Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KLIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN


HEMODIALISIS
RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

Persiapan Praktek Ruang : Unit Hemodialisa RS Roemani Semarang


Tanggal Praktek : 4-30 Desember 2017
Nama Mahasiswa : Friska Irwinda
NIM : G3A016258
Nama Pembimbing :
Saran Pembimbing :
Tanda Tangan Pembimbing :

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP KLIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN
HEMODIALISIS
A. PENGERTIAN
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik (PGK) atau
yang sering disebut juga dengan gagal ginjal kronis (GGK) adalah kerusakan
pada ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk
sisa dari darah, dengan ditandai adanya protein dalam urin serta penurunan
laju filtrasi glomerulus yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan (Black &
Hawks, 2009).
Gagal ginjal kronis (chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah
nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak
dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam,2008). Gagal ginjal
adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal
biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif &
Kusuma, 2013). Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Brenner
& Lazarus, 2012).

B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi,
yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National Kidney Foundation,
2015). Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal diantaranya
adalah penyakit peradangan seperti glomerulonefritis, penyakit ginjal
polikistik, malformasi saat perkembangan janin dalam rahim ibu, lupus,
obstruksi akibat batu ginjal, tumor atau pembesaran kelenjar prostat, dan
infeksi saluran kemih yang berulang (Wilson, 2005).
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan
GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi
sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi
lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah
banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun
dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.
1. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan
oleh ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat
dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan
klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak
berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan
kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea
darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan
indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya
dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein
dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi
seperti steroid.
2. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir,
respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan
elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium
dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat
aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai
kecenderungan untuk kwehilangan garam, mencetuskan resiko
hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin
memperburuk status uremik.
3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis
metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam
terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi
ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) .
penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi
4. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai
keletihan, angina dan sesak napas.
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat
tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi
melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat
dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan
mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang. Selain
itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang
secara normal dibuat di ginjal menurun.
6. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks
kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala dan tanda PGK stadium awal (Arici, 2014)
a. Lemah
b. Nafsu makan berkurang
c. Nokturia, poliuria
d. Terdapat darah pada urin, atau urin berwarna lebih gelap
e. Urin berbuih
f. Sakit pinggang
g. Edema
h. Peningkatan tekanan darah
i. Kulit pucat
2. Gejala dan tanda PGK stadium lanjut (Arici, 2014)
a. Umum (lesu, lelah, peningkatan tekanan darah, tanda-tanda kelebihan
b. volume, penurunan mental, cegukan)
c. Kulit ( penampilan pucat, uremic frost, pruritic exexcoriations)
d. Pulmonari (dyspnea, efusi pleura, edema pulmonari, uremic lung)
e. Gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, kehilangan berat badan,
f. stomatitis, rasa tidak menyenangkan di mulut)
g. Neuromuskuler (otot berkedut, sensorik perifer dan motorik
neuropati,
h. kram otot, gangguan tidur, hiperrefleksia, kejang, ensefalopati, koma)
i. Metabolik endokrin (penurunan libido, amenore, impotensi)
j. Hematologi (anemia, pendarahan abnormal)

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien CKD disesuaikan dengan
stadium penyakit pasien tersebut (National Kidney Foundation, 2010).
Perencanaan tatalaksana pasien CKD dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya paling tepat diberikan


sebelum terjadinya penurunan GFR sehingga tidak terjadi perburukan fungsi
ginjal. Selain itu, perlu juga dilakukan pencegahan dan terapi terhadap kondisi
komorbid dengan mengikuti dan mencatat penurunan GFR yang terjadi.
Perburukan fungsi ginjal dapat dicegah dengan mengurangi hiperfiltrasi
glomerulus, yaitu melalui pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis
guna mengurangi hipertensi intraglomerulus. Pencegahan dan terapi terhadap
penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting mengingat 40-45 %
kematian pada CKD disebabkan oleh penyakit kardiovaskular ini. Pencegahan
dan terapi penyakit kardiovaskular dapat dilakukan dengan pengendalian
diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia dan sebagainya.
Selain itu, perlu dilakukan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi yang
mungkin muncul seperti anemia dan osteodistrofi renal (Suwitra, 2009).

