Anda di halaman 1dari 16

Paper

MAFIA GEOPOLITIK BERWAWASAN NUSANTARA


INDONESIA

"Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pendidikan


Kewarganegaraan"

Dosen Pengampu : I Gusti Bagus Wirya Agung, SPSI. MBA.

Oleh :
Arliyandi (1504305026)

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Udayana
Bali
2015
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ..................................................................................................... i


Lembar Pengesahan Kunjungan ke Museum dan Panti Asuhan ........................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
Kata Pengantar ...................................................................................................... iv
Bab I Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan ................................................................................................ 3
2.1 Kajian Kasus ............................................................................................. 3
2.2 Solusi ........................................................................................................ 4
Bab III Penutup ..................................................................................................... 6
3.1 Simpulan ................................................................................................... 6
3.2 Saran ......................................................................................................... 6
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 7
Lampiran-Lampiran Artikel .................................................................................. 8
Lampiran Artikel 1 ......................................................................................... 8
Lampiran Artikel 2 ....................................................................................... 10
Lampiran Artikel 3 ....................................................................................... 11
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatnya yang telah memberikan saya kesehatan dan rezeki
sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan paper ini tentang materi
Geopolitik dan Wawasan Nusantara Indonesia.
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak I Gusti Bagus Wirya Agung,
SPSI. MBA. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
yang telah memberikan tema yang saya dapatkan, sehingga saya dapat belajar dan
menambah wawasan saya. Saya menyadari bahwa paper saya ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan paper ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan paper ini dari awal sampai akhir. Semoga paper
ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Jimbaran, 10 Desember 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan, luas daratan Indonesia hanya 1/3
luas lautan. Batas wilayah Indonesia adalah 200 mil dari pulau terluar Indonesia.
Wilayah daratan Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam dan juga sumber
daya mineral. Begitu juga dengan lautan Indonesia yang merupakan wilayah
Indonesia yang dominan, jelas memiliki sumber daya laut yang sangat berlimpah.
Sayangnya Indonesia belum bisa mengelola kekayaan itu dengan bijak.
Mafia tumbuh dan menjamur di setiap sektor, mulai dari sektor migas, sektor
pertambangan, sektor kelautan dan perikanan, sektor eksport import, sektor
perpajakan, sektor bea dan cukai, serta masih banyak sektor yang lainnya lagi.
Keberadaan mafia ini telah menyumbangkan kerugian besar terhadap negara,
sebaliknya mereka malah menguntungkan pihak asing.
Menjaga perbatasan dan kedaulatan wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia juga bukan merupakan perkara yang mudah, sehingga tidak jarang ada
negara lain yang melanggar perbatasan Indonesia bahkan sampai mencaplok
wilayah kesatuan negara Republik Indonesia. Banyak juga kapal-kapal asing yang
mencuri kekayaan lauk Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa penyebab munculnya mafia ?
2. Bagaimana cara mengatasi dan menghapus mafia dari NKRI ?
3. Bagaimana cara menjaga wilayah kedaulatan NKRI ?
4. Bagaimana cara meningkatkan rasa nasionalisme ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab munculnya mafia.
2. Untuk mengetahui cara mengatasi dan menghapus mafia dari NKRI.
3. Untuk mengetahui cara menjaga wilayah kedaulatan NKRI.
4. Untuk mengetahui cara meningkatkan rasa nasionalisme.

1.4 Manfaat
1. Mengetahui penyebab munculnya mafia.
2. Mengetahui cara mengatasi dan menghapus mafia dari NKRI.
3. Mengetahui cara menjaga wilayah kedaulatan NKRI.
4. Mengetahui cara meningkatkan rasa nasionalisme. 3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Kasus


