kurniawati …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping,

dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO

F.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Topik : Diet Diabetes Mellitus
Tanggal : 28 Juli 2016
Nama Pasien : Tn S No. RM :
Tanggal Presentasi : Agustus 2016 Nama Pendamping :
dr. Riyono
Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Objektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi
Laki laki usia 52 tahun dengan DM
 Tujuan
- Melakukan monitoring gula darah pasien DM
- Memberikan tatalaksana yang sesuai
- Edukasi komperehensif pasien DM
Bahan bahasan :  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Pustaka
Cara membahas :  Diskusi  Presentasi dan  Email  Pos
diskusi
Data pasien Nama : Tn. S Nomor Registrasi :
97489807
Nama Klinik : Puskesmas Telp. : - Terdaftar sejak : Februari
Salaman I 2016

Data utama untuk bahan diskusi :


1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Pasien datang dengan keluhan luka pada telapak kaki kiri. Luka
dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya luka berukuran kurang dari 1cm
dan berdarah. Namun luka makin melebar dan kini luka tampak basah dan
bernanah.
Pasien mengeluh kaki dan jari tangan sering kesemutan sejak 2 bulan
yang lalu. Kesemutan dirasakan hilang timbul, tidak dipengaruhi aktivitas.
Gula darah pasien diketahui tinggi sejak kurang lebih 1 tahun yang
lalu. Awalnya pasien mengeluh sering buang air kecil, bahkan beberapa kali
terbangun malam hari hanya untuk buang air kecil. Keluhan disertai dengan
rasa haus yang berlebih serta nafsu makan yang meningkat namun berat badan
semakin menurun.
2. Riwayat Pengobatan
Glimbenklamid 1 x 5 mg
Metformin 2 x 500mg
Amlodipine 1 x 5 mg
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit
□ Riwayat DM (+) terkontrol obat sejak 1 tahun yang lalu
□ Riwayat Hipertensi (+) terkontrol obat sejak 2 tahun yang lalu

4. Riwayat Keluarga
□ Riwayat sakit serupa (+) ibu pasien
□ Riwayat hipertensi disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal 1 rumah dengan istri dan 1 anak bungsu. Pasien
menjadi tulang punggung keluarga. Pendapatan diperleh dari usaha bengkel
miliknya. Istrinya seorang ibu rumah tangga. Pembiayaan kesehatan mandiri.
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik (RUMAH, LINGKUNGAN,
PEKERJAAN)
Pasien tinggal di rumah yang jadi satu dengan usaha bengkel
miliknya. Menurut pasien lingkungan tidak cukup bersih. Terdapat tumpukan
barang bekas pakai dari usaha bengkel.
12. Lain-lain (diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN
LABORATORIUM, DAN TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan
FASILITAS WAHANA)
□ Keadaan Umum : baik
□ Tanda Vital : Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 84x/menit, RR : 20x/menit T : 36,3
□ Pemeriksaan Fisik :
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret serous (-/-)
Mulut : mukosa basah (+)
Jantung : BJ1>BJ2, bising (-)
Pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), suara nafas tambahan (-/-)
Abdomen :
- Inspeksi: dinding perut // dinding dada
- Auskultasi : bising usus (+) normal 16 x/menit
- Perkusi : timpani
- Palpasi: supel, nyeri tekan (-), asites (-), turgor kulit (+) <2 detik
Ekstremitas :
- Oedem : -/-/-/-
- Akral dingin : -/-/-/-
□ Pemeriksaan Laboratorium :
GDS : 226
Daftar Pustaka : (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,
VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)
1. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013
2. Foster DW.Diabetes melitus. Dalam : Harrison Prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta : EGC, 2000; 2196.
3. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe
2 di Indonesia. 2006. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. Jakarta. 2006
4. Soegondo S. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta : PERKENI, 2011
Hasil Pembelajaran :
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus

sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat

dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan

gangguan fungsi insulin

Pasien DM tipe 2 mempunyai dua defek fisiologik : sekresi insulin

abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran (target).

