Luka Bakar
Luka Bakar
1. Definisi
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan
yang diakibatkan oleh karena transfer energi dari sumber panas ataupun suhu
dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya,radiasi dan friksi.
Keparahan dari cedera tergantung dari jumlah energi yang diserap oleh kulit.
Energi yang diserap akan ditentukan oleh intensitas dari sumber panas atau
agen perusak lainnya, lama paparan dari sumber energi dan tingkat isolasi atau
perlindungan dari pakaian yang menutupi bagian tubuh yang terpapar.
Semakin banyak energi yang diserap oleh kulit maka semakin besar juga
tingkat gangguan selular yang akan terjadi. Jenis luka dapat beraneka ragam
dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena
luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka
tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan
jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat
yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar
dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya
kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (imbalance elektrolit)
dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka
bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis
yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).1
Peristiwa kecelakaan luka bakar bisa terjadi setiap saat di berbagai tempat dan
pada umumnya adalah disebabkan oleh faktor kelalaian. Api sebagai salah satu
faktor penyebab utama kecelakaan luka bakar yang sering disebut sebagai
sahabat manusia dalam sekejap bisa berubah menjadi sumber malapetaka.
Demikian pula halnya listrik, bahan-bahan kimia, minyak tanah, bensin, gas,
dan beberapa unsur lainnya yang begitu dekat dan akrab dengan aktivitas
keseharian manusia, tanpa disadari sekaligus juga merupakan musuh yang
harus selalu diwaspadai.2
2. Anatomi kulit
1
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai
6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,
bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal
dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah
dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.2
Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis dan subkutis
(subkutan).4
Adalah lapisan kulit yang paling luar yang terdiri dari beberapa lapis
sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah
menjadi keratin (zat tanduk)
b) Stratum lusidum
Nama lainnya adalah pickle cell layer (lapisan akanta). Terdiri dari
beberapa lapis sel berbentuk pologonal dengan besar berbeda-beda
karena adanya proses mitosis. Protoplasma jernih karena mengandung
2
banyak glikogen dan inti terletak ditengah-tengah. Makin dekat
letaknya ke permukaan bentuk sel semakin gepeng. Dinatara sel
terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) terdiri dari
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Penebalan antar jembetan
membentuk penebalan bulat kecil disebut nodus bizzozero. Diantara
sel juga terdapat sel langerhans.
e) Stratum basale
Fungsi dari epidermis adalah sebagai proteksi barier, organisasi sel, sintesis
vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit)
dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
3
Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang
paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan
yaitu lapisan papiler yang tipis mengandung jaringan ikat longgar, dan lapisan
retikuler yang tebal terdiri dari jaringan ikat padat.1,4
Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-
beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi subkutis adalah
melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh
dan mechanical shock absorber.1,3,4
Vaskularisasi kulit dilakukan oleh arteri yang memberi nutrisi pada kulit
membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan
selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan
pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri
asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah
tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis.1,4
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas, jilatan api ketubuh,
kobaran api di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-
objek panas lainnya (misalnya plastic logam panas, dll.)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasadigunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan
pembersih yangsering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi
paling rendah, dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama padapembuluh
darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun lingkungan sekitar.
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44°C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
5
derajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur
yang kurang tahan terhadap konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah; dalam
hal ini bukan hanya cairan tetapi juga plasma (protein) dan elektrolit. Pada
luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir
menyeluruh, penimbunan jaringan masif di intersisiel menyebabkan kondisi
hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul
ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke
jaringan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan syok.1,3
Pada paparan suhu yang tinggi dalam waktu yang sangat singkat atau paparan
dalam waktu lama namun dengan suhu sedikit diatas batas toleransi tubuh,
maka hal ini akan menghasilkan kerusakan hanya pada permukaan kulit saja.
Kerusakan ini akan membangkitkan respons peradangan pada jaringan
dibawahnya yang menghasilkan rasa nyeri, pembengkakan dan hyperemia
(trias inflamasi). Lapisan permukaan sel dapat terlepas dan meninggalkan
lapisan dibawahnya pada epidermis yang terpapar. Lapisan basal akan tetap
utuh dan lapisan epidermis akan meregenerasi ketebalan normal dengan
corneum lapisan luar yang baru. Proses ini akan berlangsung selama 7 - 10
hari. Luka bakar seperti ini dideskripsikan sebagai luka bakar superfisialis.1,3
Jika cedera pada lapisan yang lebih dalam, bagian luar epitelium dan lapisan
dermis dibawahnya akan rusak. Respon peradangan akan menjadi lebih besar
dengan adanya pelebaran kapiler, hilangnya integritas dinding kapiler, yang
mengarah ke kebocoran plasma yang berlebihan dari intravaskular ke ruang
6
interstisial di daerah luka bakar. Plasma ini terdiri dari air dan elektrolit seperti
kalium dan natrium tetapi dapat juga mengandung protein. Konsekuensi dan
gambar klinis akan tergantung pada seberapa dalam cedera meluas ke
dermisngkin akan terlepas dari dermis dan terjadi pengumpulan cairan
sebagai akibat dari respons. Jika sel yang mati dekat dengan celah dermal-
epidermal junction, lapisan tipis dari sel-sel mati mu peradangan. Hal ini
menghasilkan permukaan blister. Di bawah lapisan blister adalah lapisan
dermal masih hidup Sel epidermis ini dapat segera bertambah banyak dan
bermigrasi untuk mereformasi sebuah lapisan konfluen yang akan secara
bertahap menebal untuk menghasilkan sebuah baru tetapi sedikit lebih tipis
dan sedikit lebih halus epidermis . Bila proses ini tidak diikuti dengan infeksi,
maka penyembuhan luka akan berlangsung selama 10 hari sampai dengan 6
minggu, tergantung kedalaman luka pada dermis dan luas dari area yang
cedera. Luka bakar ini dideskripsikan sebagai luka bakar sebagian.1
Pada luka bakar yang lebih dalam lagi, terjadi kerusakan sel hingga lapisan
subkutan. Jika kerusakan dan kematian sel meluas dan lebih dalam bahkan
melebihi lapisan dermis, semua lapisan kulit hilang. Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Saat
jaringan yang rusak ini telah melalui proses penyembuhan dan
mengering,maka akan terbentuk suatu jaringan kasar tebal disebut eschar. Jika
dibiarkan, eschar ini secara bertahap berpisah. Epitelium pada tepi luka bakar
ini akan berpindah dengan pelan ke dalam luka dalam upaya untuk
menghasilkan penutupan luka. Hasil dari proses penyembuhan pada luka
bakar dalam ini adalah adanya lapisan jaringan parut kotor dan kontraktur.1
Sebagian besar luka bakar merupakan kombinasi dari ketiga derajat di atas.
Pada bagian pinggir sering kali terjadi luka bakar superfisial, sementara pada
pusatnya, pada tempat terjadinya kontak, timbul parsial atau full thickness
burn. Penentuan derajat luka bakar yang terbaru ialah tidak dengan "20 persen
luka bakar derajat 3", tetapi "estimasi/perkiraan 20 persen luka bakar
campuran superficial dan full thickness burn".1,3
7
5. Pembagian zona kerusakan
Zona Koagulasi
Zona Stasis
Zona Hiperemia
Daerah ini ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan
reaksi seluler.
6. Penatalaksanaan
Prehospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena
tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop),
dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung
basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera
basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan
bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah
pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam
keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang
terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar
biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin,
aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.1,2,3,4,5
8
Hospital
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya
harus dicek primary survey seperti:
2. Breathing (nafas)
3. Circulation (sirkulasi)
5. Exposure (lingkungan)
Pada airway, maka yang dilakukan adalah memastikan jalan nafas pasien tidak
terganggu. Pastikan tidak ada benda-benda asing yang terdapat pada rongga
mulut pasien.bila ada, maka sesegera mungkin dikeluarkan. Pada pasien yang
tidak sadar, dilakukan chin lift dan jaw thrust untuk melapangkan jalan nafas.
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
endotracheal tube. Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah
riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.1,2,3
Inhalasi uap panas dan asap dapat menyebabkan peradangan dan obstruksi
pada jalan nafas yang menyebabkan terganggunya ventilasi. Asap juga dapat
9
mengiritasi paru-paru sehingga dapat mengganggu proses pertukaran gas.
Gejala yang terpenting yang harus diperhatikan adalah hipoksia termasuk
peningkatan frekuensi dan perubahan pada pola pernafasan, terutama
pernafasan yang lambar memburuk. Sianosis adalah gejala hipoksia yang
lanjut pada penderita trauma. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain
yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae.1,2,3
Pada disabilitas, tingkatkan dan rekam tingkat kesadaran , yang mungkin akan
terpengaruh oleh cedera otak langsung atau hasil dari hipoksia sekunder untuk
komplikasi pernafasan. Motade sederhana untuk mendeskripsikan kesadaran
adalah:
a) Alert (sadar)
Secondary Survey
10
Setelah mendapatkan penatalaksanaan primary survey yang bertujuan untuk
menangani keadaan yang mengancam nyawa, penilaian yang
berkesinambungan harus digali.1,5
Riwayat
A – allergies
M – medication
P – past illnesses
L – last meal
E – events/environment ( lingkungan yang berkaitan dengan terjadinya
injuri, misalnya : paparan panas, agen penyebab, pertolongan pertama
yang diberikan, dan jenis pakaan yang digunakan pada saat itu).
Pemeriksaan fisik
Pertama-tama yang harus dinilai yaitu tanda umum dari injuri. Setelah
itu periksa luka bakar pada kornea, eksplorasi apakah terdapat indikasi
injuri inhalasi (luka bakar atau melepuh pada hidung dan mulut,
rambut hidung yang terbakar, melepuh atau edema pada lidah, faring,
atau mulut). Periksa secara hati-hati untuk mengetahui apakah terdapat
cervical spine injury.4,5
Dada
Abdomen
11
Periksa apakah terdapat tanda intra-abdominal injuries jika luka bakar
berasosiasi dengan trauma. Nilai apakah luka bakar pada abdomen
merestriksi respirasi atau tidak.4
Perineum
Periksa apakah terdapat luka bakar pada perineal dan atau jejas yang
lainnya.
Ekstrimitas
Derajat keparahan luka bakar ditentukan oleh luas dan dalamnya luka bakar
tersebut.4
Luas luka bakar dideskripsikan oleh TBSA (percentage of total body surface
area). Pada dewasa, hal ini dapat dikalkulasikan secara kasar dengan
menggunakan ‘rule of nine’ (gambar.1). setiap lengan dianggap setara dengan
12
9% dari luas area tubuh, kepala 9%, badan bagian depan dan belakang
masing-masing 18%, masing-masing kaki sama dengan 18%. Hal ini
merupakan penilaian yang akurat dan sederhana. Estimasi dari luka bakar
yang kecil dan ireguler ditunjukkan dengan menggunakan ukuran dari telapak
tangan, dimana diperkirakan ukurannya sekitar 1% dari luas area tubuh.
Penggunaan Lund & Browder body charts dirasa lebih akurat untuk menilai
luasnya luka bakar oleh karena menggunakan table persentase ekstrimitas,
batang tubuh, dan kepala yang tela disesuaikan dengan usia.
Saat ini belum didapatkan alat pengukuran yang akurat untuk mengukur
kedalaman suatu luka bakar, sehingga para klinisi harus menilainya
menggunakan gambaran klinis yang ada. Kedalaman luka bakar
13
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : superficial, partial-thickness or full-
thickness.4
Permukaannya lembab
Warna kulit bervariasi dari merah muda pucat hingga merah darah
14
Hilang sensasi dan tidak dijumpai rasa nyeri oleh karena rusaknya
ujung-ujung saraf sensoris
Setelah kita mengetahui masalah klinis yang ditimbulkan, rencana terapi yang
bisa dirumuskan antara lain resusitasi cairan, manajemen nyeri dan
penanganan dari luka-luka bakar tersebut.4,5
Resusitasi Cairan
Resusitasi cairan adalah penanganan primer penting pada pasien luka bakar.
Luka bakar pada orang dewasa yang TBSA lebih dari 10-15% dan pada anak-
anak TBSA lebih besar dari 10% memerlukan cairan resusitasi untuk
menghindari komplikasi hipovolemia sistemik. Ada sejumlah formula
resusitasi yang telah dikembangkan sebagai panduan untuk menilai volume
cairan yang diperlukan untuk menjaga output jantung yang cukup selama fase
awal pasca terbakar (pertama 48 jam). Tidak ada rumus resusitasi yang telah
terbukti meyakinkan memiliki manfaat kelangsungan hidup. Rumus yang
umum digunakan adalah:
Volume cairan ini dimulai dari saat luka bakar terjadi. Setengah dari volume
yang dihitung diberikan 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam
berikutnya. Cairan harus diberikan melalui kanul didaerah perifer, sebaiknya
dimasukkan melalui jaringan yang tidak mengalami luka bakar. Akses vena
sentral sangat membantu dalam penanganan luka bakar yang besar.4
15
Monitoring resusitasi cairan yang cukup
Kontrol nyeri
Seperti pada semua nyeri pada trauma mayor, kontrol yang terbaik dicapai
awalnya dengan dosis tambahan narkotika intravena, yang diikuti dengan
infus kontinu atau analgesia adalah tepat.4
Pengelolaan luka bakar ditentukan dari penilaian klinis kedalaman luka bakar
dan patofisiologi dari luka bakar.
16
Oklusif non-adherent dressing diterapkan untuk luka. Meninggikan anggota
badan yang terbakar akan dapat meminimalkan terjadinya edema. Luka
tersebut harus ditangani dalam 7-10 hari
Bula luka bakar dan kulit-kulit dengan sensasi yang utuh harus sembuh secara
spontan dalam 10-14 hari. Pengenalan yang efektif terhadap agen antiseptik
topikal telah menjadi salah satu hal utama dalam penatalaksanaan luka bakar.
Saat ini belum terdapat agen yang secara efektif bisa menghancurkan semua
bakteri dan jamur, akan tetapi digunakan silversulphadiazine.
Silversulphadiazine merupakan kombinasi perak nitrat 1% dengan senyawa
organic sulfadiazin sulfonamide yang dikatakan dapat mencakup hampir
seluruh spektrum. Krim ini bersifat mendinginkan, menyejukkan memiliki
kemungkinan minimal terhadap sensitivitas kontak atau toksisitas sistemik.
Permukaan krim ini sangat efektif sebagai agen antibakteri, dan harus
diaplikasikan pada luka bakar sesegera mungkin.4,5
Luka bakar yang meluas ke dalam sampai dermis akan memerlukan waktu
yang sangat lama untuk sembuh spontan. Penyembuhan luka berhubungan
dengan jaringan parut dan deformitas sehingga diperlukan eksisi pembedahan
dan grafting untuk mendapatkan hasil kosmetik yang lebih baik. Luka bakar
full-thickness secara absolute memerlukan eksisi dan grafting untuk mencapai
penyembuhan luka. Operasi semacam itu idealnya dilakukan sesegera
mungkin untuk meminimalkan risiko infeksi dan mempercepat pemulihan
pasien secara penuh. Teknik pembedahan yang dilakukan meliputi
penghilangan jaringan yang terbakar dan mentransplantasi kulit dari jaringan
yang sehat untuk menutupi area yang terbuka tadi. Untuk luka bakar partial-
thickness, dilakukan teknik eksisi tangensial, di mana lapisan tipis dari luka
bakar dihilangkan hingga tercapai lapisan bebas pendarahan. Untuk luka bakar
yang dalam dan full-thickness dilakukan eksisi fasia. Kulit donor dapat
diambil dari berbagai bagian tubuh pasien. Kulit pada bagian paha lebih sering
digunakan, tetapi pada luka bakar yang sangat luas, semua bagian kulit yang
17
tidak terbakar kecuali bagian wajah dapat digunakan. Kulit donor harus
mengandung sel-sel epitel basal agar dapat menghasilkan lapisan epidermis
baru. Lokasi donor akan sembuh karena terjadi migrasi yang cepat dari
keratinosit yang tersisa dan lokasi donor tersebut dapat diambil lagi ketika
kulitnya sudah sembuh. Ini mungkin hanya dalam 7-10 hari, tergantung pada
ketebalan dari kulit yang diambil dan tekstur kulit dari lokasi donor tersebut.
Untuk mencegah darah dan cairan terakumulasi di bawah graft, kulit donor
biasanya masuk melalui mesin meshing yang menghasilkan beberapa celah di
graft. Tergantung dari panjang celah, kulit yang dapat diperluas, yang
memungkinkan area yang lebih besar untuk ditutupi. Teknik ini berguna pada
luka bakar yang luas dimana lokasi donor terbatas. 4,5
Bedah Plastik
Jika penatalaksanaan luka dilakukan secara tepat, sebagian besar pasien akan
merasa puas atas penyembuhan primer dari lukanya. Pasien dengan derajat
luka bakar yang berat akan dapat mengalami kerusakan tendon, terutama pada
dorsum manus, sekitar siku kaki, sehimgga dalam hal ini tidak tepat jika
dilakukan teknik split-thickness grafting. Sehingga indikasi pada keadaan ini
yaitu vascularised skin flap. Teknik bedah rekonstruksi juga diperlukan untuk
mengatasi kontraktur dan deformitas, khususnya pada leher depan dan lipatan
axial. Kontraktur dan deformitas yang minimal didapatkan jika penutupan
luka dilakukan sedini mungkin dan dilakukan teknik stretching aktif dan
splinting yang tepat.4,5
18