Seperti yang telah kita ketahui bahwa negara Indonesia merupakan negara
kepulauan. Dengan demikian, Indonesia wajib menjaga wilayah kedaulatan
negara lewat perbatasan darat, laut dan udara. Tetapi permasalahannya adalah,
negara tetangga Indonesia sering kali melanggar wilayah perbatasan NKRI.
Contohnya, pesawat asing melintasi wilayah udara Indonesia, pernah pula terjadi
beberapa pesawat tempur malaysia asik terbang di wilayah udara Indonesia dekat
perbatasan Indonesia-Malaysia. Ini tentu sebuah penghinaan terhadap negara
Indonesia. Negara tetangga mamandang sebelah mata kemampuan negara
Indonesia. Bahkan tidak hanya sekedar melanggar, pencaplokan wilayah
kedaulatan NKRI oleh negara tetangga sering terjadi. Seperti pulau-pulau terluar
negara Indonesia yang diaku-akui oleh negara tetangga, dan bergesernya patok
wilayah perbatasan. Semua hal tadi terjadi karena kurangnya sarana dan prasarana
alutsista negara Indonesia.
Ternyata masalah tadi turut berdampak pada sektor perikanan. Hal yang
paling lucu adalah bahwa negara Malaysia menjadi negara pengeksport ikan
berkat mencuri ikan di wilayah perairan Indonesia. Tidak hanya malaysia yang
mencuri ikan di wilayah perairan Indonesia, tetapi juga ada Vietnam, Filipina,
Thailand, Taiwan, Hongkong dan Cina. Akibat pencurian ikan ini, negara
Indonesia mengalami kerugian hingga ratusan triliun rupiah. Penyebab kasus ini
adalah karena lemahnya penjagaan perbatasan negara Indonesia, penjaga
perbatasan selain kekurangan sarana dan prasarana, juga di suap oleh
mafia(berkewarganegaraan Indonesia yang mendapatkan keuntungan dari
pencurian ikan oleh negara asing) agar tidak melakukan patroli saat kapal-kapal
nelayan asing itu sedang mencuri ikan di perairan Indonesia.
Ternyata, mafia tidak hanya ada di di sektor perikanan. Kondisi geografis
Indonesia yang berbentuk kepulauan menjadi tempat yang aman untuk
menjamurnya mafia. Mafia-mafia ini muncul karena adanya kesempatan untuk
berbuat curang demi memperkaya diri sendiri. Contohnya, perekonomian dan
pembangunan Indonesia terlalu terkonsentrasi di pulau Jawa, sedangkan wilayah-
wilayah yang jauh dari Pulau Jawa, masyarakatnya masih kesulitan dalam
memperoleh kebutuhan pokok sehari-hari, pembangunannya pun masih jauh
tertinggal. Hal ini terjadi karena pemerintah sebelumnya belum memperhatikan
sistem distribusi yang efektif dan efesien. Dengan wilayah yang luas dan
berbentuk kepulauan tetapi tidak diimbangi dengan sistem manajemen yang
terintegrasi dan transparan, inilah penyebab munculnya dan menjamurnya mafia.
Sungguh disayangkan jika anak muda atau generasi penerus bangsa Indonesia
semakin tidak perduli dengan akar permasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini.
Mereka biasanya hanya bisa menuntut tanpa mau mengawasi kinerja wakil-wakil
mereka di parlemen. Gaya hidup remaja Indonesia saat ini sangat konsumtif.
Mereka mulai melupakan amanah dalam pancasila, bahkan mungkin tidak
mengenal amanah itu. Sepertinya wawasan nusantara Indonesia perlu disorakan
lebih gencar lagi.