Abnormalitas yang utama tidak diketahui. Secara deskriptif, tiga fase dapat
dikenali pada urutan klinis yang biasa. Pertama, glukosa plasma tetap normal

walaupun terlihat resistensi insulin karena kadar insulin meningkat. Pada fase

kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga meskipun konsentrasi

insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah

makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin

menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa dan diabetes yang nyata

Penyebab Masalah Gizi pada Lansia (Wirahkusuma, 2000) yaitu :


Perubahan kebiasaan makan, penurunan selera makan, penurunan sensifitas indera
perasa & penciuman, gangguan pencernaan & pengunyahan dan penyakit
degenerative. Makanan yg dikonsumsi kurang baik kuantitas dan kualitas
(Hurlock, 1999). Dengan demikian adanya perubahan dan penurunan selera
makan apalagi yang dikonsumsinya kurang berkualitas maka akan memperburuk
keadaan lansia, karena akan menjadi lemah dan mudah sakit.
Diet pada penderita Diabetes Mellitus
Menurut Kementrian Kesehatan RI tujuan diet bagi penderita diabetes mellitus
meliputi :
• Memberikan makanan sesuai kebutuhan
• Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal
• Mempertahankan berat badan menjadi normal
• Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat menyebabkan
pingsan
• Mengurangi/ mencegah komplikasi
Secara lebih rinci diet pada pasien diabetes mellitus memiliki beberapa syarat,
yaitu :
• Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk
aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi dan adanya
komplikasi.
• Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energi total
• Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total ( <10% dari lemak jenuh,
10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal).
Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.
• Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan
energi total.
• Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah
terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari kebutuhan
energi total.
• Serat dianjurkan 25 gr / hari.

Tabel pengaturan makanan pada diabetes melitus


RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
1. SUBYEKTIF
Luka kotor dan bernanah pada telapak kaki kanan sejak 2 minggu yg lalu.
Luka semakin hari semakin melebar. Sebelumnya pasien sering mengeluh
kesemutan di kaki dan tangan.
Pasien telah menjalani pengobatan diabetes selama kurang lebih 2 tahun.
kontrol rutin tiap bulan.
2. OBJEKTIF
□ Keadaan Umum : baik
□ Tanda Vital : Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 84x/menit, RR : 20x/menit T : 36,3
□ Pemeriksaan Fisik :
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : dalam batas normal
Mulut : mukosa basah (+)
Jantung : dalam batas normal
Pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), suara nafas tambahan (-/-)
Abdomen :
- Inspeksi: dinding perut // dinding dada
- Auskultasi : bising usus (+) normal 16 x/menit
- Perkusi : timpani
- Palpasi: supel, nyeri tekan (-), asites (-), turgor kulit (+) <2 detik
Ekstremitas :
- Oedem : -/-/-/-
- Akral dingin : -/-/-/-
□ Pemeriksaan Laboratorium :
GDS : 226
3. ASSESSMENT
Ulkus diabetikum
Diabtes mellitus tipe II
4. PLAN
Pengobatan :
Medikasi luka
Glimbenklamid 1 x 5 mg
Metformin 2 x 500mg
Amlodipine 1 x 5 mg
Edukasi :
Memberitahukan kepada pasien untuk :
1. Menjaga kebersihan luka, jangan terkena air, kontrol luka 1 minggu lagi
2. Memakai alas kaki setiap hari meskipun di dalam rumah aga tidak mudah
terkena benda tajam yang menimbulkan luka yang sukar sembuh.
3. Rutin kontrol tiap bulan untuk memantau kadar gula darah, deteksi dini
komplikasi dan mencegah komplikasi.
4. Konsumsi makanan sesuai saran diet DM untuk membantu keberhasilan
terapi.
5. Melakukan olahraga rutin karena dapat meningkatkan efektifits terapi.
Konsultasi
Menjelaskan bahwa Diabtes Mellitus adalah penyakit kronis yang
selain perlu rutin mengkonsamsi obat penurun gula darah juga perlu
pengaturan gaya hidup. Teramsuk didalamnya olahraga dan diet diabtes
mellitus. Keberhasilan terapi sangat dipengaruhi kesadaran pasien akan
perlunya gaya hidup sehat.
Rujukan
Rujukan diperlukan bila ulkus semakin melebar dan terjadi nekrosis
luar. Selain itu perlu rujukan jika terjadi kegawatan daruratan dan muncul
berbagai komplikasi yang perlu penanganan spesialis.

