Disusun oleh :
Agnes Darmayani A.
Budi S.
Dewi T. B.
Ikin S.
Lita Agustin W.
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini, kanker ovarium dikenal sebagai “silent killer”
karena biasanya tidak ditemukan gejala apapun sampai diketahui telah
menyebar ke bagian tubuh lain. Namun sebenarnya bukti baru
menunjukkan bahwa kebanyakan wanita mungkin memiliki gejala bahkan
sejak tahap awal kanker ini. Jika dideteksi sedini mungkin, kanker ini bisa
diatasi. Deteksi dini penting; masih, hanya sekitar 20 persen kanker
ovarium ditemukan sebelum pertumbuhan tumor telah menyebar di luar
ovarium. Jika dideteksi sedini mungkin harapan hidup jauh lebih tinggi
ketimbang ketika kanker terlanjur menyebar ke luar ovarium.
Angka kejadian kanker ovarium ini kira-kira 20% dari semua
keganaan alat reproduksi wanita. Insiden rata-rata dari semua jenis
diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.
Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker
ovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati
peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada
tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian
sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50
tahun yang lalu.
Karsinoma ovarium di Indonesia sebesar 32% dari kanker
ginekologik dan menyebabkan 55% kematian akibat keganasan
ginekologik. Data statistik American Cancer Society Insiden kanker
ovarium di dunia sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan
menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker.
Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila
telah menyebar kerongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan
pembedahan dan terapi adjuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan
meninggal karena malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor
intraperitoneal.
Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur
yang berasal dari sel epitel merupakan 90% kasus dari seluruh kanker
indung telur. Kanker indung telur merupakan penyebab kematian ke-5
terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan
tersering di seluruh dunia. Kanker indung telur memiliki angka kematian
yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker indung telur, sekitar 14.000
atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini.
Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai
keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium
III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun
hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II
diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.
Penyebab pasti karsinoma ovarium belum diketahui namun
multifaktorial. Resiko berkembangnya karsinoma ovarium berkaitan
dengan lingkungan, endokrin, dan factor genetic. Faktor-faktor lingkungan
yang berkaitan dengan kanker ovarium epithelial terus menjadi subjek
perdebatan dan penelitian. Insidens tertinggi terdapat di negeri barat.
Kebiasaan makan, kopi, dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan,
dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap
mungkin menyebabkan kanker. Tidak ditemukan hubungan antara factor-
faktor itu dengan perkembangan ovarium. Factor resiko endokrin untuk
kanker ovarium adalah perempuan yang nullipara, menarke dini,
menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat dan tidak pernah
menyusui. Perempuan dengan kanker payudara memiliki resiko dua kali
lebih besar untuk berkembangnya kanker ovarium. Penggunaan
kontrasepsi oral tidak meningkatkanh resiko dan mungkin dapat
mencegah.
Terapi penggantian estrogen(ERT) pasca menopause untuk 10
tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker
ovarium (Rodriguest et al, 2001). Gen-gen supresor tumor seperti BRCA-1
dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa
keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan
variasi penetrasi telah ditunjukkan dengan keluarga yang terdapat kanker
ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium. Beberapa dokter menyarankan untuk
melakukan ooforektomi profilaksis pada perempuan usia 35 tahun dalam
kelompok resiko tinggi ini.(Price, 2005)
Karena angka kejadian kanker ovarium cukup tinggi di Indonesia,
maka diperlukan asuhan keperawatan yang intensif. Oleh karena itu ,
penulis tertarik untuk mengangkat Asuhan keperawatan Klien dengan
Karsinoma Ovarium sebagai judul dalam penulisan makalah
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Karsinoma Ovarium”.
b. Tujuan Khusus
i. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan
penyakit Karsinoma Ovarium.
ii. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan
hasil pengkajian
iii. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap
pasien dengan penyakit Karsinoma Ovarium dengan kebutuhan pasien.
iv. Perawat mampu melakukan intervensi tindakan yang nyata sesuai
dengan perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah.
1.4. Manfaat
a. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembuatan
asuhan keperawatan khususnya pada pokok pembahasan Asuhan
Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium.
b. Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan
Klien dengan Karsinoma Ovarium.
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang
terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–
keluhan:
Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)
Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu
makan dll
Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri
Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
Menstruasi tidak teratur
Lelah
Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
Nyeri saat berhubungan seksual
Penurunan berat badan
Sebanyak 60% wanita yang didiagnosis menderita kanker ovarium sudah memasuki
tahap lanjut dari penyakit ini. Pada umumnya tidak didapatkan gejala dini pada kanker
ini, seandainya ada biasanya samar-samar. Gejala tersebut termasuk diantaranya nyeri
pada panggul, kembung, mudah lelah, penurunan berat badan, konstipasi (sembelit),
perdarahan menstruasi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
suatu massa atau benjolan pada panggul merupakan tanda yang perlu dicurigai.
I. Stadium
Stadium kanker biasanya ditentukan sebelum tindakan bedah. Akan tetapi tumor
pada ovarium, stadium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah laparatomi.