2.2 Solusi
Untuk menjaga perbatasan negara yang begitu luas, Indonesia memerlukan
teknologi yang canggih serta alutsista dan armada militer yang kuat. Dengan
armada militer yang kuat dan alutsiata yang canggih negara tetangga akan segan
dan tidak lagi meremehkan negara Indonesia. Satelite penjaga perbatasan juga
sangat membantu untuk mendeteksi dengan cepat jika ada kapal atau pesawat
asing tidak berizin memasuki wilayah kedaulatan NKRI, sehingga petugas
keamanan bisa secepatnya untuk mencegat. Sistem ini bisa mengantisipasi
masuknya narkotika, terorisme, kapal asing pencuri ikan, serta barang seludupan
lainnya yang tidak diharapkan.
Indonesia perlu membuat suatu sistem manajemen yang terintegrasi dan
trasparan, dengan sistem ini masyarakat dan antar lembaga pemerintah bisa saling
mengawasi satu sama lain tentang kebijakan yang dibuat. Dengan begitu, mafia
tidak akan bisa berkutik sama sekali, sehingga diharapkan mafia akan punah
dengan sendirinya. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seharusnya
bisa pemerintah manfaatkan untuk mengembangkan pendidikan dan menanamkan
wawasan nusantara Indonesia kepada para generasi penerus bangsa Indonesia
untuk menumbuhkan dan meningkatkan rasa nasionalisme.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pemerintah bisa memberi contoh kepada para generasi Indonesia untuk
mandiri dengan memberikan peluang kepada mereka untuk memajukan teknologi
Indonesia, menggunakan teknologi yang canggih untuk menjaga perbatasan
negara, membuat alutsista yang canggih dan kuat untuk menjaga wilayah
kedaulatan NKRI, memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mengembangkan pendidikan dan menanamkan wawasan nusantara
Indonesia kepada para generasi penerus bangsa Indonesia untuk menumbuhkan
dan meningkatkan rasa nasionalisme.

3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah Indonesia harus secepatnya mengembangkan serta
meningkatkan kualitas, mutu dan kemampuan teknologi melalui karya putra putri
bangsa Indonesia sendiri. Sebab, teknologi sangat berpengaruh terhadap kemajuan
suatu negara. Tidak perlu menunggu negara lain yang mengembangkan teknologi
lalu mereka mengajarkan kepada kita, ayo kita mulai sendiri untuk mandiri tanpa
harus menunggu-nunggu. Putra putri Indonesia cukup cerdas untuk memproduksi
dan mengembangkan sendiri Alutsista Negara, Sistem manajemen terintegrasi
berbasis online, teknologi sarana dan prasarana pendidikan, teknologi pemantau
perbatasan berbasis monoeye, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Ika Akbarwati. 30 November 2014. https://www.selasar.com/ekonomi/pencurian-