F. KONSEP TEORI TENTANG DIALISIS


1. Pengertian
Hemodialisis (HD) adalah suatu proses menggunakan mesin HD dan
berbagai aksesorisnya dimana terjadi difusi partikel terlarut (salut) dan air
secara pasif melalui darah menuju kompartemen cairan dialisat melewati
membrane semi permeabel dalam dializer (Price & Wilson, 2006).
Hemodialisis ini bertujuan untuk mengeluarkan zat-zat terlarut yang tidak
diinginkan dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan
(O’callaghan, 2009).
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti
fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu
dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeable
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012).
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis =
pemisahan atau filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang
digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh
ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan menggunakan
sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel
(ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saar toksin atau zat
beracun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau
menyebabkan kematian (Mutaqin & Sari, 2011).
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan
biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan
dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah
satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy/RRT) dan
hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis
dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI
(Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut
prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD
darurat/emergency, HD persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler
(Daurgirdas et al., 2007).

2. Tujuan Hemodialisis
Tujuan dari hemodilisis adalah untuk memindahkan produk-produk
limbah terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin
dialisis. Pada klien gagal ginjal kronik, tindakan hemodialisis dapat
menurunkan risiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat akumulasi
zat toksik dalam sirkulasi, tetapi tindakan hemodialisis tidak
menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen. Klien
GGK biasanya harus menjalani terapi dialiss sepanjang hidupnya (biasanya
tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam perkali terapi) atau
sampai mendapat ginjal baru melalui transplantasi ginjal (Mutaqin & Sari,
2011).

3. Indikasi Hemodialisis
Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera
dan HD kronik. Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan,
Indikasi hemodialisis segera antara lain (Duaurgirdas et al., 2007):
a. Kegawatan ginjal
1) Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
2) Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
3) Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
4) Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5
mmol/l )
5) Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
6) Uremia ( BUN >150 mg/dL)
7) Ensefalopati uremikum
8) Neuropati/miopati uremikum
9) Perikarditis uremikum
10) Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L
11) Hipertermia
b. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran
dialisis
c. Indikasi Hemodialisis Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan
berkelanjutan seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Menurut K/DOQI dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt.
Keadaan pasien yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama,
sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu
dari hal tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):
1) GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
2) Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan
muntah.
3) adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
4) Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
5) Komplikasi metabolik yang refrakter.

4. Prinsip Kerja
Prinsip kerja fisiologis dari hemodialisis adalah filtrasi, difusi,
osmosis dan ultra filtrasi. Filtrasi adalah proses lewatnya suatu zat melalui
filter untuk memisahkan sebagian zat itu dari zat yang lain. Difusi
merupakan proses perpindahan molekul dari larutan dengan konsentrasi
tinggi ke daerah dengan larutan berkonsentrasi rendah sampai tercapai
kondisi seimbang melalui membran semipermeabel. Proses terjadinya
difusi dipengaruhi oleh suhu, visikositas dan ukuran dari molekul. Osmosis
terjadi berdasarkan prinsip bahwa zat pelarut akan bergerak melewati
membran untuk mencapai konsentrasi yang sama di kedua sisi, dari daerah
dengan konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi. Dengan
ini zat-zat terlarut tidak ikut melewati membran. Ini merupakan proses
pasif. Saat darah dipompa melalui dialiser maka membran akan
mengeluarkan tekanan positifnya, sehingga tekanan diruangan yang
berlawanan dengan membran menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan
cairan dan larutan dengan ukuran kecil bergerak dari daerah yang
bertekanan tinggi menuju daerah yang bertekanan rendah (tekanan
hidrostatik). Karena adanya tekanan hidrostatik tersebut maka cairan dapat
bergerak menuju membran semipermeabel. Proses ini disebut dengan
ultrafiltrasi (O’callaghan, 2009).
Ada tiga komponen utama yang terlibat dalam proses hemodialisis
yaitu alat dialyzer, cairan dialisat dan sistem penghantaran darah. Dialyzer
adalah alat dalam proses dialisis yang mampu mengalirkan darah dan
dialisat dalam kompartemen-kompartemen di dalamnya, dengan dibatasi
membran semi permeabel (Depner, 2005).
Dialisat adalah cairan yang digunakan untuk menarik limbah-limbah
tubuh dari darah. Sementara sebagai buffer umumnya digunakan
bikarbonat, karena memiliki risiko lebih kecil untuk menyebabkan
hipotensi dibandingkan dengan buffer natrium. Kadar setiap zat di cairan
dialisat juga perlu diatur sesuai kebutuhan. Sementara itu, air yang
digunakan harus diproses agar tidak menimbulkan risiko kontaminasi
(Septiwi, 2010).
Sistem penghantaran darah dapat dibagi menjadi bagian di mesin
dialisis dan akses dialisis di tubuh pasien. Bagian yang di mesin terdiri atas
pompa darah, sistem pengaliran dialisat, dan berbagai monitor. Sementara
akses juga bisa dibagi atas beberapa jenis, antara lain fistula, graft atau
kateter. Prosedur yang dinilai paling efektif adalah dengan membuat
suatu fistula dengan cara membuat sambungan secara anastomosis (shunt)
antara arteri dan vena. Salah satu prosedur yang paling umum adalah
menyambungkan arteri radialis dengan vena cephalica, yang biasa
disebut fistula Cimino-Breschia. (Carpenter & Lazarus, 2012).