Penentuan stadium dengan laparatomi akan lebih akurat, karena perluasan tumor
dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi, sehingga terapi dan
prognosis dapat ditentukan lebih akurat.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
Stadium I pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang
berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel
ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intake.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan
luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas
atau dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium II Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan
satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel
ganas dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium III tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam
pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif
tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya
pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2
cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar
getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga
metastasis ke permukaan liver.
Derajat keganasan kanker ovarium
1. Derajat 1 : differensiasi baik
2. Derajat 2 : differensiasi sedang
3. Derajat 3 : differensiasi buruk
L. Faktor Prognostik
Kemampuan bertahan hidup selama 5 tahun pada pasien dengan kanker
ovarium berkisar 30%, namun tergantung dari individu masing-masing, stadium,
dan jenis kanker. Pasien dengan stadium I memiliki 90% kemungkinan bertahan
selama 5 tahun, sedangkan stadium II sekitar 50-65%, dan stadium III dan IV
berkisar 15-20% atau kurang dari 5%.
M. Penatalaksanaan
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 sentimeter
merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk
mengalami komplikasi. Apabila tumor ovarium tidak inemberikan gejala dan
diameternya kurang dari 5 sentimeter, biasanya merupakan kista folikel atau kista
lutein.
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan
pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus
beserta kedua tuba dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar
getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan
bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk
pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk
menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical staging). Setelah
pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan
kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
Operasi
Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH),
salpingoooforektomo bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional).
Nodus retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak
mungkin tumor (untuk memperkecil) harus diangkat untuk mengurangi
keseluruhan massa tumor. Namun pembedahan lebih radikal belum terbukti
menambah manfaat.
Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi
lebih lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian
klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi.
Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomi total,
adneksektomi dan omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya sebanyak
mungkin tumor diangkat untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi
dan terapi radiasi). Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara “debulking”
(cytoreductive) – pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam
batas aman. Dengan debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi
menjadi lebih efektif.
Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis
tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor
sel granulosa. Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan
pada tingkat klinik T1 dan T2 yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh
rongga perut.
Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi
radiasi mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah
mendapatkan radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi
ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor.
Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau
kemoterapi, lazim dilakukan lapatotomi kedua (second-look laparotomi), bahkan
kadang sampai ketiga (third-look laparotomi). Hal ini memungkinkan kita
membuat penilaian akurat proses penyakit, hingga dapat menetapkan strategi
pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif
pengobatan lain.
Kanker ovarium epitelial :
– Stadium I : Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai
sedang, operasi salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba
fallopi dan ovarium) atau disertai histerektomi abdominal total (pengangkatan
uterus) dan sebagian jaringan abdominal, harapan hidup selama 5 tahun
mencapai 90%, pada stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium IC
pilihan terapi berupa:
Radioterapi
Kemoterapi sistemik
Histerektomi total abdominal dan radioterapi
– Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi,
dengan terapi ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup
selama 5 tahun mendekati 80 %.
– Stadium III dan IV:
Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat
(sitoreduktif) berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah
permukaan peritoneal, dan usus, jika masih memungkinkan salpingo-
ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan atau
radioterapi.
3. Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan Ca. Ovarium, kemungkinan diagnosa keperawatan yang
dapat muncul adalah sebagai berikut :
Pre-operatif:
1. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan melalui rute normal dan/atau abnormal (perdarahan);
status hipermetabolik; kerusakan masukan cairan.
2. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker); ancaman
atau perubahan status kesehatan; ancaman kematian; perpisahan dari
keluarga.
3. Antisipasi berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi dari
kesejahteraan (perubahan fungsi tubuh); perubahan gaya hidup; penerimaan
kemungkinan kematian.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status
metabolik berkenaan dengan kanker; konsekuensi kemoterapi dan radiasi;
distress emosional.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder dan imunosupresi, malnutrisi, prosedur invasive.
6. Risiko tinggi terhadap perubahan pola seksual berhubungan dengan
ketakutan dan ansietas, perubahan fungsi/struktur tubuh.
7. Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi, perubahan peran/status ekonomi, kehilangan yang diantipasi dari
anggota keluarga.
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.
Post Operasi:
1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan efek samping kemoterapi
atau radioterapi.
2. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (kompresi/destruksi jaringan
saraf, infiltrasi atau suplay vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi),
efek samping berbagai agen terapi saraf.
3. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan
dengan efek radiasi dan kemoterapi; penurunan imunologis, perubahan
status nutrisi, anemia.
4. Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa
GI dari kemoterapi atau radiasi, masukan cairan buruk.
5. Risiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa mulut berhubungan
dengan efek samping dari bebreapa agen kemoterapi.
(Doenges, Marilyn, 1993; Reader, 1997)
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Risiko Tinggi terhadap Setelah dilakukan - Meningkatkan Mandiri :
kekurangan volume tindakan keperawatan masukan cairan 1) Pantau masukan dan keluaran dan pengukuran sensitif terhadap fluktasi
cairan berhubungan kekurangan volume minimal 2000 ml, berat jenis, masukan semua sumber keseimbangan cairan.
dengan kehilangan cairan tubuh tidak terjadi kecuali bila keluaran. Hitung keseimbangan 24
berlebihan melalui urete merupakan jam.
normal dan /atau kontraindikasi. 2) Timbang berat badan sesuai menunjukkan keadekuatan volume
abnormal (perdarahan), - Perdarahan indikasi. sirkulasi.
status hipermetabolik, terkontrol/ tidak
kerusakan masukan ada. 3) Pantau tanda vital. Evaluasi nadi indikator tidak langsung dari status
cairan. - Membran mukosa perifer, pengisian kapiler hidrasi atau derajat kekurangan
lembab. volume cairan.
