Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH VIBRASI

PEMELIHARAAN MEKANIK PEMBANGKIT

Nama Anggota : 1. Alda Ahmadiyaningrat 4214020022


2. Ali Al-Habsyi 4214020031
3. Almasih Chairul Umam 4214020032
4. Auli Syafira 4214020001
5. Fajrin Karza J 4214020025
6. Hamzah Abdul M 4214020003
7. Ilham Dwiatmaja 4214020033
8. Iqbal Dima Naufal 4214020004
Kelompok : 1 (satu)
Tanggal Praktikum : 30 Mei 2017
Dosen : Cecep Slamet Abadi, MT

PROGRAM STUDI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang
telah memberikan kami nikmat sehat dan kelancaran dalam menyelesaikan
laporan “MAKALAH VIBRASI”. Laporan dibuat sebagai tanda bahwa kami telah
mengikuti praktik mata kuliah Pemeliharaan Listrik Pembangkit, yang dilakukan
di Laboraturium Energi dengan peralatan yang ada di dalamnya. Praktik ditujukan
untuk mengenalkan tentang vibrasi di industry pembangkit.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:


Cecep Slamet Abadi, MT. selaku dosen pembimbing mata kuliah Pemeliharaan
Mekanik Pembangkit, dan semua yang telah membantu dalam mengerjakan
makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi referensi di masa


depan, dan juga menambah ilmu pada mata kuliah Pemeliharaan Mekanik
Pembangkit. Selanjutnya kami pum memohon maaf apabila adanya kekurangan-
kekurangan pada makalah ini, semoga kekurangan yang ada kedepannya dapat
disempurnakan.

Depok, 30 Mei 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Analisa Vibrasi............................................................................... 1

2. Parameter Getaran ..........................................................................................1

2.1 Frekuensi ...............................................................................................2


2.2 Amplitudo .............................................................................................2
2.3 Displacement (Jarak vibrasi).................................................................3
2.4 Velocity (Kecepatan vibrasi).................................................................4

2.5 Acceleration (Percepatan Vibrasi).........................................................4

2.5 Hubungan Ketiga Parameter.......................................................................4

2.7 Sudut Fase....................................................................................................5

2.8 Waktu............................................................................................................6

3. Vibrasi Bebas....................................................................................................6
3.1.1 Frekuensi diri (Natural Frequency)......................................................6
3.1.2 Damping...........................................................................................7

4. Vibrasi Paksa....................................................................................................7

4.1 Resonansi..............................................................................................7
4.2 Putaran Kritis.........................................................................................8

5. Penggunaan Skala Linier dan Logaritmik ....................................................11


5.1 Langkah-langkah Pengolahan Vibrasi .......................................................12
5.2 Analisa Spektrum.........................................................................................12
5.3 Interpretasi Data..........................................................................................13
5.4 Analisa Orbit...............................................................................................15
5.4.1 Menginterpretasikan Pola Lissajous dari Vibrasi Mesin .........................16

iii
5.6 Interpretasi Data...........................................................................................16
5.7 Unbalance ...................................................................................................17
5.8 Misalignment...............................................................................................17
5.9 Oil Whirl......................................................................................................18
5.10 Analisa Fasa...............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