G. KONSEP ASKEP CKD DENGAN DIALISIS


1. Pengkajian Fokus
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
1) Sindrom uremia
2) Mual, muntah, perdarahan GI.
3) Pusing, nafas kusmaul, koma.
4) Perikarditis, cardiar aritmia
5) Edema, gagal jantung, edema paru
6) Hipertensi
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual,
muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar
serum yang meningkat. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1397)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium
terminal). (Brunner & Suddarth, 2001: 1398)
c. Riwayat Obat obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya
harus dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering
merupakan bagian dari susunan terapi dialysis, merupakan salah satu
contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan
hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan
kapan menundanya. Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada
hari yang sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat
terjadi selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah rendah yang
berbahaya. (Brunner & Suddarth, 2001: 1401)
d. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan
kondisi penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi
masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan,
dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit
yang kronis dan ketakutan terhadap kematian.(Brunner & Suddarth,
2001: 1402). Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering
dialami pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis. (Muttaqin,
2011: 267).
e. ADL
Nutrisi : pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan
pembatasan cairan masuk untuk meminimalkan gejala seperti
penumpukan cairan yang dapat mengakibatkan gagal jantung kongesti
serta edema paru, pembatasan pada asupan protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan
gejala, mual muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1400)
Eliminasi : Oliguri dan anuria untuk gagal
Aktivitas : dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada
keluarga. Waktu yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi
waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat
menciptakan konflik, frustasi. Karena waktu yang terbatas dalam
menjalani aktivitas sehai-hari.

f. Pemeriksaan Fisik
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan
menurun.
TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi
dan tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur
kembali pada saat prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra dan
sesudah prosedur. (Muttaqin, 2011: 268)
Manifestasi klinik
1) Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus
atau gatal-gatal
2) Kuku : kuku tipis dan rapuh
3) Rambut : kering dan rapuh
4) Oral : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
5) Lambung : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
6) Pulmonary : uremic “lung” atau pnemonia
7) Asam basa : asidosis metabolik
8) Neurologic : letih, sakit kepala, gangguan tidur, pegal
9) Hematologi : perdarahan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre HD
1) Risiko Ketidakseimbangan elektrolit
2) Kerusakan integritas kulit
3) Ansietas
b. Intra HD
1) Hambatan mobilitas fisik
2) Nyeri akut
3) Risiko Infeksi
4) Risiko perdarahan

