Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR JAWAB UAS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

KELAS A AKUNTANSI REG. B (MALAM)


Nama : SUSI CHANDRI
NIM : B1033131030
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Kerangka laporan keuangan sektor publik serta keterkaitan antar laporan


keuangan

*
Catatan: *Jika dalam laporan keuangan SKPD, maka untuk laporan atau komponen
yang diblok warna merah tidak dibuat.

Pada dasarnya, neraca akhir diperoleh dari saldo awal yang diambil dari neraca awal
(neraca pada awal periode akuntansi) ditambah dan/atau dikurangi dengan transaksi-
transaksi selama tahun berjalan yang tertuang dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Arus Kas. Saldo awal ini diambilkan dari saldo rekening-rekening riil, yaitu rekening-
rekening yang ada di neraca yang terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas pada awal periode.
Bila sebelumnya pemerintah daerah belum menyusun laporan keuangan, maka saldo awal ini
diambilkan dari neraca awal yang diperoleh dari hasil inventarisasi dan appraisal (penilaian).
Pada periode berjalan, terjadi transaksi penerimaan dan pengeluaran kas serta transaksi non
kas. Transaksi ini ada yang mempengaruhi neraca secara langsung ada pula yang
mempengaruhi LRA. Pada akhir periode pelaporan, transaksi-transaksi yang mempengaruhi
neraca secara langsung akan menambah saldo neraca akhir, sedangkan transaksi transaksi
yang mempengaruhi LRA akan diakumulasi sehingga menghasilkan informasi sisa
perhitungan. Pada akhir periode, sisa perhitungan ini akan dimasukkan atau bahasa
akuntansinya ditutup ke dalam neraca dan menambah saldo ekuitas di neraca akhir. Jadi,
saldo neraca akhir pemerintah daerah bersumber dari transaksi yang terjadi pada periode
berjalan, dan dari hasil penutupan saldo yang ada di LRA.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) membandingkan antara anggaran dengan
realisasinya sehingga bisa diketahui tingkat pelampauan pendapatan atau sisa belanja yang
diperoleh selama satu tahun anggaran. Hal yang perlu diperhatikan bahwa LRA ini
sebenarnya mengindikasikan bagaimana pemerintah daerah mengalokasikan sumber daya
yang dimilikinya untuk menyelenggarakan pelayanan publik. Dari LRA juga bisa diketahui
berapa persen tingkat pencapaian pendapatan asli daerah, serta menunjukkan kinerja
keuangan program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan
menunjukkan seberapa besar tingkat ketaatan pemerintah daerah terhadap APBD yang telah
disepakati bersama dengan DPRD.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih melaporkan mutasi Saldo Anggaran Lebih
(SAL) yang merupakan akumulasi saldo selisih antara surplus/defisit APBD dengan
pembiayaan neto (SiLPA/SiKPA) dari LRA. Sebelum membuat neraca, maka satu prosedur
yang harus dilalui adalah membuat jurnal penutup untuk menutup saldo rekening yang ada di
LRA untuk kemudian kita pindahkan sisanya ke rekening di neraca. Setelah pendapatan dan
belanja ditutup, maka akan muncul saldo selisih antara surplus/defisit APBD dengan
pembiayaan neto (SILPA) atau SIKPA. Saldo SILPA atau SIKPA ini kemudian ditutup ke
ekuitas di neraca. Untuk membuat jurnal penutup, maka Pendapatan, Belanja, dan
Pembiayaan ditutup ke SILPA/SIKPA. Sehingga pada akhir pembuatan jurnal penutup bias
diketahui saldo SILPA/SIKPA.
Melalui laporan operasional diperoleh informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban,
dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya. Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari
siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber
pendapatan. Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis
beban. Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang dipersyaratkan
menurut ketentuan perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Neraca daerah mencerminkan posisi kekayaan yang dimiliki oleh pemerintah daerah
serta menunjukkan besarnya kewajiban yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah.
Jika posisi aset pemerintah daerah besar menunjukkan bahwa kekayaan pemerintah daerah
tersebut tinggi.
Laporan perubahan aktiva/ekuitas neto dari suatu entitas di antara dua tanggal
pelaporan menggambarakan peningkatan atau penurunan kekayaan, bedasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang diadopsi dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Perubahan keseluruhan dalam aktiva atau ekuitas neto menyajikan total surplus/devisit neto
untuk suatu periode, pendapatan dan biaya lainnya yang diakui secara langsung sebagai
perubahan dalam aktiva/ekuitas neto dan setiap kontribusi oleh, dan kontribusi kepada pemilik
dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
Laporan arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran dari kas
selama satu periode tertentu. Informasi arus kas menyediakan dasar taksiran kemampuan
entitas untuk menghasilkan kas dan setara kas, dan kebutuhan entitas untuk menggunakan
arus kas tersebut.
Catatan atas Laporan Keuangan memberikan informasi secara kualitatif tentang pos-
pos yang membentuk laporan keuangan. Pentingnya catatan atas laporan keuangan ini
mengingat banyak informasi yang tidak dapat diungkapkan di LRA dan neraca, sehingga
CaLK ini menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Selain itu,
keberadaan CaLK ini membantu stakeholders untuk memahami laporan keuangan
pemerintah daerah mengenai beberapa pos laporan keuangan yang bisa menimbulkan multi
interpretasi. CaLK ini utamanya berisi pengungkapan-pengungkapan informasi terkait dengan
pos-pos laporan keuangan yang diwajibkan oleh SAP, sehingga diharapkan transparansinya
semakin meningkat.