ikan-di-laut-nkri-sudah-seperti-kanker-stadium-akhir. Diakses pada
tanggal 9 Desember 2015.
Redaksi Hminews.com. 30 Oktober 2009. hminews.com/news/nasionalisme-
pemuda-rendah-masa-depan-bangsa-terancam/. Diakses pada tanggal 9
Desember 2015.
Redaksi. 10 Oktober 2011. www.politikindonesia.com/m/index.php?ctn=1&k=
pendapat&i=27392. Diakses pada tanggal 9 Desember 2015.
LAMPIRAN-LAMPIRAN ARTIKEL
Lampiran Artikel 1
Pencurian Ikan di Laut NKRI Sudah Seperti Kanker Stadium Akhir
Keresahan terhadap pencurian ikan oleh nelayan asing di wilayah laut
Indonesia mengakibatkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan
Presiden Joko Widodo gerah. Mereka berdua sudah kompak untuk melakukan
perang terhadap armada laut asing yang semena-mena beroperasi di wilayah laut
NKRI. Tak tanggung-tanggung presiden bahkan mengeluarkan wacana untuk
menenggelamkan kapal asing yang melakukan pencurian ikan di kawasan laut
negeri ini.
Untuk saat ini TNI memang belum akan melakukan penenggelaman
terhadap kapal-kapal asing tersebut. Akan tetapi TNI Angkatan Laut telah
menyiagakan empat Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) untuk melakukan
potroli pengamanan perairan laut di wilayah utara Indonesia dan melakukan
penangkapan terhadap kapal pencuri ikan di wilayah Indonesia. Empat KRI itu
adalah KRI Kakap 811, KRI Pulau Rengat 711, KRI Birang 831, dan KRI Suluh
Pari 809. Empat KRI itu akan melaksanakan tugas patroli dan penjagaan Alur
Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II, yaitu Selat Makassar, Laut Sulu, Laut
Sulawesi, di perbatasan Indonesia dengan Malaysia dan Filipina di wilayah utara.
Saat ini Indonesia adalah satu-satunya negara yang masih membolehkan
kapal asing menangkap ikan di perairannya. Menurut Susi, ada tujuh-delapan
negara yang bermain di perairan Indonesia dengan bantuan Direktorat Jenderal
Perhubungan. Mereka mengubah registrasi kapal asing menjadi Indonesia. RUU
Kelautan yang sedang digodok saat ini diharapkan akan mampu menjadi jembatan
untuk mengatasi pencurian ikan di Indonesia. Pakar hukum Universitas Brawijaya
Malang, Rahmat Syafa'at menyatakan bahwa RUU tersebut masih banyak
kelemahan misalnya pasal 15 ayat 1 yang mengatur tentang pemanfaatan kelautan
yang berbunyi "Dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, negara harus
mengakui hak menangkap ikan tradisional dari negara tetangga yang langsung
berbatasan di daerah tertentu yang berada dalam perairan kepulauan." Pencurian
ikan di Indonesia sendiri telah merugikan negara sebesar lebih dari Rp 100 triliun
hanya pada periode Januari sampai Agustus 2014. Koalisi Rakyat untuk Keadilan
Perikanan (Kiara) menyatakan bahwa Kapal-kapal ikan pencuri itu diketahui dari
Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina, Taiwan, Hongkong, dan China.
Bahkan menurut Koordinator Pendidikan dan Penguatan Jaringan Kiara,
Selamet Daroyni, para pencuri ikan asing ini berani masuk ke perairan teritorial
dan kepulauan Indonesia alih-alih hanya di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Menurut Kiara volume ikan yang dicuri hingga Agustus 2014 dari laut
Indonesia mencapai 1,6 juta ton atau setara 182 ton sehari. Lebih miris lagi
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan bahwa
pendapatan dari sektor perikanan hanya Rp 300 miliar pada tahun 2013 lalu.
Bahkan di tahun ini, pendapatannya ditargetkan menurun menjadi Rp 250 miliar.
Padahal, jumlah kapal ikan di Indonesia mencapai 5.329 kapal dengan kapasitas di
atas 30 gross ton (GT). Pemerintah Jokowi akan menaikkan target pendapatan
negara bukan pajak (PNBP) perikanan menjadi Rp 1,5 triliun.
Menurut Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) aksi pencurian
ikan terjadi 18 titik di wilayah perairan Indonesia. Jumlah kasus pencurian ikan
yang tercatat sejak tahun 2001 adalah sebagai berikut:
Tahun 2001 Jumlah 155 kasus
Tahun 2002 Jumlah 210 kasus
Tahun 2003 Jumlah 522 kasus
Tahun 2004 Jumlah 200 kasus
Tahun 2005 Jumlah 174 kasus
Tahun 2006 Jumlah 216 kasus
Tahun 2007 Jumlah 184 kasus
Tahun 2008 Jumlah 243 kasus
Tahun 2009 Jumlah 203 kasus
Tahun 2010 Jumlah 183 kasus
Tahun 2011 Jumlah 104 kasus
Tahun 2012 Jumlah 75 kasus (hingga bulan November)
Melihat kondisi pencurian di sektor perikanan Indonesia yang sudah dalam
tahap kronis, sepertinya langkah ekstrem yang direncanakan Jokowi dan Susi
tidak lagi menjadi terlalu ekstrem.