c. Post HD
1) Harga diri rendah : situasional
2) Risiko infeksi

3. Fokus Intervensi
Pre Hemodialisa
No Daftar Diagnosa NOC NIC
1 Resiko ketidakseimbangan- Keseimbangan Manajemen elektrolit
elektrolit (00195) elektrolit dan asam basa - Lakukan dialisis jika perlu
Domain : nutrisi - Keseimbangan cairan - Konsultasikan dengan ahli gizi
Kelas : hidrasi - Hidrasi untuk memberikan diet
Definisi:Beresiko Setelah dilakukan pembatasan natrium.
mengalami perubahan tindakan keperawatan - Pantau hasil laboratorium yang
kadar elektrolit serum yang selama 1x24 jam pasien relevan terhadap retensicairan
dapat mengganggu mampu untuk: (misalnya, peningkatan berat
kesehatan 1. Tercapainya jenis urine, peningkatan BUN,
keseimbangan elektrolit penuranan hematocrit dan
Faktor resiko dan asam-basa, dengan peningkatan kadar osmolalitas
- Defisiensi volume cairan indikator: urine)
- Kelebihan volume cairan - Jumlah elektrolit serum - Observasi khususnya terhadap
- Gangguan mekanisme dalam batas normal kehilangan cairan yang tinggi
regulasi (mis, diabetes - Tanda-tanda vital elektrolit (misalnya diare,
insipidus, sindrom seperti nadi dan drainasse luka, pengisapan
ketidaktepatan sekresi pernapasan dalam batas nasogastric, diaphoresis, dan
hormon antidiuretik) normal. drainasse ileustomi)
- Muntah - pH urine dalam batas - Laporkan abnormalitas elektrolit
- Disfungsi ginjal normal Pemantauan elektrolit
2. Tercapainya - Observasi khususnya terhadap
keseimbangan cairan, kehilangan cairan yang tinggi
dengan indikator: elektrolit (misalnya diare,
- Tidak ada asites drainase luka, pengisapan
- Tidak ada edema perifer nasogastrik, diaforesis, draninase
- Berat badan dalam ileostomi)
keadaan stabil - Kaji ekstremitas atau bagian
- Mempertahankan output tubuh yang edema terhadap
urine yang sesuai dengan gangguan sirkulasi dan integritas
usia dan BB, BJ urine kulit
normal, HT normal - Pantau secara teratur lingkar
3. Mempertahankan abdomen dan ekstremitas
hidrasi yang adekuat,
dengan indikator: Manajemen cairan
- Tidak mengalami haus - Pantau status hidrasi (misalnya,
yang tidak normal kelembapan membran mukosa,
- Menunjukkan hidrasi keadekuatan nadi, dan tekanan
yang baik (membran darah ortostatik)
mukosa lembab, mampu - Timbang berat badan setiap hari
berkeringat) dan pantau kecenderungannya
- Tidak ada tanda-tanda - Pertahankan keakuratan catatan
dehidrasi asupan dan haluaran
- Tidak demam - Pantau indikasi kelebihan atau
retensi cairan (misalnya crakcle,
peningkatan CVP atau tekanan
baji kapiler paru, edema, distensi
vena leher, dan asites), sesuai
dengan keperluan
- Berikan terapi IV, sesuai
program
- Konsultasi ke dokter jika tanda
dan gejala kelebihan volume
cairan menetap atau memburuk
- Pasang kateter urine, jika perlu
- Berikan cairan, sesuai dengan
keperluan
Manajemen cairan/elektrolit
- Identifikasi faktor terhadap
bertambah buruknya dehidrasi
(misalnya obat-obatan, demam,
stres, dan program pengobatan)
- Kaji adanya vertigo ataun
hipotensi postural
- Tentukan lokasi dan derajat
edema
- Kaji komplikasi pulmonal atau
kardiovaskular yang
diindikasikan dengan
peningkatan tanda gawat nafas,
peningkatan frekuensi nadi,
peningkatan tekanan darah, bunyi
jantung tidak normal, atau suara
nafas tidak normal.
- Kaji efek pengobatan (misalnya
steroid, diuretik, litium) pada
edema
- Berikan terapi IV sesuai
program
Health Education:
- Ajarkan pasien tentang
penyebab dan cara mengatasi
edema;pembatasan diit;dan
peggunaan, dosis, dan efek
samping obat yang digunakan
- Anjurkan pasien untuk
menginformasikan perawat bila
haus
Terapi intravena (IV)