2. Contoh transaksi untuk membedakan penerapan cash basis dan akrual basis

Contoh penerapan Basis Akrual dan perbandingannya dengan Basis Kas:

Pembayaran belanja listrik, telepon dan air umumnya dilakukan pada tanggal 10 bulan
berikutnya. Misalkan, beban listrik, telepon dan air pada bulan Januari diketahui
sebesar Rp 1.500.000,00. Pembayaran beban listrik, telepon dan air pada bulan
Januari akan dibayarkan pada tanggal 10 Februari.

Bila menggunakan Basis Kas, maka pembayaran listrik telepon dan air akan dicatat
pada tanggal 10 Februari, yaitu pada saat kas dikeluarkan dengan cara mencatat:

• Belanja listrik, telepon dan air bertambah sebesar Rp 1.500.000,00. (Debit)


• Kas di bendahara pengeluaran berkurang sebesar Rp 1.500.000,00. (Kredit)

Jika dibuat laporan realisasi, maka pada bulan Januari tidak terdapat belanja listrik,
telepon dan air, sedangkan pada bulan Februari terdapat belanja listrik, telepon dan
air sebesar Rp 1.500.000,00.

Bila menggunakan Basis Akrual, maka pencatatan atas belanja listrik, telepon dan air
dilakukan pada tanggal 31 Januari dengan cara:

• Belanja listrik, telepon dan air bertambah sebesar Rp 1.500.000,00. (Debit)


• Hutang belanja bertambah sebesar Rp 1.500.000,00. (Kredit)
Pengakuan hutang belanja ini dilakukan karena pada tanggal 31 Januari belum
dilakukan pembayaran secara tunai atas beban listrik, telepon dan air tersebut. Pada
saat pembayaran pada tanggal 10 Februari maka bendahara pengeluaran
sebenarnya tidak membayar beban listrik, telepon dan air, melainkan membayar
utang. Oleh karena itu pencatatannya menjadi:
• Hutang belanja berkurang Rp 1.500.000,00. (Debit)
• Kas di bendahara pengeluaran berkurang Rp 1.500.000,00. (Kredit)

Jika dibuat laporan realisasi belanja, maka pada bulan Januari akan terlihat belanja
listrik, telepon dan air sebesar Rp 1.500.000,00 dan pada bulan Februari tidak
terdapat beban belanja listrik, telepon dan air.

3. Penjelasan salah satu SAP No. 71 Tahun 2010

PP 71 merupakan penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual murni


meskipun didalam peraturan tersebut juga masih diakomodir pilihan menerapkan basis
kas menuju akrual sebagaimana yang diatur didalam PP nomor 24 tahun 2005 selama masa
transisi dimana pelaksanaan akrual murni paling tidak harus diterapkan paling lambat empat
(4) tahun setelah peraturan ini diterbitkan.
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan reformasi di bidang akuntansi
terutama untuk penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi pemerintahan, baik
pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, dimulai tahun anggaran 2008. Hal ini
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam
Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: ”Ketentuan mengenai pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima)
tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”
Akuntansi berbasis akrual yaitu suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan
peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya
arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena
seluruh arus sumber daya dicatat.

Study #14 IFAC Public Sector Committee (2002) menyatakan bahwa pelaporan
berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna
dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana
pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya sehingga
dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual
juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan
sumberdaya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumberdaya tersebut.
Jika dibandingkan dengan akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual,
akuntansi berbasis akrual sebenarnya tidak banyak berbeda. Pengaruh perlakuan akrual
dalam akuntansi berbasis kas menuju akrual sudah banyak diakomodasi di dalam laporan
keuangan terutama neraca yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keberadaan pos piutang,
aset tetap, hutang merupakan bukti adanya proses pembukuan yang dipengaruhi oleh asas
akrual.
Ketika akrual hendak dilakukan sepenuhnya untuk menggambarkan berlangsungnya
esensi transaksi atau kejadian, maka kelebihan yang diperoleh dari penerapan akrual adalah
tergambarkannya informasi operasi atau kegiatan. Dalam sektor komersial, gambaran
perkembangan operasi atau kegiatan ini dituangkan dalam Laporan Laba Rugi. Sedangkan
dalam akuntansi pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam bentuk Laporan
Operasional atau Laporan Surplus/Defisit.
Dengan demikian, perbedaan kongkrit yang paling memerlukan perhatian adalah
jenis/komponen laporan keuangan. Perbedaan mendasar SAP PP 24/2005 dengan SAP
Akrual terletak pada PSAP 12 mengenai Laporan Operasional. Entitas pemerintah
melaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan
besarnya beban yang ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit
operasional merupakan penambah atau pengurang ekuitas/kekayaan bersih entitas
pemerintahan bersangkutan. Secara ringkas perbedaan komponen laporan keuangan basis
akrual dengan basis kas menuju akrual disajikan pada Lampiran II.
Walaupun basis akrual berlaku efektif untuk laporan keuangan atas
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai tahun 2010, tetapi apabila entitas
pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP
Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran
2010. Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. Ketentuan lebih
lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, sedangkan untuk pada pemerintah daerah diatur
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (pasal 7 PP 71 tahun 2010).
Didalam struktur SAP berbasis akrual berdasar PP 71 Tahun 2010 terdapat tambahan
pernyataan standar akuntansi yaitu pada pernyataan PSAP Nomor 12 tentang Laporan
Operasional, adapun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut :
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)terdiri dari: PSAP Nomor 01 tentang
Penyajian Laporan Keuangan; PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; PSAP
Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan
Keuangan;PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; PSAP Nomor 05
tentang Akuntansi Persediaan; PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; PSAP Nomor
07 tentang Akuntansi Aset Tetap; PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam
Pengerjaan; PSAPN 09 tentang Akuntansi Kewajiban; PSAP Nomor 10 tentang Koreksi
Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa; PSAPN 11 tentang
Laporan Keuangan Konsolidasian; dan PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.

Anda mungkin juga menyukai