Lampiran Artikel 2
Nasionalisme Pemuda Rendah, Masa Depan Bangsa Terancam
Masa depan bangsa Indonesia terancam suram akibat rendahnya rasa
nasionalisme di kalangan pemuda. Kian tahun, momentum peringatan Sumpah
Pemuda yang menjadi awal lahirnya nasionalisme dikalangan pemuda semakin
diabaikan. Hanya sedikit kaum muda yang peduli , bahkan itu pun lebih bersifat
ceremonial saja. Rasa kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme telah tergusur
oleh budaya hura-hura yang menyesatkan. “Pemuda seharusnya menjadi pelopor
dalam membangun semangat perjuangan, tetapi justru kenyataannya kini justru
jatuh ke jurang materialisme yang tak terkontrol,” kata Ketua Umum PMII,
Muhammad Bukrata kepada Hminews, Kamis(29/10)
Menurut Bukrata sumpah pemuda yang telah diperjuangkan oleh berbagai
elemen pemuda pada Kongres Pemuda II di Gedung Katholieke Jongenlingen
Bond (KJB), Jakarta Pusat pada tanggal 28 Oktober 1928 lalu perlahan-lahan
mulai punah.” Saat ini anak muda sudah tidak peduli lagi dengan nilai sumpah
pemuda”,Ujarnya. Bukrata juga sangat menyayangkan banyaknya pemuda
Indonesia yang perlahan-lahan mulai meninggalkan kebudayaan Indonesia.
“Sangat sedikit kalangan pemuda yang menaruh perhatian pada masalah bangsa,
karena mereka lebih tertarik pada kehidupan hedonis”, cetusnya. ”Kita bisa
melihat banyak pemuda yang tidak perduli dengan kondisi keterpurukan yang
melanda bangsa ini,bahkan dengan mudah kita membiarkan kebudayaan bangsa
kita diambil oleh bangsa lain, kalangan pemuda semestinya sadar, masa depan
negara ini tergantung pada kita, apa jadinya negara ini jika kita tak peduli,
tambahnya lagi dengan nada kecewa,” Bukrata mengajak berbagai kalangan
pemuda untuk lebih memaknai sumpah pemuda dengan membangkitkan kembali
nasionalisme sekaligus jiwa kepeloporan pemuda yang disertai dengan nilai-nilai
agama. Menurutnya bangsa kita sangat membutuhkan generasi muda yang cerdas
dan setia kepada bangsa dan negara. Selain itu, dia juga berpesan kepada seluruh
aktivis pemuda dan mahasiswa agar benar-benar menjalankan komitmennya untuk
menjadi generasi penerus bangsa yang akan mencurahkan seluruh jiwa raganya
untuk kemajuan bangsa dan negara.
Sementara itu, Ahmad Husni, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI
DIPO), menyatakan saat ini telah terjadi pergeseran nasionalisme. menurutnya
pemuda Indonesia kurang memahami wawasan kebangsaan. Itu semua terjadi
karena pemerintah tidak memberikan ruang gerak yang cukup kepada para
pemuda. “Pemuda Indonesia masih cukup potensial untuk membangun bangsa ini,
akan tetapi kita tidak diberikan kesempatan oleh pemerintah, saya berharap di
moment peringatan sumpah pemuda ini, pemerintah mulai membuka kesempatan
bagi generasi muda untuk melestarikan kembali nilai nasionalismem,” uja Husni.
(Rita)