- Observasi daerah pemasangan
infus secara kontinyu
- Monitor tetesan infus
- Hindarkan pasien dari trauma
selama terapi IV
- Berikan posisi yang nyaman
untuk pasien
- Kolaborasi dalam pemberian
cairan IV
Health education:
- Anjurkan pasien untuk
melaporkan ketidaknyamanan
selama pemasangan terapi
intravena.
- Anjurkan pasien melaporkan
jika adanya nyeri dan bengkak
pada daerah sekitar pemasangan
infus.
Pemantauan cairan
- Kaji riwayat jumlah dan jenis
intake cairan dan eliminasi
- Pantau warna, jumlah dan
frekuensi kehilangan cairan
2 Kerusakan Integritas Kulit - Tissue Integrity : Skin NIC
(00046) and Mucous Membranes Pressure Management
Domain : - Wound Healing : primer - Kaji lingkungan dan peralatan
keamanan/perlindungan dan sekunder yang menyebabkan terjadinya
Kelas : cedera fisik tekanan.
Definisi : Setelah dilakukan - Hindari adanya lipatan pada
tindakan keperawatan tempat tidur.
Perubahan/gangguan selama 3 x 24 jam - Jaga kebersihan kulit agar tetap
epidermis dan/atau dermis kerusakan integritas kulit bersih dan kering.
teratasi dengan kriteria - Lakukan mobilisasi pasien
Batasan karakteristik hasil : (ubah posisi pasien) setiap dua
- Kerusakan pada lapisan - Capilarry refill < 3 detik jam sekali.
kulit (dermis). - Tidak ada pitting edema - Monitor integritas kulit akan
- Kerusakan pada - Integritas kulit yang adanya kemerahan.
permukaan kulit baik bisa dipertahankan - Oleskan lotion atau
(epidermis) (sensasi, elastisitas, minyak/baby oil pada derah yang
temperatur, hidrasi, tertekan .
Faktor-faktor yang pigmentasi - Monitor aktivitas dan mobilisasi
berubungan pasien.
- Perubahan status cairan - Monitor status nutrisi pasien.
- Perubahan tugor - Mandikan pasien dengan sabun
- Faktor perkembangan dan air hangat.
- Ketidakseimbangan
nurtisi Healt Education
- Gangguan sirkulasi - Anjurkan pasien untuk
- Gangguan status menggunakan pakaian yang
metabolik longgar.
3 Ansietas (00146) - Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
Kelas : koping/toleransi- Coping kecemasan)
stres - Gunakan pendekatan yang
Domain : respons koping Setelah dilakukan menenangkan
Definsi : Perasaan gelisah tindakan keperawatan - Nyatakan dengan jelas harapan
yang tak jelas dari selama 1x24 jam terhadap pelaku pasien
ketidaknyamanan atau diharapkan kecemasan - Jelaskan semua prosedur dan apa
ketakutan yang disertai yang dirasakan klien yang dirasakan selama prosedur
respon autonom (sumner berkurang - Temani pasien untuk
tidak spesifik atau tidak dengan Kriteria Hasil : memberikan keamanan dan
diketahui oleh individu); - Klien mampu mengurangi takut
perasaan keprihatinan mengidentifikasi dan - Berikan informasi faktual
disebabkan dari antisipasi mengungkapkan gejala mengenai diagnosis, tindakan
terhadap bahaya. Sinyal ini cemas prognosis
merupakan peringatan - Mengidentifikasi, - Dorong keluarga untuk
adanya ancaman yang akan mengungkapkan dan menemani anak
datang dan memungkinkan menunjukkan tehnik - Lakukan back / neck rub
individu untuk mengambil untuk mengontol cemas - Dengarkan dengan penuh
langkah untuk menyetujui - Vital sign dalam batas perhatian
terhadap tindakan normal - Identifikasi tingkat kecemasan
- Postur tubuh, ekspresi - Bantu pasien mengenal situasi
Batasan karakteristik wajah, bahasa tubuh dan yang menimbulkan kecemasan
- Gelisah tingkat aktivitas - Dorong pasien untuk
- Insomnia menunjukkan mengungkapkan perasaan,
- Resah berkurangnya kecemasan ketakutan, persepsi
- Ketakutan - Instruksikan pasien
- Sedih menggunakan teknik relaksasi
- Fokus pada diri - Barikan obat untuk mengurangi
- Kekhawatiran kecemasan
- Cemas

