Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NN. N (45 THN) DENGAN CA OVARIUM POST KHEMOTERAPI

DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS

Disusun untuk memenuhi tugas

Praktek Pelatihan In House Training Keperawatan Kanker Dasar

Disusun oleh :

Agnes Darmayani A.
Budi S.
Dewi T. B.
Ikin S.
Lita Agustin W.

RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS

JAKARTA

2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini, kanker ovarium dikenal sebagai “silent killer”
karena biasanya tidak ditemukan gejala apapun sampai diketahui telah
menyebar ke bagian tubuh lain. Namun sebenarnya bukti baru
menunjukkan bahwa kebanyakan wanita mungkin memiliki gejala bahkan
sejak tahap awal kanker ini. Jika dideteksi sedini mungkin, kanker ini bisa
diatasi. Deteksi dini penting; masih, hanya sekitar 20 persen kanker
ovarium ditemukan sebelum pertumbuhan tumor telah menyebar di luar
ovarium. Jika dideteksi sedini mungkin harapan hidup jauh lebih tinggi
ketimbang ketika kanker terlanjur menyebar ke luar ovarium.
Angka kejadian kanker ovarium ini kira-kira 20% dari semua
keganaan alat reproduksi wanita. Insiden rata-rata dari semua jenis
diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.
Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker
ovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati
peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada
tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian
sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50
tahun yang lalu.
Karsinoma ovarium di Indonesia sebesar 32% dari kanker
ginekologik dan menyebabkan 55% kematian akibat keganasan
ginekologik. Data statistik American Cancer Society Insiden kanker
ovarium di dunia sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan
menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker.
Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila
telah menyebar kerongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan
pembedahan dan terapi adjuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan
meninggal karena malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor
intraperitoneal.
Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur
yang berasal dari sel epitel merupakan 90% kasus dari seluruh kanker
indung telur. Kanker indung telur merupakan penyebab kematian ke-5
terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan
tersering di seluruh dunia. Kanker indung telur memiliki angka kematian
yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker indung telur, sekitar 14.000
atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini.
Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai
keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium
III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun
hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II
diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.
Penyebab pasti karsinoma ovarium belum diketahui namun
multifaktorial. Resiko berkembangnya karsinoma ovarium berkaitan
dengan lingkungan, endokrin, dan factor genetic. Faktor-faktor lingkungan
yang berkaitan dengan kanker ovarium epithelial terus menjadi subjek
perdebatan dan penelitian. Insidens tertinggi terdapat di negeri barat.
Kebiasaan makan, kopi, dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan,
dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap
mungkin menyebabkan kanker. Tidak ditemukan hubungan antara factor-
faktor itu dengan perkembangan ovarium. Factor resiko endokrin untuk
kanker ovarium adalah perempuan yang nullipara, menarke dini,
menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat dan tidak pernah
menyusui. Perempuan dengan kanker payudara memiliki resiko dua kali
lebih besar untuk berkembangnya kanker ovarium. Penggunaan
kontrasepsi oral tidak meningkatkanh resiko dan mungkin dapat
mencegah.
Terapi penggantian estrogen(ERT) pasca menopause untuk 10
tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker
ovarium (Rodriguest et al, 2001). Gen-gen supresor tumor seperti BRCA-1
dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa
keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan
variasi penetrasi telah ditunjukkan dengan keluarga yang terdapat kanker
ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium. Beberapa dokter menyarankan untuk
melakukan ooforektomi profilaksis pada perempuan usia 35 tahun dalam
kelompok resiko tinggi ini.(Price, 2005)
Karena angka kejadian kanker ovarium cukup tinggi di Indonesia,
maka diperlukan asuhan keperawatan yang intensif. Oleh karena itu ,
penulis tertarik untuk mengangkat Asuhan keperawatan Klien dengan
Karsinoma Ovarium sebagai judul dalam penulisan makalah

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut;
a. Apa pengertian dari karsinoma ovarium?
b. Apa saja etiologi dari karsinoma ovarium?
c. Apa saja klasifikasi dari karsinoma ovarium?
d. Bagaimana manifestasi klinis dari karsinoma ovarium?
e. Apa saja komplikasi dari karsinoma ovarium?
f. Bagaimana penatalaksanaan dari karsinoma ovarium?
g. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari karsinoma ovarium?
h. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium
i. Bagaimana Asuhan keperawatan teoritis dari karsinoma ovarium? .

1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Karsinoma Ovarium”.
b. Tujuan Khusus
i. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan
penyakit Karsinoma Ovarium.
ii. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan
hasil pengkajian
iii. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap
pasien dengan penyakit Karsinoma Ovarium dengan kebutuhan pasien.
iv. Perawat mampu melakukan intervensi tindakan yang nyata sesuai
dengan perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah.