iv
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Analisa Vibrasi


Analisa vibrasi digunakan untuk menentukan kondisi mekanis dan operasional
dari peralatan. Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara
atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya
(J.F.Gabriel, 1996:96).Keuntungan utama adalah bahwa analisa vibrasi dapat
mengindentifikasi munculnya masalah sebelum menjadi serius dan
menyebabkan downtime yang tidak terencana. Hal ini bisa dicapai dengan
melakukan monitoring secara regular terhadap getaran mesin baik secara
kontinyu maupun pada interval waktu yang terjadwal. Monitoring vibrasi
secara regular dapat mendeteksi detorisasiatau cacat pada bantalan, kehilangan
mekanis (mechanical looseness) dan gigi-gigi yang rusak atau aus. Analisa
vibrasi dapat juga mendeteksi misalignment dan ketidakseimbangan
(unbalance)sebelum kondisi ini menyebabkan kerusakan pada bantalan dan
poros. Trending terhadap tingkat vibrasi dapat mengindentifikasi praktek
pemeliharaan yang buruk seperti instalasi dan penggantian bantalan yang
buruk, alignment porosyang tidak akurat, dan balancing rotor yang tidak
presisi. Semua mesin yang berputar menghasilkan getaran yang merupakan
fungsi dari dinamika permesinan seperti misalignment dan unbalance dari
komponen-komponen rotor. Pengukuran amplitudo getaran pada frekuensi
tertentu akan menginformasikan tingkat akurasi dari proses alignment dan
balancing, kondisi bantalan atau roda gigi, dan efek mesin yang diakibatkan
oleh resonansi dari rumah mesin, pipa dan strukutur lainnya.

2. Parameter Getaran
Vibrasi adalah gerakan bolak balik dalam suatu interval waktu tertentu yang
disebabkan oleh gaya.Vibrasi atau getaran mempunyai tiga parameter yang
dapat dijadikan sebagai tolak ukur yaitu

1
2.1. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya periode getaran yang terjadi dalam satu putaran
waktu. Besarnya frekuensi yang timbul pada saat terjadinya vibrasi dapat
mengdentifikasikan jenis-jenis gangguan yang terjadi. Gangguan yang terjadi
pada mesin seringmenghasilkan frekuensi yang jelas atau mengasilkan contoh
frekuensi yang dapat dijadikan sebagai bahan pengamatan.Dengan
diketahuinya frekuensi pada saat mesin mengalami vibrasi, makapenelitin atau
pengamatan secara akurat dapat dilakuakan untuk mengetahui penyebab atau
sumber dari permasalahan. Frekuensi biasanya ditunjukkan dalam
bentukCycle permenit (CPM), yang biasanya disebut dengan istilah Hertz
( dimana Hz = CPM ).Biasanya singkatan yang digunakan untuk Hertz adalah
Hz

 Frequency = 0,25 cycles/s (cps)(ω) = 0,25 x 60 cycles/min = 15 cycles/min (cpm)

Fase 0 90 270 450 degree


Waktu 1 2 4 6 second

2.2. Amplitudo
Amplitudo adalah ukuran atau besarnya sinyal vibrasi yang dihasilkan.
Amplitudo dari sinyal vibrasi mengidentifikasikan besarnya gangguan yang
terjadi. Makin tinggi amplitudo yang ditunjukkan menandakan makin besar
gangguan yang terjadi, besarnya amplitudo bergantung pada tipe mesin yang
ada. Pada mesin yang masih bagus dan baru,tingkat vibrasinya biasanya
bersifat relatif.

Gambar 1.1 Gelombang Amplitudo

2
Dua buah gelombang dengan frekuensi yang sama tetapi dengan amplitudo
yang berbeda Amplitudo adalah simpangan vibrasi, yaitu seberapa jauh jarak
dari titik keseimbangan masa jika dilihat pada gambar pegas dan diagram
harmonic diatas. Ada tiga cara untuk menggambarkan besarnya amplitudo
yaitu ;
1. Displacement (Jarak vibrasi)
2. Velocity (kecepatan vibrasi)
3. Accelerations (percepatan vibrasi)

2.3. Displacement (Jarak Vibrasi)


Adalah jarak yang ditempuh oleh gerakan bolak balik (getaran) pada suatu
periode waktu tertentu. Hal ini jika menurut Gambar 1 adalah jarak pergeseran
titik putar piringan karena gaya sent ri petal .
Rumus : Displacement = A Sin ( 2πft ) (micron)
A = Panjang jarak radius pergeseran.(micron)
f = Frekuensi gerakan bolak-balik. (Hertz)
t = Waktu. (detik)
Dalam pengukuran vibrasi kita hanya dapat mengukur Peak to Peak
Displacement, yaitu jarak dari positif maximum ke negatif maximum
atausama dengan 2 x A

2.4. Velocity (Kecepatan Vibrasi)


Adalah kecepatan gerakan bolak balik pada suatu periode waktu tertentu.
Kecepatan ini selalu berubah sepanjang jarak yang ditempuhnya, dimana pada
posisi positif maximum dan negatif maximum kecepatan adalah nol. Pada
posisi gerakan melewati daerah netral kecepatan adalah maximum.
Rumus : Velocity = 2πfA Cos (2πft) (mm/s)

Dalam pengukuran vibrasi kita hanya dapat mengukur kecepatan maximum


atau disebut Peak Velocity.

