Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam memperoleh asset tetap atau harta bergerak, perusahaan memperolehnya
melalui pembiayaan dengan hutang, modal sendiri, atau menyewa. Sewa atau leasing
adalah bentuk pembiayaan dengan cara pihak yang membutuhkan harta atau pihak
penyewa (lessee) membuat perjanjian dengan pihak yang menyewa (lessor), kemudian
lessor akan menyediakan harta tersebut. Dalam pembiayaan model leasing, lessor akan
tetap memiliki hak atas harta yang disewakan. Jika lessee tidak memenuhi kewajibannya
dalam membayar sewa, maka lessor dapat menarik harta tesebut.
Model pembiayaan leasing bagi lessor lebih baik daripada pembiayaan utang.
Karena dalam pembiayaan utang, jika debitur tidak memenuhi kewajibannya membayar
bunga dan angsuran pinjaman kreditur sulit menyita harta tersebut, karena harus melalui
proses hukum. Kepopuleran leasing tumbuh dengan pesat dan saat ini merupakan salah
satu bentuk investasi modal yang tumbuh paling cepat. Perusahaan tidak lagi meminjam
uang untuk membeli asset tetap. Kepopuleran leasing dibuktikan dengan fakta bahwa 541
dari 600 perusahaan yang disurvei oleh AICPA pada tahun 1999 mengungkapkan data
tentang lease.
Salah satu alasan perusahaan melakukan pembiayaan leasing adalah sewa
merupakan perlakuan akuntansi yang menguntungkan bagi perusahaan bila dibandingkan
dengan membeli. Dengan tidak melaporkannya dalam laporan laba rugi, perusahaan akan
melaporkan laba bersih yang lebih tinggi pada tahun-tahun sebelum dilakukannya
leasing.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sewa (leasing)?
2. Apa saja klasifikasi sewa?
3. Bagaimana proses sewa?
4. Apa saja keuntungan dan kerugian sewa bagi leasor?
5. Bagaimana sewa dalam laporan keuangan lessee (PSAK 30)?

1
6. Bagaimana sewa dalam laporan keuangan lessor (PSAK 30)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sewa (leasing)
2. Untuk mengetahui klasifikasi sewa
3. Untuk mengetahui bagiamana proses sewa
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sewa bagi lessor
5. Untuk mengetahui bagaimana sewa dalam laporan keuangan lessee (PSAK 30)
6. Untuk mengetahui bagaimana sewa dalam laporan keuangan lessor (PSAK 30)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sewa
Sewa (leasing) adalah perjanjian kontrak antara lessor (yang meminjamkan aset)
dan lessee (peminjam), dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk
mengguanakan asset tertentu milik lessor selama periode waktu yang disepakati sebagai
imbalannya, lessee melakukan pembayaran (serangkaian pembayaran) sewa kepada
lessor. Asset yang banyak disewa biasanya berupa peralatan teknologi informasi, alat
transportasi, alat konstruksi, dan alat pertanian.
Sewa guna usaha (lease) adalah sebuah kontrak yang merinci persyaratan-
persyaratan dimana pemilik property, yaitu lessor (yang menyewakan) mentransfer hak
pengguanaan properti kepada lease (penyewa). Pengertian sewa guna usaha menurut
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 30 adalah suatu perjanjian dimana
pemilik asset/yang menyewakan (lessor) memberikan hak kepada pengguna
asset/penyewa (lessee) untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang
disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian
pembayaran kepada lessor.

Berikut adalah pengertian dari beberapa istilah yang digunakan dalam sewa
menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 30):

1. Awal masa sewa adalah tanggal saat lessee mulai berhak untuk menggunakan asset
sewaan. Tanggal ini merupakan tanggal pertama kali pengakuan sewa (yaitu
pengakuan asset, liabilitas, pendapatan, atau beban sewa).
2. Awal sewa adalah tanggal yang lebih awal antara tanggal perjanjian sewa dan tanggal
pihak-pihak berkomitmen terhadap persyaratan pokok sewa. Pada tanggal ini:
a. Sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan
b. Untuk sewa pembiayaan, ditentukan jumlah yang diakui pada awal masa sewa
3. Biaya langsung awal adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung
pada negosiasi dan pengaturan sewa, kecuali biaya yang dikeluarkan oleh lessor
pabrikan atau dealer.