1.4. Manfaat
a. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembuatan
asuhan keperawatan khususnya pada pokok pembahasan Asuhan
Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium.
b. Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan
Klien dengan Karsinoma Ovarium.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Anatomi dan Fisiologi Ovarium


Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem
reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua
ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang
sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah
menopause. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu: 1. Menyimpan ovum
(telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi
tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika
terjadi proses pembuatan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam
uterus dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami
proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu
14 hari setelah ovulasi. 2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron,
kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara,
gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi.
II.2. Konsep Dasar Teoritis Karsinoma ovarium
A. Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur)
yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem
getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan
paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan
kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo,
1995). Karsinoma ovarium epithelial adalah salah satu kanker ginekologi
yang paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada
perempuan(CancerNet, 2001). Kanker ovarium berasal dari sel – sel yang
menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel
kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya
terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan
sebagai kanker ovarium.
B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,
diantaranya: 1. Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka
pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam
terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan
bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan
in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium
normal dan sel-sel kanker ovarium. Penyebab dari kanker ovarium adalah
multifaktor. Teori pertama menerangkan mengenai trauma minor yang
berlangsung terus menerus selama siklus ovulasi (siklus pengeluaran
telur setiap bulannya), teori kedua menerangkan mengenai pajanan
indung telur terhadap hormon gonadotropin dapat meningkatkan risiko
keganasan. Teori ketiga menerangkan mengenai karsinogen (zat yang
dapat merangsang terjadinya keganasan) dapat berkontak dengan indung
telur melalui saluran reproduksi. Ca mamae diduga memeliki hubungan
terhadap kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita
yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca
mamae 3-4 kali lipat.
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah :
a) Diit tinggi lemak
b) Merokok dan alkohol
c) Infertilitas
d) Riwayat Ca mamae, kolon, dan endometrium
e) Nullipara
D. Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal
yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai
berikut:
 Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
 Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
 Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
 Wanita yang tidak memiliki anak(nullipara)
 Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
 Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
 Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
 Ras kaucasia > Afrika-Amerika
F. Patofisiologi
Tidak ada penyebab definitif dan Ca. Ovarium yang ada berupa
faktor-faktor resiko seperti :
 Genetik berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter
menyarankan pemeriksaan bimanual bagi wanita yang mempunyai ibu
saudara perempuan dengan Ca.ovarium, karena adanya gen BRCAI
dan BRCA2 yang bersifat autosom
 Pada nulipara yang berusia > 45 tahun atau pada wanita dengan
kehamilan 1 berusia > 30 tahun biasanya mengalami penurunan atau
perubahan fungsi sel ovarium yang menyebab gangguan proliferasi
 Riwayat tumor jinak beresiko menimbulkan kegagalan differensial sel
(anaplasia) yang menyebabkan pelumorfis (dari bentuk dan
ukurannya)
 Pada wanita yang terpapar terus menerus oleh talk akan terjadi
penumpukan talk di organ genitalia, lalu tubuh menganggap ini
sebagai benda asing dan terjadilah reaksi antibodi sehingga terjadi
gangguan proliferasi
 Merokok merupakan salah satu zat kasinogenk yang bisa
menimbulkan Ca.ovarium, sedangkan riwayat peminum alkohol akan
meningkatkan radikal bebas sehingga mengakibatkan jejas jaringan
terutama pada sel ovarium

Gangguan proliferasi menyebabkan timbulnya sel-sel kanker pada sel


epitel ovarium. Sel-sel tumor akan mendesak jaringan disekitarnya
seperti ; menekan kolon yang menyebabkan gangguan defekasi dan juga
bisa terjadi hiperfleks muskulus detrusor yang menyebabkan sering
berkemih sehingga genitalia menjadi lembab dan lama kelamaan mudah
timbul lesi.
Kanker ovarium bermetatasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan
diri pada rongga abdomen dan pelvis melalui penyebaran benih tumor
melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen (mengakibatkan peritonitis)
dan rongga panggul. Jika metastasis melalui sistem bisa bermetastasis ke
mammae (Ca.mammae), colon (gangguan BAB) dan pleura (efusi
pleura). Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga
inplantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada
semua permukaan interperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke ovarium
juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur interperitoneal dan
limfatik muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis,
sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal,
seperti rasa penuh, mual dan rasa tidak enak diperut, cepat kenyang, dan
konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor
menghasilkan estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosterone dan
menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat
timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, rupture, atau
torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama
pemeriksaan pelvis rutin.
Jika ukuran Ca ovarium besar maka bisa terjadi obstruksi jalan lahir
yang meyebabkan ruptur uteri. Beberapa tumor dapat memproduksi
testosteron yang menyebabkan gangguan hormonal sehingga
menimbulkan gangguan haid berupa perdarahan abnormal yang jika
terjadi terus menerus bisa berakibat anemia (Sylvia. A. Price, 1995).
G. Klasifikasi Kanker Ovarium
Adapun klasifikasi kanker ovarium adalah sebagai berikut;
1. Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada
umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah
tumor ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas)
merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian
terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial yang secara
mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor
bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat Potential).
Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous,
endometrioid dan sel jernih.
2. Tumor germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk
keganasan sel germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus
endodermal. Insiden keganasan tumor germinal terjadi pada usia muda kadang
dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi kemoterapi harapan hidup satu tahun
kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10 – 19% sekarang ini 90 %
pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat
dipertahankan.
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan,
bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker
dengan derajat keganasan yang rendah.
H. Manifestasi Klinis
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1. Haid tidak teratur
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Menopause dini
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen
7. Dispepsia
8. Tekanan pada pelvis
9. Sering berkemih
10. Flatulenes
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat.

Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang
terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–
keluhan:
 Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)
 Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu
makan dll
 Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri
 Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
 Menstruasi tidak teratur
 Lelah
 Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
 Nyeri saat berhubungan seksual
 Penurunan berat badan

Sebanyak 60% wanita yang didiagnosis menderita kanker ovarium sudah memasuki
tahap lanjut dari penyakit ini. Pada umumnya tidak didapatkan gejala dini pada kanker
ini, seandainya ada biasanya samar-samar. Gejala tersebut termasuk diantaranya nyeri
pada panggul, kembung, mudah lelah, penurunan berat badan, konstipasi (sembelit),
perdarahan menstruasi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
suatu massa atau benjolan pada panggul merupakan tanda yang perlu dicurigai.
I. Stadium
Stadium kanker biasanya ditentukan sebelum tindakan bedah. Akan tetapi tumor
pada ovarium, stadium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah laparatomi.
Penentuan stadium dengan laparatomi akan lebih akurat, karena perluasan tumor
dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi, sehingga terapi dan
prognosis dapat ditentukan lebih akurat.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
 Stadium I  pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang
berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel
ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intake.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan
luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas
atau dengan bilasan peritoneum positif.
 Stadium II Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan
satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel
ganas dengan bilasan peritoneum positif.
 Stadium III  tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam
pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif
tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya
pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2
cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar
getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
 Stadium IV  pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga
metastasis ke permukaan liver.
Derajat keganasan kanker ovarium
1. Derajat 1 : differensiasi baik
2. Derajat 2 : differensiasi sedang
3. Derajat 3 : differensiasi buruk

J. Deteksi Dini Kanker Ovarium


Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup
akan semakin baik metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai
penyaring kanker ovarium adalah:
1. Pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk
mengetahui bentuk dan ukuran yang abnormal, meskipun pemeriksaan
rektovaginal tidak dapat mendeteksi stadium dini kanker ovarium.
2. Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang ultrasound untuk membedakan
gambaran jaringan sehat, kista dan bentuk tumor padat, melalui abdomen ataupun
pervaginam, dimana mampu mendeteksi keganasan dengan keluhan asimtomatik
tapi ketepatan pada stadium dini rendah.
3. Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125 digunakan untuk menilai
kadar CA-125 dimana peningkat pada kanker ovarium, wanita dengan kanker
ovarium stadium lanjut terjadi peningkatan CA-125 (>35µ/ml) sekitar 80%
walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai 50 % pada stadium dini, pada
wanita premonopause, kehamilan, endometriosis, fibroid uterine, penyakit
ganguan fungsi hati dan kista ovarium juga terjadi peningkatan kadar CA-125.

K. Penegakkan Diagnosa Medis


a. Anamnesis
Keluhan penderita terbayak adalah merasa tidak enak atau terasa berat di perut
bagian bawah dan sering disertai sakit. Perut makin lama makin besar. Kadang-
kadang terjadi pendarahan diluar haid.
b. Pemeriksaan Fisik
Dirongga perut teraba massa tumor dan sering disertai asites. Perabaan
bimanual jelas tumor pada rongga pelvis. Tumor sel granulos pada anak-anak /
pubertas lebih mudah dikenal secara klinis, selain adanya pertumbuhan seks
sekunder prekoks, juga rongga abdomen membesar. Amenorea, atrofi payudara
dan hipertopi klitoris dijumpai pada penderita androplastoma. Adanya asites
disertai masa tumor pada rongga pelvic, terduga tumor ganas. Ciri-ciri kista yang
bersifat ganas yaitu pada keadaan :
– Kista cepat membesar
– Kista pada usia remaja atau pascamenopause
– Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
– Kista dengan bagian padat
– Tumor pada ovarium
c. Laboratorium
Kanker ovarium dapat didentifikasi dengan pemeriksaan beberapa tumor
marker serum penderita. CA 125 merupakan tumor marker kanker ovarium. AFP
(penanda tumor sel germinal) dan CEA sering dipergunakan untuk identifikasi
kanker ovarium. Pemeriksaan HGG dipergunakan untuk diagnosis preoperative
karsinoma ovarium yang berasal dari germ cell.
d. Radiology
Ultrasonografi mempunyai kapasitas untuk membedakan antara tumor solid
dan kristis ovarium. Evaluasi peluasan kanker ovarium pada jaringan sekitar
dapat diramalkan oleh USG. Computed tomography lebih praktis, mudah
diaplikasi dan akurasi diagosiknya lebih tinggi serta dapat mengevaluasi
perluasan dinding tumor pada dinding vesika urinaria dan usus. USG
Transvaginal, CT scan, MRI
e. Laporaskopi
Dapat digunakan untuk menentukan stadium. Apabila penderita yang sudah
mendapat kemoterapi / radioterapi menolak untuk laporotomi kedua ( second-
look) salah satu cara untuk melihat kemajuan pengobatan adalah laporoskopi.
f. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi sering dipergunakan untuk mendiagnosis
berbagai tumor di rongga abdomen. Akan tetapi untuk neoplasma ovarium tidak
banyak dipergunakan karena pada setiap neoplasma di ovarium laporatomi dapat
dilakukan.
g. Sitologi Eksfoliatif
Untuk menetukan stadium tumor ovarium diperlukan pemeriksaan sitologi
cairan asites ataupun cairan bilasan.
h. Histopatologi
Diagnosa defenitif tumor ovarium biasanya berdasarkan histopatologi blok
paraffin. Akan tetapi histopatologi dapat juga dilakukan durate operasi yang
bertujuan untuk memperoleh diagnosis yang cepat.