2.5. Acceleration (Percepatan vibrasi).


Adalah percepatan gerak bolak balik pada suatu periode waktu tertentu.
Percepatan selalu berubah sepanjang jarak yang ditempuhnya, dimana

3
maximum pada saat displacement mencapai positif maximum atau mendekati
negatif maximum.
Rumus : Acceleration = - (2πf)2 A Sin (2πft) (mm/s2)

Dalam pengukuran vibrasi kita hanya dapat mengukur percepatan vibrasi


maximum atau disebut Peak Acceleration

2.6. Hubungan Ketiga Parameter Vibrasi


Dalam kondisi suatu mesin yang sedang bervibrasi, ketiga parameter iniselalu
ada dan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Ketiganya mempunyaihubungan
urutan diferensial mulai dari Displacement, Velocity dan Acceleration. Ketiga
rumusan itu telah diuraikan diatas, dan jika digambarkan masing-
masingadalah merupakan kurva sinusoidal seperti pada Gambar 1.2

Gambar 1.2 : Hubungan ketiga parameter vibrasi

2.7. Sudut Fase


Sudut fase adalah posisi suatu bagian mesin yang sedang bervibrasi,
dibandingkan dengan suatu point yang tetap (fixed point) dalam satuan
sudut"derajat". Tanpa adanya fixed point, sudut fase suatu vibrasi tidak dapat
diamati.

4
Gambar 1.3. Sudut fase
Suatu poros yang sedang berputar mempunyai sebuah pemberat pada tepinya,
ditentukan fixed point pada titik A. Pada gambar sebelahnya ditunjukkan
posisi pemberat terhadap fixed point dalam satu kali putaran. Sudut fase 0
derajat ketika pemberat melewati titik A. Seterusnya 90,180, 270, dan 360
derajat atau kembali pada titik A. Displacement terkecil (= 0 ) pada sudut fase
0 dan 180, dan terbesar(positif max/ min) pada sudut fase 90 dan 270

2.8. Waktu
Waktu dalam vibrasi adalah, periode waktu yang diperlukan untuk melakukan
satu gerakan bolak balik. Pada contoh poros berputar, adalah waktu tempuh
yang diperlukan untuk malakukan satu kali putaran.

3. Vibrasi Bebas
Vibrasi bebas adalah vibrasi suatu benda yang terjadi tanpa adanya hentakan-
hentakan dari luar benda itu secara terus menerus. Sebagai contoh sederhana
adalah sebuah bell yang dipukul sekali saja pada Gambar 1.4. Vibrasi yang
terjadi pada bell setelah itu adalah vibrasi bebas yang makin lama makin kecil
(transient), dimana mempunyai suatu frekuensi tertentu yang disebut
"frekuensi diri.

5
Gambar 1.4. Sudut fase

3.1. Frekuensi Diri (Natural Frequency)


Vibrasi bebas yang dialami oleh suatu benda, terjadi pada frekuensi diri
yang besarnya tergantung dari kekenyalan bahan dan berat benda itu.
Frekuensi diri,fd = 30/π √981.k /W cpm.
k = kekenyalan (Stiffness factor)
W = Berat benda, kg
Pada rumus di atas tampak bahwa frekuensi diri dapat dirubah oleh dua hal
yaitu, kekenyalan bahan dan berat benda tersebut.