Intradialisis
No Daftar Diagnosa NOC NIC
1 - Pain Level, Pain Management
Nyeri Akut
- pain control, - Lakukan pengkajian nyeri secara
Kelas :
- comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Domain :
setelah dilakukan karakteristik, durasi, frekuensi,
Definisi :
tindakan keperawatan kualitas dan faktor presipitasi
Sensori yang tidak
selama 1x 24 jam - Observasi reaksi nonverbal dari
menyenangkan dan
diharapkan nyeri ketidaknyamanan
pengalaman emosional
berkurang dengan - Gunakan teknik komunikasi
yang muncul secara aktual
Kriteria Hasil: terapeutik untuk mengetahui
atau potensial kerusakan
- Mampu mengontrol pengalaman nyeri pasien
jaringan atau
nyeri (tahu penyebab - Kaji kultur yang mempengaruhi
menggambarkan adanya
nyeri, mampu respon nyeri
kerusakan (Asosiasi Studi
menggunakan tehnik - Evaluasi pengalaman nyeri masa
Nyeri Internasional):
nonfarmakologi untuk lampau
serangan mendadak atau
mengurangi nyeri, - Evaluasi bersama pasien dan tim
pelan intensitasnya dari
mencari bantuan) kesehatan lain tentang
ringan sampai berat yang
- Melaporkan bahwa nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri
dapat diantisipasi dengan
berkurang dengan masa lampau
akhir yang dapat diprediksi
menggunakan - Bantu pasien dan keluarga untuk
dan dengan durasi kurang
manajemen nyeri mencari dan menemukan
dari 6 bulan.
- Mampu mengenali nyeri dukungan
(skala, intensitas, - Kontrol lingkungan yang dapat
Batasan karakteristik :
frekuensi dan tanda nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Laporan secara verbal
- Menyatakan rasa ruangan, pencahayaan dan
atau non verbal
nyaman setelah nyeri kebisingan
- Fakta dari observasi
berkurang - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Posisi antalgic untuk - Tanda vital dalam - Pilih dan lakukan penanganan
menghindari nyeri rentang normal nyeri (farmakologi, non
- Gerakan melindungi farmakologi dan inter personal)
- Tingkah laku berhati-hati - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Muka topeng menentukan intervensi
- Gangguan tidur (mata - Ajarkan tentang teknik non
sayu, tampak capek, sulit farmakologi
atau gerakan kacau, - Berikan analgetik untuk
menyeringai mengurangi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri - Evaluasi keefektifan kontrol
- Fokus menyempit nyeri
(penurunan persepsi waktu, - Tingkatkan istirahat
kerusakan proses berpikir, - Kolaborasikan dengan dokter jika
penurunan interaksi ada keluhan dan tindakan nyeri
dengan orang dan tidak berhasil
lingkungan) - Monitor penerimaan pasien
- Tingkah laku distraksi, tentang manajemen nyeri
contoh : jalan-jalan, Analgesic Administration
menemui orang lain - Tentukan lokasi, karakteristik,
dan/atau aktivitas, aktivitas kualitas, dan derajat nyeri
berulang-ulang sebelum pemberian obat
- Respon autonom (seperti - Cek instruksi dokter tentang jenis
diaphoresis, perubahan obat, dosis, dan frekuensi
tekanan darah, perubahan - Cek riwayat alergi
nafas, nadi dan dilatasi - Pilih analgesik yang diperlukan
pupil) atau kombinasi dari analgesik
- Perubahan autonomic ketika pemberian lebih dari satu
dalam tonus otot (mungkin - Tentukan pilihan analgesik
dalam rentang dari lemah tergantung tipe dan beratnya nyeri
ke kaku) - Tentukan analgesik pilihan, rute
- Tingkah laku ekspresif pemberian, dan dosis optimal
(contoh : gelisah, merintih, - Pilih rute pemberian secara IV,
menangis, waspada, IM untuk pengobatan nyeri secara
iritabel, nafas teratur
panjang/berkeluh kesah) - Monitor vital sign sebelum dan
- Perubahan dalam nafsu sesudah pemberian analgesik
makan dan minum pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu
Faktor yang berhubungan : terutama saat nyeri hebat
- Agen injuri (biologi, - Evaluasi efektivitas analgesik,
kimia, fisik, psikologis) tanda dan gejala (efek samping)
2 Hambatan mobilitas fisik Ambulasi Ambulasi
Definisi : Pergerakan Terkoordinasi1. Kaji kebutuhan belajar klien
Keterbatasan dalam Mobilitas 2. Kaji kebutuhan terhadap bantuan
pergerakan fisik mandiri pelayanan kesehatan daari
dan terarah pada tubuh atau Tujuan dan Kriteria lembaga kesehatan dirumah sakit
satu ektremitas atau lebih. Hasil: dan alat kesehatan yang tahan lama
Tingkat 2 : memerlukan Setelah dilakukan
3. Instrusikan klien untuk
bantuan dari orang lain tindakan keperawatan 2 x menyangga berat badannya
untuk pertolongan, 24 jam mobilitas fisik 4. Instrusikan dan dukung klien
pengawasan atau teratasi dengan indicator : untuk menggunakan trapeze atau
pengajaran. Melakukan aktifitas pemberat untuk meningkatkan
Kelas : kehidupan sehari-hari serta mempertahankan kekuatan
Domain : secara mandiri dengan ektremitas atas
Batasan Karakteristik : alat bantu misalnya kursi5. Instrusikan klien untuk
Penurunan waktu reaksi roda memperhatikan kesejajaran tubuh
Kesulitan membolak-balik Meminta bantuan yang benar