3
4. Investasi sewa bruto adalah jumlah gabungan dari:
a. Pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor dalam sewa pembiayaan
b. Nilai residu yang tidak dijamin yang menjadi hak lessor
5. Investasi sewa neto adalah investasi sewa bruto yang didiskontokan dengan suku
bunga Implisit dalam sewa.
6. Masa sewa adalah periode yang tidak dapat dibatalkan yang mana lessee telah
menyepakati perjanjian untuk menyewa asset ditambah dengan persyaratan lain yang
mana lessee memiliki opsi untuk melanjutkan sewa tersebut, dengan atau tanpa
pembayaran lebih lanjut, jika pada awal sewa hamper asti lessee akan melaksanakan
opsi tersebut.
7. Nilai residu yang dijamin adalah:
a. Bagi lessee, bagian dari nilai residu yang dijamin oleh lessee atau pihak yang
berelasi dengan lessee (jumlah jaminan adalah jumlah maksimum yang dapat
menjadi terutang dalam kondisi apapun).
b. Bagi lessor, bagian nilai residu yang dijamin oleh lessee atau pihak ketiga yang
tidak berelasi dengan lessor yang secara finansial memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan kewajiban atas jaminan tersebut.
8. Nilai residu yang tidak dijamin adalah bagian dari nilai residu asset sewaan yang nilai
realisasinya tidak dapat dipastikan oleh lessor atau dijamin semata-mata oleh satu
pihak yang berelasi dengan lessor.
9. Nilai wajar adalah jumlah suatu asset dipertukarkan, atau liabilitas diselesaikan,
antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam
suatu transaksi wajar.
10. Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran selama masa sewa yang harus
dibayar (atau tidak diharuskan untuk dibayar) oleh lessee, tidak termasuk rental
kontinjen, biaya jasa, dan pajak yang dibayar oleh dan diganti kepada lessor,
ditambah dengan:
a. bagi lessee, jumlah yang dijamin oleh lessee atau oleh pihak yang berelasi dengan
lessee
b. Bagi lessor, nilai residu yang dijamin oleh:
(i) Lessee

4
(ii) Pihak yang berelasi dengan lessee
(iii) Pihak ketiga yang tidak berelasi dengan lessor yang secara financial
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan kewajiban atas jaminan
tersebut.

B. Klasifikasi Sewa

Aturan yang mengatur kebijakan akuntansi serta pengungkapan yang sesuai


mengenai akuntansi sewa baik bagi lessee maupun lessor dalam hubungannya dengan
sewa pada awalnya diatur oleh PSAK No. 30. Dalam PSAK No. 30 diatur mengenai
klasifikasi sewa yang dibagi menjadi dua yaitu sewa pembiayaan dan sewa operasi,
dimana pada masing-masing klasifikasi diatur bagaimana mengatur serta mengungkapkan
akuntansi sewa.

1. Sewa pembiayaan
Sewa pembiayaan atau capital lease adalah kegiatan sewa guna usaha, dimana
penyewa guna usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli
objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. Klasifikasi
sewa capital lease lebih dianggap seperti pembelian asset dibandingkan dengan
menyewa asset. Oleh karena itu, akuntansi untuk capital lease untuk pihak lessee
memerlukan jurnal yang serupa dengan jurnal pembelian aset dengan masa kredit/
pembayaran jangka panjang. Jumlah yang dicatat sebagai asset dan kewajiban adalah
nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum di masa mendatang.

2. Sewa operasi
Sewa oprasi atau operating lease adalah kegiatan sewa guna usaha, dimana penyewa
guna usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.
Klasifikasi sewa guna operating lease akan dianggap sebagai perjanjian sewa
menyewa biasa. Lessee tidak mengkapitalisasi sewa tersebut dan tidak mengakuinya
sebagai aset. Ketika lessee melakukan pembayaran sewa, maka lessee mencatatnya
sebagai beban sewa.

5
C. Proses Sewa

Secara garis besar, proses maupun prosedur dari mekanisme kegiatan sewa yang
adalah sebagi berikut:

1. Lessee bebas memilih dan menemukan asset yang dibutuhkan, mengadakan


penawaran harga dan menunjuk supplier.
2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lessee, mengirimkan kepada lessor
disertai dokumen pelengkap.
3. Lessor mengevaluasi kinerja serta kelayakan kredit lessee serta memutuskan untuk
memberikan fasilitas sewa dengan syarat dan kondisi yang disetujui.
4. Lessee (seperti lama kontrak dan pembayaran sewa), maka perjanjian sewa menyewa
dapat ditandatangani.
5. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk asset yang
di sewa dengan perusahaan yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam
perjanjian sewa menyewa. Antara lessor dan pihak asuransi terjalin perjanjian kontrak
utama.
6. Perjanjian pembelian asset akan ditanda tangani lessor dengan supplier.
7. Supplier dapat mengirim asset yang disewa ke lokasi lesse. Untuk mempertahankan
serta memelihara kondisi asset tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian
pelayanan purna jual.
8. Lessee menandatangani tanda terima asset dan menyerahkan kepada supplier.
9. Supplier menyerahkan surat tanda terima (yang diterima dari lessee) sebagai bukti
pemilikan serta pemindahan pemilikan kepada lessor.
10. Lessor membayar harga asset yang disewa kepada supplier.
11. Lessee membayar sewa secara periodic sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
ditentukan dalam perjanjian sewa menyewa.
Untuk mempermudah memahami proses mekanisme dari sewa dapat memperhatikan
gambar di bawah yang menjelaskan mengenai skema dari prosedur mekanisme sewa.