Salaman, Agustus 2016

Peserta Pendamping

dr. Sofi Ariani dr. Riyono


Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada hari , tanggal Agustus 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama : dr. Sofi Ariani
dengan judul/ topik : F 5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular/ Tidak Menular (Topik: Skabies)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

1.dr.Rizky Aditya Fardhani …………….


2.dr Rr Retno Suminar …………….
3.dr. Sofi Ariani …………….
4.dr.Susan Megawati Sibuea …………….
5.dr.Taufan Rizki Sudjarwadi …………….
6.dr. Vetty Kurniawati …………….
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping,

dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO

F.5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular/ Tidak Menular


Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Topik : Scabies
Tanggal : 16 Juli 2016
Nama Pasien : An. B No. RM :-
Tanggal Presentasi : Agustus 2016 No. dan Nama Pendamping :
Dr. Riyono
Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Objektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi
Anak laki-laki umur 8 tahun, gatal seluruh tubuh
 Tujuan
 Mengetahui tanda dan gejala scabies
 Memberikan tatalaksana scabies yang sesuai
 Mencegah penularan scabies
Bahan bahasan :  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara membahas :  Diskusi  Presentasi  Email  Pos
dan diskusi
Data pasien Nama : B Nomor Registrasi :
Nama Klinik : Puskesmas Salaman I Telp. : - Terdaftar sejak :
16 Juli 2016
Data Utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Pasien mengeluhkan rasa gatal disertai munculnya bintik-bintik
kemerahan sejak 2 minggu yang lalu. Bintik-bintik kemerahan awalnya
timbul pada kedua tangan, kemudian 1 minggu yang lalu timbul didaerah
perut, punggung, paha bagian dalam dan bokong. Rasa gatal yang dialami
pasien memberat saat malam hari, namun tanpa disertai nyeri. Batuk dan
demam disangkal. Riwayat digigit serangga disangkal. Ibu pasien dan adik
pasien juga mengalami sakit yang sama.
Pasien mandi 1-2 kali sehari, memakai sabun batang, ganti baju
setelah mandi, Pasien tidur dengan adiknya. Orang tua dan adik pasien
terkadang menggunakan handuk yang sama dengan pasien. Kebiasaan
mengganti sprei tidak tentu (kadang-kadang lebih dari 4 minggu), handuk
digunakan sekitar 2 minggu.
2. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah dibawa membeli obat di apotek namun keluhan belum
berkurang. Pasien tidak membawa obat tersebut.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit
Riwayat keluhan serupa : disangkal
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluhan serupa : (+) adik yang tinggal serumah
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum bekerja
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik (RUMAH, LINGKUNGAN,
PEKERJAAN)
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien tinggal
dengan orang tua dan adiknya (usia 6 tahun) dalam 1 rumah. Pasien berobat
di Puskesmas menggunakan fasilitas umum. Menurut ibu pasien adik pasien
jug amengalami sakit kulit yang sama saat ini.
 Lain-lain :
Tanda vital : Nadi: 87x/ menit,
RR : 22x/menit, suhu : 36,5oC
BB: 26 kg
Pemeriksaan Fisik :
 Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
 Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
 Lidah : putih (-), tremor (-)
 Jantung : BJ1>BJ2, bising (-)
 Pulmo : suara dasar vesikuler (+/+), RBH (-/-)
 Abdomen :
 Inspeksi : dinding perut//dinding dada,
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Perkusi: timpani, asites (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar-lien tidak teraba, turgor (+)
normal
 Ekstremitas :
 Oedem : -/-/-/-
 Ptechiae : -/-/-/-
 Akral dingin/pucat : -/-/-/-
 A.dorsalis pedis (+) kuat
 CRT < 2 detik
Status Dermatologis
 Lokasi : tangan kanan kiri, sela jari-jari tangan,kaki,
punggung, perut, paha bagian dalam, dan pantat
 Bentuk : anular
 Batas : tegas
 Ukuran : miliar-lentikular
 Efloresensi : papul eritema, skuama pada beberapa
pustul yang sudah pecah, dan mengering serta tampak
eksoriasi akibat garukan
Pemeriksaan Laboratorium :
Tidak diperiksa
Anjuran : kerokan kulit untuk melihaaat sarcoptes scabiei atau
telurnya