posisi tubuh untuk aktifitas mobilisasi,
6. Gunakan ahli terapi fisik dan
Dispnea saat beraktifitas jika diperlukan okupasi sebagai suatu sumber
Perubahan cara berjalan Menggunakan kursi untuk mengembangkan
(misalnya penurunan roda secara efektif perencanaan dan mempertahankan
aktifitas dan kecepatan atau meningkatkan mobilitas
berjalan, kesulitan untuk 7. Gunakan sabuk penyongkong
memulai berjalan, langkah saat memberikan bantuan
kecil, berjalan dengan ambulasi atau perpindahan
menyeret kaki, pada saat 8. Awasi sluruh upaya mobilitas
berjalan badan mengayuh dan bantu klien jika diperlukan
ke samping) HE
Tremor yang diinduksi oleh 9. Ajarkan dan dukung klien dalam
pergerakan latihan ROM aktif atau pasif untuk
Ketidakstabilan postur mempertahankan atau
tubuh (saat melakukan meningkatkan kekuatan dan
rutinitas aktivitas ketahanan otot
kehidupan sehari-hari)
Melambatnya pergerakan 10. Ajarkan dan bantu klien dalam
Faktor yang berhubungan : proses berpindah (misalnya dari
Perubahan metabolisme sel tempat tidur ke kursi roda)
11. Ajarkan tekhnik ambulasi dan
berpindah yang aman
Intoleran aktivitas dan
penurunan kekuatan dan
ketahanan
Nyeri
Gangguan neuromuscular
Kaku sendi atau kontraktur
3 Resiko Infeksi (00004) - Immune Status Infection Control (Kontrol
Domain :- Knowledge : Infection infeksi)
keamanan/perlindungan control - Bersihkan lingkungan setelah
Kelas : infeksi - Risk control dipakai pasien lain
Definisi : - Pertahankan teknik isolasi
Peningkatan resiko Setelah dilakukan- Gunakan sabun antimikrobia
masuknya organisme tindakan keperawatan untuk cuci tangan
patogen dalam 1x24 jam- Cuci tangan setiap sebelum dan
diharapkan klien sesudah tindakan kperawtan
Faktor-faktor resiko : terhindar dari resiko- Gunakan baju, sarung tangan
- Prosedur Infasif infeksi dengan Kriteria sebagai alat pelindung
- Trauma Hasil : - Pertahankan lingkungan aseptik
- Kerusakan jaringan dan - Klien bebas dari tanda selama pemasangan alat
peningkatan paparan dan gejala infeksi - Ganti letak IV perifer dan line
lingkungan - Jumlah leukosit dalam central dan dressing sesuai dengan
- Agen farmasi batas normal petunjuk umum
(imunosupresan) - Gunakan kateter intermiten
- Peningkatan paparan untuk menurunkan infeksi
lingkungan patogen kandung kencing
- Ketidakadekuatan imum - Tingktkan intake nutrisi
buatan - Berikan terapi antibiotik bila
- Tidak adekuat perlu
pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Infection Protection (proteksi
Leukopenia, penekanan terhadap infeksi)
respon inflamasi) - Monitor tanda dan gejala infeksi
- Tidak adekuat sistemik dan lokal
pertahanan tubuh primer - Monitor hitung granulosit, WBC
(kulit tidak utuh, trauma - Monitor kerentanan terhadap
jaringan, penurunan kerja infeksi
silia, cairan tubuh statis, - Inspeksi kulit dan membran
perubahan sekresi pH, mukosa terhadap kemerahan,
perubahan peristaltik) panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
- Laporkan kecurigaan infeksi
4 Risiko Perdarahan (00206) - Status sirkulasi Pencegahan Perdarahan
Domain : - Status koagulasi - Memonitor pasien secara ketat
keamanan/perlindungan - Prosedur pengobatan untukperdarahan
Kelas : cedera fisik - Kontrol resiko - Catatan tingkat
Definisi : hemoglobin / hematokritsebelum
Beresiko mengalami Setalah dilakukan dan sesudah kehilangan
penurunan volume darah tindakan keperawatan darah, seperti yang
yang dapat mengganggu selama 1x24 jam ditunjukkanMemantau tanda-
kesehatan diharapkan klien tidak tanda dan gejala perdarahan yang
mengalami perdarahan persisten(misalnya memeriksa
Faktor resiko dengan kriteria hasil: semua sekresi atau
- Aneurisme - TTV dalam batas darah okultisme)
- Defisiensi pengetahuan normal - Melindungi pasien dari
- Koagulopati - Adanya pembentukan trauma, yang
inheren (mis., bekuan darah dapatmenyebabkan perdarahan
trombositoenia) - Pengetahuan mengenai - Menginstruksikan pasien
- Trauma tindakan pengobatan untuk meningkatkan
- Efeksamping terkait terapi yang dijalani asupan makanan yang
- Resiko perdarahan kaya vitamin K
dapat dikenali - Menginstruksikan pasien dan /
atau keluarga pada tanda-
tanda perdarahan dan tindakan
yang
tepat (misalnya, memberitahukanp
erawat)
Perawatan Sirkulasi
- Lakukan penilaian yang
komprehensif dari sirkulasi perifer
(misalnya, memeriksa denyut nadi
perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, dan suhu ekstremitas)
- Evaluasi edema dan
tekanan perifer
- Turunkan ekstremitas untuk
meningkatkansirkulasi arteri, yang
sesuai
- Ubah posisi pasien minimal
setiap jam 2, yang
sesuaiMendorong berbagai latihan
gerak pasif atau aktif selama
istirahat di tempat tidur, yang
sesuai
- Mempertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mencegah
viskositas darah meningkat
- Memantau Status cairan,
termasuk intake dan output