3.2. Damping
Damping adalah daya redam suatu benda terhadap vibrasi. Sepertipada c
ontoh bell di atas, vibrasi bebas padanya akan semakin kecil yang pada
akhirnya vibrasi akan berhenti. Hal ini menunjukkan bahwaadanya
peredaman oleh bell tersebut terhadap vibrasi. Pada Gambar 1.5, vibrasi
pada bell dapat 'digambarkan berupa sinusoidal yangamplitudenya
mengecil, tetapi pada frekuensi yang tertentu.

Gambar 1.5

4. Vibrasi paksa
Vibrasi paksa terjadi hampir pada seluruh mesin-mesin yang sedang
beroperasi. Pada contoh bell di atas (Gambar 1.4.), apabila pukulan pada bell

6
dilakukan terus menerus, maka vibrasi yang terjadi adalah vibrasi paksa. Jika
gaya pada pukulan itu tetap dan berulang secara sama, maka vibrasi bell akan
stabil yaitu besar dan frekuensinya tetap seperti pada Gambar 1.1

4.1 Resonansi
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap benda yang dapat
bervibrasi mempunyai frekuensi diri atau natural frequency. Penyebab
vibrasi juga mempunyai frekuensi terhadap benda obyek vibrasi. ` Pada
contoh bell di atas, jika frekuensi pukulan terhadap bell dalam hal
inipenyebab vibrasi, sama dengan frekuensi diri bell, maka vibrasi yang
ditimbulkannya besar. Hal ini dikarenakan arah gerakan bell searah
dengan arah pukulan, sehingga gaya yang bekerja saling menjumlah. –
Inilah yang disebut bell bervibrasi dalam keadaan resonansi. Sama halnya
dengan poros yang berputar. Apabila frekuensi diri poros tersebut sama
dengan putarannya, maka vibrasi yang terjadi besar. Untuk itu putaran
operasi suatu mesin tidak diperbolehkan sama dengan frekuensi diri
poros, atau biasa disebut putaran kritis. Resonansi pada mesin berputar
tidak hanya dapat terjadi pada poros, tapi bisa juga pada unsur - unsur
mesin itu sendiri, misalnya terhadap suport/bearing,pondasi dan lain
sebagainya.

4.2 Putaran kritis


Setiap poros yang berputar mempunyai putaran kritis yang besarnya sama
dengan frekuensi diri dari poros tersebut. Ada beberapa tingkat putaran
kritis, yaitu putaran kritis tingkat pertama,kedua, ketiga dan seterusnya.
Yang akan dibicarakan di sini adalahputaran kritis tingkat pertama, dimana
sering dialami oleh poros yang berputar. Lihat Gambar 1.6. Sebuah poros
menopang sebuah disk berputar mempunyai data sebagai berikut :

7
Gambar 1.6.

W = Berat poros (dan disk), kg.


e = Eksentrisitas (jarak titik berat poros dengan titik putarnya), cm.
y = Defleksi karena gaya sentriperal, cm.
s = Titik berat poros.
ω = Putaran sudut, rad/sec.
Gaya sentripetal berat poros, = m (y + e)ω2 kg.
m = massa poros = W/g kg. (g = gravitasi).

Gaya ini akan ditahan oleh poros dengan besar yang sama,
p = k y kg.
k = kekenyalan poros, kg/cm.
maka, m (y + e)ω2 = p = k y

Pada Gambar 1.7, diperlihatkan hubungan Amplitude vibrasi dengan putaran.


Amplitude terbesar ketika putaran melewati putaran kritis. Sudut fase akan
berubah 180° ketika putaran kritis dilewati.

