i
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang
telah memberikan kami nikmat sehat dan kelancaran dalam menyelesaikan
laporan “MAKALAH VIBRASI”. Laporan dibuat sebagai tanda bahwa kami telah
mengikuti praktik mata kuliah Pemeliharaan Listrik Pembangkit, yang dilakukan
di Laboraturium Energi dengan peralatan yang ada di dalamnya. Praktik ditujukan
untuk mengenalkan tentang vibrasi di industry pembangkit.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Analisa Vibrasi............................................................................... 1
2.8 Waktu............................................................................................................6
3. Vibrasi Bebas....................................................................................................6
3.1.1 Frekuensi diri (Natural Frequency)......................................................6
3.1.2 Damping...........................................................................................7
4. Vibrasi Paksa....................................................................................................7
4.1 Resonansi..............................................................................................7
4.2 Putaran Kritis.........................................................................................8
iii
5.6 Interpretasi Data...........................................................................................16
5.7 Unbalance ...................................................................................................17
5.8 Misalignment...............................................................................................17
5.9 Oil Whirl......................................................................................................18
5.10 Analisa Fasa...............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
iv
LANDASAN TEORI
2. Parameter Getaran
Vibrasi adalah gerakan bolak balik dalam suatu interval waktu tertentu yang
disebabkan oleh gaya.Vibrasi atau getaran mempunyai tiga parameter yang
dapat dijadikan sebagai tolak ukur yaitu
1
2.1. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya periode getaran yang terjadi dalam satu putaran
waktu. Besarnya frekuensi yang timbul pada saat terjadinya vibrasi dapat
mengdentifikasikan jenis-jenis gangguan yang terjadi. Gangguan yang terjadi
pada mesin seringmenghasilkan frekuensi yang jelas atau mengasilkan contoh
frekuensi yang dapat dijadikan sebagai bahan pengamatan.Dengan
diketahuinya frekuensi pada saat mesin mengalami vibrasi, makapenelitin atau
pengamatan secara akurat dapat dilakuakan untuk mengetahui penyebab atau
sumber dari permasalahan. Frekuensi biasanya ditunjukkan dalam
bentukCycle permenit (CPM), yang biasanya disebut dengan istilah Hertz
( dimana Hz = CPM ).Biasanya singkatan yang digunakan untuk Hertz adalah
Hz
2.2. Amplitudo
Amplitudo adalah ukuran atau besarnya sinyal vibrasi yang dihasilkan.
Amplitudo dari sinyal vibrasi mengidentifikasikan besarnya gangguan yang
terjadi. Makin tinggi amplitudo yang ditunjukkan menandakan makin besar
gangguan yang terjadi, besarnya amplitudo bergantung pada tipe mesin yang
ada. Pada mesin yang masih bagus dan baru,tingkat vibrasinya biasanya
bersifat relatif.
2
Dua buah gelombang dengan frekuensi yang sama tetapi dengan amplitudo
yang berbeda Amplitudo adalah simpangan vibrasi, yaitu seberapa jauh jarak
dari titik keseimbangan masa jika dilihat pada gambar pegas dan diagram
harmonic diatas. Ada tiga cara untuk menggambarkan besarnya amplitudo
yaitu ;
1. Displacement (Jarak vibrasi)
2. Velocity (kecepatan vibrasi)
3. Accelerations (percepatan vibrasi)
3
maximum pada saat displacement mencapai positif maximum atau mendekati
negatif maximum.
Rumus : Acceleration = - (2πf)2 A Sin (2πft) (mm/s2)
4
Gambar 1.3. Sudut fase
Suatu poros yang sedang berputar mempunyai sebuah pemberat pada tepinya,
ditentukan fixed point pada titik A. Pada gambar sebelahnya ditunjukkan
posisi pemberat terhadap fixed point dalam satu kali putaran. Sudut fase 0
derajat ketika pemberat melewati titik A. Seterusnya 90,180, 270, dan 360
derajat atau kembali pada titik A. Displacement terkecil (= 0 ) pada sudut fase
0 dan 180, dan terbesar(positif max/ min) pada sudut fase 90 dan 270
2.8. Waktu
Waktu dalam vibrasi adalah, periode waktu yang diperlukan untuk melakukan
satu gerakan bolak balik. Pada contoh poros berputar, adalah waktu tempuh
yang diperlukan untuk malakukan satu kali putaran.