Daftar Pustaka:
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin.
Jakarta; Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2008
2. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
3. Ma’Rutfi. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap
Prevalensi Penyakit Skabies. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2 no
1, Surabaya; 2005
4. Mansyur M. Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada penatalaksanaan
Skabies Anak Usia Pra-Sekolah. Majalah Kedokteran Indonesia 2005;
Hal 63-67
Hasil Pembelajaran :
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada
tubuh Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular.
Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit)
misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual.
Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2007). Skabies adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya. Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch,
Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit ampera
(Harahap, 2008). Scabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi
oleh tungau Sarcoptes scabei. Scabies ini tidak membahayakan manusia
namun adanya rasa gatal pada malam hari ini merupakan gejala utama yang
mengganggu aktivitas dan produktivitas.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersamasama
disatu tempat yang relatif sempit. Penularan skabies terjadi ketika orang-
orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah
tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan,
serta fasilitas -fasilitas kesehatan yang dipakai olehmasyarakat luas, dan
fasilitas umum lain yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat
penduduk (Benneth dalam Kartika, 2008).
Keluhan pertama yang dirasakan penderita adalah rasa gatal
terutama pada malam hari (pruritus noktural) atau bila cuaca panas serta
pasien berkeringat (Sudirman, 2006). Diagnosa dapat ditegakkan dengan
menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini :
a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau
yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misaln ya dalam
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga, perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut. Dikenal dengan hiposensitisasi yang seluruh anggota
keluarganya terkena.
c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata 1 centi meter, pada ujung terowongan ditemukan papula
(tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi
sekunder, timbul poli morf (gelembung leokosit).
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostig. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat
terutama pada malam hari sebelum tidur Adanya tanda : papula
(bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas -
bekas lesi yang berwarna hitam.
e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal
pada kulit yang umumnya muncul disela- sela jari, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Aisyah, 2005)
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2
bagian :
a) Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan
harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam denganair panas.
Demikian pula halnya dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi
untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya
kontak langsung. Secara umum tingkatkan kebersihan lingkungan
maupun perorangan dan tingkatkan status gizinya. Beberapa syarat
pengobatan yang harus diperhatikan :
 Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua
harus diberi pengobatan secara serentak.
 Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
 Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah
sinar matahari selama beberapa jam.
Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam
bentuk topikal antara lain:
 Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20%
dalam bentuk salap atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan
mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
 Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua
stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit
diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai.
 Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane)
kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
 Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat
pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti
gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
 Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik
dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya
sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi
setelah seminggu. Tidak dilanjutkan pada bayi di bawah umur
12 bulan.

Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta
syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi, maka
penyakit ini memberikan prognosis yang baik (Handoko, 2008).
Pencegahan Skabies
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan
lingkungan yang kurang baik oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
 Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
 Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu
 Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
 Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
 Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.
 Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga
kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit.
Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung
dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit.
Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan
tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari (Prabu, 1996). Bila pengobatan sudah dilakukan
secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang. Dariansyah,
2006 yang mengutip pendapat Azwar, langkah yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
1. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara
merendam di cairan antiseptik.
2. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan
gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau
dicuci kering (drycleaned).
3. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.
4. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab.
Departemen Kesehatan RI, 2002, memberikan beberapa cara
pencegahan yang dilakukan penyuluhan kepada masyarakat dan
komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara
pengobatan penderita skabies dan orang-orang yang kontak meliputi :
o Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
o Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi
jarang dilakukan.
o Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok
sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah
Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan
yang efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan sprei
yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum
pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada
proses pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh kutu dan
telur. Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat.
Mencuci sprei, sarung bantal dan pakaian pada penderita (Ruteng,
2007).

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO


1. SUBYEKTIF
Pasien mengeluhkan rasa gatal disertai munculnya bintik-bintik
kemerahan sejak 2 minggu yang lalu. Gatal bertambah saat malam hari.
Awalnya gatal muncul di sela jari tangan kemudian meluas ke bagian tubuh
lain terutama daerah lipatan. Adik pasien yang tinggal serumah mengalami
keluhan yang sama
2. OBYEKTIF
Tanda vital : Nadi: 87x/ menit,
RR : 22x/menit, suhu : 36,5oC
BB: 26 kg
Pemeriksaan Fisik :
Status Dermatologis
- Lokasi : tangan kanan kiri, sela jari-jari tangan,kaki,
punggung, perut, paha bagian dalam, dan pantat
- Bentuk : anular
- Batas : tegas
- Ukuran : miliar-lentikular
- Efloresensi : papul eritema, skuama pada beberapa
pustul yang sudah pecah, dan mengering serta tampak
eksoriasi akibat garukan
3. ASSESSMENT
Scabies
4. PLAN
Diagnosis
Dengan gejala gatal malam hari dan menyerang kelompok kemungkinan
besar penyakit ini merupakan scabies. Dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang burrow ink test. Diagnosis pasti dengan ditemukannya tungau
sarcoptes scabei.
Pengobatan
o Krim permetrin 5% di seluruh tubuh. Setelah 10 jam, krim dibersihkan
degan sabun
o CTM tab 4 mg, 3x ½ tab
o Amoxicillin 500 mg, 3x ½ tab
o Paracetamol 500 mg, 3x ½ tab
Edukasi
o Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit, cara penularan dan
pengobatan yang diderita pasien.
o Menjaga kebersihan diri
o Menjaga kebersihan pakaian dengan cara mencuci pakaian dan
menjemurnya sampai kering
o Mengobati keluarga yang lain yang terkena scabies agar tidaak terjadi
penularan yang berulang
o Hindari menggaruk lesi karena dapat menyebabkan infeksi sekunder
o Merendam pakaian, handuk, sprei yang dipakai oleh pasien dengan air
mendidih, kemudian dicuci dengan deterjen (dicuci terpisah), selanjutnya
dijemur di bawah sinar matahari dan disterika.
o Kasur dan bantal yang digunakan pasien dijemur di bawah sinar matahari

Salaman, Agustus 2016

Peserta Pendamping

dr.Sofi Ariani dr. Riyono


Berita acara presentasi portofolio

Pada tanggal Agustus 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Sofi Ariani


dengan judul/ topik : F.6. Upaya Pengobatan Dasar ( Topik : Dermatitis Kontak

Alergi)

Nama Pendamping : dr. Riyono


Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

1. dr.Rizky Aditya Fardhani …………….


2. dr Rr Retno Suminar …………….
3. dr. Sofi Ariani …………….
4.dr.Susan Megawati Sibuea …………….
5. dr.Taufan Rizki Sudjarwadi …………….
6. dr. Vetty Kurniawati ……………Lupiyatama

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
F.6. Upaya Pengobatan Dasar

Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Dermatitis Kontak Alergi

Tanggal : 16 Juli 2016

Nama Pasien : Ny. D No. RM : 9675xx

Tanggal Presentasi : Agustus 2016 Nama Pendamping :

dr. Riyono

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I

Objektif Presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

 Deskripsi

Wanita 30 tahun dengan keluhan gatal pada kedua telapak tangan.