8
Gambar 1.7 Hubungan Amplitudo Vibrasi dengan Putaran

5. Penggunaan Skala Linier dan Logaritmik

9
Bagi kebanyakan tenaga teknik di lapangan skala pada suatu pengukuran yang
paling sering dijumpai adalah skala linier. Pada skala linier dijumpai bahwa
jarak garis skala yang satu dengan yang lain tetap dan mempunyai penambahan
nilai yang tetap pula.
Lain halnya dengan skala logaritmik, di mana akan dijumpai jarak garis skala
yang satu dengan lainnya tidak tidak tetap karena dihitung dengan rumusan
logaritmik yaitu logaritma dengan bilangan dasar 10 tehadap suatu angka.
Hasilnya adalah bahwa pertambahan jarak yang sama diperoleh jika angka
yang lebih besar merupakan kelipatan 10 dari angka yang lebih kecil pada skala
di bawahnya.
Ada beberapa skala yang sering digunakan di dalam pengukuran amplitudo vs.
frekuensi yaitu:
a. Skala linier-linier. Yaitu balk amplitudo maupun frekuensi diplot pada kertas
skala linier (gambar 5.1)
b. Skala linier-logaritmik.
Amplitude pada skala linier dan frekuensi pada skala logaritmis (gambar 5.2.),
atau sebaliknya amplitudo pada skala logaritmik sedangkan frekuensi pada
skala linier
c. Skala logaritmik-logaritmik.
Baik amplitudo maupun frekuensi keduanya diplot pada skala logaritmik.

Gambar 5.1 Contoh plotting amplitudo vs. Frekuensi pada skala linier-linier

Gambar 5.2 Contoh plotting amplitudo vs. frekuensi pada skala logaritmik
Arti secara visual dari pernilihan skala logaritmik untuk amplitudo ini adalah

10
bahwa hasil pengukuran ini akan dapat mengesankan adanya penonjolan /
pembesaran ukuran bagi amplitudo yang keeil ,dan pengecilan ukuran bagi
amplitudo yang besar.
Hal ini dapat diperlihatkan pada gambar diwah ini, bagaimana plotting
amplitudo pada skala linier dan bedanya jika dilakukan plotting pada skala
logaritmik.

5.1. Langkah-langkah Pengolahan Vibrasi

1. Langkah untuk melakukan pengukuran atau secara umum memdapatkan


data-data vibrasi mesin yang akan dianalisa kerusakannya menggunakan salah
satu atau lebih cara yang dapat mencirikan hubungan amplitudo dengan
frekuensi, amplitude vibrasi arah vertikal dan horisontal, amplitudo dengan
fase, dll.

2. Langkah untuk melakukan interpretasi data. Di dalam Langkah melakukan


pengukuran.vibrasi.untuk analisa terutama akan berkaitan dengan persyaratan
penggunaan transduser dan instrumentasinya serta pada operasinya akan
banyak berkaitan dengan filter frekuensi dan spektrum frekuensi, sedangkan
untuk langkah interpretasi data akan banyak berkaitan dengan tabel
perbandingan amplitudo pada berbagai frekuensi (pada spektrumnya) dengan
berbagai kemungkinan penyebabnya, dll. Jika diperlukan untuk lebih
mempersempit masalah dapat pula digunakan analisa dengan metoda lainnya
secara bersamaan yaitu metoda orbit (Lissayous) dan metoda pengukuran fasa
pada bagian-bagian mesintersebut.

5.2 Analisa Spektrum


Yang dimaksudkan dengan analisa spektrum disini adalah usaha menemukan
masalah dan penyebabnya dengan mengkaji pola perbandingan besarnya
amplitudo vibrasi pada semua frekuensi yang mungkin terjadi
Dilihat dari tingkat keberhasilan dalam mendeteksi kelainan dan kerusakan
mesin berdasarkan tingkat vibrasinya maka analisa spektrum merupakan cara
yang paling berguna dibandingkan dengan cara analisa orbit maupun analisa
fasa.
Hal ini juga telah dibuktikan bahwa 85% masalah mekanis pada rotating
machinery dapat diidentifikasi dengan cara melihat pada hasil pengukuran
amplitudo vibrasi dan frekuensi. Keberhasilan analisa menggunakan cara ini
kadang-kadang untuk selanjutnya perlu didukung dengan melakukan kedua
cara analisa lainnya. Yang tak kurang pentingnya urituk diperhatikan adalah
kelengkapan data serta sistimatika yang balk dalam pengukuran vibrasi.