3. Vibrasi Bebas
Vibrasi bebas adalah vibrasi suatu benda yang terjadi tanpa adanya hentakan-
hentakan dari luar benda itu secara terus menerus. Sebagai contoh sederhana
adalah sebuah bell yang dipukul sekali saja pada Gambar 1.4. Vibrasi yang
terjadi pada bell setelah itu adalah vibrasi bebas yang makin lama makin kecil
(transient), dimana mempunyai suatu frekuensi tertentu yang disebut
"frekuensi diri.
5
Gambar 1.4. Sudut fase
3.2. Damping
Damping adalah daya redam suatu benda terhadap vibrasi. Sepertipada c
ontoh bell di atas, vibrasi bebas padanya akan semakin kecil yang pada
akhirnya vibrasi akan berhenti. Hal ini menunjukkan bahwaadanya
peredaman oleh bell tersebut terhadap vibrasi. Pada Gambar 1.5, vibrasi
pada bell dapat 'digambarkan berupa sinusoidal yangamplitudenya
mengecil, tetapi pada frekuensi yang tertentu.
Gambar 1.5
4. Vibrasi paksa
Vibrasi paksa terjadi hampir pada seluruh mesin-mesin yang sedang
beroperasi. Pada contoh bell di atas (Gambar 1.4.), apabila pukulan pada bell
6
dilakukan terus menerus, maka vibrasi yang terjadi adalah vibrasi paksa. Jika
gaya pada pukulan itu tetap dan berulang secara sama, maka vibrasi bell akan
stabil yaitu besar dan frekuensinya tetap seperti pada Gambar 1.1
4.1 Resonansi
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap benda yang dapat
bervibrasi mempunyai frekuensi diri atau natural frequency. Penyebab
vibrasi juga mempunyai frekuensi terhadap benda obyek vibrasi. ` Pada
contoh bell di atas, jika frekuensi pukulan terhadap bell dalam hal
inipenyebab vibrasi, sama dengan frekuensi diri bell, maka vibrasi yang
ditimbulkannya besar. Hal ini dikarenakan arah gerakan bell searah
dengan arah pukulan, sehingga gaya yang bekerja saling menjumlah. –
Inilah yang disebut bell bervibrasi dalam keadaan resonansi. Sama halnya
dengan poros yang berputar. Apabila frekuensi diri poros tersebut sama
dengan putarannya, maka vibrasi yang terjadi besar. Untuk itu putaran
operasi suatu mesin tidak diperbolehkan sama dengan frekuensi diri
poros, atau biasa disebut putaran kritis. Resonansi pada mesin berputar
tidak hanya dapat terjadi pada poros, tapi bisa juga pada unsur - unsur
mesin itu sendiri, misalnya terhadap suport/bearing,pondasi dan lain
sebagainya.
7
Gambar 1.6.
Gaya ini akan ditahan oleh poros dengan besar yang sama,
p = k y kg.
k = kekenyalan poros, kg/cm.
maka, m (y + e)ω2 = p = k y
8
Gambar 1.7 Hubungan Amplitudo Vibrasi dengan Putaran
9
Bagi kebanyakan tenaga teknik di lapangan skala pada suatu pengukuran yang
paling sering dijumpai adalah skala linier. Pada skala linier dijumpai bahwa
jarak garis skala yang satu dengan yang lain tetap dan mempunyai penambahan
nilai yang tetap pula.
Lain halnya dengan skala logaritmik, di mana akan dijumpai jarak garis skala
yang satu dengan lainnya tidak tidak tetap karena dihitung dengan rumusan
logaritmik yaitu logaritma dengan bilangan dasar 10 tehadap suatu angka.
