Anda di halaman 1dari 95

EFEK PEMBERIAN SARI BLEWAH (Cucumis Melo L.

Var
Cantalupensis) TERHADAP KADAR ASAM URAT
PENDERITA HIPERURISEMIA DI UPT
PELAYANAN SOSIAL LANJUT
USIA JEMBER

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Sains Terapan (S.ST)
Di Program Studi Gizi KlinikJurusan Kesehatan

oleh:
Alis Oktaviar Kartika Siwi
NIM G42120854

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2016

i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER

EFEK PEMBERIAN SARI BLEWAH (Cucumis melo L. var


Cantalupensis) TERHADAP KADAR ASAM URAT
PENDERITA HIPERURISEMIA DI UPT
PELAYANAN SOSIAL LANJUT
USIA JEMBER

Telah Diuji Pada Tanggal : 26 Oktober 2016


Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat

Tim Penguji:
Ketua

Ir. Heri Warsito, MP


NIP. 19620926 198803 1 001

Sekretaris, Anggota,

dr. Arinda Lironika S, M. Kes. Agustina Endah W, S.Sos.,M.Kes


NIP. 19850817 201012 2 008 NIP. 19700821199903 2 001

Menyetujui,
Ketua Jurusan Kesehatan

Sustin Farlinda, S.Kom., MT


NIP. 19720204 200112 2 003

ii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan berkah ilmu dan petunjuk yang besar
untuk menyelesaikan tugas akhir
2. Ayah (Asmad) dan Ibu (Basuki Musyawaroh) tercinta, yang telah
membesarkanku dengan penuh kasih sayang, membimbingku, memberikan
semangat, motivasiserta tiada henti memberikan dukungan doanya kepadaku.
Untuk adikku Frandinata Yansen Aditya terimakasih atas dukungan dan
cintanya, Kakek dan Nenek yang selalu memberikan bantuan dan doa disetiap
perjalanan hidupku, Kakak ku Jinani Firdausiah yang aku cintai yang telah
memberikan dukungan seutuhnya, serta keluarga besarku yang telah
memberikan doa dan dukungannya setiap waktu.
3. Jufri Zakaria yang selalu memberi dukungan, cinta, dan kasih sayangnya
hingga akhir perjuanganku menulis skripsi.
4. Sahabatku yang kucintai Dian Pratiwi, Siti Wardatus Soleha, Nailul
Hanindiyah, Fitria Ulfiani, Fahmadia Jihan, Dwi Puji Febrina, dan teman
seperjuangan Layla Mettasari tanpa dukungan kalian skripsiku tidak akan
selesai.
5. Teman – teman GKL 2012 terimakasih atas dukungan, semangat serta
kebersamaan kalian selama ini.

iii
MOTTO

Sesungguhnya Allah sekali – kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada
pada diri mereka sendiri,... (Qs. An-Anfaal 8:53)

Tidak ada hidup yang bersih dari hambatan, mengatasi hambatan itulah yang
membuat kita disebut berhasil,.. (Mario Teguh)

iv
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Alis Oktaviar Kartika Siwi

NIM : G42120854

menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas


Akhir saya yang berjudul “Efek Pemberian Sari Blewah (Cucumis melo L. Var
Cantalupensis) Terhadap Kadar Asam Urat Penderita Hiperurisemia Di Unit
Pelaksana Teknis PelayananSosial Lanjut Usia Jember” merupakan gagasan dan
hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing, dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Jember, 26 Oktober 2016

Alis Oktaviar Kartika Siwi


G42120854

v
Effect the Provision of Sari Cantaloupe (Cucumis melo L. Var Cantalupensis) of
the Uric Acid Patients Hiperurisemia at UPT of Elderly
Social Services Jember

Alis Oktaviar Kartika Siwi 1) Heri Warsito 2) Arinda Lironika S. 2)


Clinical Nutrition Study Program
Department of Health

ABSTRACT

Hiperurisemia interruption metabolic characterized by elevated levels of


uric acid in the blood. The purpose of this research is to the effect cider
cantaloupe (Cucumis melo L. var Cantalupensis) against levels of uric acid
hiperurisemia patients in technical unit social services elderly Jember. The kind
of research it uses draft a quasi experiment with the design pretest-postest with
control group. Sampling techniques used the purpossive sampling of samples from
40 elderly patients hiperurisemia divided into 2 categories 20 respondents the
treatment and 20 respondents the control group. The result of this research
analyzed using wilcoxon and for what whitney. Using the results of the analysis
test wilcoxonon the control group showed no there were differences levels of uric
acid respondents before and after treatment by value p value = 0,866 (p value >
0,05). While the wilcoxon on the treatment show there is a different levels of uric
acid respondents before and after treatment by the p value = 0,001 (p value <
0,05). The analysis result of the whitney use for what point to a difference levels
of uric acid in control and treatment groups before treatment by the p value =
0,008 (p value < 0,05) and the results of the analysis for what use the whitney
also shows there is a different levels of uric acid in control and treatment groups
after treatment by the p value = 0,035 (p value < 0,05). The conclusion of
research is consume cider cantaloupe may lower levels of uric acid elderly
disease sufferers uric acid.

Keywords : Cider Cantaloupe Consuption, Uric Acid Level

1) Student of Politeknik Negeri Jember, Health Department, Study Program of


D-IV Clinical Nutrition.
2) Lecture of Politeknik Negeri Jember, Health Department, Study Program of
D-IV Clinical Nutrition.

vi
Efek Pemberian Sari Blewah (Cucumis melo L. Var Cantalupensis) Terhadap
Kadar Asam Urat Penderita Hiperurisemia Di UPT Pelayanan Sosial LanjutUsia
Jember

Alis Oktaviar Kartika Siwi 1) Heri Warsito 2) Arinda Lironika S. 2)


Program Studi Gizi Klinik
Jurusan Kesehatan

ABSTRAK

Hiperurisemia merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan


peningkatan kadar asam urat dalam darah.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efek pemberian sari blewah (Cucumis melo L. var
Cantalupensis)terhadap kadar asam urat penderita hiperurisemia di Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember.Jenis penelitian ini
menggunakan rancangan Quasi Experiment dengan desain Pretest-Posttest with
Control Group.Teknik sampling yang digunakan yaitu purpossive sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 40 lansia penderita Hiperurisemia yang dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu 20 responden kelompok perlakuan dan 20 responden
kelompok kontrol.Hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji
Wilcoxon dan Mann Whitney.Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon pada
kelompok kontrol menunjukkan tidak terdapat perbedaan kadar asam urat
responden sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai p value = 0,866 (p value
> 0,05).Sedangkan Uji Wilcoxon pada kelompok perlakuanmenunjukkan terdapat
perbedaan kadar asam urat responden sebelum dan sesudah perlakuan dengan
nilai p value = 0,001 (p value< 0,05). Hasil analisa menggunakan uji Mann
Whitneymenunjukkan adanya perbedaan kadar asam urat pada kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan sebelum perlakuan dengan nilai p value = 0,008 (p
value < 0,05) dan hasil analisa menggunakan uji Mann Whitneyjuga menunjukkan
terdapat perbedaan kadar asam urat pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan sesudah perlakuan dengan nilai p value = 0,035 (p value<
0,05).Kesimpulan dari penelitian ini adalah mengkonsumsi sari blewah dapat
menurunkan kadar asam urat lansia penderita penyakit asam urat.

Kata Kunci: Konsumsi sari blewah, Kadar asam urat.

1) Mahasiswa di Politeknik Negeri Jember, Jurusan kesehatan, Program Studi D-


IV Gizi Klinik.
2) Dosen Pembimbing di Politeknik Negeri Jember, Jurusan Kesehatan, Program
Studi D-IV Gizi Klinik

vii
RINGKASAN

Efek PemberianSari Blewah (Cucumis melo L.Var Cantalupensis) Terhadap


Kadar Asam Urat Penderita Hiperurisemia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Jember, Alis Oktaviar Kartika Siwi, Nim G42120854, Tahun 2016, Gizi
Klinik, Politeknik Negeri Jember, Ir. Heri Warsito, MP. (Pembimbing I) dan dr.
Arinda Lironika S., M.Kes. (Pembimbing II).

Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat berbagai macam penyakit yang disertai dengan proses
penuaan. Namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu
bersifat alamiah atau fisiologis. Penurunan tersebut diakibatkan karena
berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses
menua mulai terlihat sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada
usia sekitar 60 tahun. Hiperurisemia adalah suatu kondisi dimana terjadi
peningkatan kadar asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi
yang meningkat atau pengeluaran melalui ginjal yang menurun serta dapat
disebabkan oleh peningkatan asupan makanan kaya akan purin. Cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi tingginya asam urat yaitu dengan terapi farmakologi
dan non farmakologi. Namun, pemberian obat-obatan farmakologi dalam jangka
panjang memiliki efek samping yang dapat menyebabkan mual, muntah, diare dan
lain-lain. Sehingga saat ini masyarakat banyak yang memanfaatkan produk alami
(back to nature) sebagai obat untuk mengatasi penyakit. Blewah merupakan
bahan makanan dengan sumber air, vitamin C, kalium, dan provitamin A. blewah
juga dapat dikatakan sebagai sumber air karena kandungan air >90%. Blewah
dikatakan sumber vitamin C karena dengan mengkonsumsi 100 g buah blewah
telah dapat mencukupi setengah dari kebutuhan vitamin C seseorang dalam satu

viii
hari. Sementara itu, blewah juga disebut sebagai sumber kalium dan provitamin
A karena komposisi kalium dan beta karoten (vitamin A) dalam 100 g blewah
cukup tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek konsumsi sari
blewah(Cucumis melo L. Var Cantalupensis)terhadap kadar asam urat pada
penderita Hiperurisemia di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Jember. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016. Metodepenelitian
menggunakan rancangan Quasi Experimental dengan desain Pretest-Posttestwith
Control Group. Responden dalam penelitian ini menggunakan 40 responden yang
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 20 responden kelompok perlakuan dan 20
responden kelompok kontrol. Kelompok perlakuan berjumlah 20 orang diberikan
Sari blewah dengan dosis 812 ml per hari dan 20 kelompok kontrol tanpa
diberikan jus jambu biji merah.
Hasil penelitian selama 14 hari menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan
tidak terdapat perbedaan kadar asam urat responden sebelum dan sesudah
perlakuan pada kelompok kontrol dengan P value = 0,866 (P value > 0,05).
Sedangkan Uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan menunjukkan terdapat
perbedaan kadar asam urat responden sebelum dan sesudah perlakuan dengan
nilai P value = 0,001 (P value< 0,05). Hasil analisa menggunakan uji Mann
Whitneymenunjukkan adanya perbedaan kadar asam urat pada kelompok kontrol
dan perlakuan sebelum perlakuan dengan nilai P value = 0,008 (P value < 0,05)
dan hasil analisa menggunakan uji Mann Whitneyjuga menunjukkan terdapat
perbedaan kadar asam urat pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
sesudah perlakuan dengan nilai P value = 0,035 (P value< 0,05).
Penurunan kadar asam urat responden pada kelompok perlakuan disebabkan
karena responden mengkonsumsi sari blewah selama 14 hari. hal itu disebabkan
karena kandungan vitamin C yang terkandung dalam sari blewah dapat
menurunkan kadar asam urat. Vitamin C memiliki sifat urikosurik, yang bisa
menghambat reabsorbsi asam urat di tubulus ginjal sehingga kecepatan kerja
ginjal mengeluarkan asam urat melalui urin akan meningkat dan kadar asam urat
dalam darah akan menurun.

ix
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dalam pelaksanaan dan penyusunan Skripsi
yang berjudul “Efek Pemberian Sari blewah (Cucumis melo L.var Cantalupensis)
Terhadap Kadar Asam Urat Penderita Hiperurisemia di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Jember” dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan Skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan panghargaan dan terima kasih kepada :
1. Ir. NanangDwi Wahyono, MM selaku Direktur Politeknik Negeri Jember.
2. Sustin Farlinda, S.Kom., MT selakuKetuaJurusanKesehatan.
3. Ir. Rindiani, MP selaku Ketua Program Studi Gizi Klinik
4. Ir. Heri Warsito, MP selaku dosen pembimbing utama
5. dr. Arinda Lironika S., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Anggota.
6. Agustina Endah W, S.Sos., M.Kes. selaku Dosen Penguji Tugas Akhir.
7. Dosen dan staf pengajar Program Studi Gizi Klinik Politeknik Negeri Jember
yang turut membantu dan memberi dorongan dalam penyusunan Skripsi ini.
8. Orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan doa dan motivasi baik
secara moril maupun materiil.
9. Teman-teman Program Studi Gizi Klinik angkatan 2012 dan kepada semua
pihak yang telah membantu memberikan dukungan dalam pelaksanaan dan
penyusunan Tugas Akhir ini.
10. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan Skripsi ini.
Jember, 26 Oktober 2016

Penulis

x
PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Alis Oktaviar Kartika Siwi


NIM : G4 212 0854
Program Studi : Gizi Klinik
Jurusan : Kesehatan

Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan


kepada UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupa Skripsi
saya yang berjudul :

“EFEK PEMBERIAN SARI BLEWAH(Cucumis melo L.var


Cantalupensis)TERHADAP KADAR ASAM URAT
PENDERITA HIPERURISEMIA DI UPT
PELAYANAN SOSIAL LANJUT
USIA JEMBER”

Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT. Perpustakaan Politeknik


Negeri Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam
bentuk Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis atau pencipta.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak


Politeknik Negeri Jember, Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
Pelanggaran Hak Cipta dalam Karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jember, 26 Oktober 2016


Yang menyatakan,

Alis Oktaviar Kartika Siwi


NIM G4 212 0854

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iii

MOTTO ................................................................................................................ iv

SURAT PERNYATAAN .......................................................................................v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

RINGKASAN ..................................................................................................... viii