11
Sebagai contoh melakukan pengukuran atau pengambilan data vibrasi yang
baik adalah melakukan pengukuran vibrasi pada daerah rurnah bearing secara
vertikal, horisontal, dan axial.

Pada pembahasan selanjutnya akan terlihat bahwa suatu masalah (kelainan)


pada mesin (unbal-ance dll.) ternyata dapat dibedakan satu dari lainnya dengan
melihat arah vibrasi yang dominan (vertikal, horisontal, axial, atau kombinasi
dari ketiga unsur pengukuran tsb.). Kasus yang dapat dikemukakan sebagai
contoh:
1. Suatu kejadian unbalance, mis-alignment, dan bent shaft pada rotary mesin
(bukan over hung rotor) hampir selalu menghasilkan amplitudo vibrasi yang
tinggi pada arah radial (horisontal dan vertikal) pada frekensi 1 x RPM, dan
aplitudo vibrasi yang rendah pada arah axial.

2. Misalignment pada kopling dan bearing (atau bent shaft) akan menghasilkan
aplitudo vibrasi yang tinggi pada arah axial dan juga pada arah radial. Secara
umum jika amplitudo vibrasi axial lebih dari 50% dibandingkan amplitudo
vibrasi arah radial maka dapat dicurigai telah terjadi misalignment atau bent
shaft.

5.3.InterpretasiData
Pada bagian ini akan diterangkan bagaimana suatu data dari hasil pengukuran
diartikan dan bagaimana karakteristik tiap-tiap keadaan perulangan frekuensi
dihubungkan dengan gejala terjadinya masalah / kelainan pada bagian mesin sebagai
sumber penyebabnya.
Setelah suatu hasil pengukuran didapat, langkah selanjutnya adalah membandingkan
hasil pembacaan dari data-data pengukuran yang mempunyai makna berupa
karakteristik vibrasi yang berkaitan dengan adanya berbagai macam masalah /
kelainan pada bagian-bagian mesin.
Kunci dari langkah membandingkan hasil pengukuran ini adalah pembacaan pada
frekuensi¬frekuensi yang paling berkaitan dengan RPM mesin dan yang tidak
berkaitan dengan RPM. Identifikasi. terhadap amplitudo yang tinggi yang terjadi pada
hasil pengukuran spektrumnya (amplitudo vs. frekuensi) dan kemungkinan
penyebabnya dapat dilihat pada tabel 5.1. dibawah ini

VIBRATION FREQUENCIES AND THE LIKELY CAUSES

Frequency in Most Likely


Other Possible Causes & Remark
Term of RPM Causes

1x RPM Un-balance 1) Eccentric journal, gears or pulleys


2) Misalignment or bent shaft-if high axial
vibration

12
3) Bad belt if RPM of belt
4) Resonance
5) Reciprocating forces
6) Electrical problems

1) Misalignment if high axial vibration


Mechanical 2) Reciprocating forces
2x RPM
Looseness 3) Resonance
4) Bad belts if 2x RPM 0f belt

Usually a combination of misalignment and


3x RPM Misalignment
excessive axial clearances (looseness)

1) Bad drive belts


Less than 1x Oil Whirl (Less 2) Background vibration
RPM than 1/2 RPM) 3) Sub-harmonic resonance
4) "Beat" Vibration

Synchronous UCommon electrical problems include broken


(A.C.Line Electrical Problems rotor bars, eccentric rotor, un-balanced phase
Frequency) system, unequal air gap

2x
Synchronous Torque Pulses Rare as a problem unless resonance is excited
Frequency

Bad Gears
Aerodinamic
Gear teeth times RPM of bad gear
Many times Forces.
Number of fan blades times RPM
RPM Hydraulic Forces
Number of Impeller vanes times RPM
(Harmonically Mechanical
May accur at 2, 3, 4 and sometimes higher
Related Freq.) Looseness
harmonics if severe looseness
Reciprocating
Forces

1) Bearing vibration may be unsteady-amplitude


High and frequency
Frequency 2) Cavitation, recirculation and flow turbulence
Bad Anti-Friction
(Not cause random, high frequency vibration
Bearings
Harmonically 3) Improper lubrication of journal bearings
Related (Friction excited vibration)
4) Rubbing