Hasilnya adalah bahwa pertambahan jarak yang sama diperoleh jika angka
yang lebih besar merupakan kelipatan 10 dari angka yang lebih kecil pada skala
di bawahnya.
Ada beberapa skala yang sering digunakan di dalam pengukuran amplitudo vs.
frekuensi yaitu:
a. Skala linier-linier. Yaitu balk amplitudo maupun frekuensi diplot pada kertas
skala linier (gambar 5.1)
b. Skala linier-logaritmik.
Amplitude pada skala linier dan frekuensi pada skala logaritmis (gambar 5.2.),
atau sebaliknya amplitudo pada skala logaritmik sedangkan frekuensi pada
skala linier
c. Skala logaritmik-logaritmik.
Baik amplitudo maupun frekuensi keduanya diplot pada skala logaritmik.
Gambar 5.1 Contoh plotting amplitudo vs. Frekuensi pada skala linier-linier
Gambar 5.2 Contoh plotting amplitudo vs. frekuensi pada skala logaritmik
Arti secara visual dari pernilihan skala logaritmik untuk amplitudo ini adalah
10
bahwa hasil pengukuran ini akan dapat mengesankan adanya penonjolan /
pembesaran ukuran bagi amplitudo yang keeil ,dan pengecilan ukuran bagi
amplitudo yang besar.
Hal ini dapat diperlihatkan pada gambar diwah ini, bagaimana plotting
amplitudo pada skala linier dan bedanya jika dilakukan plotting pada skala
logaritmik.
11
Sebagai contoh melakukan pengukuran atau pengambilan data vibrasi yang
baik adalah melakukan pengukuran vibrasi pada daerah rurnah bearing secara
vertikal, horisontal, dan axial.
2. Misalignment pada kopling dan bearing (atau bent shaft) akan menghasilkan
aplitudo vibrasi yang tinggi pada arah axial dan juga pada arah radial. Secara
umum jika amplitudo vibrasi axial lebih dari 50% dibandingkan amplitudo
vibrasi arah radial maka dapat dicurigai telah terjadi misalignment atau bent
shaft.
5.3.InterpretasiData
Pada bagian ini akan diterangkan bagaimana suatu data dari hasil pengukuran
diartikan dan bagaimana karakteristik tiap-tiap keadaan perulangan frekuensi
dihubungkan dengan gejala terjadinya masalah / kelainan pada bagian mesin sebagai
sumber penyebabnya.
Setelah suatu hasil pengukuran didapat, langkah selanjutnya adalah membandingkan
hasil pembacaan dari data-data pengukuran yang mempunyai makna berupa
karakteristik vibrasi yang berkaitan dengan adanya berbagai macam masalah /
kelainan pada bagian-bagian mesin.
Kunci dari langkah membandingkan hasil pengukuran ini adalah pembacaan pada
frekuensi¬frekuensi yang paling berkaitan dengan RPM mesin dan yang tidak
berkaitan dengan RPM. Identifikasi. terhadap amplitudo yang tinggi yang terjadi pada
hasil pengukuran spektrumnya (amplitudo vs. frekuensi) dan kemungkinan
penyebabnya dapat dilihat pada tabel 5.1. dibawah ini
12
3) Bad belt if RPM of belt
4) Resonance
5) Reciprocating forces
6) Electrical problems
2x
Synchronous Torque Pulses Rare as a problem unless resonance is excited
Frequency
Bad Gears
Aerodinamic
Gear teeth times RPM of bad gear
Many times Forces.
Number of fan blades times RPM
RPM Hydraulic Forces
Number of Impeller vanes times RPM
(Harmonically Mechanical
May accur at 2, 3, 4 and sometimes higher
Related Freq.) Looseness
harmonics if severe looseness
Reciprocating
Forces
Tabel 5.1
Fekuensi vibrasi yang biasa muncul dan kemungkinan penyebabnya'Untuk masing
13
- masing frekuensi
Gambar 5.6 Instalasi untuk pengukuran vibrasi dan analisa orbit (pola
Lissajous).