L. Faktor Prognostik
Kemampuan bertahan hidup selama 5 tahun pada pasien dengan kanker
ovarium berkisar 30%, namun tergantung dari individu masing-masing, stadium,
dan jenis kanker. Pasien dengan stadium I memiliki 90% kemungkinan bertahan
selama 5 tahun, sedangkan stadium II sekitar 50-65%, dan stadium III dan IV
berkisar 15-20% atau kurang dari 5%.

M. Penatalaksanaan
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 sentimeter
merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk
mengalami komplikasi. Apabila tumor ovarium tidak inemberikan gejala dan
diameternya kurang dari 5 sentimeter, biasanya merupakan kista folikel atau kista
lutein.
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan
pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus
beserta kedua tuba dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar
getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan
bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk
pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk
menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical staging). Setelah
pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan
kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
 Operasi
Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH),
salpingoooforektomo bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional).
Nodus retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak
mungkin tumor (untuk memperkecil) harus diangkat untuk mengurangi
keseluruhan massa tumor. Namun pembedahan lebih radikal belum terbukti
menambah manfaat.
Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi
lebih lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian
klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi.
Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomi total,
adneksektomi dan omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya sebanyak
mungkin tumor diangkat untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi
dan terapi radiasi). Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara “debulking”
(cytoreductive) – pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam
batas aman. Dengan debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi
menjadi lebih efektif.
 Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis
tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor
sel granulosa. Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan
pada tingkat klinik T1 dan T2 yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh
rongga perut.
 Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi
radiasi mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah
mendapatkan radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi
ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor.
Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau
kemoterapi, lazim dilakukan lapatotomi kedua (second-look laparotomi), bahkan
kadang sampai ketiga (third-look laparotomi). Hal ini memungkinkan kita
membuat penilaian akurat proses penyakit, hingga dapat menetapkan strategi
pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif
pengobatan lain.
Kanker ovarium epitelial :
– Stadium I : Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai
sedang, operasi salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba
fallopi dan ovarium) atau disertai histerektomi abdominal total (pengangkatan
uterus) dan sebagian jaringan abdominal, harapan hidup selama 5 tahun
mencapai 90%, pada stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium IC
pilihan terapi berupa:
 Radioterapi
 Kemoterapi sistemik
 Histerektomi total abdominal dan radioterapi
– Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi,
dengan terapi ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup
selama 5 tahun mendekati 80 %.
– Stadium III dan IV:
Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat
(sitoreduktif) berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah
permukaan peritoneal, dan usus, jika masih memungkinkan salpingo-
ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan atau
radioterapi.

Kanker ovarium germinal :


– Disgerminoma: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dimana kanker
ditemukan dilanjutkan radioterapi atau kemoterapi.
 Tumor sel germinal lainnya: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi
dilanjutkan kemoterapi.

Kanker ovarium stromal :


– Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi.
Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP (paclitaxel + cisplatin atau
carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin), CC (cyclophosphamide +
carboplatin).
Sejak tahun 1993 perkumpulan ginekologi onkologi (GOG) melaporkan
bahwa paclitaxel dengan kombinasi cisplatin kini merupakan terapi lini
pertama untuk kanker ovarium.

II.3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan Karsinoma Ovarium meliputi:
a. Data Biografi dan Demografi
Data biografi meliputi identifikasi pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan identitas penanggung jawab.
Data demografi meliputi: usia, golongan darah, dan lingkungan.
b. Keluhan Utama (alasan utama datang ke rumah sakit)
Terkait keluhan pasien saat masuk RS seperti: Haid tidak teratur,
ketegangan menstrual yang terus meningkat, menoragia, nyeri tekan pada
payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dyspepsia,
tekanan pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa begah setelah makan
makanan kecil, lingkar abdomen yang terus meningkat.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Riwayat kesehatan sekarang pada pasien karsinoma Ovarium adalah Haid
tidak teratur, ketegangan menstrual yang terus meningkat, menoragia, nyeri
tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen,
dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa begah
setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang terus meningkat.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Riwayat kesehatan dahulu yang berhubungan dengan penyakit klien
sekarang misalnya: Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap
kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita pada yang
mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae
3-4 kali lipat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Mengkaji dalam keluarga apakah ada yang mengalami gangguan yang
berhubungan langsung dengan gangguan yang di alami klien sekarang,
seperti salah satu anggota keluarga ada yang pernah mengalami Karsinoma
Ovarium sebelumnya.
f. Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi meliputi beberapa hal yang berhubungan masalah
reproduksi seperti; bagaimana perjalanan klinis siklus haid teratur atau tidak
serta bagaimana durasi haid normal atau tidak.
g. Riwayat obstetric
Adapun riwayat obstetric terdiri dari masalah; kehamilan, persalinan, dan
nifas yang dialami oleh klien yang bersangkutan.
h. Riwayat menstruasi
Adanya riwayat menstruasi yang tidak teratur, lam dan siklus haid,
menarche
i. Riwayat Perkawinan
Adanya riwayat menikah pada usia dini (kurang dari 16 tahun), mempunyai
pasangan lebih dari satu, sering melahirkan dari jarak, kehamilan terlalu
dekat.
j. Riwayat keluarga berencana
Adanya riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormal.
k. Aspek Psikososial
Cemas, perasaan putus asa, menyangkal diagnostik, gangguan fungsi dan
tanggung jawab peran, gangguan hubungan seksual, dan menarik diri.
1. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Intensitas
perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
m. Faktor Predisposisi.
Dalam mengkaji faktor predisposisi akan ditemukan hal yang dapat
menyebabkan terjadinya kecemasan, antara lain: peristiwa traumatik,
konflik yang dialami, frustasi, gangguan fisik, pola keluarga menghadapi
stress, riwayat gangguan kecemasan dalam kelaurga, dan pengobatan yang
pernah didapat.
n. Stressor pencetus
Stressor pencetus berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu :
 Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi : ketidakmampuan
fisiologis atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
 Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial.
o. Sumber Koping.
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan
sumber koping dari lingkungan diantaranya adalah asset ekonomi,
kemampuan pemecahan masalah, dukungan sosial, keyakinan budaya yang
dapat membuat individu mengadopsi strategi koping yang sukses.
p. Mekanisme koping
Ketika menglami kecemasan individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba ketidakmampuan dan kecemasan secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku psikologis.
Untuk kecemasan ringan, pola yang cenderung digunakan tahapan
dominan seperti : menangis, tidur, makan, tertwa atau melakukan aktifitas
fisik. Namun untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
dibutuhkan lebih banyak energi. Ada dua mekanisme koping yang dapat
dilakukan :
a. Reaksi berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang berorientasi pemenuhan
kebutuhan.
b. Mekanisme pertahanan ego, koping ini tidak selalu berhasil digunakan
dalam kondisi kecemasan. Mekanisme ini banyak digunakan untuk diri
klien sehingga disebut mekanisme perhanan ego.
2. Pemeriksaan Fisik

Data dasar pengkajian pasien:


 AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan dan / keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, misalnya : nyeri,
ansietas.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsiogen lingkungan.
 SIRKULASI
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja
Kebiasaan : Perubahan pada TD
 INTEGRITAS EGO
Gejala : Factor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stress (misalnya merokok,minum alcohol, mununda mencari
pengobatan, keyakinan religius / spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bernakna, rasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Kebiasaan : Menyangkal, menarik diri, marah
 ELIMINASI
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misalnya nyeri pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius, misalnya sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
 MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Kebiasaan diet buruk, misalnya rendah serat tinggi lemak bahan
pengawet. Anoreksi, mual / muntah. Perubahan pada berat badan ; penurun
berat badan
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgo kulit ; edema
 NEUROSENSORI
Gejala : Pusing ; sinkope
 NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Derajat nyeri bervariasi, misalnya ketidak nyamanan ringan
sampai nyeri berat.
 PERNAPASAN
Gejala : Merokok, hidup dengan seseorang yang merokok.
Pemajanan asbes
 KEAMANAN
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
Pemanjana matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam
Ruam kulit, ulserasi
 SEKSUALITAS
Gejala : Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasan.
 INTERAKSI SOSIAL
Gejala : Ketidakadekuatan / kelemahan system pendukung.
Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran
 PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : Riwayat kaker pada keluarga, misalnya ibu / Bibi dengan kanker
payudara, kanker ovarium, kanker kolon
Riwayat pengobatan : Pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan
pengobatan yang diberikan.

3. Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan Ca. Ovarium, kemungkinan diagnosa keperawatan yang
dapat muncul adalah sebagai berikut :
Pre-operatif:
1. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan melalui rute normal dan/atau abnormal (perdarahan);
status hipermetabolik; kerusakan masukan cairan.
2. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker); ancaman
atau perubahan status kesehatan; ancaman kematian; perpisahan dari
keluarga.
3. Antisipasi berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi dari
kesejahteraan (perubahan fungsi tubuh); perubahan gaya hidup; penerimaan
kemungkinan kematian.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status
metabolik berkenaan dengan kanker; konsekuensi kemoterapi dan radiasi;
distress emosional.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder dan imunosupresi, malnutrisi, prosedur invasive.
6. Risiko tinggi terhadap perubahan pola seksual berhubungan dengan
ketakutan dan ansietas, perubahan fungsi/struktur tubuh.
7. Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi, perubahan peran/status ekonomi, kehilangan yang diantipasi dari
anggota keluarga.
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.

Post Operasi:
1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan efek samping kemoterapi
atau radioterapi.
2. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (kompresi/destruksi jaringan
saraf, infiltrasi atau suplay vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi),
efek samping berbagai agen terapi saraf.
3. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan
dengan efek radiasi dan kemoterapi; penurunan imunologis, perubahan
status nutrisi, anemia.
4. Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa
GI dari kemoterapi atau radiasi, masukan cairan buruk.
5. Risiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa mulut berhubungan
dengan efek samping dari bebreapa agen kemoterapi.
(Doenges, Marilyn, 1993; Reader, 1997)
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Risiko Tinggi terhadap Setelah dilakukan - Meningkatkan Mandiri :
kekurangan volume tindakan keperawatan masukan cairan 1) Pantau masukan dan keluaran dan pengukuran sensitif terhadap fluktasi
cairan berhubungan kekurangan volume minimal 2000 ml, berat jenis, masukan semua sumber keseimbangan cairan.
dengan kehilangan cairan tubuh tidak terjadi kecuali bila keluaran. Hitung keseimbangan 24
berlebihan melalui urete merupakan jam.
normal dan /atau kontraindikasi. 2) Timbang berat badan sesuai menunjukkan keadekuatan volume
abnormal (perdarahan), - Perdarahan indikasi. sirkulasi.
status hipermetabolik, terkontrol/ tidak
kerusakan masukan ada. 3) Pantau tanda vital. Evaluasi nadi indikator tidak langsung dari status
cairan. - Membran mukosa perifer, pengisian kapiler hidrasi atau derajat kekurangan
lembab. volume cairan.
- Tanda-tanda vital 4) Kaji turgor kulit dan kelembaban
dalam batas membran mukosa. Perhatikan
normal. keluhan turgor.
- Kadar
hemoglobin > 11 5) Dorong peningkatan masukan membantu dalam memelihara
gram %. cairan 3000 ml/hari sesuai toleransi kebutuhan cairan dan menurunkan
individu. resiko efek samping yang
membahayakan

6) Observasi terhadap kecenderungan identifikasi dini terhadap masalah


perdarahan, misalnya : rembesan (yang dapat terjadi sebagai akibat
dari membran mukosa, sisi pungsi, kanker dan /atau terapi)
adanya ekimosis atau ptekie memungkinkan untuk intervensi
segera.
7) Minimalkan fungsi vena (Misalnya menurunkan potensial hemoragik
: kombinasikan memulai IV dan infeksi berkenaan dengan fungsi
dengan pengambilan contoh vena berulang.
darah).

8) Hindarai trauma dan pemberian menurunkan potensial terhadap


tekanan pada sisi fungsi perdarahan atau pembentukan
hematoma.

9)Berikan cairan IV sesuai indikasi diberikan untuk hidrasi umum serta


mengencerkan obat antineoplastik
dan menurunkan efek samping
merugikan, misalnya : mual/muntah
atau nefrotoksisitas.

10)Berikan transfusi darah sesuai diperlukan untuk memperbaiki


indikasi, misal : SDM jumlah darah dan mencegah
manifestasi anemia yang sering ada
pada pasien kanker, misalnya :
takikardi, takipnea, pusing dan
kelemahan.
Trombosit : trombositopenia (yang
dapat terjadi sebagai efek samping
kemoterapi, radiasi atau proses
kanker) meningkatkan resiko
perdarahan dari membran mukosa
dan sisi tubuh yang lain. Perdarahan
spontan secara umum terjadi pada
trombosit kurang dari 20.000
2. Ketakutan/ ansietas Setelah dilakukan - Klien melaporkan Mandiri :
berhubungan dengan tindakan keperawatan ketakutan/ansietas 1) Tinjau ulang pengalaman membantu dalam identifikasi rasa
krisis situasi (kanke), ketakutan/ansietas yang yang di rasakan klien/orang terdekat sebelumnya takut dan kesalahan konsep
ancaman atau perubahan di rasakan klien dapat di berkurang terhadap kanker. Terutama apakah berdasarkan pada pengalaman
status kesehatan, minimalkan atau - Klien dokter telah mengatakan pada klien terhadap penyakit kanker
ancaman kematian, teratasi. mendemontrasikan dan apakah kesimpulan klien telah
perpisahan dari keluarga. penggunaan dicapai.
mekanisme koping
efektif dan 2) Dorong klien untuk memberikan kesempatan untuk
partisipan aktif mengungkapkan pikiran dan memeriksa rasa takut realistis serta
dalam perasaan. Berikan lingkungan kesalahan konsep tentang diagnosis.
pengobatan/peraw terbuka dimana klien merasa aman
atan. untuk mendiskusikan perasaan atau
- Tanda-tanda vital menolak untuk bicara
dalam batas membantu klien untuk merasa
normal. 3) Berikan lingkungan terbuka diterima pada adanya kondisi tanpa
dimana klien merasa aman untuk perasaan dihakimi dan
mendiskusikan perasaan atau meningkatkan
menolak untuk bicara.

4) Pertahankan kontak sering dengan rasa terhormat dan terkontrol


klien. Bicara dengan menyentuh memberikan keyakinan bahwa klien
klien bila tepat tidak sendiri atau ditolak, berika
respek dan penerimaan individu,
5) Bantu klien/orang terdekat dalam mengembangkan kepercayaan.
mengenali dan mengklarifikasi rasa
takut untuk memulai
mengembankan strategi koping keterampilan koping sering tidak
untuk menghadapi rasa takut efektif setelah diagnosis dan selama
fase pengobatan berbeda.
6) Berikan informasi akurat, konsisten
mengenai prognosis

dapat menurunkan ansietas dan


memungkinkan klien membuat
keputusan/pilihan berdasarkan
7) Hindari memperdebatkan tentang realita.
persepsi klien terhadap situasi
penerimaan perasaan memungkinakn
klien mulai menghadapi situasi.

8) Izinkan ekspresi marah, kecewa Tujuan pengobatan kanker adalah


tanpa konfrontasi. Berikan menghancurkan sel-sel malignan
informasi dimana perasaan adalah sambil meminimasi kerusakan pada
normal dan diekspresikan secara sel yang normal.
wajar.

9) Jelaskan pengobatan yang informasi yang akurat


dianjurkan, tujuannya dan potensial memungkinkan klien menghadapi
efek samping. Membantu klien situasi lebih efektif dengan realitas,
menyiapkan pengobatan. sehingga menurunkan ansietas dan
rasa takut karena ketidaktahuan

10) Jelaskan prosedur, berikan membantu menurunkan ansietas


kesempatan untuk bertanya dan dengan mengembangkan hubungan
jawaban yang jujur terpeutik dan memudahkan
perawatan kontiniu.

11) Berikan pemberi perawatan primer memudahkan istirahat, menghemat


atau konsisten kapanpun mungkin energi, dan meningkatkan
kemampuan koping

12) Tingkatkan rasa tenang dan pilihan intervensi ditentukan oleh


lingkungan tenang. tahap berduka, perilaku koping,
misal menarik diri, menyangkal.
13) Identifikasi tahap/stadium berduka mengidentifikasi masalah individu
klien dan orang terdekat yang dan memberikan dukungan pada
sedang dialami. klien/orang terdekat dalam
menggunakan keterampilan kloping
efektif.

14) Perhatikan koping tak efektif, informasi memberikan data dasar


misal : interkasi sosial buruk, tidak untuk mengevaluasi
berdaya, menyerah kebutuhan/keefektifan intervensi.
3 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan - Klien melaporkan Mandiri
dengan proses penyakit intervensi keperawatan nyeri yang 1) Tentukan riwayat nyeri, misal meningkatkan relaksasi dan
(kompresi/destruksi di harapkanNyeri yang dirasakan nyeri, frekuensi, durasi, dan membantu memfokuskan kembali
jaringan saraf, infiltrasi di rasakan klien dapat berkurang- Klien intensitas serta tindakan perhatian
saraf atau suplai diminimalkan/terkontrol. mengikuti aturan penghilangan yang digunakan.
vaskularnya, obstruksi farmokologis yang
jaras saraf, inflamasi); di tentukan- Klien 2) Berikan tindakan kenyamanan memungkinakn klien untuk
efek samping berbagai mendemontrasikan dasar (misal : reposisi, gosokan berpartisipasi secara aktif dan
agen terapi saraf. penggunaan punggung) dan aktivitas hiburan. meningkatkan rasa kontrol
keterampilan-
Relaksasi 3) Dorong penggunaan keterampilan tujuannya adalah kontrol nyeri
manajemen nyeri (misal : teknik maksimum dengan pengaruh
relaksasi, visualisasi, bimbingan minimum pada aktivitas kegiatan
imajinasi), tertawa, dan sentuhan sehari-hari.
terapeutik.

4) Evaluasi penghilangan rencana terorganisasi


nyeri/kontrol. Nilai pengaturan mengembangkan kesempatan untuk
pengobatan bila perlu. kontrol nyeri. Terutama dengan
nyeri kronis, klien/orang terdekat
harus aktif menjadi partisipasn
dalam manajemen nyeri di RS/ di
rumah.

Kolaborasi:
5)Kembangkan rencana manajemen nyeri adalah komplikasi sering dari
nyeri dengan klien dan dokter kanker, meskipun respons individual
berbeda. Saat perubahan
penyakit/pengobatan terjadi,
penilaian dosis dan pemberian akan
diperlukan.
Sumber: (Doengoes, marilyn, 1993)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Analisa Data
Tanggal Data Subyektif Data Obyektif Masalah Keperawatan
16 Maret 2015  Os mengatakan ini  Os tampak masih Cemas
adalah kemo yang sering bertanya
ke 5 tentang kemonya
 Os mengatakan  Os tampak gelisah
masih merasa  TTV:
cemas  Nadi 90 x/menit
 Os mengatakan
ibunya baru saja
meninggal karena
kanker ovarium
 Os mengatakan
sendirian saja tidak
ada yang
menemani
16-17 Maret -  Os terpasang infus Resti infeksi
perifer di tangan
kanan
 TTV
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 90 x/menit
 Leukosit: 6,37
(16/3/2015)
17 Maret  Os mengatakan  Os PKU post Mual
mual namun tidak khemo paxus-
muntah carboplatin
 Os mengatakan  Os makan habis ½
banyak porsi
mengeluarkan ludah  Bb: 55 kg
 Os mengatan nafsu  Tb: 155 cm
makan berkurang  IMT:22,91
(normal)

C. Prioritas Masalah Keperawatan


1. Mual b.d efek terapi: kemoterapi
2. Cemas b.d perubahan status peran, status kesehatan, pola interaksi
3. Resti infeksi b.d prosedur invasif
D. Intervensi dan Evaluasi

Hari Waktu Diagnosa Implementasi Hari Evaluasi


/Tanggal Keperawatan /Tanggal
16 Maret 18.00 – 18.30 Cemas  Mengkaji tingkat kecemasan dan reaksi 16 Maret S:
2015 fisik terhadap kecemasan 2015 Os mengatakan terkadang
 Mendampingi pasien, berikan sentuhan takut akan tindakan yang
dan yakinkan pasien tidak sendiri diberikan
 Memberikan informasi tentang gejala
cemas O:
 Menciptakan lingkungan yang tenang  Os tampak sedikit tenang
 TD: 110/80
 Nadi: 82 x/menit
 Rr: 20 x/menit
 Klien tidak ditemani oleh
keluarga

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi lanjut
17 Maret 09.00 – 09.30 Resiko Infeksi  Memonitor tanda dan gejala infeksi 17 Maret S: -
2015  Mengamati higiene oral 2015
 Menginformasikan kepada pasien dan O:
keluarga tentang resiko infeksi  Terpasang infus di perifer
 Mempertahankan lingkungan yang  Balutan infus tampak
bersih dan aman dari infeksi bersih
 Perhatikan teknik aseptik  Tidak ada tanda flebitis di
 Melalukan perawatan di area area penusukan alat invasif
pemasangan alat invasif  TD: 100/60 mmHg
 Nadi: 78 x/menit
 RR: 18 x/menit
 Suhu: 36 0 C

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi lanjut

17 Maret 22.00 – 22.30 Mual  Memantau nutrisi dan cairan yang 18 Maret S:
2015 dikonsumsi 2015 Os mengatakan mual sedikit
 Memantau status hidrasi berkurang tetapi masih ada
 Menjelaskan penyebab mual mual sedikit
 Menganjurkan untuk makan secara
perlahan O:
 Meninggikan bagian kepala saat makan  Hipersaliva
dan setelah makan  Os makan habis ¾ porsi
 IMT : 22,91

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi lanjut
BAB IV
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling
sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995). Penyebab pasti kanker
ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko
kanker ovarium adalah sebagai berikut: riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker
payudara, riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial,wanita diatas usia 50
– 75 tahun, wanita yang tidak memiliki anak(nullipara), wanita yang memiliki anak >
35 tahun, membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, sindroma herediter kanker
kolorektal nonpolipoid.

III.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada kasus yang ditemukan
ditemukan bahwa umur menarkhe, paritas, riwayat keluarga, penggunaan bedak, IMT,
memiliki besar risiko yang bermakna terhadap kejadian kanker ovarium, sementara
paritas memiliki risiko yang tidak bermakna terhadap kejadian kanker ovarium.
Perlunya penelitian yang lebih lanjut untuk mengungkap etiologi penyakit sangat
penting. Menjauhi faktor risiko seperti penggunaan bedak, obat penambah kesuburan
dan terapi hormon terutama bagi yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker
ovarium atau payudara sangat penting. Menghindari konsumsi lemak jenuh
(kolesterol) terutama bagi wanita yang usia menarkhenya <12 tahun penting untuk
mengurangi risiko kanker ovarium. Untuk wanita (terutama wanita yang berisiko)
diperlukan kesadaran untuk melakukan deteksi dini Ca Ovarium seperti papsmear
untuk wanita yang sudah menikah
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Gale, Danielle. 1999. Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta ;EGC
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi: Konsep kliniks proses penyakit . jakarta : EGC.
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
Tambunan, Gani 1995. Diagonosis dan Tatalaksanaan Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di
Indonesia. Jakarata: EGC
Yatim, Faisal 2005. Penyakit Kandungan . jakarta : pustaka popular obor.

Anda mungkin juga menyukai