Tabel 5.1
Fekuensi vibrasi yang biasa muncul dan kemungkinan penyebabnya'Untuk masing

13
- masing frekuensi

5.4. Analisa Orbit


Sebagai analisa tambahan kadang-kadang diterapkan analisa orbit (pola Lissajous)
karena pada umumnya pada instalsai non-contact pickup untuk suatu pengukuran
pada daerah bearing yang mendeteksi tingkat vibrasi pada arah axial.
Sehingga rekomendasi pengukuran yang lengkap dengan arah vibrasi axial tidak
dapat dilakukan. Untuk non-contact pick up pada umumnya dipasang permanen
untuk mendeteksi vibrasi langsung pada shaft mesin-mesin yang penggunaannya
cukup kritis, instalasinya berupa probe pada arah radial (horisontal dan vertikal)
yang keduanya dipisahkan oleh sudut 90 derajat.
Di sini analisa orbit dapat dilakukan, sebagai tambahan untuk analisa spektrum.
Para praktisi telah melakukan penelitian mengenai kegunaan metoda orbit (pola
Lissajous) dan berhasil mendapat kesimpulan terhadap bentuk bentuk orbit dalam
hubungannya dengan kerusakan bagian-bagian mesin yang diukur dan dianalisa
vibrasinya.
Adapun instalasi untuk cara pengukuran dan analisanya diberikan pernbahasannya
di bawah ini

Gambar 5.6 Instalasi untuk pengukuran vibrasi dan analisa orbit (pola
Lissajous).

Catatan untuk instalasi non-contact pickup seperti di atas dapat digunakan sebagai
sistem yang bersifat redundant (berlebih), failsafe protection (proteksi terhadap
kegagalan pada salah satu sensor) dan dapat menghindari shut down mendadak
dari suatu mesin karena salah satu sensor rusak dan memberikan sinyal palsu
seolah-olah terjadi vibrasi yang levelnya tinggi (dipasang menggunakan logika
AND).
Dari gambar di atas selain non-contact pickups (sebagai sensor) yang dipasang ,
maka harus disediakan pula sebuah osiloskop dual input yang dilengkapi dengan
"T' axis input. Dengan memasang 'T' axis reference mark ini maka pada gambar
Lissajous-nya Akan terlihat suatu "blank" spot pada garis pola Lissajous yang
terbentuk.

14
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu pola Lissajous yang tergambar pada
layar osiloskop.

Gambar 5,7 Contoh Pola Lissajous pada osiloskop

5.4.1. Menginterpretasikan Pola Lissajous dari vibrasi mesin


Suatu rotary machine yang "sehat" mempunyai pola Lissajous sebagai titik, atau
bulatan kecil, atau ellips kecil (lihat amplitude vibrasi yang dianggap kasar dll.
dalam masing-masing Severity Chart).
Dengan metoda ini pula tidaklah mungkin kita melihat semua masalah pada rotary
machine dengan pola Lissajous saja. Namun dari hasil penelitian para pakar yang
meneliti masalah vibrasi telah dapat disimpulkan beberapa karakteristik pola
Lissajous tertentu yang berasal dari masalah tertentu pada rotary machine sebagai
berikut di bawah ini.

5.5 UNBALANCE
Suatu keadaan unbalance pada rotary machine ditunjukkan oleh pola Lissajous
sebagai vibrasi yang besar pada frekuensi 1 X RPM dengan menganggap bahwa
vibrasi pada frekuensi yang lain sangat kecil dan tidak berarti.
Bentuknya dapat betul-betul bulat atau sedikit 'agak lonjong (elips) dan di dalam
pola yang terbentuk akan terlihat satu bush spot yang menunjukkan bahwa vibrasi
yang besar hanya terjadi pada frekuensi 1 X RPM.
Gambar pola Lissajousnya diberikan di bawah ini
UNBALANCE