- Tanda-tanda vital 4) Kaji turgor kulit dan kelembaban
dalam batas membran mukosa. Perhatikan
normal. keluhan turgor.
- Kadar
hemoglobin > 11 5) Dorong peningkatan masukan membantu dalam memelihara
gram %. cairan 3000 ml/hari sesuai toleransi kebutuhan cairan dan menurunkan
individu. resiko efek samping yang
membahayakan
Kolaborasi:
5)Kembangkan rencana manajemen nyeri adalah komplikasi sering dari
nyeri dengan klien dan dokter kanker, meskipun respons individual
berbeda. Saat perubahan
penyakit/pengobatan terjadi,
penilaian dosis dan pemberian akan
diperlukan.
Sumber: (Doengoes, marilyn, 1993)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Analisa Data
Tanggal Data Subyektif Data Obyektif Masalah Keperawatan
16 Maret 2015 Os mengatakan ini Os tampak masih Cemas
adalah kemo yang sering bertanya
ke 5 tentang kemonya
Os mengatakan Os tampak gelisah
masih merasa TTV:
cemas Nadi 90 x/menit
Os mengatakan
ibunya baru saja
meninggal karena
kanker ovarium
Os mengatakan
sendirian saja tidak
ada yang
menemani
16-17 Maret - Os terpasang infus Resti infeksi
perifer di tangan
kanan
TTV
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Leukosit: 6,37
(16/3/2015)
17 Maret Os mengatakan Os PKU post Mual
mual namun tidak khemo paxus-
muntah carboplatin
Os mengatakan Os makan habis ½
banyak porsi
mengeluarkan ludah Bb: 55 kg
Os mengatan nafsu Tb: 155 cm
makan berkurang IMT:22,91
(normal)
P: Intervensi lanjut
17 Maret 09.00 – 09.30 Resiko Infeksi Memonitor tanda dan gejala infeksi 17 Maret S: -
2015 Mengamati higiene oral 2015
Menginformasikan kepada pasien dan O:
keluarga tentang resiko infeksi Terpasang infus di perifer
Mempertahankan lingkungan yang Balutan infus tampak
bersih dan aman dari infeksi bersih
Perhatikan teknik aseptik Tidak ada tanda flebitis di
Melalukan perawatan di area area penusukan alat invasif
pemasangan alat invasif TD: 100/60 mmHg
Nadi: 78 x/menit
RR: 18 x/menit
Suhu: 36 0 C
P: Intervensi lanjut
17 Maret 22.00 – 22.30 Mual Memantau nutrisi dan cairan yang 18 Maret S:
2015 dikonsumsi 2015 Os mengatakan mual sedikit
Memantau status hidrasi berkurang tetapi masih ada
Menjelaskan penyebab mual mual sedikit
Menganjurkan untuk makan secara
perlahan O:
Meninggikan bagian kepala saat makan Hipersaliva
dan setelah makan Os makan habis ¾ porsi
IMT : 22,91
P: Intervensi lanjut
BAB IV
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling
sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995). Penyebab pasti kanker
ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko
kanker ovarium adalah sebagai berikut: riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker
payudara, riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial,wanita diatas usia 50
– 75 tahun, wanita yang tidak memiliki anak(nullipara), wanita yang memiliki anak >
35 tahun, membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, sindroma herediter kanker
kolorektal nonpolipoid.
III.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada kasus yang ditemukan
ditemukan bahwa umur menarkhe, paritas, riwayat keluarga, penggunaan bedak, IMT,
memiliki besar risiko yang bermakna terhadap kejadian kanker ovarium, sementara
paritas memiliki risiko yang tidak bermakna terhadap kejadian kanker ovarium.
Perlunya penelitian yang lebih lanjut untuk mengungkap etiologi penyakit sangat
penting. Menjauhi faktor risiko seperti penggunaan bedak, obat penambah kesuburan
dan terapi hormon terutama bagi yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker
ovarium atau payudara sangat penting. Menghindari konsumsi lemak jenuh
(kolesterol) terutama bagi wanita yang usia menarkhenya <12 tahun penting untuk
mengurangi risiko kanker ovarium. Untuk wanita (terutama wanita yang berisiko)
diperlukan kesadaran untuk melakukan deteksi dini Ca Ovarium seperti papsmear
untuk wanita yang sudah menikah
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Gale, Danielle. 1999. Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta ;EGC
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi: Konsep kliniks proses penyakit . jakarta : EGC.
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
Tambunan, Gani 1995. Diagonosis dan Tatalaksanaan Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di
Indonesia. Jakarata: EGC
Yatim, Faisal 2005. Penyakit Kandungan . jakarta : pustaka popular obor.