Lampiran Artikel 3
Pencaplokan, Kegagalan Bangun Perbatasan
Politikindonesia - Bergesernya patok wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang menguntungkan negara tetangga, lebih diakibatkan oleh gagalnya
program pembangunan di wilayah perbatasan. Sebab itu, tak dapat disalahkan jika
masyarakat atau bahkan tentara penjaga perbatasan memilih diam melihat
bergesernya patok tersebut, lantaran memperoleh tawaran kehidupan yang lebih
baik. Setidaknya, pendapat itulah yang dikemukan oleh Peneliti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jaleswari Pramodhawardani, menyikapi kasus
bergesernya patok wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
menguntungkan Malaysia, di Kalimantan Barat. “Bergesernya patok perbatasan
bukan merupakan sebab dari hilangnya wilayah kita. Penyebabnya adalah
ketidakjelasan program pembangunan di daerah perbatasan.”
Masyarakat maupun anggota TNI yang bertugas disana, ujar Jaleswari,
tidak bisa disalahkan karena mereka hanya mencari kehidupan yang lebih baik.
Bagaimana mereka bisa mencintai Indonesia, kalau pemerintah tidak
memperhatikan mereka. “Pembangunan di perbatasan masih bukan prioritas.
Keamanan dan kesejahteraan masyarakat perbatasan, harus bisa berjalan paralel,“
ujar peneliti LIPI yang akrab disapa Dani ketika dihubungi, Senin (10/10).
Pembangunan daerah perbatasan, sambung Dani, seharusnya tidak lagi
hanya merupakan wacana. Ketika bangsa ini bicara bahwa pembangunan daerah
perbatasan adalah satu hal penting, namun tidak diterjemahkan dalam program
dan perencanan di lapangan, sama saja bohong. “Bagaimana kita mau dihargai
oleh negara lain, kalau kita saja tidak bisa menghargai masyarakat dan prajurit
kita sendiri di perbatasan. Lihat saja, bagaimana masyarakat perbatasan
mendapatkan kebutuhannya dari Malaysia dan lihat juga bagaimana kesejahteraan
TNI, lihat juga bagaimana fasilitas TNI diperbatasan? Semuanya sangat minim.”
Dani melanjutkan, “Tidak usah bicara mengenai tentara Malaysia yang
tidak takut pada TNI, kapal asing saja tidak takut dengan penjaga perbatasan kita.
Seharusnya memang perbatasan itu mendapatkan fasilitas yang lebih baik karena
rentan, serta untuk menguatkan diplomasi kekuatan.” Selama ini, ujar dia, bangsa
ini selalu reaktif terhadap akibat dari persoalan yang terjadi. Akan tetapi, jarang
sekali melihat sebab dan akar persoalan mengapa hal itu terus terjadi. Akibat dari
sikap yang reaktif tersebut, maka hasilnya menjadi parsial dan hanya berorientasi
jangka pendek. “Permasalahan jangan selalu dijawab reaktif. Tidak pernah ada
kerangka atau grand design bagaimana seharusnya membangun wilayah
perbatasan. Maka tidak usah heran jika patok itu berpindah terus dan masih akan
terus terjadi dikemudian hari,” tambahnya. Kata Dani, masalah pergeseran patok
batas wilayah ini harus diselesaikan baik dengan melibatkan dan
mengkoodinasikan semua elemen masyarakat maupun pemerintahan. Tugas
menjaga keutuhan wilayah Indonesia, tambahnya, bukan hanya menjadi tugas
Departemen Pertahanan, namun juga seluruh elemen seperti seluruh kementrian di
bawah koordinator Kementerian Kesra, Kemenko Polhukam dan Kemenko
Perekonomian dengan berkoordinasi bersama pemerintah daerah setempat.
“Seluruh kementerian harusnya terlibat dan bertanggungjawab, bukan hanya
kementerian Pertahanan. Pemerintah daerah juga dilibatkan. Anggaran untuk
daerah perbatasan baik dari APBN dan APBD, saya yakin mencukupi, namun
karena tidak adanya koordinasi dan sinergi diantara pihak yang terkait maka
implementasinya tidak dirasakan masyarakat perbatasan,” tegasnya. Jika dibiarkan
terus seperti ini, Dani khawatir, kasus pencaplokan wilayah tersebut terus akan
berulang. “Zaman Bung Karno dikobarkan armada militer yang tangguh, bukan
membeli segala hal-hal yang tidak penting seperti mobil dinas para pejabat
negara. Wilayah yang hilang itu, karena ketidakpedulian kita dengan wilayah.
Muaranya pada ketegasan kepemimpinan nasional kita.”
Pemerintah harus memandang penting keutuhan wilayah dan keselamatan
bangsa. “APBN yang hanya seribuan triliun adalah jumlah yang kecil untuk
membangun Indonesia. Seharusnya, anggaran itu tidak diboroskan untuk hal yang
tidak mendasar. Jangan pula sampai bocor seperti sekarang ini,” tandasnya.

Anda mungkin juga menyukai