 Tujuan

Mendiagnosis, dan memberikan tatalaksana yang tepat sesuai dengan penyakit

yang dialami pasien.

Bahan bahasan :  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit

Pustaka
Cara membahas  Diskusi  Presentasi  Email  Pos

: dan diskusi

Data pasien Nama : Ny.P Nomor Registrasi : 926781

Nama Klinik : Poli Puskesmas Salaman I Telp. : -

Terdaftar sejak : maret 2015

Data Utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis

Keluhan Utama : gatal pada kedua telapak tangan

Pasien datang dengan keluhan gatal kedua telapak tangan. Gatal

dirasakan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu setelah pasien mengganti deterjen.

Keluhan diikuti dengan munculnya bintil-bintil merah di kedua tangan. Bintil-

bintil merah berisi cairan. Semakin hari semakin banyak. Gatal dan bintil

kemerahan tidak dirasakan di bagian tubuh yang lain.

Pasien tidak mengeluhkan adanya demam. Keluhan mual, muntah,

gangguan BAB disangkal.

2. Riwayat Pengobatan

Bedak salicyl, tidak berkurang

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit

Riwayat keluhan serupa disangkal

Riwayat Alergi disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal


DM disangkal

Hipertensi disangkal

4. Riwayat Keluarga

Keluhan serupa disangkal

Riwayat Alergi disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal dengan suami dan 2 orang anaknya, berobat diantar oleh

anaknya dengan biaya sendiri / pasien umum.

6. Lain-lain

□ Tanda vital : TD : 120/70 mmHg; RR : 20x/menit; t : 37,3oC; N : 82

x/menit

□ Pemeriksaan Fisik :

 Mata : Anemis (-), ikterik (-)

 Thorax: Normochest

 Pulmo: Suara dasar vesikuler seluruh lapang paru

 Cor : Reguler, S1 > S2

 Abdomen : Cembung, Supel, Nyeri costovertebra kiri kanan (-), nyeri

tekan suprapubik (+), Distensi (-), tegang (-), Bising usus + normal,

Timpani.

 Ekstrimitas: Akral hangat

 Status lokasi (Regio Manus Dekstra et Sinistra)


Terdapat papul eritem multiple, sebagian vesikel dan erosi, pus (-),

secret(-)

□ Pemeriksaan Lab: tidak dilakukan

Daftar Pustaka :

1. Baratawijaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: FKUI.


2. Djuanda, Adhi. 2004. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta FKUI..
3. Mansjoer, Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta:
FKUI.
4. Siregar, R.S, Prof.Dr. 2002. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
Hasil pembelajaran:

Dermatitis kontak alergi adalah suatu peradangan kulit yang timbul


setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi. Dermatitis kontak
alergi merupakan dermatitis kontak karena sensitasi alergi terhadap substansi
yang beraneka ragam yang menyebabakan reaksi peradangan pada kulit bagi
mereka yang mengalami hipersensivitas terhadap alergen sebagai suatu akibat
dari pajanan sebelumnya 1.
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi
adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated
immune respons) atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensititas di kullit timbulnya
lambat (delayed hipersensivitas), seringnya dalam waktu 24 jam setelah
terpajan dengan alergen 2.
Pasien seringkali datang dengan keluhan gatal terus menerus dan
seringkali hebat (sangat gatal). DKA biasanya ditandai dengan adanya lesi
eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula;
gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya riwayat paparan terhadap
suatu alergen atau senyawa yang berhubungan, lesi yang gatal, pola distribusi
yang dermatitits kontak. Anamnesis harus terpusat kepada sekitar paparan
tehadap alergen yang umum 4.
Hal yang perlu diperhatikan pada dermatitis kontak adalah upaya
pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan
menekan kelainan kulit yang timbul. Kortikosteroid dapat diberikan dalam
jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada dermtitis kontak alergik akut
yang ditandai dengan eritema, edema. Bula atau vesikel, serta ekskluatif,
misalnya predinson 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah
beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal 3.
Penatalaksanaan dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis
akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikesteroid sistemik),
cukup diberikan kortikosteroid topikal. Secara bertahap, dapat diakukan hal-hal
dibawah ini :
a. Identifikasi agen-agen penyebab dan jauhlan pasien dari paparan,
walaupun seringkal hal ini sukar, khususnya pada kasus kronik.
b. Tindakan simtomatik untuk mengontrol rasa gatal degan penggunaaan
tunggal atau dalam bentuk kombinasi:
1) Kompres, pertama-tama gunakan kompres dingin dengan air keran
dingin atau larutan burrow untuk lesi-lesi eksudtif dan
basah. Kenakan selama 20 menit tiga kali sehari. Hindari panas
disekitar lesi.
2) Antihistamin oral
Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam bilamana perlu.
3) Lasio topikal yang mengandung menol, fenol, atau premoksin
sangat berguna untuk meringankan rasa gatal sementara, dan tidak
mensensitisasi, tidak seperti benzokain dan difenhidramin. Obat-
obatan bebas yang dapat digunakan antara lain lasio atau obat
semprot sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol 0,25% dan fenol
0,25% dapat dibeli dengan resep dokter.
4) Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah yang terkena terbatas
atau bila kortikosteroid oral merupakn kontraindikasi. Kortikosteroid
topikal poten diperlukan untuk mengurangu reaksi dermatitis kontak
alergi.
5) Kortikosteroid oral : berguna untuk dermatitis kontak alergik
sistemik atau yang mengenai wajah atau pada kasus di man rasa
gatal tidak dapat dikontrol dengan tindakan-tindakan lokal.
6) Obati setiap infeksi bakteri sekunder.
7) Edukasi pasien untuk tidak menggunakan obat bebas, misalnya
benadril topikal atau benzokain topikal. Obat-obat tersebut dapat
menyebabkan reaksi alergi atau iritasi tambahan.
8) Pasien dengan penyakit kronik yang tidak memberikan respons
terhadap terapi dan penghindaran semua penyebab yang dicurigai
harus dirujuk ke ahli kulit atau ahli lergi untuk tes tempel 5.

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. SUBYEKTIF

Wanita 30 tahun dengan bintil-bintil kemerahan di kedua telapak tangan.

Awalnya pasien merasa gatal di kedua telapak tangan. Gatal timbul setelah

pasien mengganti deterjen yang digunakan untuk mencuci. Keluhan demam

disangkal. Riwayat keluhan serupa disangkal, alergi disangkal.


2. OBJEKTIF

□ Tanda vital : TD : 120/70 mmHg; RR : 20x/menit; t : 37,3oC; N : 82

x/menit

□ Pemeriksaan Fisik :

Status lokasi (Regio Manus Dekstra et Sinistra)

Terdapat papul eritem multiple, sebagian vesikel dan erosi, pus (-), secret

(-)

1. ASSESSMENT

Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

2. PLAN

Diagnosis :

Uji temple (Patch test) untuk melihat allergen yang menjadi penyebab

dermatitis kontak pada pasien (dapat dilakukan di dokter spesialis kulit)

Pengobatan :

Betametason cr 0,05 % 2 dd ue

Loratadine 1x 10 mg

Edukasi

- Menghindari kontak dengan alergen pencetus (misalnya : memakai

sarung tangan saat mencuci, tidak menggunakan detergen yang

menyebabkan alergi)

- Mengompres luka dengan air dingin bersih dan menjaga kebersihan luka
untuk mencegah terjadinya infeksi.

Rujukan

Rujukan ke dokter spesialis kulit apabila keluhan memberat, berulang, dan tidak

hilang dengan pemberian obat yang sudah diberikan.

Salaman, Agustus 2016

Peserta Pendamping

dr. Sofi Ariani dr. Riyono

Anda mungkin juga menyukai