PRAKATA ..............................................................................................................x

PERNYATAAN.................................................................................................... xi

DAFTAR ISI........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4

1.4 Manfaat ................................................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

xii
2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 6

2.2 Lansia (Lanjut Usia ) ............................................................................. 8

2.2.1 Definisi .............................................................................................. 8

2.2.2 Batasan lansia .................................................................................... 8

2.2.3 Masalah – Masalah Pada Lansia ....................................................... 9

2.3 Purin ........................................................................................................ 9

2.3.1 Definisi Purin .................................................................................... 9

2.3.2 Katabolisme Purin ........................................................................... 10

2.3.3 Kandungan Purin dalam Makanan .................................................. 10

2.4 Asam Urat ............................................................................................. 11

2.4.1 Definisi Asam Urat ......................................................................... 11

2.4.2 Metabolisme Asam Urat ................................................................. 12

2.4.3 Penentuan Kadar Asam Urat ........................................................... 13

2.5 Hiperurisemia ....................................................................................... 14

2.5.1 Definisi ............................................................................................ 14

2.5.2 Etiologi Peningkatan Hiperurisemia ............................................... 15

2.5.3 Patofisiologi Hiperurisemia ............................................................ 16

2.5.4 Penatalaksanaan dan pencegahan .................................................... 17

2.6 Buah Blewah ......................................................................................... 19

2.6.1 Definisi ............................................................................................ 19

2.6.2 Taksonomi ....................................................................................... 19

2.6.3 Kandungan Buah Blewah................................................................ 20

2.6.4 Mekanisme vitamin C mengikat asam urat ..................................... 24

2.7 Kerangka Konsep ................................................................................. 26

2.8 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 26

xiii
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................28

3.1 Tempat dan waktu................................................................................ 28

3.2 Desain Penelitian .................................................................................. 28

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................... 28

3.3.1 Variabel Penelitian .......................................................................... 28

3.3.2 Definisi Operasional........................................................................ 29

3.4 Populasi Penelitian, Subjek dan Teknik Pengambilan Subjek ............. 29

3.4.1 Populasi Penelitian................................................................................ 29

3.4.2 Subjek Penelitian .................................................................................. 29

3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................ 31

3.5.1 Alat dan Bahan ................................................................................ 31

3.5.2 Instrumen Penelitian........................................................................ 31

3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................. 31

3.7 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 35

3.7.1 Sumber Data .................................................................................... 35

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 36

3.8 Analisa Data .......................................................................................... 36

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................37

4.1 Karakteristik Responden .......................................................................... 37

4.2 Analisis Univariat ...................................................................................... 40

4.2.1 Kadar Asam Urat Pre-Test .................................................................... 40

4.2.2 Kadar Asam Urat Post-Test .................................................................. 41

4.3 Analisis Bivariat ........................................................................................ 42

4.3.1 Kadar Asam Urat Pre-Test dan Post-Test Pada Kelompok Kontrol ..... 42

xiv
4.3.2 Kadar Asam Urat Responden Pre-Test dan Post-Test Pada Kelompok
Perlakuan ....................................................................................................... 45

4.3.3 Kadar Asam Urat Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Sebelum dan Sesudah Perlakuan. .................................................................. 49

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................51

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 51

5.2 Saran ........................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................53

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Makanan yang Mengandung Purin (Apriyanti, 2013) ............... 10
Tabel 2.2 Kandungan Gizi per 100 g Blewah (Cucumis melo L. var
Cantalupensis) ...................................................................................................... 20
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ............................................................ 29
Tabel 4.1 Disribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
............................................................................................................................... 37
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Lama Menderita .................................................................................................... 39
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Pre-Test Ditinjau dari Jenis
Kelamin Responden .............................................................................................. 40
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Post-Test Ditinjau dari Jenis
Kelamin Responden .............................................................................................. 41

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Metabolisme asam urat normal pada manusia (Murray et al, 2009).
............................................................................................................................... 12
Gambar 2. 2 Blewah .............................................................................................. 20
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 26
Gambar43.1 Diagram Alir Pembuatan Sari Blewah .............................................. 35
Gambar54.1 Kadar Asam Urat Responden Kelompok Kontrol ............................. 43
Gambar64.2 Kadar Asam Urat Responden Kelompok Perlakuan ......................... 45
Gambar74.3. Kadar Asam Urat Responden Kelompok Kontrol dan Perlakuan .... 49

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi Identitas Responden ........................................... 57


Lampiran 2. Lembar Observasi Hasil Pengukuran Asam Urat ............................. 58
Lampiran 3. Lembar Observasi Sari Blewah ........................................................ 59
Lampiran 4.PSP .................................................................................................... 60
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Responden ....................................................... 61
Lampiran 6. Konversi Dosis ................................................................................. 62
Lampiran 7. Analisis Univariat (Data Karakteristik Responden) ......................... 63
Lampiran 8. Data Kadar Asam Urat Responden ................................................... 66
Lampiran 9. Uji Normalitas .................................................................................. 68
Lampiran 10. Analisis Bivariat ............................................................................. 69
Lampiran 11. Siklus Menu .................................................................................... 71
Lampiran 12. Dokumentasi ................................................................................... 73
Lampiran 13. Ethical Approval Recommendation ................................................ 75
Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .............................. 76
Lampiran 15. Biodata Peneliti .............................................................................. 77

xviii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat berbagai macam penyakit yang disertai dengan proses
penuaan dan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat
alamiah atau fisiologis. Penurunan tersebut diakibatkan karena berkurangnya
jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai
terlihat sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60
tahun (Maryam, 2008).

Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk


5 besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni
mencapai 18,1 juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6% dari jumlah penduduk.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik RI menyebutkan presentase penduduk lansia
Indonesia adalah 7,56% yang berarti termasuk negara yang berstruktur tua dengan
penduduk lansia. Menurut Susenas, 2012 angka kesakitan penduduk lansia
Indonesia sebesar 26,93% artinya setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang
diantaranya mengalami sakit. Berdasarkan informasi mengenai jenis keluhan
kesehatan lansia yang paling banyak (32,99%) adalah jenis keluhan yang
merupakan penyakit kronis seperti asam urat dalam darah (Hiperurisemia), darah
tinggi, rematik, darah rendah, dan diabetes mellitus (Abikusno,2013). Badan pusat
statistik indonesia tahun 2012 menyatakan Jumlah warga lansia Jawa Timur
menurut sensus penduduk tahun 2010 telah mencapai 2,3 juta jiwa, sementara itu
jumlah lansia kabupaten jember saat ini mencapai 656,952 jiwa (BPS Kabupaten
Jember, 2012).

1
2

Hiperurisemia adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kadar asam urat
dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat atau
pengeluaran melalui ginjal yang menurun serta dapat disebabkan oleh
peningkatan asupan makanan kaya akan purin (Widodo, 2009). Pada lansia
dengan hiperurisemia menimbulkan masalah fisik sehari-hari : seperti gangguan
aktifitas, gangguan pola tidur, gangguan rasa nyeri, dan sebagainya sehingga
pemeliharaan kesehatan lansia dengan hiperurismia harus ditingkatkan agar tidak
mengancam jiwa penderitanya dan menimbulkan ketidaknyamanan yang
disebabkan oleh penyakit asam urat dalam darah (Bandiyah, 2009).

Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah melebihi


batas normal yaitu 3,5-7 mg/dl untuk laki-laki dan 2,6-6 mg/dl untuk
perempuanberdasarkan WHO. Hiperurisemia merupakan hasil dari interaksi
multifaktor antara jenis kelamin, usia, genetik, dan faktor lingkungan. Kondisi
seperti konsumsi alkohol, obesitas, hipertensi, dislipidemia, hiperglikemia,
diabetes millitus, litiasis, gagal ginjal, dan penggunaan obat-obatan seperti
diuretik, siklosporin, dan aspirin dosis rendah berkaitan dengan hiperurisemia.
Hiperurisemia dapat berkembang menjadi penyakit seperti gout, penyakit
kardiovaskular, dan sindrom metabolik lainnya (Liu et al, 2011).
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan hiperurisemia adalah sekresi
asam urat menurun (90%) atau sintesis asam urat meningkat (10%). Keadaan
ekskresi asam urat yang menurun terdapat pada pasien dengan penyakit ginjal,
penyakit jantung, dan penurunan fungsi ginjal karena usia. Sedangkan keadaan
sintesis asam urat meningkat terjadi akibat adanya predisposisi genetik, diet tinggi
purin dan konsumsi alkohol. Selain hiperurisemia ada beberapa faktor resiko yang
dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah untuk terkena penyakit artritis
gout. Secara garis besar, terdapat 2 faktor resiko untuk pasien dengan penyakit
artritis gout, yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat
dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia dan jenis kelamin.
Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah pekerjaan, kadar asam
urat dan penyakit penyerta lainnya seperti Diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan
3

dislipidemia yang membuat individu tersebut memiliki resiko lebih besar untuk
terserang penyakit artritis gout (Sylvia, 2006).
Terapi yang dapat menurunkan kadar asam urat diantaranya terapi medik
dan diit rendah purin. Selain itu terdapat senyawa-senyawa yang telah terbukti
klinis dapat menurunkan kadar asam urat (Sustrani, dkk,. 2007). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Anggraini, dkk. (2013), menyebutkan bahwa
mineral dapat menurunkan kadar asam urat. Penelitian lainnya menyebutkan
bahwa vitamin C dapat menurunkan asam urat, dengan cara mengikat asam urat
itu sendiri. Buah yang diketahui mengandung vitamin C adalah jambu biji, jeruk,
melon, pisang, sirsak termasuk blewah.
Blewah dengan nama latin (Cucumis melo L. Var Cantalupensis)
merupakan buah yang mudah dijumpai, dengan harga yang terjangkau serta
mudah digunakan. Selain itu, buah blewah juga dapat digunakan sebagai
penyembuh berbagai penyakit terutama menurunkan kadar asam urat, karena
didalam buah blewah terdapat kandungan vitamin C (Anggraini, dkk. 2013).
Vitamin C dapat membantu dan meningkatkan suatu proses ekskresi pembuangan
asam urat melalui urin. Adanya kemampuan tersebut kadar asam urat dalam tubuh
dapat berkurang (Sutanto, 2013).
Blewah merupakan bahan makanan dengan sumber air, vitamin C, kalium,
dan provitamin A. kandungan vitamin C dalam 100 gram buah blewah sebesar 37
mg. Blewah juga dapat dikatakan sebagai sumber air karena kandungan air >90%.
Blewah dikatakan sumber vitamin C karena dengan mengkonsumsi 100 g buah
blewah telah dapat mencukupi setengah dari kebutuhan vitamin C seseorang
dalam satu hari. Sementara itu, blewah juga disebut sebagai sumber kalium dan
provitamin A karena komposisi kalium dan beta karoten (vitamin A) dalam 100 g
blewah cukup tinggi (Sunarjono, 2012).
4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah bagaimana efek pemberian sari blewah (Cucumis melo l. var
Cantalupensis) terhadap kadar asam urat penderita hiperurisemia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk Mengetahui efek pemberian sari blewah (Cucumis melo l. var
Cantalupensis) terhadap kadar asam urat penderita hiperurisemia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Menganalisis perbedaan kadar asam urat lansia penderita hiperurisemia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia sebelum dan sesudah pemberian Sari
Blewah (Cucumis Melo L. Var Cantalupensis) pada kelompok kontrol.
b. Menganalisis perbedaan kadar asam urat lansia penderita hiperurisemia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia sebelum dan sesudah pemberian sari
blewah (Cucumis melo L. var cantalupensis) pada kelompok perlakuan.
c. Menganalisa efek pemberian sari blewah (Cucumis Melo L. Var
Cantalupensis). terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia penderita
hiperurisemia

1.4 Manfaat
a. Manfaat Untuk Peneliti
Sebagai sarana untuk belajar, menambah wawasan dan mengaplikasikan pada
lingkungan sekitar
b. Manfaat Untuk Masyarakat
Menambah wawasan, informasi dan pengetahuan masyarakat untuk
menggunakan bahan makanan lain selain obat sebagai penurun kadar asam
urat.
c. Manfaat Untuk UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember
5

Menambah wawasan dan digunakan sebagai acuan untuk penatalaksanaan


diet hiperurisemia.

d. Manfaat Untuk Politeknik Negeri Jember (GKL)


Menambah wawasan dan dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya
dengan segmen yang berbeda.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


a. Efek Pemberian Sari Blewah (Cucumis melo L. var Cantalupensis) Terhadap
Kadar Asam Urat Tikus Galur Wistar (Rattus norvegicus) Yang Diberikan
Diit Tinggi Purin
Kelebihan asam urat dalam darah (hiperurisemia)menyebabkan asam urat
mengendap dalam sendi dan menimbulkan peradangan sendi (gout). Salah satu
alternatif penurunan kadar asam urat dalam darah adalah bahan makanan yang
memiliki kandungan vitamin c yaitu buah blewah.Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Elyana 2014 bertujuan untuk mengetahui efek pemberian sari
blewah (Cucumis Melo L. Var Cantalupensis) terhadap penurunan kadar asam
urat tikus hiperurisemia. Jenis penelitian ini adalah true-experimental dengan pre
test - post test with control group design. Sampel adalah tikus wistar jantan
berusia 2 bulan, diinduksi diet tinggi purin, dan diberi sariblewah dosis 10 ml, 11
ml, dan 13 ml/200 gr BB tikus, selama 14 hari. Kadar asam urat diperiksa dengan
metode Enzimatic Photometric, TBHBA. Data dianalisis dengan uji t berpasangan
dan Kruskal Wallis, dilanjutkan uji Mann Whitney.Terdapat perbedaan kadar
asam urat sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan 1,2 dan 3
(p<0,05) dengan dosis sari blewah 10 ml /200 gr BB tikus/hari, 11 ml/200 gr BB
tikus/hari dengan dan 13 ml/200 gr BB tikus/hari penurunan sebesar 6,2%, 16%
dan 24%. Pemberian sariblewahdapat menurunkan kadar asam urat yang setara
dengan obat probenezid.

b. Vitamin C Intake and the Risk of Gout in Men( Xiang Gao, dkk, 2008)
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Xiang Gao, dkk (2008) bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin C dengan asam urat serum.
Dalam penelitian yang diikuti oleh 1.387 pria selama 2 bulan diketahui bahwa
vitamin C dapat menurunkan risiko penyakit asam urat.Pria dengan asupan
vitamin C 500 mg per hari dapat menurunkan asam urat serum ketingkat yang

6
7

lebih rendah yaitu sekitar 0,5 mg/dL dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
tidak mengalami perubahan. Penurunan asam urat serum kemungkinan
disebabkan karena vitamin C memodulasi konsentrasi asam urat serum melalui
efek urikosuriknya. Vitamin C dan asam urat diserap melalui transportasi
pertukaran anion di tubulus proksimal. Peningkatan konsentrasi vitamin C dalam
filtrat kompetitif dapat menghambat reabsorpsi asam urat. Pengertian terbaru
tentang mekanisme molekuler dari ginjal transportasi asam urat menunjukkan
bahwa efek urikosurik dapat melalui cis-penghambat URAT1 (asam urat
transporter, kunci utama dari urikosurik khas), Na+-tergantung anion
contransporter (misalnya SLC5A8 / A12) atau keduanya dalam tubulus proksimal.
Selanjutnya, asupan vitamin lebih besar dapat meningkatkan fungsi ginjal dan
meningkatkan laju filtrasi glomerulus, menyediakan mekanisme potensial lain
untuk efek urikosurikdari asupan vitamin C. Penelitian pada manusia dan hewan
telah menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dapat meningkatkan aliran
plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus serta melemahkan peningkatan tekanan
arteri. Antioksidan yang dimiliki vitamin C bisa mengurangi stres oksidatif dan
peradangan, dan dapat menurunkan sintesis asam urat ( Xiang Gao, dkk, 2008).

c. Pengaruh Konsumsi Jus Buah Sirsak Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Dalam Darah Pada Penderita Gout Artritis Pria Usia 46-50 Tahun
Pengobatan non-farmakologi juga tidak kalah penting. Misalnya
mengunakan “buah sirsakuntuk menurunkan kadar asam urat”. Di Jombang
penderita penyakit sendi yang salah satunyadiakibatkan oleh tinginya kadar asam
urat mencapai 15.143 orang pada Januari - Oktober 2013.Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan menggunakanmetode pre
test and post test nonequivalent control group. Populasi seluruh penderita
goutartritis pria usia 46-50 tahun sebanyak 152 orang di wilayah kerja puskesmas
Peterongan.Pemilihan sampel secara Proportional cluster random Sampling
sebanyak 30 orang terdiri 16kelompok perlakuan dan 16 kelompok kontrol.
Analisa mengunakan uji wilcoxon sign rank testdan uji mann whitney dengan
nilai signifikan α= 0,05. Hasil analisa pengaruh pada kelompokperlakuan
8

didapatkan nilai Z = -3,486 dan ρ = 0,000 < 0,05 artinya ada pengaruh jus
sirsakterhadap penurunan kadar asam urat, Sedangkan hasil analisa perbedaan
pada kelompokperlakuan dan kelompok kontrol didapatkan nilai Z = -3,1 dan ρ =
0,02 < 0,05, jadi kelompokperlakuan mengalami penurunan 93%, kelompok
kontrol mengalami penurunan 28,6%. Dapatdisimpulkan H1 diterima yang
artinya ada perbedaan penurunan kadar asam urat pada kelompokperlakuan dan
kelompok kontrol. Diharapkan keluarga untuk selalu memberikan terapialternatif
agar penderita tidak selalu tergantung pada obat-obat farmakologi yang jangka
panjang banyak menimbulkan efek samping yang cukup berat.