15
Gambar 5,8 Pola Lissaj ous pada rotary machine yang mengalami unbalance

5.6 MISALIGNMENT
Misalignment yang terjadi pada rotary machine akan menyebabkan vibrasi yang
utama pada frekuensi 1 X RPM yaitu sekitar yang diikuti dengan munculnya
vibrasi pads 2 X RPM, 3 X RPM, dan harmonik yang lebih tinggi lagi. Di dalam
gambar pola Lissajousnya akan memberikan bentuk elips pipih seperti pisang atau
bahkan bentuk pisang yang melengkung.
Bentuk elips pipih selain memberikan kemungkinan vibrasi yang disebabkan oleh
keadaan misalignment, tetapi jugs dapat disebabkan oleh kerusakan bearing atau
kemungkinan ter adinya resonansi.

MISALIGNMENT

Gambar 5.9 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami misalignment

5.7 OIL WHIRL


Misalignment akan menyebabkan vibrasi yang utama pada frekuensi di bawah I X
RPM. Di dalam gambar pola Lissajousnya akan memberikan bentuk dua buah
lingkaran atau elips yang ditandai dengan adanya dua buah blank spot. Bahkan
karena kejadian oil whirl yang di bawah 1 X RPM tidak persis 1/2 X RPM, maka
lingkaran atau ellips yang lebih kecil akan bergerak dan ditandai dengan
bergeraknya blank spot yang ada pada lingkaran atau elips yang kecil.
OIL WHIRL

16
Gambar 5.10 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami oil whirl.

5.8 RUBBING (GESEKAN)

Gambar 5.12 Pola Lissajous pada rotary machine yang mengalami hit-and-bounce
rubbing.

17
Pola semacam ini mirip dengan pola Lissajous yang terjadi pada peristiwa
terjadinya oil whirl, hanya bedanya dengan peristiwa oil whirl maka di sini
lingkaran yang berada di dalam tidak berputar¬-putar.
Dengan semakin beratnya kondisi rubbing yang terjadi, yaitu yang dinamakan
heavy rubbing atau full rubbing, dan ditambah lagi dengan frekuensi resonansi,
frekuensi harmonik, serta random frekuensi non-syncronous, maka akan
menghasilkan pola Lissajous yang sangat kompleks seperti ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini.

Gambar 5.13 Pola Lissajous pada rotary machine. yang full rubbing atau heavy
rubbing

5.9 ANALISA FASA


Teknik lain yang sangat berguna untuk mendeteksi dan mengidentifikasi masalah-
masalah problems mesin adalah pengukuran dan analisa fasa (phase analysis).
Pengukuran fasa pada umumnya dinyatakan dengan derajat sudut atau radian jika
siklus lengkap suatu vibrasi adalah sebesar 360 derajat atau 2 phi radian.
Pengertian fasa adalah bagian dari siklus (0 - 360 derajat) yang mana suatu bagian
dari mesin telah bergerak relatif terhadap bagian mesin lainnya atau terhadap
suatu titik referensi yang tetap.
Sebagai -contoh dapat dilihat fasa dari dua benda yang bergerak secara periodik
sinusoidal terhadap waktu, di mana dapat diukur masing-masing fasa terhadap
waktu dan juga fasa relatif benda satu terhadap lainnya seperti pads gambar
dibawah ini.

18
Gambar 5.14 Gambaran tentang Fasa dan fasa relatif antara dua benda yang bergerak
periodik sinusoidal

Dua buah titik yang bergerak secara periodik yang diakibatkan oleh getaran suatu
mesin yang bergerak berputar dapat dilihat perbedaan fasanya relatif yang satu
dengan lainnya dengan suatu osiloskop dual trace yang mempunyai dua buah
input. Maka secara, visual kedua titik yang bervibrasi tersebut dapat dilihat secara
nyata disamping perioda / frekuensi dan ukuran amplitudonya tetapi juga fasa atau
perbedaan fasanya, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

19
Gambar 5.15 Gambaran tentang perioda/frekuensi, amplitude, sudut fasa dan
sudut fasa relatif

20

Anda mungkin juga menyukai