Catatan untuk instalasi non-contact pickup seperti di atas dapat digunakan sebagai
sistem yang bersifat redundant (berlebih), failsafe protection (proteksi terhadap
kegagalan pada salah satu sensor) dan dapat menghindari shut down mendadak
dari suatu mesin karena salah satu sensor rusak dan memberikan sinyal palsu
seolah-olah terjadi vibrasi yang levelnya tinggi (dipasang menggunakan logika
AND).
Dari gambar di atas selain non-contact pickups (sebagai sensor) yang dipasang ,
maka harus disediakan pula sebuah osiloskop dual input yang dilengkapi dengan
"T' axis input. Dengan memasang 'T' axis reference mark ini maka pada gambar
Lissajous-nya Akan terlihat suatu "blank" spot pada garis pola Lissajous yang
terbentuk.
14
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu pola Lissajous yang tergambar pada
layar osiloskop.
5.5 UNBALANCE
Suatu keadaan unbalance pada rotary machine ditunjukkan oleh pola Lissajous
sebagai vibrasi yang besar pada frekuensi 1 X RPM dengan menganggap bahwa
vibrasi pada frekuensi yang lain sangat kecil dan tidak berarti.
Bentuknya dapat betul-betul bulat atau sedikit 'agak lonjong (elips) dan di dalam
pola yang terbentuk akan terlihat satu bush spot yang menunjukkan bahwa vibrasi
yang besar hanya terjadi pada frekuensi 1 X RPM.
Gambar pola Lissajousnya diberikan di bawah ini
UNBALANCE
15
Gambar 5,8 Pola Lissaj ous pada rotary machine yang mengalami unbalance
5.6 MISALIGNMENT
Misalignment yang terjadi pada rotary machine akan menyebabkan vibrasi yang
utama pada frekuensi 1 X RPM yaitu sekitar yang diikuti dengan munculnya
vibrasi pads 2 X RPM, 3 X RPM, dan harmonik yang lebih tinggi lagi. Di dalam
gambar pola Lissajousnya akan memberikan bentuk elips pipih seperti pisang atau
bahkan bentuk pisang yang melengkung.
Bentuk elips pipih selain memberikan kemungkinan vibrasi yang disebabkan oleh
keadaan misalignment, tetapi jugs dapat disebabkan oleh kerusakan bearing atau
kemungkinan ter adinya resonansi.
MISALIGNMENT
Gambar 5.9 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami misalignment
16
Gambar 5.10 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami oil whirl.
Gambar 5.12 Pola Lissajous pada rotary machine yang mengalami hit-and-bounce
rubbing.
17
Pola semacam ini mirip dengan pola Lissajous yang terjadi pada peristiwa
terjadinya oil whirl, hanya bedanya dengan peristiwa oil whirl maka di sini
lingkaran yang berada di dalam tidak berputar¬-putar.
Dengan semakin beratnya kondisi rubbing yang terjadi, yaitu yang dinamakan
heavy rubbing atau full rubbing, dan ditambah lagi dengan frekuensi resonansi,
frekuensi harmonik, serta random frekuensi non-syncronous, maka akan
menghasilkan pola Lissajous yang sangat kompleks seperti ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini.
Gambar 5.13 Pola Lissajous pada rotary machine. yang full rubbing atau heavy
rubbing
18
Gambar 5.14 Gambaran tentang Fasa dan fasa relatif antara dua benda yang bergerak
periodik sinusoidal
Dua buah titik yang bergerak secara periodik yang diakibatkan oleh getaran suatu
mesin yang bergerak berputar dapat dilihat perbedaan fasanya relatif yang satu
dengan lainnya dengan suatu osiloskop dual trace yang mempunyai dua buah
input. Maka secara, visual kedua titik yang bervibrasi tersebut dapat dilihat secara
nyata disamping perioda / frekuensi dan ukuran amplitudonya tetapi juga fasa atau
perbedaan fasanya, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
19
Gambar 5.15 Gambaran tentang perioda/frekuensi, amplitude, sudut fasa dan
sudut fasa relatif
20