2.2 Lansia (Lanjut Usia )

2.2.1 Definisi
Lansia merupakan perubahan yang wajar dalam usia lanjut untuk proses
berfikir, mengingat serta dalam proses menangkap ataupun merespon
sesuatusudah mulai mengalami penurunan secara berkala. Proses menua secara
individu menyebabkan beberapa masalah baik masalah secara fisik, biologis,
mental ataupun sosial ekonominya. Hal tersebut dapat dilihat berkaitan dengan
masalah kesehatan yang yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak
menular salah satunya penyakit kronis, penyakit kronis yang paling banyak
menyerang lanjut usia ialah asam urat (Diantri dan Chandra, 2013).

2.2.2 Batasan lansia


a. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), membagi empat batasan usia yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45 – 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) 60 – 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun (Rustanto 2014).
b. Departemen Kesehatan RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut
:
1) Virilitas (prasenium) adalah masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55 – 59 tahun).
9

2) Usia lanjut dini (senescen) adalah kelompok yang mulai memasuki masa usia
lanjut dini (usia 60 – 64 tahun).
3) Lansia yang beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
yaitu usia diatas 65 tahun.

2.2.3 Masalah – Masalah Pada Lansia


Berdasarkan informasi mengenai jenis keluhan kesehatan lansia yang paling
banyak (32,99%) adalah jenis keluhan yang merupakan penyakit kronis seperti
asam urat dalam darah (Hiperurisemia), darah tinggi, rematik, darah rendah, dan
diabetes mellitus (Abikusno,2013). Nyeri sendi merupakan peradangan pada sendi
yang ditandai dengan adanya pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas,
nyeri dan terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan ini lansia sangat terganggu,
apabila melebihi dari satu sendi yang terserang (Santoso, 2009).
Perubahan yang terjadi pada usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat
serta dalam proses menangkap atau merespon sesuatu sudah mulai mengalami
penurunan secara bertahap. Proses menua secara individu menyebabkan beberapa
masalah baik masalah secara fisik ataupun sosial ekonominya. Hal terkait dapat
dilihat dengan masalah kesehatan yang paling banyak diderita adalah penyakit
tida menular salah satu diantarana penyakit kronis yaitu asam urat dan merupakan
penyakit yang paling banyak diderita oleh lansia (Diantri dan Chandra, 2013).

2.3 Purin

2.3.1 Definisi Purin


Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan nukleo-protein. Selain
didapat dari makanan, purin juga berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang
sudah tua. Pembuatan atau sintesis purin juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri
dari bahan-bahan seperti CO2, glutamin, glisin, asam urat, dan asam folfat.
Diduga metabolit purin diangkut ke hati, lalu mengalami oksidasi menjadi asam
urat. Kelebihan asam urat dibuang melalui ginjal dan usus (Sutrani., dkk, 2007).
10

2.3.2 Katabolisme Purin


Proses katabolisme purin menjadi asam urat, yaitu adenosin pertama-tama
akan meangalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosin deaminase.
Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin dan guanosin, yang dikatalis oleh enzim
nukleosida purin fosforilase akan melepas senyawa ribose-1 fosfat dan basa purin.
Hipoxantin dan guanine selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang
dikatalis masing - masing oleh enzim xantin oksidase dan guanase. Kemudian
xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalis oleh
enzim xantin oksidase (Rodwell, 2008).

2.3.3 Kandungan Purin dalam Makanan


Makanan yang mengandung tinggi purin contohnya adalah jeroan (misalnya
pankreas dan timus), ikan smelt, ikan sarden, dan mussels. Makanan yang
memiliki purin cukup tinggi seperti ikan asin, ikan trout, haddock, scallops,
daging kambing, sapi, hati, ikan salmon, ginjal dan ayam kalkun. Purin terdapat
pada semua makanan yang mengandungprotein. Oleh karena itu, penghentian
konsumsi sumber purin secara total tidak dapat dilakukan (Sustrani., dkk, 2007)
Tabel 2.1 Daftar Makanan yang Mengandung Purin (Apriyanti, 2013)

Makanan Purin
(mg/100 gram)
Kopi ,Cokelat 2300
Limpa 773
domba/kambing
Hati sapi 554
Ikan Barden 480
Jamur kuping 448
Limpa sapi 444
Daun melinjo 366
Paru-paru sapi 339
Kangkung ,bayam 290
Ginjal sapi 269
Jantung sapi 256
Hati ayam 243
Jantung domba 241
/kambing
Ikan teri 239
Udang 234
11

Makanan Purin
(mg/100 gram)
Biji melinjo 222
Daging kuda 200
Kedelai dan kacang 190
Dada ayam dengan 175
kulit
Daging ayam 169
Daging angsa 165
Lidah sapi 160
160

2.4 Asam Urat

2.4.1 Definisi Asam Urat


Penyakit asam urat yang dalam istilah medis dikenal dengan gout
merupakan penyakit akibat dari terjadinya penumpukan asam urat di dalam tubuh
secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat ataupun dari makanan
yang mengandung purin berlebihan, dan ginjal tidak mampu mengeluarkan
sehingga kristal asam urat menumpuk di persendian. Penyakit asam urat
disebabkan antara lain karena produksi asam urat dan karena nutrisi, yaitu
mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin merupakan salah
satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan
termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Meningkatnya
produksi asam urat juga dapat disebabkan karena obat-obatan, obesitas
(kegemukan), hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus (Wahyuningsih,
2013).
Asam urat merupakan sisa metabolisme purin yang berasal dari makanan
maupun bahan pangan yang dikonsumsi. Asam urat juga dapat diartikan sebagai
hasil dari pemecahan sel didalam darah, karena tubuh dapat saling
berkesinambungan, memecah dan membentuk sel yang baru (Saraswati, 2009).
Asam urat adalah produk dari akhir metabolisme purin yang dapat berasal dari
metabolisme didalam tubuh atau faktor endogen (genetik) serta berasal dari luar
tubuh maupun faktor eksogen (sumber pangan). Asam urat dapat dihasilkan oleh
12

setiap tubuh manusia sebagai hasil dari suatu proses metabolisme sel yang
berfungsi untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari (Kanbara, 2010).
Hiperurisemia atau peningkatan kadar asam urat didalam darah merupakan
suatu penyakit gangguan kinetik asam urat atau kelebihan kadar asam urat
didalam darah melebihi batas normal. Asam urat dapat terjadi apabila
menkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin. Apabila pola konsumsi
pangan tidak diubah, maka kadar asam urat didalam darah yang melebihi batas
normal akan menyebabkan penumpukkan dalam bentuk kristal asam urat. Jika
kristal tersebut berada dalam cairan sendi maka akan menyebabkan penyakit gout
(Misnadiarly, 2007). Batasan penderita hiperurisemia pada laki-laki dan
perempuan tidak sama.

2.4.2 Metabolisme Asam Urat

Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin yang terdapat pada
metabolisme dalam (genetik) dan berasal dari luar tubuh (sumber makanan)
(Kanbara, 2010). Alur metabolisme purin asam urat normal dalam tubuh manusia
dapat dilihat pada diagram alir berikut ini.

Purin Adenosin
1

Adenin Inosin

2
Hipoxantin
3
Xantin
3
AsamUrat Ginjal

Urin

Gambar 2. 1. Metabolisme asam urat normal pada manusia (Murray et al, 2009).
13

Keterangan:

1 : Enzim adenin deaminase

2 : Phosporylase

3 : Xantin oksidase

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa metabolisme asam urat normal pada


manusia. Sintesis asam urat dalam tubuh berasal dari metabolisme protein.
Sebelum terbentuk menjadi asam urat, purin diubah menjadi adenosin, kemudian
dengan bantuan enzim adenin deaminase akan diubah menjadi adenine dan
inosine yang keduanya dengan bantuan phosporylase kemudian diubah menjadi
hipoxantin. Hipoxantin diubah menjadi xantin oleh xantin oksidase, lalu berlanjut
menjadi asam urat. Asam urat dibawa oleh darah menuju ginjal. Ginjal adalah
organ tubh yang paling bertanggung jawab terhadap konsentrasi asam urat di
dalam darah selalu dalam batas normal. Kelebihan asam urat akan dibuang
melalui ginjal kemudian diekskresikan melewati urin (Murray et al 2009).

2.4.3 Penentuan Kadar Asam Urat

Asam urat (gout) dapat digolongkan berdasarkan pada penyebabnya, asam


urat (gout) dapat dibagi menjadi dua yaitu pertama gout primer yakni merupakan
produksi asam urat berlebihan dan sekresinya berkurang, kedua gout sekunder
disebabkan karena toksin atau obat yang dapat menimbulkan ekskresi asam urat
berkurang sehingga dapat menyebabkan serangan akut seperti obat-obatan
salisilat, diuretik dan timah (Wahyuningsih, 2013).
Kadar asam urat dalam darah ditentukan melalui keseimbangan antar
produksi (10% pasien) dan ekskresi (90% pasien). Apabila keseimbangan
terganggu maka dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar asam urat
dalam darah yang biasa dikenal dengan hiperurisemia (Manampiring dan Bodhy,
2011). Gangguan metabolisme yang yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia
yang didefinisikan sebagai batas kadar asam urat lebih 7, 0 mg/dL dan 6,0 mg/dL
(Anastesya, 2009).
14

Menurut (ViaHealth 2007), penentuan kadar asam urat dapat diukur dengan
menggunakan berbagai pemeriksaan, yaitu sebagai berikut:
a. Kristal MSUM ( Monosodium Urat Monohidrat )
Diagnosisasam urat pasti dapat ditegakkan berdasarkan ditemukannya
kristal MSUM pada cairan sendi. Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah
mikroskop. Tujuannya untuk melihat adanya kristal urat atau monosodium urat
(kristal MSU) dalam cairan sendi. Untuk melihat perbedaan jenis arthritis yang
terjadi perlu dilakukan kultur cairan sendi.
b. Kadar Asam Urat dalam darah (serum)
Seseorang dikatakan menderita asam urat jika pemeriksaan laboratorium
menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas 7 mg/dl untuk pria dan 6
mg/dl untuk wanita. Pemeriksaan kadar asam urat darah nilainya sangat
terbatas, hal ini disebabkan pada artritis gout seringkali kadarnya ditemukan
dalam batas normal. Oleh karena itu, sebaiknya kadar asam urat darah
diperiksa pada waktu penderita sehat, yakni tidak dalam serangan.
c. Ekskresi Asam Urat per 24 jam
Kadar asam urat dalam urin lebih dari 750-1.000 mg/24 jam dengandiet
biasa dapat menentukan kadar asam urat. Penentuan jumlah kadar asam urat di
urin selama 24 jam penting untuk pengobatan. Selama 3 -5 hari sebelum
pemeriksaan dilakukan penderita tidak boleh makan makanan yang mengadung
purin dan alkohol.
d. Pemeriksaan LED (Laju Endapan Darah), CRP (C-Reactive Protein),ureum,
kreatinin, CCT (Creatinin Clearence Test ).

2.5 Hiperurisemia

2.5.1 Definisi
Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari
7,0 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 5,7 mg/dL pada perempuan (Soeroso dan
Algristian, 2011). Hiperurisemia merupakan hasil dari interaksi multifaktor antara
jenis kelamin, usia, genetik, dan faktor lingkungan. Kondisi seperti konsumsi
alkohol, besitas, hipertensi, dislipidemia, hiperglikemia, diabetes millitus, litiasis,
15

gagal ginjal, dan penggunaan obat-obatan seperti diuretik, siklosporin, dan aspirin
dosis rendah berkaitan dengan hiperurisemia. Hiperurisemia dapat berkembang
menjadi penyakit seperti gout, penyakit kardiovaskular, dan sindrom metabolik
lainnya (Liu et al, 2011).

2.5.2 Etiologi Peningkatan Hiperurisemia


Penyebab Hiperurisemia dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Hiperurisemia Primer
Hiperurisemia primer terjadi tidak disebabkan penyakit lain, tetapi murni
karena peningkatan asam urat serum. Ada dua faktor penyebabnya yaitu
kelainan enzim dan kelainan molekuler yang tidak jelas penyebabnya.
Hiperurisemia ini dialami hampir 99 % penderita, meskipun penyebab
pastinya belum jelas. Secara umun 80 % – 90 % kasus disebabkan gangguan
ekskresi asam urat dan 10 % - 20 % disebabkan peningkatan produksi asam
urat (Lingga, 2012).
b. Hiperurisemia Sekunder
Hiperurisemia sekunder disebabkan adanya peningkatan kadar asam urat
serum karena produksi asam urat yang berlebihan akibatnya terjadi gangguan
metabolisme purin. Gangguan metabolisme purin ini disebabkan oleh
defisiensi glucose-6-phosphatase atau fructose-6 aldolase. Hiperurisemia
sekunder ini bisa disebabkan oleh infark miokard, status epileptikus, penyakit
hemolisis kronis, polisetemia, psoriasis, keganasan mieloproliferatif yang
meningkatkan pemecahan ATP dan asam nukleat pada inti sel (Lingga,
2012).
Kejadian hiperurismia disebabkan oleh berbagai faktordiantaranya adalah
sebagai berikut;
a. Umur
Prevalensi hiperurisemia meningkat diatas usia 30 tahun pada laki-laki dan
diatas usia 50 pada perempuan. Hal tersebut terjadi karena proses degeneratif
yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal (Liu et al, 2011).
b. Jenis Kelamin
16

Prevalensi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan untuk mengalami


hiperurisemia. Hal tersebut terjadi karena perempuan memiliki hormon
estrogen yang membantu dalam ekskresi asam urat sehingga hal tersebut juga
menjelaskan tentang perempuan pada post-menopouse mempunyai resiko
hiperurisemia (Mc Adam-De Maro et al, 2013)

c. Obesitas
Obesitas memiliki peran dalam terjadinya hiperurisemia. Pada seseorang yang
mengalami obesitas, akan terjadi penumpukan yang akhirnya akan
menyebabkan peningkatan produksi asam urat dan penurunan ekskresi asam
urat (Lee et al, 2013).
d. DM (Diabetes Melitus)
Diabetes melitus merupakan penyakit tahunan yang diakibatkan oleh kadar
gula dalam darah melebihi batas ambang atau normal dan adanya gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak maupun protein yang disebabkan oleh
defisiensi hormon insulin secara relatif maupun absolut. Sehingga apabila
dibiarkan sampai tidak terkendali akan mengakibatkan komplikasi penyakit
lain dalam selang waktu lama seperti meningkatnya kadar asam urat dalam
darah (Robins, 2005).