Post Hemodialisis
No Daftar Diagnosa NOC NIC
1. Harga Diri rendah : - Adaptasi Adaptasi
situasional (00120) - Support system - Rencana memperkenalkan
Domain : persepsi diri - Manajemen perasaan pertemuan aktivitas sehari-hari
Kelas : harga diri Setelah dilakukan - Support system yang baik dari
Definisi : tindakan keperawatan kelompok
Perkembangan persepsi selama 1x 24 jam - Fasilitasi lingkungan dan
negatif tentang harga diri diharapkan perasaan kegiatan yang akan
rendah sebagai respon harga diri rendah klien meningkatkan harga diri klien
terhadap situasi saat ini dapat berkurang dengan - Pantau kegiatan yang
(terapi) kriteria hasil: dilaksanakan klien
- Klien dapat - Membuat pernyataan positif
Batasan karakteristik menyesuaikan dengan tentang klien/apa yang sudah
- Evaluasi diri bahwa kemampuan verbal klien lakukan
individu tidak mampu Support system
menghadapi peristiwa - Bantu klien mengenali
- Evaluasi diri bahwa keuntungan dan ketidakuntungan
individu tidak mampu masing-masing alternative
menghadapi situasi support system
- Ekspresi - Fasilitasi teman yang bisa
ketidakberdayaan diajak kerjasama untuk membuat
keputusan
Faktor yang berhubungan - Menjalani hubungan antara
- Perubahan perkembangan klien daan keluarga
- Gangguan citra tubuh Manajemen Perasaan
- Gangguan fungsional - Pantau status fisik klien
- Perubahan peran sosial - Ajarkan klien dalam
kemampuan membuat keputusan
sebagai kebutuhannya
- Gunakan dengan simple,
konkret, belajar untuk
berinteraksi dengan kesadaran
yang disetujui klien.
2. Resiko Infeksi (00004) - Immune Status Infection Control (Kontrol
Domain : - Knowledge : Infection infeksi)
keamanan/perlindungan control - Bersihkan lingkungan setelah
Kelas : infeksi - Risk control dipakai pasien lain
Definisi : - Pertahankan teknik isolasi
Peningkatan resiko Setelah dilakukan- Gunakan sabun antimikrobia
masuknya organisme tindakan keperawatan untuk cuci tangan
patogen dalam 1x24 jam- Cuci tangan setiap sebelum dan
diharapkan klien sesudah tindakan kperawtan
Faktor-faktor resiko : terhindar dari resiko- Gunakan baju, sarung tangan
- Prosedur Infasif infeksi dengan Kriteria sebagai alat pelindung
- Trauma Hasil : - Pertahankan lingkungan
- Kerusakan jaringan dan - Klien bebas dari tanda aseptik selama pemasangan alat
peningkatan paparan dan gejala infeksi - Ganti letak IV perifer dan line
lingkungan - Jumlah leukosit dalam central dan dressing sesuai
- Agen farmasi batas normal dengan petunjuk umum
(imunosupresan) - Gunakan kateter intermiten
- Peningkatan paparan untuk menurunkan infeksi
lingkungan patogen kandung kencing
- Ketidakadekuatan imum - Tingktkan intake nutrisi
buatan - Berikan terapi antibiotik bila
- Tidak adekuat perlu
pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Infection Protection (proteksi
Leukopenia, penekanan terhadap infeksi)
respon inflamasi) - Monitor tanda dan gejala
- Tidak adekuat infeksi sistemik dan lokal
pertahanan tubuh primer - Monitor hitung granulosit,
(kulit tidak utuh, trauma WBC
jaringan, penurunan kerja - Monitor kerentanan terhadap
silia, cairan tubuh statis, infeksi
perubahan sekresi pH, - Inspeksi kulit dan membran
perubahan peristaltik) mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
- Laporkan kecurigaan infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Black & Hawks. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical Mnagement for
Positive Outcomes. elseveir Saunders.
Brenner, B. M., dan Lazarus, J. M. 2012. Gagal Ginjal Kronik dalam Prinsip-
Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison Edisi 13. Jakarta: EGC.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. 2007. Handbook of Dialysis. 4th ed.
Phildelphia. Lipincott William & Wilkins.
Depner, T. A. 2005. Hemodialysis adequacy : Basic Essentials and Practical Points
for The Nephrologist in Training. Hemodialysis International Vol. 9.
pp:241-254.
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif.A.H. dan Kusuma. H. (2013). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
O’callaghan, C. 2009. At a Glance : Sistem Ginjal Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Septiwi, C. 2010. Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup
Pasien Hemodialisis di Unit Hemodialisis RS Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.
Suwitra, Ketut: Penyakit Ginjal Kronik. In: Aru W Sudoyo, editor. Buku. Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 2. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing;. 2009

Anda mungkin juga menyukai