6
D. Keuntungan dan Kerugian Sewa
Perjanjian sewa guna usaha mengalami perkembangan yang cukup pesat karena memiliki
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1. Penghematan modal, yaitu tidak memerlukan dana yang besar, maksimum hanya
sebesar uang muka yang jumlahnya biasanya tidak besar. Hal ini merupakan
penghematan modal bagi pihak penyewa sehingga penyewa dapat menggunakan
modal yang tersedia untuk keperluan lainnya, karena sewa guna usaha umumnya
membiayai 100% barang modal dibutuhkan.
2. Menghindari resiko kepemilikan, seperti kerusakan, keusangan, perubahan kondisi
ekonomi, dan kemerosotan fisik dari aktiva tetap yang ingin dimiliki. Semua resiko
ini dapat diindari jika aktiva tersebut diperoleh dengan perjanjian sewa guna usaha.
3. Fleksibilitas, meliputi inovasi dan perubahan teknologi, struktur kontraknya, besarnya
pembayaran, maupun jangka waktu pembayaran.

7
4. Sewa guna usaha sesuai dengan kebutuhannya dapat dibukukan dengan on atau off
balance sheet. Di Indonesia, untuk keperluan perhitungan pajak menggunakan off
balance sheet.
Kerugian sewa bagi lessor
1. Sebagai pemilik lessor memiliki risiko besar jika barang yang dilease mendapat tuntutan
dari pihak ketiga. Misalnya jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang orang lain
yang disebabkan oleh barang yang dilease tesebut.
2. Dalam hal adanya complaint lessor tidak bisa mengklaim pabrik atau suppliernya secara
langsung, tindakan tersebut harus dilakukan oleh lessee sebagai pemakai barang
tersebut harus dilakukan oleh lessee sebagai pemakai barang tersebut.
3. Ia tetap bertanggung jawab atas pembayaran kewajiban tertentu karena pemilikan
barang.
4. Walaupun mempunyai hak secara hukum menjual barang lease, namun lessor belum
tentu bebas dari berbagai ikatan seperti gadai atau kewajiban lain.

E. Sewa dalam Laporan Keuangan Lessee


1. Sewa pembiayaan
a. Pengakuan awal
Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai asset dan
liabilitas dalam laporan posisi keuangan sebesar nulai wajar asset sewaan atau
sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini tersebut lebih
rendah daripada nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal masa sewa. Tingkat
diskonto yang digunakan dalam perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa
minimum adalah suku bunga implicit dalam sewa, jika dapat ditentukan secara
praktis, jika tidak, digunakan suku bunga pinjaman incremental lessee. Biaya
langsung awal dari lessee ditambahkan dalam jumlah yang diakui sebagai asset.
b. Pengukuran selanjutnya
Pembayaran sewa minimum dipisahkan antara bagian yang merupakan beban
keuangan dan pengurangan liabilitas. Beban keuangan dialokasikan pada setiap
periode selama masa sewa sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu suku

8
bunga periodic yang konstan atas saldo liabilitas. Rental kontinjen dibebankan
pada periodeterjadinya.
c. Pengungkapan
Sebagai tambahan pengungkapan untuk memenuhi ketentuan PSAK 60:
Instrumen Keuangan: Pengungkapan, lessee juga mengungkapkan hal berikut
untuk sewa pembiayaan:
 Jumlah tercatat neto untuk setiap kelompok asset pada tanggal pelaporan
 Rekonsilasi antara total pembayaran sewa minimum masa depan pada
akhir peiode pelaporan dan nilai kininya. Selain itu, entitas
mengungkapkan total pembayaran sewa minimum masa depan pada akhir
periode pelaporan, dan nilai kininya untuk stiap periode berikut:
i. Sampai dengan satu tahun
ii. Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
iii. Lebih dari lima tahun
 Rental kontinjen yang diakui sebagi beban pada periode
 Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut masa depan
dari kontrak sewa lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada akhir periode
pelaporan.
 Penjelasan umum isi pengaturan sewa yang material yang meliputi, tetapi
tidak terbatas pada, hal berikut:
i. Dasar penentuan utang rental kontinjen
ii. Keberadaan dan persyaratan dari opsi pembaruan atau pembelian
dan klausul eskalasi
iii. Pembatasan yang ditetapkan dalam pengaturan sewa, seperti
pembatasan dividen, tambahan utang, dan sewa lanjut.
2. Sewa operasi
a. Pengungkapan
Sebagai tambahan pengungkapan untuk memenuhi ketentuan PSAK 60:
Instrumen Keuangan: pengungkapan, lessee juga mengungkapkan hal berikut
untuk sewa operasi:

9
i. Total pembayaran sewa minimum masa depan dalam sewa operasi tidak
dibatalkan untuk setiap periode berikut:
 Samapi dengan satu tahun
 Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
 Lebih dari lima tahun
ii. Total perkiraan penerimaan minimum sewa lanjut masa depan dari
kontrak sewa lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada akhir periode
pelaporan.
iii. Pembayaran sewa dan sewa lanjut yang diakui sebagai beban pada
periode, dengan pengungkapan terpisah untuk jumlah pembayaran
minimum sewa, rental kontinjen, dan pembayaran sewa lanjut.
iv. Penjelasan umum pengaturan sewa lessee yang signifikan, yang meliputi,
tetapi tidak terbatas pada:
 Dasar penentuan utang rental kontinjen
 Keberadaan dan persyaratan dari opsi pmbaruan atau pemeblian
dan klausul eskalasi
 Pembatasan yang ditetapkan dalam pengaturan sewa, seperto
pembatasan dividen, tambahan utang, dan sewa lanjut.

F. Sewa dalam Laporan Keuangan Lessor


1. Sewa pembiayaan
a. Pengakuan awal
Dalam pembiayaan, lessor mengakui asset berupa piutang sewa pembiayaan
dalam laporan posisi keuangan sebesar jumlahyang sama dengan investasi sewa
neto.
b. Pengakuan selanjutnya
Pengakuan pendapatan keuangan didasarkan pada suatu pola yang mnecerminkan
suatu tingkat pengembalian periodic yang konstan atas investasi neto lessor dalam
sewa pembiayaan
c. Pengungkapan

10
Sebagai tambahan pengungkapan untuk memenuhi ketentuan dalam PSAK 60:
instrument keuangan: Pengungkapan, lessor mengungkapkan hal berikut untuk
sewa pembiayaan:
i. Rekonsiliasi antara investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran
sewa minimum pada akhir periode pelaporan. Di samping itu, lessor
mengungkapkan investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran
sewa minimum pada akhir periode pelaporan, untuk setiap periode berikut:
 Kurang dari satu tahun
 Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
 Lebih dari lima tahun
ii. Pendapatan keuangan yang belum diterima
iii. Nilai residu yang tidak dijamin yang diakru senagai manfaat lessor
iv. Akumulasi penyisihan piutang tidak tertagih atas pembayran sewa minimum
v. Rental kontinjen yang diakui sebagai pendapatan dalam periode
vi. Penjelasan umum isi pengaturan sewa lessor yang material

2. Sewa operasi
Pendapatan dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus
selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebig mencerminkan
pola waktu yang mana penggunaan manfaat asset sewaan menurun.
Sebagai tamabahan pengungkapan untuk memenuhi ketentuan dalam PSAK 60:
Instrumen Keuangan: Pengungkapan, lessor mengungkapkan hal berikut untuk sewa
operasi:
a. Jumlah gabungan pembayaran sewa minimum masa depan dalam sewa operasi
yang tidak dapat dibatalkan untuk setiap periode berikut:
i. Kurang dari satu tahun
ii. Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
iii. Lebih dari lima tahun
b. Total rental kontinjen yang diakui sebagai pendapatan dalam periode
c. Penjelasan umum isi pengaturan sewa lessor.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sewa guna usaha (lease) adalah sebuah kontrak yang merinci persyaratan-
persyaratan dimana pemilik property, yaitu lessor (yang menyewakan) mentransfer hak
pengguanaan properti kepada lease (penyewa). Pengertian sewa guna usaha menurut
pernyataan standar akuntansi keuangan no. 30 adalah suatu perjanjian dimana pemilik
asset/yang menyewakan (lessor) memberikan hak kepada penguna asset/penyewa
(lessee) untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai
imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.

Dalam PSAK No. 30 diatur mengenai klasifikasi sewa yang dibagi menjadi dua
yaitu sewa pembiayaan dan sewa operasi, dimana pada masing-masing klasifikasi diatur
bagaimana mengatur serta mengungkapkan akuntansi sewa. Sewa pembiayaan
merupakan kegiatan sewa guna usaha, dimana penyewa guna usaha pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai
sisa yang disepakati bersama. Sedangkan sewa operasi adalah kegiatan sewa guna usaha,
dimana penyewa guna usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna
usaha.

B. Saran
Demikianlah pembahasan tentang sewa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
dari pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai