Model Pengambilan Keputusan PDF
Model Pengambilan Keputusan PDF
1. Model Probabilitas
Model probabilitas, umumnya model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas
dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept of probability and expected value).
Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam
suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring). Misalnya kartu bridge terdiri
atas 52 buah kartu; berarti tiap-tiap kartu hanya memiliki kemungkinan 1/52. Kartu heart 1
(jantung merah 1) hanya memiliki kemungkinan 1/52. Begitu pula halnya dengan dadu berisi 6,
masing-masing sisi hanya memiliki kesempatan atau kemungkinan 1/6 untuk menang.
Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan
melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut.
Sampel itu sendiri merupakan sebagian yang dianggap mewakili keseluruhan (populasi).
Kemungkinan yang dimiliki oleh setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu adalah 1/6 itu
merupakan sebagian dari seluruh kemungkinan masing-masing (untuk kartu adalah 52 dan untuk
dadu adalah 6).
Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang semuanya
bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, misalnya agar nantinya dapat
menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa resesi, untuk dapat menaikkan
tingkatan pendapatan masyarakat, lain sebagainya.
2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)
Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang telah
diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang. Adapun nilai yang diharapkan dari
setiap peristiwabyang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan
nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya peristiwa yang
diharapkan masih diragukan.
Sebagai contoh; pemerintah mengeluarkan undian social berhadiah Rp 400 juta. Jumlah
undian yang dijual sebanyak dua juta lembar dengan nilai nominal harga tiap lembarnya Rp
500,-. Kalau undian sebanyak dua juta lembar itu laku semuanya, maka pendapatan pemerintah
dari hasil penjualan sebesar Rp 1 milyar. Pendapatan bersih sebesar Rp 600 juta. Kemungkinan
memenangkan hadiah dari tiap lembar undian adalah seperdua juta. Nilai harapannya sebetulnya
hanyalah ½ juta x 400 juta = Rp 200 juta.
3. Model matriks
Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and expected value), ada juga
model lainnya. Model lain tersebut misalnya adalah model matriks (the payoff matrix
model).Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi antara strategi
yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Dalam hal ini Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a particularly
convenient method of displaying and summarizing the expected values alternative
strategics.Model matriks terdiri atas dua hal, yakni baris dan lajur. Baris (row) bentuknya
mendatar, sedangkan lajur (column) bentuknya menegak (vertikal). Pada sisi baris berisi macam
alternative strategi yang digelarkan oleh pengambil keputusan, sedangkan pada sisi lajur berisi
kondisi dan nilai harapan dalam kondisi dan situasi yang berlainan.
Contoh dibawah ini menggambarkan adanya strategi ya ng berbeda-beda dalam konsep
atau pandangan eko nomi yang bervariasi.
Jika menggunakan strategi investasi yang sifatnya agresif (berani) sebesar Rp 100 juta,
hasil yang dimungkinkan dari investasi tersebut akan berkisar antara 5-25%-nya, tergantung
apakah keadaan ekonomi saat itu baru mengalami resesi, atau dalam keadaan normal, atau
malahan baru dalam keadaan baik sekali (boom). Apakah hal kedua yang dilakukan yakni
dengan menggunakan strategi penanaman modal yang termasuk moderat sebesar Rp 50 juta
diharapkan akan mendapat keuntungan sekitar 2-15%, tergantung dari keadaan ekonomi saat itu.
Yang ketiga adalah apabila kebijakan investasi yang ditempuh secara minimal dengan dana Rp
10 juta dan itu digunakan untuk penggantian bagian mesin beserta pemeliharaannya pada
keadaan ekonomi yang sedang membaik, diperkirakan dapat member keuntungan 1%, tetapi
apabila dalam keadaan resesi atau dalam keadaan normal diperkirakan tidak akan member
keuntungan.
4. Model pohon keputusan (Decision Tree Model)
Model ini merupakan suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu
proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-komponen,
kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing.
Dengan demikian, maka pimpinan tinggal memilih alternative mana yang sekiranya
paling tepat untuk dijadikan keputusan.
Pohon keputusan ini biasanya dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang
timbul dalam proyek yang sedang ditangani. Selanjutnya Welch dan Comer memberikan definisi
mengenai pohon keputusan (decision tree) sebagai berikut:
“The decision tree is a simple diagram showing the possible consequences of
alternative decisions. The tree includes the decision nodes chance modes, pay offs
for each combination, and the probabilities of each event.”
Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon keputusan yakni : simpul keputusan, simpul
kesempatan, hasil dari kombinasi, dan kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap peristiwa
yang terjadi. Hal yang kiranya penting dalam pohon keputusan adalah pengambil keputusan itu
haruslah secara aktif memilih dan mempertimbangkanbetul-betul alternative mana yang akan
dijadikan keputusan
Tipe analisis pembuatan keputusan mana yang akan digunakan sangat tergantung pada
kemungkinan-kemungkinan yang rasional dapat dikemukakan terhadap masalah yang
dihadapinya. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan informasi yang lengkap,upto-date dan dap;at
dipercaya kebenarannya, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil keputusan
dengan baik.
Pohon keputusan itu dinamakan juga diagram pohon karena bentuknya berupa diagram.
Diagram ini bentuknya seperti pohon roboh. Diagram pohon ini merupakan salah satu langkah
yang diperlukan, misalnya dalam pengambilan rancangan bangun proyek. Konsep proses ini
pada dasarnya mengikuti teori system, dimana antara komponen yang satu dengan komponen
yang lain merupakan mata rantai proses yang berkesinambungan, yang saling bergantung.
Adapun langkah-langkah yang sekiranya perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:
1. Mengadakan identifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada
yang secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya harus
dipecahkan melalui diagram keputusan. Masalah tertentu itulah yang merupakan
masalah utama.
2. Masalah utama itu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.
3. Masalah yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam masalah
yang lebih kecil lagi. Begitu seterusnya, sehingga merupakan diagram pohon
yang bercabang-cabang.
Itulah sebabnya mengapa keputusan atau proses pengambilan keputusan yang dilakukan
semacam itu dinamakan diagram pohon. Diagram pohon itu sangat bermanfaat bagi tim yang
mengadakan analisi masalah untuk kemudian dipecahkan bersama-sama dalam tim itu karena
masalahnya dan pemecahaanya saling berkaitan. Tanpa bantuan anggota tim lainnya masalah
yang begitu kompleks tidak akan dapat dipecahkan.
5. Model Kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh).
Kurva Indeferen merupakan kurva berbentuk garis dimana setiap titik yang berada pada
garis kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama. Misalnya,
penggunaan barang A dan B meskipun kombinasi jumlah masing-masing berbeda, namun
apabila semuanya itu berada pada titik kurva indiferen, kepuasa sama.
Kurva Indeferen mempunyai 4 ciri penting, yakni sebagai berikut.
Sebagai contoh,setiap pilot pesawat terbang harus dapat memberi keputusan dengan
tepat dan cepat apa yang herus segera dilakukan jika menghadapi situasi yang cukup
riskan dalam atau selama penerbangan. Apabila keputusan dan tindakan itu tepat maka
selamatlah pesawat terbang dengan segala isinya tetapi apabila ternyata keputusan dan
tindakan yang diambil keliru maka akan fatallah penerbangan itu dan pilot bertanggung
jawab atas musibah yang dialaminya. Oleh karena itu,setiap calon pilot harus banyak
latihan memecahkan masalah penerbangan melalui cockpit tiruan yang bentuk,besar,dan
juga instrumennya persis sama dengan cockpit pesawat sungguhan.
Dari hasil latihan simulasi itu calon pilot mendapat instruksi-instruksi yang harus
dikerjakan dengan tepat dan cepat untuk menyelamatkan pesawatnya. Jika ia telah cukup
mahir menjalankan instruksi, kemudian keteranpilan ditingkatkan dengan memberi
masalah kepada calon pilot untuk segera dipecahkan dengan cepat dan tepat. Simulasi
penerbangan tersebut semacam video game. Dengan melalui latihan bersimulasi yang
intensif calon pilot akan mahir mengemudikan pesawat terbang sungguhan dan barulah di
coba dengan pesawat sesungguhnya.
4. Model verbal
Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang
lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya yang
kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang
nonkuantitatif.
Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut
birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4
ciri,sebagai berikut.
1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat tertinggi
hanya mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya secara pribadi.
Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah administratif
substansial.
2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat
menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi itu. Ini
berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada
prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
organisasi tersebut.
4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran. Prestasi
kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga ikut menentukan
pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan)
ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap berlakunya dalil dan
faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan pertimbangan.
5. Model fisik
Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting
untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan bangunan atau
tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan
jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan
serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup
kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti
tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya.
Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada
policy maker.
ANALISIS KEPUTUSAN
Analisis keputusan yang dimaksud disini adalah suatu rangkaian proses dalam membahas
permasalahan yang dikemukakan di atas. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan
konsep jenis kerugian yang ditimbulkan, pemakaian konsep peluang, dan perhitungan ekspektasi
kerugian.
Bila dalam membahas permasalahan di atas kita fokuskan terhadap minimisasi kerugian
maka perlu didefinisikan dua jenis kerugian yang akan ditimbulkan dalam kasus tersebut. Jenis
kerugian yang pertama dikenal dengan obsolescence looses. Jenis kerugian ini disebabkan oleh
persediaan yang terlalu banyak sehingga harus dibuang pada hari berikutnya, (jenis ini hampir
sama dengan biaya gudang akibat terlalu lama penyimpanan). Misalnya dari kasus tersebut di
atas, jika jumlah strawberry yang disediakan oleh grosir adalah 12 keranjang namun permintaan
pada hari itu hanya 10 keranjang, maka grosir akan mengalami kerugian sebesar $40 (yaitu dari
harga pembelian 2 keranjang strawberry yang tidak terjual). Jenis kerugian yang kedua adalah
opportunity looses. Jenis kerugian ini disebabkan oleh kurangnya persediaan sehingga ada
pembeli yang tidak terlayani.
Dengan kata lain, kerugian ini timbul akibat keuntungan yang seharusnya diperoleh tetapi
tidak jadi diperoleh karena kekurangan stock. Misalnya dari kasus di atas, jika jumlah strawberry
yang disediakan oleh grosir adalah 10 keranjang sedangkan permintaan pada hari itu mencapai
12 keranjang, maka grosir akan mengalami kerugian sebesar $60 (yaitu keuntungan yang tidak
diterima dari hasil penjualan 2 keranjang strawberry bila stock ada).
Tabel.2 Tabel Kerugian Bersyarat
Kemungkinan Kemungkinan Persediaan yang Dilakukan(X)
Jumlah 10 11
Yang diminta
(X)
12
13
10 $0 $20 $40 $60
11 30 0 20 40
12 60 30 0 20
13 90 60 30 0
Adopsi Konsep Peluang
Konsep peluang yang sudah didefinisikan sebelumnya dapat diadopsi untuk data
persoalan tersebut di atas. Jika tujuan grosir adalah untuk menentukan persediaan jumlah
strawberry dalam satuan keranjang pada hari tersebut, dimisalkan dengan X, maka berdasarkan
data di atas X adalah peubah acak diskrit yang dapat mengambil nilai 1O, 11, 12, dan 13. Dan
distribusi Peluang X (jumlah keranjang strawberry) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Peluang X
Kolom kerugian bersyarat pada Tabel 4 di alas diambil, dari tabel 2 untuk kasus
persediaan 10 keranjang. Kolom ke empat dari Tabel 4 menyatakan bahwa jika 10 keranjang
disediakan setiap hari selama masa yang panjang (long period), maka kerugian secara rata-rata
(ekspektasi kerugian) adalah $52.50. Tentu tidak ada jaminan bahwa jika besok diambil
persediaan 10 keranjang maka sudah pasti akan rugi %52.50. Dengan cara yang sama tabel 5, 6,
dan 7 dapat dibentuk dan diinterpretasikan.
Hasil analisis ekspektasi kerugian yang disajikan dalam tabel 4 sampai dengan 7 dapat
digunakan untuk mengambit keputusan. Dapat dilihat bahwa minimum kerugian yang terjadi
adalah $17.50. Hal ini terjadi pada tingkat persediaan 12 keranjang Strawberry. Ini berarti grosir
lebih baik menyediakan 12 keranjang setiap harinya, untuk kasus tersebut di atas.
Seandainya untuk membahas permasalahan di atas dilakukan anatisis dengan
mempertimbangkan keuntungan yang maksimum, maka hasilnya tidak akan berbeda yaitu
dengan jumlah persediaan 12 keranjang perharinya.
Tabel 6. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 12 Keranjang
Jumlah Kerugian Peluang X Ekspektasi
Kemungkinan Bersyarat P (X) Kerugian
Permintaan (X) X.P (X)
10 $40 0.15 $6.00
11 20 0.20 4.00
12 0 0.40 0.00
13 30 0.25 7.50
Jumlah 1.00 $17.50
DAFTAR PUSTAKA