2.5.3 Patofisiologi Hiperurisemia


Hiperurisemia atau peningkatan asam urat dalam darah terjadi akibat
beberapa hal, yaitu peningkatan produksi asam urat, penurunan ekskresi asam
urat, dan gabungan dari keduanya. Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat
meningkatnya kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti
sel DNA dan RNA. Peningkatan produksi asam urat juga dapat terjadi akibat
asupan makanan yang kaya sumber protein dan purin atau asam nukleat
berlebihan. Asam urat akan meningkat dalam darah apabila ekskresi atau
pembuangannya terganggu. Sekitar 90% penderita hiperurisemia mengalami
gangguan ginjal dalam pembuangan asam urat ini. Dalam kondisi normal, tubuh
mampu mengeluarkan 2/3 asam urat melalui urin (sekitar 300 sampai dengan 600
17

mg per hari). Sedangkan sisanya diekskresikan melalui saluran gastrointestinal


(Soeroso dan Algristian, 2011).

2.5.4 Penatalaksanaan dan pencegahan


Pemeriksaan laboratorium darah digunakan sebagai untuk mendiagnosis
hiperurisemia, sedangkan pemeriksaan urin digunakan untuk mendeteksi ekskresi
urat dan batu ginjal. Kadar normal asam urat wanita dan pria berbeda. Kadar asam
urat akan lebih tinggi seiring dengan bertambahnya usia (lanjut usia). Rata-rata
kadar normal asam urat berdasarkan WHO adalah 3,5 – 7,0 mg/dl untuk laki-laki,
2,6-6 mg/dl untuk perempuan. Apabila kadar asam urat melebihi dari nilai normal
maka dapat menyebabkan serangan gout. Bila hiperurisemia lebih dari 12 mg/dl
dapat menyebabkan terjadinya batu ginjal. Pemeriksaan dapat dilakukan dan
sebelumnya dianjurkan puasa selama kurang lebih 4 jam (Sounder RG, 2005).
Pada kasus hiperurisemia tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan akan
tetapi dapat dilakukan pencegahan sengan menggunakan terapi diet. Yang
menjadi masalah adalah jika sendi yang rusak sudah terdapat kristal-kristal urat
didalamnya sehingga sistem imun tubuh menyerang pada benda asing tersebut.
Seldarah putih ikut menginfiltrasi sendi dengan mengeradikasi kristaltersebut.
Namun keadaan ini justru akan menyebabkan terjadinya inflamasipembengkakan
(radang) sendi yang akut.Sendi membengkak sehingga muncul rasa sakit yang
hebat, akibat tekanan pada kapsula sendi Pengobatan di gunakan untuk
menurunkan kadar asam urat di dalam darah, misalnya alopurinol yang bekerja
sebagai inhibitor menekan produksi asam urat. Atau obat urikosurik, misalnya
probenesid untuk membantu mempercepat pembuangan asam urat lewat ginjal.
Obat penurun asam urat juga di perlukan, obat untuk mengatasi radang dan rasa
sakit yaitu golongan OAINS (obat anti inflamasi non steroid) seperti indometasin,
ibuprofen, ketoprofen, atau deklofenak.Sedangkan untuk pencegahan serangan
berulang, biasanya diberikankolkisin (Johnstone A, 2005).

Penatalaksaan Asam Urat ada dua macam, yaitu penatalaksanaan farmakologi


dan penatalaksanaan non farmakologi

a. Terapi Farmakologi (Medis)


18

1) Allopurinol
Berbagai obat sintesis dalam pengobatan asam urat telah banyak beredar,
namun masih terdapat kekuragan berupa efek samping yang merugikan. Salah
satu obat pilihan dalam pengobatan asam urat adalah allopurinol. Allopurinol
digunakan untuk mengobati asam urat sejak bertahun-tahun yang lalu. Tetapi
reaksi hipersensitivitas dapat terjadi setelah pengobatan selama beberapa
bulan atau tahun (Mo et al., 2007).
2) Urikosurik
Golongan obat ini dapat bekerja dengan menghambat reabsorpsi asam urat di
tubuli ginjal. Obat ini meliputi probenesid yang memiliki toksisitas kecil,
diberikan dalam dosis 1-3 gram sehari, disesuaikan dengan kadar asam urat
serum. Selain itu sulfinpirazon diberikan dengan dosis 200-400 mg sehari.
Efek samping yang terjadi akibat kedua obat tersebut adalah gangguan pada
saluran pencernaan dan juga terdapat insifisiensi ginjal (Junaidi, 2012).
b. Non Farmakologi
1) Tanaman Herbal (Jahe Merah)
Menurut (WHO) diperkirakan 80% penduduk dunia masih menggunakan
pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman
obat yang sudah lama dikenal yaitu jahe merah (Gholib, 2011). Kandungan-
kandungan kimia yang terdapat pada jahe merah (zingiber officinale Rosc)
bermanfaat untuk kesehatan tubuh, dan berfungsi sebagai obat asma, batuk,
sakit perut, masuk angin, mual, muntah, dapat menambah nafsu makan dan
meningkatkan stamina, serta membantu menetralisir tumpukan sisa asam urat
(Wijayakusuma, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2011)
mengenai ekstrak etanol jahe merah (zingiber officinale Rosc) terhadap
penurunan kadar asam urat pada tikus jantan putih selama 14 hari
disimpulkan bahwa jahe merah dapat menurunkan kadar asam urat dengan
mencari dosis tepat hiperurisemia.
2) Terapi Konsumsi buah dan sayur
Buah-buahan adalah menu yang paling baik bagi penderita asam urat. Buah
merupakan sumber nutrisi mikro yang rendah purin dan sodium, sehingga
19

dianggap sebagai penyedia nutrisi unggul yang pantas dikonsumsi oleh


penderita hiperurisemia dan gout. Vitamin C bisa bertambah jika
mengkonsumsi buah dan sayur. Kandungan air pada buah dan kandungan
vitamin C diperlukan untuk membantu kelancaran ekskresi asam urat.
Menurut sejumlah studi penelitian yang pernah dilakukan (Almatsier, 2005).
Buah blewah dengan nama latin (Cucumis melo L. Var Cantalupensis)
merupakan buah yang mudah dijumpai, dengan harga yang terjangkau serta
mudah digunakan. Selain untuk buah blewah juga dapat digunakan sebagai
penyembuh berbagai penyakit terutama menurunkan kadar asam urat, karena
didalam buah blewah terdapat kandungan vitamin C (Anggraini, dkk. 2013).
Vitamin C dapat membantu dan meningkatkan suatu proses ekskresi
pembuangan asam urat melalui urin. Adanya kemampuan tersebut kadar asam
urat dalam tubuh dapat berkurang (Sutanto, 2013).

2.6 Buah Blewah

2.6.1 Definisi
Blewah merupakan bahan makanan dengan sumber air, vitamin C, kalium,
dan provitamin A. blewah juga dapat dikatakan sebagai sumber air karena
kandungan air >90%. Blewah dikatakan sumber vitamin C karena dengan
mengkonsumsi 100 g buah blewah telah dapat mencukupi setengah dari
kebutuhan vitamin C seseorang dalam satu hari. Sementara itu, blewah juga
disebut sebagai sumber kalium dan provitamin A karena komposisi kalium dan
beta karoten (vitamin A) dalam 100 g blewah cukup tinggi (Sunarjono, 2012).

2.6.2 Taksonomi
Blewah merupakan tanaman semusim (annual) yang masih satu saudara
dekat dari famili Curcubitaceae. Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Golongan (division) : Spermatophyte
Subdivision SD: Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Cucurbitales
20

Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis, cucurbita
Spesies : cucurbita melo
Keluarga (famili) Cucurbitaceae (waluh - waluhan) meliputi 760 spesies
dari 100 genus (genera). Genus yang yang penting, diantaranya Luffa, Citrulus,
Cucumis, dan Cucurbita. Blewah atau semangka belanda ini termasuk dalam
spesies Cuxurbita melo (Sunarjono, dkk,. 2012).
Bentuk blewah hampir sama dengan melon jenis cantaloupe atau dikenal
dengan nama latin Cucumis melo L. var Cantalupensis mempunyai ukuran buah
besar, kulit luar yang tipis, daging buah tebal dan berwarna hijau kekuningan serta
aroma yang sedap atau harum. Perbedaan pada melon dan blewah terlihat pada
bentuk, kulit buah dan tingkat kemanisannya. Bentuk kulit buah melon sangat
keras dan dapat terlihat sedikit lebih tebal sedangkan bentuk buah blewah sangat
tipis dan hampir tidak terlihat (Prajnata, 1999).

Gambar 2. 2 Blewah

2.6.3 Kandungan Buah Blewah


Tabel 2.2 Kandungan Gizi per 100 g Blewah (Cucumis melo L. var
Cantalupensis)

Komponen Gizi Jumlah


Energi (kkal) 34
Protein (g) 0,84
Komponen Gizi Jumlah
Lemak (g) 0,19
Karbohidrat (g) 8,16
Serat (g) 0,9
Gula (g) 7,86
21

Kalsium (mg) 9
Besi (mg) 0,21
Magnesium (mg) 12
Fosfor (mg) 15
Kalium (mg) 267
Natrium (mg) 16
Seng (mg) 0,18
Tembaga (mg) 0,04
Mangan (mg) 0,04
Selenium (mg) 0,4
Vitamin C (mg) 36,7
Thiamin (mg) 0,04
Riboflavin (mg) 0,02
Niasin (mg) 0,73
Vitamin B6 (mg) 0,07
Folat (mg) 21
Beta karoten (µg) 2.029
Vitamin E (mg) 0,05
Vitamin K (µg) 2,5
Sumber : Sunarjono, 2012

Menurut Sunarjono, dkk. 2012 mengatakan bahwa buah blewah (Cucumis


melo L. var Cantalupensis) selain kaya akan sumber air dan vitamin C buah
blewah (Cucumis melo L. var Cantalupensis) juga disebut dengan buah yang kaya
sumber kalium dan provitamin A dikarenakan konposisi kandungan kalium dan
beta karoten (provitamin A) dalam setiap 100 g buah blewah cukup tinggi. Secara
umum kandungan gizi buah blewah dapat digunakan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh, memperkuat fungsi ginjal dan limpa, serta dapat menurunkan
tekanan darah.
Mineral merupakan unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh dan
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, serta nitrogen. Secara umum unsur-unsur
yang terkandung dalam mineral dapat berupa garam organik yang terdapat dalam
makanan, seperti natrium klorida. Selain itu kandungan mineral juga anyak
terdapat pada senyawa organik seperti sulfur dan fosfor yang merupakan
penyusun protein (Khotami, 2009).
Menurut Irawan 2007mengatakan bahwa mineral dapat digolongkan
menjadi 2 kelompok yaitu mineral mikro dan mineral makro. Pengertian mineral
22

makro adalah suatu mineral yang dapat menyusun hampir 1% kg Berat Badan
manusia serta diperlukan dengan jumlah lebih dari 1000 mg per hari, sedangkan
pengertian mineral mikro adalah mineral yang digunakan dengan jumlah sedikit
yaitu kurang dari 100 mg per hari serta dapat menyusun kurang lebih dari 0,01%
kg berat badan. Kategori yang masuk dalam mineral makro yaitu kalsium (Ca),
fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl), dan natrium
(Na). Sedangkan kategori dalam mineral mikro terdiri dari kromium (Cr),
tembaga (Cu), fluoride (F), yodium (I), besi (Fe), mangan (Mn), silisium (Si), dan
seng (Zn).
Suplemen makanan merupakan produk pangan yang digunakan sebagai
bahan pelengkap makanan yang mengandung satu atau lebih dalam bahan
makanan. Produk tersebut dapat berupa mineral, vitamin atau bahan yang berasal
dari tumbuhan, asam amino maupun bahan untuk meningkatkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG), atau konsentrat, ekstrak maupun kombinasi dari
beberapa jenis tumbuhan ataupun asam amino (Wuri, 2007).
Manfaat suplemen makanan secara umum adalah sebagai pencegah
terjadinya penurunan kualitas nutrisi tubuh, suplemen makanan dapat mencegah
penurunan kualitas gaya hidup, untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan komponen
utama nutrisi yang meliputi karbohidrat, lemak, protein, lemak, asam lemak
esensial, protein, asam amino, air, vitamin, mineral, enzim, antioksidan,
karotenoid, flafonoid, alkaloid serta fitoestrogen. Membantu mengembalikan
vitalitas tubuh untuk memperbaiki gizi akibat pola makan tidak teratur dan tidak
sehat (VitaHealth, 2006).
Fungsi utama suplemen adalah digunakan sebagai pelengkap kekurangan
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga agar aktivitas sehari-hari
stamina tubuh tetap terjaga. Fungsi suplemen juga sebagai pelengkap suplemen
makanan namun bukan digunakan sebagai makanan pengganti atau disebut
dengan substitusi. Menkonsumsi bahan pangan alami secara langsung lebih baik
dibandingkan dengan menkonsumsi suplemen makanan karena harga bahan
pangan alami lebih terjangkau dan lebih aman dikonsumsi (Soeharto,).
23

Vitamin merupakan zat senyawa kompleks yang diperlukan dalam jumlah


sedikit dan secara umum tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Dalam pemenuhan
tubuh didapatkan dari makanan. Vitamin adalah termasuk kelompok zat pengantar
pertumbuhan dan proses pemeliharaan kehidupan. Dalam setiap vitamin memiliki
tugas masing-masing didalam tubuh karena vitamin merupakan senyawa organik,
maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan pengolahan (almatsier 2009).
Kebutuhan vitamin dan mineral dapat ditentukan dari Angka Kecukupan Gizi
(AKG) karena angka-angka tersbut diperkirakan untuk sebagian besar kebutuhan
manusis. Namun karena kebanyakan dari vitamin dan mineral itu rusak selama
disimpan dan pengolahan makanannya, maka sebaiknya kebutuhan ditetapkan
lebih besar daripada AKG (Almatsier, 2010).
Secara umum vitamin dalam arti luas merupakan senyawa organik bukan
termasuk karbohidrat, lemak ataupun protein yang mempunyai peranan vital
dalam proses berjalannya fungsi tubuh yang normal, walaupun diperlukan dalam
jumlah sedikit. Vitamin adalah zat gizi yang sangat diperlukan tubuh, karena
berperan untuk membantu peoses metabolisme didalam tubuh secara normal.
Beberapa diantara vitamin tidak dapat digunakan oleh tubuh dalam jumlah yang
cukup, sehingga membutuhkan bahan pangan untuk melengkapi (Rahayu, 2010).
Vitamin C atau asam askorbat adalah vitamin yang larut didalam air.
Vitamin C dapat melakukan kerja koenzim dan pada suatu keadaan tertentu
merupakan reduktor atau antioksidan. Vitamin dapat digunakan secara langsung
atau tidak langsung memberikan senyawa ke enzim dan membutuhkan ion-ion
logam tereduksi serta bekerja sebagai kofaktor dalam biosintesis kolagen.
Senyawa tersebut membentuk kristal dan bubuk putih kekuningan dalam keadaan
stabil dan kering (Dewoto, 2007).
Vitamin C dapat ditemukan pada beberapa buah dan sayuran hijau serta
kentang. Vitamin C dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan perbaikan jaringan.
Bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolisme asam folat. Vitamin C tidak
seperti vitamin larut lemak namun vitamin C tidak di simpan dalam tubuh serta
diekskresikan di urin. Serum dalam vitamin C yang tinggi adalah hasil dari dosis
24

yang berlebihan serta diekskresikan tanpa mengubah apapun (Kamiensky, Keogh


2006).

2.6.4 Mekanisme vitamin C mengikat asam urat


Vitamin C banyak terdapat pada sayuran dan buah dan memiliki sifat
diuretik yang cara kerjanya sama dengan obat orikosurik berfungsi untuk
menghambat reabsrpsi asam urat pada tubuli ginjal, sehingga asam urat yang
berlebih dapat dikeluarkan melalui air seni (Raharjo dan Tan dalam Mulyo, 2007).
Vitamin C dapat meningkatkan kebersihan ginjal dari asam urat yang telah
difiltrasi dapat mengurangi penyimpanannya, dengan cara menghambat
penyerapan kembali atau biasa disebut reabsorpsi asam urat di tubulus ginjal
sehingga ekskresi asam urat melalui ginjal meningkat dan kadar asam urat dalam
darah (Hiperurisemia) akan menurun (Price dan Wilson, 2006).
Mengkonsumsi makanan banyak mengandung sumber vitamin C dapat
meningkatan ekskresi asam urat, sehingga dapat mengurangi terbentuknya kristal
urat. Vitmin C dapat menghambat reabsorpsi asam urat oleh ginjal, sehingga
dapat meningkatkan kecepatan kerja ginjal utuk mengekresikan asam urat melalui
urin. Pada penelitian terdahulu menunjukkan bahwa asupan vitamin C kurang dari
500 mg/hari dapat menurunkan konsentrasi serum asam urat baik dari suplemen
(Huang, 2005).
Vitamin C mudah diserap melalui saluran cerna dan masuk kedalam saluran
darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Persediaan tubuh sebagian besar
terdapat dalam kortek anak ginjal. Dalam darah sangat mudah dioksidasi secara
reversibel menjadi dehidroaskorbat yang sama aktif dengan vitamin C itu sendiri.
(Juraschek, Miller, Gelber, 2011).
Vitamin C mempunyai sifat diuretik yang dalam mekanisme kerjanya sama
dengan obat urikosurik, yaitu menghambat reabsorbsi asam urat oleh tubuli ginjal,
sehingga banyak asam urat yang dikeluarkan bersama air seni (Tjay dan Rharja
2007). Vitamin C mampu untuk meningkatkan kebersihan ginjal dari asam urat
yang telah difiltrasi dan mengurangi penyimpanannya, dengan menghambat
penyerapan kembali (reabsorbsi) asam urat di tubulus ginjal sehingga ekskresi
25

asam urat melalui ginjal meningkat dan kadar asam urat dalam darah akan
menurun (Price dan Wilson, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Xiang Gao, dkk (2008) menunjukkan bahwa
konsumsi suplemen vitamin C sebanyak 500 mg perhari selama 2 bulan dapat
menurunkan kadar asam urat serum sebesar 0,5 mg/dL dibandingkan kadar asam
urat serum pada kelompok kontrol yang tidak mengelami penurunan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Moreno dan timnya (2003) menunjukkan hasil
bahwa asupan vitamin C sebesar 250 mg per hari dapat menurunkan kadar asam
urat darah. Vitamin C efektif untuk membantu ekskresi asam urat. Vitamin C
merupakan urikorsurik alami yang dapat melarutkan dan merangsang
pembuangan atau ekskresi asam urat melalui urin. Sehingga, keseimbangan asam
urat urat dapat dikendalikan. Pemberian vitamin C dalam jumlah yang tinggi yaitu
>250 mg per hari berpengaruh dalam penurunan resiko gout dan mengurangi
tingkat asam urat serum secara signifikan (Lingga, 2012).
Overdosis vitamin C (>1000 mg/hari) dapat menimbulkan efek toksik yang
serius, yaitu batu ginjal, hiperoksaluria, diare yang berlangsung terus menerus
(severe diarrhea), serta iritasi mukosa saluran cerna. Untuk mengatasinya harus
banyak minum air putih agar vitamin C yang dikonsumsi segera dilarutkan oleh
air dan diekskresikan melalui urine, keringat, dan feses (Fernandes, 2006). Efek
samping penggunaan vitamin C sebelum makan adalah rasa nyeri pada
epigastrium (Goodman & Gilman, 2006).
26

2.7 Kerangka Konsep

Hiperurisemia

Farmakologis Non Farmakologis

Sari Blewah yang


Allopurinol Urikosurik dikonsomsi 812
ml

Lansia
Hiperurisemia
Faktor yang mempengaruhi
Hiperurisemia

Umur
Jenis Kelamin
Kadar Asam Urat
Obesitas
Diabetes Mellitus (DM)

Gambar 2.3Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan
Diteliti
Tidak diteliti

2.8 Hipotesis Penelitian


a. Terdapat perbedaan kadar asam urat lansia penderita hiperurisemia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia sebelum dan sesudah pemberian Sari Blewah
(Cucumis melo L. Var Cantalupensis) pada kelompok kontrol.
27

b. Terdapat perbedaan kadar asam urat lansia penderita hiperurisemia pada di


UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember sebelum dan sesudah pemberian
sari blewah (Cucumis melo L.var Cantalupensis) pada kelompok perlakuan.
c. Ada Efek pemberian sari blewah (Cucumis melo L. var Cantalupensis)
terhadap kadar asam urat penderita Hiperurisemia di Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu


Penelitian dilakukan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Jember pada bulan September 2016.

3.2 Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan desain
Quasi Experiment. Rancangan yang digunakan adalah Pretest-Posttest with
Control Group dengan perlakuan konsumsi sari blewah dan tanpa perlakuan
kontrol pada lansia penderita asam urat.
Pretest Perlakuan Posttest
Perlakuan 01 X 02

Kontrol 03 04

Keterangan :
01 : Pengukuran kadar asam urat sebelum konsumsi sari blewah
X : Jenis perlakuan dalam penelitian ini yaitu konsumsi sari blewah
02 : Pengukuran kadar asam urat sesudah konsumsi sari blewah
03 : Pengukuran kadar asam urat awal (kontrol tanpa perlakuan)
04 Pengukuran kadar asam urat akhir (kontrol tanpa pelakuan)

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian


a. Variabel Bebas (Independen): Sari blewah
b. Variabel Terikat (Dependen) : Kadar asam urat

28
29

3.3.2 Definisi Operasional


Tabel33.1 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala


1. Konsumsi Asupan sari Lembar Sari blewah Tidak
Sari blewahdiberikan Observasi yang diukur
Blewah sebanyak 812 mlsetiap dikonsumsi.
hari yang dikonsumsi
3 kali sehari masing-
masing sebanyak 270
ml1 kali minum
selama 14 hari.
2. Kadar Kadar asam urat lansia Nesco Wanita: Rasio
Asam urat wanita dan lansia laki- Multy
Normal:
laki yang diukur Checkdan
sebelum dan sesudah Lembar 2,6-6 mg/dL
mengkonsumsi Sari Observasi
Laki-laki:
blewah.
Normal:
3,5-7 mg/dL
(WHO)

3.4 Populasi Penelitian, Subjek dan Teknik Pengambilan Subjek

3.4.1 Populasi Penelitian


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh lansia
penderita hiperurisemia penghuni Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Jember dengan jumlah 139 lansia.

3.4.2 Subjek Penelitian


Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus
menurut Nursalam (2008), yaitu :
𝑁. 𝑍². 𝑃. 𝑄
𝑛=
𝑑(𝑁 − 1) + 𝑧. 𝑃. 𝑄
Keterangan:
n = perkiraan jumlah sampel
N = perkiraan besar populasi
Z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
30

P = perkiraan proporsi jika tidak di ketahui dianggap 50%


Q = 1-p (100% - p)
d = Tingkat kesalahan yang di peroleh (d=0,05)
Maka didapatkan perhitungan sebagai berikut:
𝑁.𝑍².𝑃.𝑄
𝑛 = 𝑑(𝑁−1)+ 𝑧.𝑃.𝑄

= 139.1,962.0,5.0,5
0,05(139 – 1) + 1,96.0,5.0,5
= 133,4956
7,39
= 18,064 = 18 sampel
Penambahan subjek yang digunakan untuk mengantisipasi terjadinya drop
out saat penelitian sebesar 10% dari jumlah subjek dan ditentukan dengan
menggunakan rumus berdasarkan Sastroasmoro dan Ismail, (2010) yaitu:
18
𝑛=
(1 − f)
18
𝑛=
(1 − 0,1)
𝑛 = 20
Keterangan :
n = besar subjek setelah dikoreksi
f = perkiraan proporsi drop out
Sehingga besar subjek yang telah ditambahkan rumus drop out 10% ialah 20
subjek. Penelitian ini menggunakan dua kelompok konsumsi sari blewah dan
kelompok kontrol yang besar jumlah sampelnya adalah :
20 x 2 = 40 lansia
Jumlah subjek yang digunakan masing-masing adalah 20 lansia kelompok
perlakuan (mengkonsumsisari blewah) dan 20 lansia kelompok kontrol (tidak
mengkonsumsisari blewah).
31

3.4.3 Teknik Pengambilan Subjek


Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Sampel pada penelitian ini disesuaikan dengan pertimbangan tertentu,
adapun kriteria yang menjadi responden adalah:
a. Kriteria Inklusi
1) Berusia > 60 tahun.
2) Kadar asam urat > 6 mg/dL untuk wanita dan asam urat > 7 mg/dL untuk laki-
laki.
3) Tidak mengkonsumsi obat asam urat.
4) Telah didiagnosa medis menderita asam urat tanpa komplikasi.
5) Bersedia menjadi responden dalam penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Menderita dimensia (kepikunan) dan gangguan mental.
2) Drop out karena mengundurkan diri.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Alat dan Bahan


a. Alat Pengukur Asam Urat
Nesco Multy check asam urat, lancet, test strips, kapas, alkohol 70 %.
b. Alat Pembuat Sari Blewah
Blender (Miyako), gelas ukur, gelas saji, timbangan(Constant), pisau, saringan,
dan sendok.
c. Bahan Pembuat Sari Blewah
Blewah yang diperoleh dari pasar tradisional dan air matang.

3.5.2 Instrumen Penelitian


Untuk mencatat identitas responden (lansia) menggunakan lembar observasi
dan hasil pengukuran kadar asam urat responden sebelum dan sesudah konsumsi
sari blewah. (Lihat Lampiran 1. 2. 3.).

3.6 Prosedur Penelitian


Tahap-tahap dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
32

a. Tahap Awal
1) Peneliti mengurus izin pengambilan data dan izin melakukan penelitian
pada institusi Program Studi Gizi Klinik- Politeknik Negeri Jember untuk
melakukan penelitian di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Jember.
2) Setelah disetujui oleh institusi, peneliti datang mengajukan dan memohon
ijin penelitian ke bagian pengelola Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Jember untuk melakukan penelitian.
3) Peneliti mengirim surat pada UPT Layanan sosial Surabaya melalui kantor
pos terdekat. Dan surat tembusan dari institusi Program Studi Gizi Klinik-
Politeknik Negeri Jemberuntuk melakukan penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada para Lanjut
Usia dan membuat perjanjian yang tinggal di Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan Lanjut Usia Jember.
2) Peneliti menentukan karakteristik responden berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi. Peneliti juga melakukan pengecekan kadar asam urat pada
lansia menggunakan Nesco Multy check. Data yang terkumpul digunakan
untuk menentukan responden. Pengukuran kadar asam urat penderita
hiperurisemia akan dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan
sesudah diberikan sari blewah (Cucumis melo L. var Cantalupensis). Cara
menggunakan Nesco Multy check yaitu:
a) Bersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol, lalu
tunggu hingga kering.
b) Nyalakan Nesco Multy check dengan memasukan code key slot pada
alat dan masukan uric acid test strips dalam lubang/tempat yang ada
pada Nesco Multy check.
c) Tusuk ujung jari yang sudah dibersihkan dengan menggunakan lanset,
kemudian darah yang keluar dari ujung jari dimasukkan kedalam test
strips sampai tanda batas.
33

d) Tunggu hasil kadar asam urat beberapa saat pada monitor Nesco Multy
Check ( Harry,2012).
3) Setelah mendapatkan responden sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian
peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada responden mulai dari
tahap persiapan sampai tahap akhir yang akan dilakukan responden (Lihat
Lampiran 4.).
4) Peneliti meminta persetujuan kepada responden dengan menandatangani
lembar informed concent (Lihat Lampiran 5.).
5) Peneliti kemudian membagi responden menjadi dua kelompok yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang masing-masing kelompok
terdiri dari 20 responden.
6) Pemberian sari blewah diberikan sebesar 812 ml yang dikonsumsi 3 kali
sehari, masing-masing sebesar 270 ml.
Sari blewah adalah minuman jernih, tidak difermentasi, diperoleh dari
hasil penghancuran atau penghalusan buah blewah yang matang dan masih
segar. Pada umumnya sari blewah tampak keruh dan akibat penghancuran dan
penyaringan serta tidak menggunakan bahan lain seperti gula (Yulita, A.
2013).

Berikut adalah perhitungan dosis yang digunakan dalam perlakuan


penelitian adalah sebagai berikut:

a) Kebutuhan vitamin c yang dibutuhkan berdasarkan AKG 2013 lansia


usia lebih dari 65 tahun adalah 90 mg untuk laki-laki dan 75 mg/ hari
untuk perempuan.
b) Dosis sari blewah pada hewan coba (Tikus) berdasarkan penelitian
Elyana (2014) yang efektif menurunkan kadar asam urat dan setara
dengan obat probenezid 90 mg adalah dosis 3 sebesar 13 ml atau 14,5
g/200g/hari.
c) Perhitungan konversi dari dosis vitamin C sari blewah dengan obat
probenezid serta dari Tikus ke manusia.
34

Dosis sari blewah yang efektif menurunkan asam urat Tikus adalah
dosis ke 3 sebesar 13 ml atau 14,5 g/200g/hari.
Kandungan vitamin C sari blewah adalah 37 mg/100 gr.
Konversi dosis tikus dengan manusia adalah sebesar 56,0 gr/70 gr BB
(Terdapat pada Lampiran 6).
1). Dosis vitamin C pada tikus (Mencit)
Dosis vitamin C sari blewah x Dosis efektif pada tikus
37 𝑚𝑔
= 100 𝑔𝑟 𝑥 14,5 𝑔𝑟

= 5,365 mg
2). Jumlah blewah untuk memenuhi dosis tikus adalah 5,365 gr
3). Konversi dosis vitamin C tikus ke manusia
Terdapat cara yang tepat untuk menentukan dosis menurut
Harmita, dkk, (2008) adalah dengan cara perkalian antara Dosis
hewan coba (tikus) x konversi dosis manusia = 5,365x 56,0 =
300,44 mg
Jadi berdasarkan konversi dosis kandungan vitamin C yang
dibutuhkan untuk menurunkan kadar asam urat pada manusia
adalah 300,5 mg per hari.
d) Jumlah dosis intervensi
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑢𝑟𝑎𝑡 (𝑚𝑔)
=
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑙𝑒𝑤𝑎ℎ (𝑚𝑔) 𝑝𝑒𝑟 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
300,44 𝑚𝑔
= 812 gr sari blewah
37 𝑚𝑔/100 𝑔𝑟

812 gr sari blewah = 812 ml sari blewah


7) Prosedur Pembuatan Sari blewah
a) Memilih buah blewah yang sudah matang (kuning jingga). Lalu
mencuci bersih dari kotoran luar
b) Mengupas buah blewah dari kulit luarnya
c) Memotong buah blewah kecil – kecil (ukuran 4x4 cm)
d) Memasukkan ke dalam juicer
e) Hasil sari buah blewah, disimpan dalam wadah tertutup
(Prosedur pembuatan sari blewah dapat dilihat pada gambar 3.1)
35

Buah Blewah

Pencucian

Pengupasan Kulit
Buah

Pemotongan Buah

Penghancuran
(Dengan Blender)

Penyaringan

Sari Blewah

Gambar43.1 Diagram Alir Pembuatan Sari Blewah

8) Pada hari terakhir penelitian, dilakukan pemeriksaan kadar asam urat pada
20 responden kelompok perlakuan dan 20 kelompok kontrol
c. Tahap Penyelesaian
Semua data yang telah didapat dari hasil penelitian sebelum dan sesudah
pemberian sari blewah dianalisis dan ditentukan hasilnya

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Sumber Data


a. Data Primer
Data primer adalah data yang dihasilkan secara langsung oleh peneliti dari
pengumpulan data terhadap sasaran. Dalam penelitian ini data primernya adalah
kadar asam urat responden pada kelompok konsumsi sari blewah dan kelompok
kontrol masing-masing 20 responden (lansia).
36

b. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Lansia degan diagnosis
medis asam urat dengan memperhatikan identitas subjek (nama dan umur).

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data


a. Dengan lembar observasi yang sudah disediakan an mencatat hasil. Peneliti
melakukan wawancara secara langsung kepada responden mengenai
karakteristik responden.
b. Observasi dilakukan diawal dan akhir pada masing-masing kelompok untuk
menentukan kadar asam urat lansia dengan cara mengukur kadar asam urat
menggunakan Nesco Multy check kepada masing-masing responden, kemudian
peneliti mencatat hasilnya pada lembar observasi yang tersedia.

3.8 Analisa Data


Data yang dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan melalui tahapan
editing, coding, processing, dan tabulating. Data yang diperoleh diedit untuk
diperiksa apakah ada kekeliruan dalam pengisian.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan yaitu menganalisis variabel yang ada
secara deskriptif yang berupa data karakteristik responden seperti jenis
kelamin, umur, dan lama menderita asam urat.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis Efek Pemberian Sari
Blewah (Cucumis Melo L. Var Cantalupensis) terhadapKadar Asam Urat
Penderita Hiperurisemia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember.Data
yang diperoleh di uji normalitas terlebih dahulu menggunakan uji kolmogorov
smirnof untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Selanjutnya data
di analisis kembali untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat sebelum dan
sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok menggunakan Wilcoxon
sedangkan untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah
perlakuan antar kelompok menggunakan Mann Whitney. Analisis data
dilakukan dengan bantuan Statistical Package for the Social Sciences(SPSS)
versi 16 for Windows.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 40 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi


yang bertempat di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Terdapat 140 orang
lansia yang tinggal namun 100 dari lansia tidak sesuai dengan kriteria inklusi, data
dua bulan menunjukan 79 menderita asam urat yang kemudian dilakukan
pengecekan ulang kadar asam urat dan hasilnya 40 digunakan sebagai responden
dan 39 tidak masuk dalam kriteria inklusi dan ada yang tidak bersedia untuk
menjadi responden. Jumlah sampel yang digunakan sesuai dengan perhitungan
sampel berdasarkan rumus (Nursalam, 2008).

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita asam urat
yang melebihi batas normal atau biasa disebut hiperurisemia tanpa komplikasi.
Sebanyak 40 responden yang kemuadian dibahi menjadi 2 (dua) bagian yaitu 20
responden dengan kelompok kontrol dan 20 responden dengan kelompok
perlakuan. Kelompok kontrol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kelompok tanpa mengkonsumsi sari blewah sedangkan kelompok perlakuannya
adalah responden dengan mengkonsumsi sari blewah.

4.1 Karakteristik Responden


Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam
karakteristik responden seperti jenis kelamin, umur, dan lama menderita asam
urat. Distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel44.1 Disribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Usia Laki-laki Perempuan Total

N % N % N %
a. Lanjut Usia (60-74 tahun) 20 50 13 32,5 33 82,5
b. Lanjut Usia Tua (75-90 tahun) 4 10 3 7,5 7 17,5
Total 24 60 16 40 40 100

37
38

Berdasarkan tabel 4.1 Menunjukkan bahwa lebih banyak laki-laki (60%)


yang menderita asam urat dibandingkan dengan perempuan (40%). Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa penderita asam urat lebih banyak terdapat
pada laki-laki dan semakin tua usia laki-laki maka semakin besar terjadinya
hiperurisemia (Kertia, 2009).Jika dilihat dari segi usia lansia yang menderita asam
urat lebih banyak terdapat pada usia 60 – 74 tahun yaitu sebanyak 33 responden
atau 82,5% dan sisanya berada di usia 75 – 90 sebanyak 7 responden atau 17,5%
(Lihat Lampiran 7).

Secara teori penyakit asam urat sering menyerang para lansia dan jarang
didapati pada orang yang berusia dibawah 60 tahun dengan usia rata-rata paling
banyak terjadi pada usia 65-74 tahun, dan semakin sering terjadi dengan
bertambahnya usia (saag, dkk, 2006). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel
karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran
fisik, timbulnya berbagai macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat
yang dapat menimbulkan terjadinya penyakit seperti batu ginjal dan gout(Ferry
Efendi, Makhfudli, 2009).
Peningkatan kadar asam urat sering dialami pada pria yang berusia diatas 40
tahun, sedangkan pada wanita yaitu pada masa setelah menopause, yaitu pada
rentang usia 60-80 tahun.Menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang
dialami wanita berupa penurunan produksi hormon seks wanita yaitu estrogen dan
progesteron dari indung telur yang umumnya terjadi pada usia 50-an tahun.
Kekurangan estrogen pada wanita menopause secara signifikan menyumbang
kejadian asam urat. Saat memasuki masa menopause, risiko asam urat naik dua
kali lipat karena berkurangnya bahkan tidak adanya lagi hormon estrogen dalam
tubuh wanita menopause yang berarti tidak ada yang membantu pembuangan
asam urat melalui urine (Wibowo dkk, 2010). Menurut Tiro (2010).Hormon
esterogen berfungsi dalam membantu pengeluaran asam urat melalui urin.
39

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan


Lama Menderita

Jenis Kelamin
Lama Menderita Laki-laki Perempuan Total

N % N % N %
a. < 1 Tahun 13 32,5 6 15 19 47,5
b. > 1 Tahun 11 27,5 10 25 21 52,5
Total 24 60 16 40 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa lama menderita asam urat >1
tahun terdapat banyak pada responden laki-laki (60%) dibandingkan dengan
responden perempuan (40%) (Lihat Lampiran 7). Hal ini dikarenakan jenis
kelamin dan lama menderita mempengaruhi kadar asam urat responden sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Aminah (2012) bahwa semakin lama
menderita asam urat maka semakin rentan terhadap penyakit atau dalam
menurunkan kadar asam urat.

Dalam keadaan normal kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat
saat pubertas. Sedangkan pada perempuan kadar asam urat tidak meningkat
sampai saat setelah menopause, kadar asam urat pada keadaan normal akan sama
meningkat seperti pada laki-laki (Sylvia, 2006). Elisabeth dalam penelitiannya
menemukan bahwa kadar asam urat serum wanita meningkat dari usia 50 sampai
59 tahun dan seterusnya, peningkatan tersebut diperpanjang sampai dengan
kategori usia tertinggi 70 tahun. Selain penurunan kadar esterogen, penurunan
berbagai fungsi organ pada usia lanjut juga menyebabkan proses metabolisme
asam urat mengalami gangguan. Inilah yang menyebabkan kadar asam urat
meningkat seiring bertambahnya usia (Hak, dkk, 2008).
40

4.2 Analisis Univariat


Berdasarkan hasil pengumpulan data kadar asam urat responden di Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember diperoleh data sebagai
berikut.

4.2.1 Kadar Asam Urat Pre-Test


Tabel64.3. Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Pre-Test Ditinjau dari Jenis
Kelamin Responden

Kadar Asam Urat


Jenis
Rendah Normal Tinggi
Kelamin
n % Rata-rata n % Rata-rata n %
(mg/dL) (mg/dL)
Laki-laki 0 0 0 0 0 8,10 24 60
Perempuan 0 0 0 0 0 6,95 16 40

Berdasarkan Tabel 4.3 kadar asam urat responden ditinjau dari jenis kelamin
dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu pada responden perempuan dapat dikatakan
rendah apabila kadar asam urat <2,6 mg/dL, kategori normal yaitu 2,6 – 6
mmg/dL dan >6 mg/dL tinggi. Sedangkan pada responden laki – laki kadar asam
urat <3,5mg/dL dikategorikan sebagai rendah, normal berada diantara 3,5 – 7
mg/dL dan kategori tinggi apabila kadar asam urat >7 mg/dL.
Distribusi frekuensi kadar asam urat pre-test ditinjau dari jenis kelamin
responden. Kadar asam urat respondn seluruhnya 40 dengan kategori tinggi Rata –
rata kadar asam urat responden keseluruhan dari responden lebih banyak laki-laki
dengan rata-rata 8,10 mg/dL atau (60%) sedangkan pada perempuan rata – rata
kadar asam urat 6,95 atau (40%).
Hiperurisemia lebih banyak terjadi pada laki – laki dibandingkan dengan
perempuan. Dalam keadaan normal kadar asam urat laki – laki meningkat sejak
pubertas sedangkan pada perempuan setelah menopause karena estrogen
membantu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause,
kadar asam urat meningkat seperti pada laki –laki (Sylvia, 2006). Menurut
Wilson (2006), apabila penyakit gout menyerang wanita, maka pada umumnya
41

wanita yang menderita adalah wanita yang sudah menopause. Pada wanita yang
belum menopouse, memiliki kadar hormon esterogen yang cukup tinggi. Pada
wanita, kadar asam urat dalam darah tidak meningkat sampai setelah menopouse
karena esterogen membantu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Setelah menopause kadar asam urat meningkat seperti pada pria.

4.2.2 Kadar Asam Urat Post-Test


Tabel74.4. Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat Post-Test Ditinjau dari Jenis
Kelamin Responden

Jenis Kadar Asam Urat


Kelamin
Rendah Normal Tinggi
n % Rata-rata n % Rata-rata n %
(mg/dL) (mg/dL)
Laki-laki 0 0 6,4 9 22,5 8,1 15 37,5
Perempuan 0 0 6,0 2 5,0 6,9 14 35

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kadar asam urat responden


yang beberapa tergolong normal lebih banyak pada responden laki – laki (22,5 %)
dibandingkan dengan perempuan (5%). Rata – rata kadar asam urat sesudah
perlakuan pada responden laki – laki menjadi 6,4 mg/dL, sedangkan pada
perempuan 6,0 mg/dL sesudah perlakuan pada responden. Untuk kadar asam urat
yang masih dalam kategori tinggi juga lebih banyak terdapat pada laki – laki
(37,5%) dengan rata – rata 8,1 mg/dL dan 6,9 mg/dL pada perempuan dengan
prosentase 35%

Terjadi perubahan distribusifrekuensi kadar asam urat sebelum perlakuan


(pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test)mengalami perbedaan. Perbedaan
terjadi sebelum diberikan perlakuan semua responden memiliki kadar asam urat
melebihi batas normal yaitu >6 untuk perempuan sedangkan >7 untuk laki - laki.
Namun, setelah diberikan perlakuan kadar asam urat pada responden laki-laki
lebih banyak yang turun menjadi normal dibandingkan responden perempuan. Hal
ini disebabkan karena kadar asam urat sebelum perlakuan pada responden
perempuan lebih tinggi dibandingkan kadar asam urat responden laki-laki. Kadar
42

asam urat normal pada laki-laki dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal
pada perempuan lebih rendah dibandingkan kadar asam urat normal laki-laki.

Menurut Muhammad (2010), kadar normal asam urat dalam darah pada laki
– laki antara 3,5 – 7,0 mg/dL sedangkan pada wanita antara 2,6 – 6,0 mg/dL.
Kadar asam urat normal pada wanita lebih rendah daripada laki-laki, karena
wanita mempunyai hormon estrogen. Wanita umumnya mengalami peningkatan
asam urat pada saat menopause karena berhubungan dengan penurunan produksi
hormon esterogen (Lingga, 2012).

4.3 Analisis Bivariat


Pada penelitian ini, analisis bivariat menggunakan uji non parametrik karena
berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji Saphiro Wilk menunjukkan
bahwa kadar asam urat responden salah satunya menunjukkan distribusi tidak
normal dengan nilai signifikan α < 0,05 (Lampiran 9). Analisis data pada
penelitian ini adalah menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan
kadar asam urat pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Sedangkan uji Man Whitney
digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat pre-test dan post-test
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

4.3.1 Kadar Asam Urat Pre-Test dan Post-Test Pada Kelompok Kontrol
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat
responden pre-test dan post-test pada kelompok kontrol menggunakan uji
Wilcoxon(Lampiran 10).

Data dari 20 responden pada kelompok kontrol pre-test diperoleh kadar


asam urat tertinggi yaitu 11,7 mg/dL dan kadar asam urat terendah yaitu 6,1
mg/dL,dengan rata-rata kadar asam urat responden yaitu 7,4 mg/dL. Sedangkan
dari 20 responden pada kelompok kontrol post-test diperoleh kadar asam urat
tertinggi yaitu 11,8 mg/dL dan kadar asam urat terendah yaitu 6,0 mg/dL dengan
rata-rata kadar asam urat responden yaitu 7,6 mg/dL.
43

9
7.9 8.1 8
8
6.9
7 6.6
Kadar Asam Urat (mg/dL)

6
5
4 Pre-Test Post-Test
3
2
2
1
0
Laki-Laki Perempuan

Gambar54.1 Kadar Asam Urat Responden Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa rata – rata kadar asam urat
responden pada kelompok kontrol laki-laki pre-test yaitu 7,9 mg/dL dan post-test
meningkat menjadi 8,1 mg/dL. Sedangkan pada perempuan kelompok kontrol
pre-test 6,6 mg/dL dan 6,9 mg/dL post-test. Sehingga diketahui rata-rata kadar
asam urat kelompok kontrol laki- laki mengalami kenaikan sebanyak 0,2 mg/dL.
(Lampiran 8) Hasil analisis pada kelompok kontrol yaitu tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kadar asam urat pre-test dan post-testpada kelompok
kontroldengan p value = 0,866 (p value> 0,05) (Lampiran 10).

Rata-rata kadar asam urat pada responden laki-laki sebelum perlakuan


adalah 7,9 mg/dL dan sesudah perlakuan rata-rata kadar asam uratnya naik
menjadi 8,1 mg/dL. Sedangkan pada responden perempuan rata-rata kadar asam
urat sebelum perlakuan adalah 6,6 mg/dL dan sesudah perlakuan rata-rata kadar
asam uratnya turun menjadi 6,9 mg/dL. Kenaikan kadar asam urat responden pada
kelompok perlakuan disebabkan karena responden tanpa mengkonsumsi sari
blewah (Lampiran 8).
44

Hal tersebut dikarenakan pada kelompok kontrol tidak diberikan sari


blewah. Menurut E. Prihatmo P. (2011) seperti yang telah diketahui, buah dan
sayur kaya zat gizi. Kandungan vitamin, mineral, fitonutrien, dan serat makanan
melimpah di kedua bahan makanan tersebut. Kandungan zat gizi dalam buah dan
sayur berkhasiat untuk kesehatan. Beberapa penelitian telah membuktikan
khasiat buah dan sayur mengatasi banyak penyakit, dari ringan sampai berat.

Menurut Choi, et al. (2005) menyajikan persentase dua mekanisme utama


penyebab gout yang berkaitan dengan keseimbangan asam urat serum yaitu hanya
10% gout yang disebabkan overproduction atau asupan makanan tinggi purin
yang berlebih, sedangkan 90% penyebab gout adalah underexcretion dimana
terjadi penurunan pengeluaran sisa metabolisme asam urat. Jika melihat
perbedaan persentase tersebut, maka manajemen underexcretion asam urat akan
menjadi terapi yang membawa dampak lebih besar dibandingkan memilih terapi
dalam bentuk pembatasan asupan purin. Penyebab terjadinya penurunan
pengeluaran sisa metabolisme asam urat dapat disebabkan karena gout renal
primer yaitu terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli ginjal yang
sehat, sedangkan gout renal sekunder disebabkan oleh ginjal yang rusak seperti
kerusakan ginjal kronis (Junaidi 2012).
Menurut Khomsan (2005), pada dasarnya asam urat dapat terbentukdalam
tubuh dari metabolit sederhana yang berasal dari pemecahan karbohidrat, lemak,
dan protein. Jadi, diet purin secara ketat tidak secara signifikan dapat menurunkan
cadangan asam urat dalam tubuh. Namun, tetap dianjurkan bagi penderita untuk
menghindari makanan-makanan yang mengandung purin ekstra tinggi. Menurut
Krisnatuti (2006) pengaturan makanan sangat perlu dilakukan oleh penderita gout.
Terlalu banyak konsumsi makanan yang tinggi kandungan nukleotida purin dapat
meningkatkan produksi asam urat.
45

4.3.2Kadar Asam Urat Responden Pre-Test dan Post-Test Pada Kelompok


Perlakuan
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat
responden pre-test dan post-test pada kelompok perlakuanmenggunakan uji
Wilcoxon. (Lampiran 10)

Data dari 20 responden pada kelompok perlakuan pre-test diperoleh kadar


asam urat tertinggi yaitu 10,1 mg/dL dan kadar asam urat terendah yaitu 6,2
mg/dL,dengan rata-rata kadar asam urat responden yaitu 7,9 mg/dL. Sedangkan
dari 20 responden pada kelompok perlakuan post-test diperoleh kadar asam urat
tertinggi yaitu 8,7 mg/dL dan kadar asam urat terendah yaitu 6,0 mg/dL dengan
rata-rata kadar asam urat respon yaitu 6,8 mg/dL.

9 8.2
8 7.3
6.9
7 6.6
Kadar Asam Urat (mg/dL)

6
5
4
3
2 1.2
1
0
Laki-laki Perempuan

Pre-Test Post-Test

Gambar64.2 Kadar Asam Urat Responden Kelompok Perlakuan

Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan bahwa perbedaan kadar asam urat


sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan. Rata-rata kadar asam urat
responden pada kelompok perlakuan laki-laki pre-test yaitu 8,2 mg/dL dan post-
test 6,9 mg/dL dan pada perempuan kelompok perlakuan pre-test 7,3 mg/dL
sedangkan post-test 6,6 mg/dL.Sehingga diketahui rata-rata kadar asam urat
46

responden kelompok perlakuan mengalami penurunan sebanyak 1,3 mg/dL pada


laki-laki dan 0,7 mg/dL penurunan pada penurunan (Lampiran 8). Hasil analisis
pada kelompok perlakuan menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara
kadar asam urat sebelum dan sesudah perlakuanpada kelompok perlakuandengan
P value = 0,001 ( P value <0,05) (Lampiran 10).

Rata-rata kadar asam urat pada responden laki-laki sebelum perlakuan


adalah 8,2 mg/dL dan sesudah perlakuan rata-rata kadar asam uratnya turun
menjadi 6,9 mg/dL. Sedangkan pada responden perempuan rata-rata kadar asam
urat sebelum perlakuan adalah 7,3 mg/dL dan sesudah perlakuan rata-rata kadar
asam uratnya turun menjadi 6,6 mg/dL. Penurunan kadar asam urat responden
pada kelompok perlakuan disebabkan karena responden mengkonsumsi sari
blewah 3 kali sehari selama 14 hari yang dikonsumsi 2 jam sesudah makan.
Menurut Leksonowati (2011) mengatakan bahwa mengkonsumsi buah sebaiknya
1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan agar semua makanan yang
masuk dapat terserap oleh tubuh dengan baik.

Sari blewah diberikan dalam bentuk sari untuk mempermudah responden


mengkonsumsi buah blewah untuk memenuhi kebtuhan vitamin C. Menurut
Nugroho (2008), pada lansia seringnya terjadi gangguan nutrisi diakibatkan
kerusakan gigi atau ompong yang dapat menyebabkan lansia akan mengalami
kesulitan dalam mengunyah makanan, apabila makanan yang disajikan tidak
diolah dengan benar sehingga memerlukan pengunyahan, maka akan terjadi
gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus. Jus merupakan cara yang
baik untuk mengolah makanan yang mengandung vitamin C karena keasaman
vitamin C akan berkurang (Wardlaw, et, al 2007).

Sari blewah pada responden kelompok perlakuan diberikan selama 14


(empat belas) hari untuk mendapatkan hasil penurunan kadar asam urat yang
optimal. Berdasarkan sumber yang didapat dari Panel on Definition
andDescription, Complementary and alternative Medicine (CAM) research and
47

Methodology Conference (Snyder, 2008), terapi tanaman obat mampu


menghasilkan efeknya minimal pada hari ke-7 (Pusparani, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden mengalami


perbedaan pada kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian sari blewah yaitu
11 responden mengalami penurunan kadar asam urat mencapai normal dan 9
responden lain juga mengalami penurunan namun belum mencapai normal.
Penelitian ini belum sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Elyana, 2015)
tentang efek pemberian sari blewah pada tikus hiperurisemia dengan dosis 14,5
gr/200g/hari dapat menurunkan kadar asam urat mencapai normal. Kurang
optimalnya penurunan kadar asam urat ini disebabkan karena tingginya kadar
asam urat responden pada kelompok perlakuan sebelum mengkonsumsi sari
blewah dan banyaknya lansia yang tidak optimal mengkonsumsi sari blewah
sehingga efek vitamin C pada sari blewah yang dapat menurunkan kadar asam
urat belum bekerja optimal.
Berdasarkan hasil wawancara kepada responden sebelum sari blewah
responden mengalami sering mengalami kesemutan pada tangan, nyeri pada sendi
terutama pada jari tangan dan linu pada lutut saat bangun tidur di pagi hari. Hal ini
sesuai dengan teori Damayanti (2012) yang menyebutkan bahwa gejala yang
sering muncul pada penderita gout adalah kesemutan, linu dan nyeri terutama
malam hari atau pagi hari saat bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat
bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi hari.
Namun, setelah mengkonsumsi sari blewah beberapa responden rasa nyeri dan
linu setelah bangun tidur sudah berkurang.
Penurunan kadar asam urat secara signifikan sari blewah disebabkan karena
kandungan vitamin C yang dapat membantu ekskresi asam urat. Vitamin C
mempunyai sifat urikosurik. Urikosurik dalam pengobatan asam urat bekerja
untuk meningkatkan ekskresi asam urat. Obat-obat urikosurik bekerja
meningkatkan kebersihan ginjal dari asam urat dengan menghambat penyerapan
kembali (reabsorbsi) asam urat di tubulus ginjal sehingga ekskresi asam urat
melalui ginjal meningkat (Price dan Wilson, 2006). Vitamin C merupakan
48

urikorsurik alami yang mampu untuk membantu melarutkan dan merangsang


pembuangan atau eksresi asam urat bersama dengan urine. Dengan cara inilah
keseimbangan asam urat dapat dikendalikan (Lingga, 2013).
Mekanisme penurunan asam urat oleh vitamin C yaitu sebagai berikut Purin
dikatabolisme menjadi asam urat di jaringan yang memiliki enzim xantin oksidase
yaitu di hati dan usus halus. Asam urat dibawa oleh darah ke ginjal untuk
diekskresikan melalui urin. Sebelum asam urat diekskresi terjadi filtrasi plasma
darah di glomerulus. Hasil filtrasi asam urat mengalami reabsorpsi (penyerapan
kembali) oleh tubulus proksimal diginjal sehingga asam urat yang direabsorpsi
masuk kedalam lumen distal tubulus proksimal dan dikembalikan kesirkulasi
darah umum untuk menuju ke tubulus distal yang mensekresi asam urat. Sehingga
asam urat yang berlebih akan diekskresikan melalui urin dan sisanya diproduksi
oleh tubuh. Vitamin C yang tersimpan dalam plasma dapat menghambat
reabsorpsi (penyerapan kembali) asam urat ditubulus proksimal, sehingga jumlah
asam urat yang diekskresikan meningkat (Price dan Wilson, 2006 dalam Astuti
2011).
Kandungan mineral juga dapat mendukung penurunan kadar asam urat pada
sampel tikus setelah seperti yang dikemukakan dalam penelitian Anggraeni
(2013) bahwa mineral dalam buah naga (magnesium dan kalium) dapat
menurunkan asam urat. Mineral yang bersifat basa (alkalis) membantu
menetralkan urin yang bersifat asam. Sehingga mempengaruhi penurunan asam
urat pada tubuh dengan membantu mengeluarkan asam urat melalui ginjal
bersama air seni karena asam urat lebih mudah larut dalam urin yang alkalis
(basa) (Junaidi, 2013).Blewah lebih efektif dalam mendukung penurunan kadar
asam urat. Kandungan mineral dalam buah blewah lebih tinggi (kalium 267 mg
dan magnesium 12 mg) dibandingkan dengan mineral buah naga (kalium 56 mg
dan magnesium 28,3) (Puspaningtyas, 2013).
Kandungan air pada buah blewah dapat mencegah mengendapnya asam urat
pada saluran kemih dalam air seni (Raharjo dan Tan dalam Mulyo, 2007).Minum
setidaknya 8 sampai 10 hari gelas perhari. Tujuannya agar urin encer sehingga
membantu kelancaran sekresi asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut asam urat
49

yang dibuang atau dieksresi melalui ginjal bersama urine. Bagi penderita
hiperurisemia kekurangan air menyebabkan sekresi asam urat berlebih menjadi
terganggu sehingga menumpuk di tangan, kaki dan beberapa jaringan tubuh. Hal
ini tidak akan terjadi jika tubuh memiliki kemampuan untuk menyekresi dengan
baik (Lingga, 2012).

4.3.3 Kadar Asam Urat Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Sebelum dan Sesudah Perlakuan.
8 7.9
7.8
7.6
7.6
7.4
Kadar Asam Urat (mg/dL)

7.4
7.2
7
6.8
6.8
6.6
6.4
6.2
Pre-Test Post-Test
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan

Gambar74.3. Kadar Asam Urat Responden Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Berdasarkan Gambar 4.3. menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam urat


sebelum perlakuan padaresponden kelompok kontrol yaitu 7,4 mg/dLdan rata-rata
kadar asam uratsebelum perlakuan pada responden kelompok perlakuan yaitu 7,9
mg/dL. Sedangkan rata-rata kadar asam urat sesudah perlakuan pada responden
kelompok kontrol yaitu 7,6 mg/dLdan rata-rata kadar asam uratsesudah perlakuan
padaresponden kelompok perlakuanyaitu 6,8 mg/dL.
Hasil analisis yang diperoleh yaitu terdapat perbedaan yang signifikan
antara kadar asam urat pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuansebelum
perlakuan dengan P value = 0,008 (P value < 0,05).Hasil analisis yang diperoleh
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesudah perlakuan yaitu terdapat
50

perbedaan yang signifikan antara kadar asam urat kelompok kontrol dan
kelompok perlakuansesudah perlakuan dengan P value = 0,035 ( P value < 0,05).
Perbedaan kadar asam urat sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan sesudah perlakuan disebabkan karena pada kelompok kontrol
responden tidak mengkonsumsi sari blewah sedangkan pada kelompok perlakuan
responden mengkonsumsi sari blewah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elyana (2015) yang menyatakan bahwa sari blewah berpotensi
menurunkan kadar asam urat darah pada tikus yang diinduksi otak kambing.
Penurunan kadar asam urat darah pada tikus hiperurisemia yang diberi sari blewah
disebabkan oleh kandungan vitamin C yang terdapat dalam buah blewah. Buah
blewah mengandung vitamin C yang bersifat urikosurik.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Tidak terdapat perbedaan kadar asam urat responden pada kelompok kontrol
pre-test dan post-testdi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Jember. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar asam urat responden
laki-laki sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol yaitu sebelum
7,9 mg/dL dan sesudah 8,1 mg/dL dan perempuan sebelum 6,6 mg/dL, 6,9
mg/dL sesudah dengan nilai p value = 0,866 (p value > 0,05).
2. Terdapat perbedaan kadar asam urat reponden pada kelompok perlakuan pre-
test dan post-test di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Jember. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar asam urat responden
laki-laki sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol yaitu sebelum
8,2 mg/dL dan sesudah 6,6 mg/dL dan perempuan sebelum 7,3 mg/dL, 6,6
mg/dL sesudah p value = 0,001 (p value < 0,05) .
3. Terdapat perbedaan kadar asam urat pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan sebelum perlakuan dengan nilai p value 0,008 (p value < 0,05).
4. Terdapat perbedaan kadar asam urat pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan sesudah perlakuan dengan nilai p value 0,035 (p value< 0,05).
5. Ada efek pemberian sari blewah terhadap penurunan kadar asam urat
responden dengan rata-rata penurunan kadar asam yaitu dari 7,9 mg/dL hingga
6,8 mg/dL dengan dosis 812 ml sari blewah setiap hari.

51
52

5.2 Saran
1. Bagi Peneliti
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan beberapa variasi
dosis sari blewahuntuk mengetahui dosis minimum dan maksimum sari blewah
yang dapat menurunkan kadar asam urat. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan usia sampel yang berbeda dan lokasi penelitian yang berbeda.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang manfaat sari blewah
sebagai obat herbal untuk menurunkan kadar asam urat
3. Bagi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember
Diharapkan instansi terkait yaitu Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Jember menambahkan sari blewah pada menu makan lansia dan
banyak konsumsi air putih untuk meningkatkan kesehatan lansia dan menjaga
kadar asam urat lansia agar tetap normal.
4. Bagi Politeknik Negeri Jember (GKL)
Diharapkan dapat melanjutkan penelitian menggunakan blewah dengan
segmen yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Aaltje, Manamping dan Bodhy. 2011. Prevalensi Hiperurisemia Pada Remaja


Obese Di Kota Tomohon. Manado. Universitas Sam Ratulangi.

Abikusno. 2013. “Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan”.


www.depkes.go.id. [1 januari 2016].

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Edisi 25. Jakarta; PT Gramedia Pustaka
Utama.

Anggraini, Devina Ingrid, et al,. 2013. Mineral Buah Naga (Hylocereus Undatus
(Haw.) Britt. & Rose) Sebagai Penurun Asam urat [Jurnal Ilmiah
Kesehatan]. Semarang : Sekolah Tinggi Farmasi.

Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia Dan Keperawatan Genotik. Yogyakarta: Muha


Medika.
Choi, dkk. 2005. Obesity,Weight Change, Hypertention, Diuretic Use, And Risk
Of Gout In Men. Arch Intern Med. 165: 742-748

Damayanti, D. 2012. Mencegah dan Mengobati Asam Urat. Yogyakarta: Araska.

Diantri dan Chandra. 2013. “Journal Of Nutrition College” Vol 2. Hlm 44-49

Efendi, F., Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta.


Salemba Medika.

Hensen, P. 2007. “Hubungan Konsumsi Purin Dengan Hiperurisemia Pada Suku


Bali Di Daerah Pariwista Pedesaan. Jurnal Penyakit Dalam, 8. Hlm 1-7.

Johnstone, A. 2005. “The Disease and Non-Drugs Treatment”. Journal Hospital


Pharmachist. 12:391-393.

Junaidi, I. 2012. Rematik dan Asam Urat. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Kelompok Gramedia.

Juraschek SP, Miller ER, Gelber AC .2011. Effect of Oral Vitamin


CSupplementation on Serum Uric Acid: A Meta-analysis of Randomized
Controlled Trials. Arthritis Care Res. (Hoboken). 63:1295–1306.
Kamiensky, M. Dan Keogh. 2006. “Vitamin and Minerals. In”. Pharmacology
Demystified. Mc. Grawhill Companies Inc. USA.

Kanbara, A., M. Hakoda, dan I. Seyama. 2010. “Urine Alkalization Facilitates


Uric Acid Excretion”. Dalam Nutrition Jurnal, 9: 45 doi 10. 1186/1475-
289145.

53
54

Kertia, N. 2009. Asam Urat. Yogyakarta. Kartika Media.

Khomsan, A. 2005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.

Khotami, A. I. 2009. Komposisi Mineral Makro dan Mikro Daging Udang


Ronggeng (Harpiosquilla raphidea) Akibat Proses Perebusan [Skripsi].
Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Krisnatuti, D. 2005. Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung Koroner, Asam
Urat. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Leksonowati. 2011. Hidup sehat dan panjang umur dengan terapi jus.
Yogyakarta:Araska.

Lingga, Lanny, 2012.BebaspenyakitAsamUratTanpaObat.Cetakan 1 Jakarta : PT.


agromedikaPustaka
Liu, B., et al. 2011. “The Prevalence Of Hyperuricemia in China”. BMC Public
Health, 11: 832

Maryam, S. 2008.Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika..
Mc Adam-De Maro., et al. 2013. “Risk Factors For Incident Hyperuricemia
during Mid-Adulthood in African American and White Men and Women
Enrolled in the ARIC Cohort Study”. BMC Muculoskelet Disord. 14:347.

Misnadiarly. 2007. Rematik, Asam Urat, Hiperurisemia, dan Arthritis Gout.


Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Muhammad, A. 2010. Waspadai asam urat . Jogjakarta: Diva press.

Murray, dkk. 2009. Biokimia Harper. Terjemahan dari Harper Biochemistry oleh
Andy Hartono. Jakarta: EGC.

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik. Edisi-3. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Skripsi, Tesis dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika

Oktavian, Elyana, Putri B. 2014. Efek Pemberian Sari Blewah (Cucumis Melo L.
Var Cantalupensis) Terhadap Kadar Asam Urat Tikus Galur Wistar
(Rattus Norvegicus) Yang Diberikan Diit Tinggi Purin. Skripsi. Politeknik
Negeri Jember.

Price, A dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.
55

Prihatmo, P. 2011. Terapi Jus untuk Rematik dan Asam Urat. Cetakan V. Jakarta:
Puspa Swara

Purwaningsih, T. 2009. Faktor – Faktor Risiko Hyperuricemia. Studi Kasus di


Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal. Tesis. Universitas Diponegoro.

Puspaningtyas, D. 2013. “Usaha Tani di Desa Cilebut Barat Bogor”. Dalam


Warta Tanaman Obat Indonesia 3 (3). Hlm. 9-10.

Pusparani, Lilis. 2010. Pengaruh Pemberian Teh Rosella terhadap Penurunan


Kadar Gula Darah (KGD) Sewaktu pada Penderita Diabetes Mellitus
(DM) Tipe II.<http://www.trinoval.web.id/2010/11/pengaruh-pemberian-
teh-rosella-terhadap.html>. yang diakses tanggal 3 Agustus 2016.

Putra. 2009. “Definisi, Prevalensi, Klasifikasi, Etiologi Gout dan Hiperurisemia”.


http:/repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31060/4/Chapter%20II.pdf.
[16 September 2015].

Raharjo, M. 2007. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rahayu, Imbang Dwi. 2010. Klasifikasi, Fungsi dan Metabolisme Vitamin.


Malang : Fakultas Pertanian – Peternakan, Universitas Muhammadiyah
Malang.
Robns, K. 2005. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Edisi 5. Jakarta: EGC

Saputri. 2011. Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Air Akar Tanaman Akar
Kucing (Acalypha indica Linn) Dengan Ekstrak Etanol 70% Rimpang
Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap Penurunan Kadar Asam
Urat Tikus Putih Jantan. Skripsi. Depok:Program Studi Farmasi.

Saraswati, sylvia. 2009. Diet Sehat Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi,
dan Stroke. Yogyakarta. A+Plus Books.

Sastroasmoro., Sudigdo, dan S. Ismail, 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian


Klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto, 78-100.

Soeroso, J. dan Algristian. 2011. Asam Urat. Jakarta: Penebar Plus.

Sounder, R. 2005. Medical Epidemiologi. New York: Fourth edision.


Sunarjono HH, Rita Ramayulis. 2012. Timun Suri dan Blewah. Jakarta : Penebar
Swadaya.

Sustrani, dkk,. 2007. Asam Urat. Jakarta: PT Gramdia Utama.


Sutanto, T. 2013. Deteksi, Pencegahan, dan Pengobatan Asam Urat. Yogyakarta:
Buku Pintar.
56

Sylvia, A,. dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.
Tjay, T dan Rharja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat. Penggunaan dan Efek
Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
VitaHealth. 2007. Asam Urat, Informasi Lengkap untuk Penderita dan
Keluarganya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wardlaw, G.M. Jeffrey, S.H. 2007. Perspectives in Nutrition. Seventh Edition.


New York: Graw Hill Companies Inc

Widodo, A. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 edisi 5. Jakarta: Pusat
Pernerbitan FKUI.

Wijayakusuma, H dan Setiawan Dalimartha. 2006. Ramuan Tradisional untuk


Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yuliati, A., N. Baroya, dan M. Ririanti. 2014. “Perbedaan Kualitas Hidup Lansia
yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia”.
Dalam e-Jural Pustaka Kesehatan. Vol. 2 (no 1). Hlm 87-88.

Yulita, A. 2013. Pembuatan Sari Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola


Linn)Dengan Memanfaatkan Keusakan Sel Akibat Metode Pembekuan
lambat dan Thawing. Skripsi. Universitas Brawijaya Malang.
57

Lampiran 1. Lembar Observasi Identitas Responden

Lembar ObservasiIdentitas Responden

Efek Pemberian Sari Blewah (Cucumis Melo L. Var Cantalupensis) Terhadap


Kadar Asam Urat Penderita Hiperurisemia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Jember

Kode Responden :
Tanggal Wawancara :
Petunjuk Pengisian :
1. Mohon kesediaan Saudara untuk menjawab pertanyaan yang ada.
2. Mohon menjawab pertanyaan dengan jujur.

Karakteristik Responden:
1. Nama :
2. Umur : tahun
3. Jenis Kelamin :
4. Lama Menderita Asam Urat :
58

Lampiran 2. Lembar Observasi Hasil Pengukuran Asam Urat

Lembar Observasi Hasil Pengukuran Asam Urat

Efek Pemberian Sari Blewah (Cucumis Melo L. Var Cantalupensis) Terhadap


Kadar Asam Urat Penderita Hiperurisemia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Jember
Kode Asam Urat Kategori (*)
Responden Awal Akhir Turun Tetap Naik

Keterangan : * = Centang
59

Lampiran 3. Lembar Observasi Sari Blewah

Lembar Observasi Konsumsi Sari Blewah

Efek Pemberian Sari Blewah (Cucumis Melo L. Var Cantalupensis) Terhadap


Kadar Asam Urat Penderita Hiperurisemia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Jember

No. Hari Konsumsi Sari Blewah (*) Keterangan (**)


Responden ke Pagi Siang Sore

Keterangan : * = Centang
** = Habis/Tidak Habis
60

Lampiran 4.PSP

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN


(PSP)

1. Saya yang bernama Alis Oktaviar Kartika Siwi, mahasiswa Program Studi
Gizi Klinik Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Jember dengan ini saya
meminta bantuan Anda untuk berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian
yang berjudul, ”Efek Pemberian Sari Blewah (Cucumis Melo L. Var
Cantalupensis) Terhadap Kadar Asam Urat Pendeita Hiperurisemia Di Upt
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi sari
blewah terhadap kadar asam urat penderita Hiperurisemia sehingga dapat
dijadikan sebagai alternative obat herbal bagi para lansia yang menderita
asam urat. Penelitian ini akan berlangsung selama 14 hari dan subjek
penelitian yang terlibat dalam penelitian yaitu lansia yang ada di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember yang akan diambil dengan cara
purposive sampling.
3. Prosedur pengambilan data penelitian dengan cara peneliti menanyakan
langsung tentang karakteristik lansia (nama, umur, dan lama menderita asam
urat). Penelitian juga akan melakukan pengukuran kadar asam urat darah pada
masing-masing subjek untuk mendapatkan responden yang sesuai dengan
criteria inklusi. Setelah itu, peneliti akan memberikan Sari Blewah selama 14
hari pada responden. Sari Blewah dikonsumsi 2 jam setelah makan agar
kandungan zat gizi pada Sari Blewah dapat diserap sempurna oleh tubuh.
4. Apabila Anda tidak menyetujui cara ini maka Anda boleh tidak mengikuti
penelitian ini sama sekali tanpa dikenakan sanksi apapun. Nama dan jati diri
Anda akan tetap dirahasiakan.
61

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Responden

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Jl. Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax. 333531
Jember (68101)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Usia :
Tanggal lahir :
Setelah mendapat penjelasan secara rinci dari peneliti, dengan ini saya
menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi secara sukarela untuk menjadi responden
penelitian yang akan dilakukan oleh Alis Oktaviar Kartika Siwi dengan judul penelitian
“Efek Pemberian Sari Blewah (Cucumis Melo L. Var Cantalupensis) Terhadap Kadar
Asam Urat Penderita Hiperurisemia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember”.
Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka sayadapat
mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Jember,........................ 2016

Peneliti Responden

(Alis Oktaviar Kartika Siwi) (.....................................)


62

Lampiran 6. Konversi Dosis

Jenis Mencit Tikus Marmut Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia


20 gr 200 gr 400 gr 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
20 gr
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
200 gr
Marmut 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400 gr
Kelinci O,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,5
1,5 kg
Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
2 kg
Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
4 kg
Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,07 0,16 0,32 1,0
70 kg
Sumber: ( Laurence & Bacharach, 1964 dalam Anggara 2009)
63

Lampiran 7. Analisis Univariat (Data Karakteristik Responden)

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki Laki 24 60.0 60.0 60.0

Perempuan 16 40.0 40.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 60 - 74 33 82.5 82.5 82.5

75 - 90 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Lama Menderita Asam Urat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid > 1 tahun 21 52.5 52.5 52.5

<1 tahun 19 47.5 47.5 100.0

Total 40 100.0 100.0


64

1. Kelompok Kontrol

Kode Responden Jenis Kelamin Usia (th) Lama Menderita Asam Urat

Kelompok kontrol Laki-Laki 60 >1

Kelompok kontrol Laki-Laki 64 >1

Kelompok kontrol Laki-Laki 61 <1

Kelompok kontrol Laki-Laki 63 >1

Kelompok kontrol Laki-Laki 62 <1

Kelompok kontrol Perempuan 70 >1

Kelompok kontrol Laki-Laki 80 <1

Kelompok kontrol Laki-Laki 60 >1

Kelompok kontrol Perempuan 67 <1

Kelompok kontrol Laki-Laki 80 >1

Kelompok kontrol Perempuan 63 <1

Kelompok kontrol Perempuan 76 <1

Kelompok kontrol Perempuan 70 >1

Kelompok kontrol Perempuan 69 >1

Kelompok kontrol Perempuan 70 >1

Kelompok kontrol Laki-Laki 64 <1

Kelompok kontrol Laki-Laki 68 >1

Kelompok kontrol Perempuan 72 <1

Kelompok kontrol Perempuan 68 <1

Kelompok kontrol Laki-Laki 63 >1


65

2. Kelompok Perlakuan

Kode Responden Jenis Kelamin Usia (th) Lama Menderita Asam Urat

Kelompok Laki-Laki 65 >1


perlakuan
Kelompok Laki-Laki 65 <1
perlakuan
Kelompok Perempuan 73 >1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 70 <1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 70 >1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 66 <1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 70 <1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 70 >1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 65 >1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 67 <1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 76 >1
perlakuan
Kelompok Perempuan 65 >1
perlakuan
Kelompok Perempuan 76 <1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 73 >1
perlakuan
Kelompok Perempuan 78 <1
perlakuan
Kelompok Perempuan 68 <1
perlakuan
Kelompok Perempuan 65 <1
perlakuan
Kelompok Perempuan 70 <1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 80 <1
perlakuan
Kelompok Laki-Laki 72 <1
perlakuan
66

Lampiran 8. Data Kadar Asam Urat Responden

a) Kelompok Kontrol
No Kelompok Kadar Asam Kadar Asam Penurunan
Urat Sebelum Urat Sesudah
1 Responden Perempuan 6.2 6.9 -0,6

2 Responden Perempuan 7.1 7.1 0

3 Responden Perempuan 6.3 6.6 -0,3

4 Responden Perempuan 6.7 7.0 -0,3

5 Responden Perempuan 6.4 6.9 -0,5

6 Responden Perempuan 7.0 7.5 -0,5

7 Responden Perempuan 7.6 7.8 -0,2

8 Responden Perempuan 6.2 6.0 0,2

9 Responden Perempuan 6.1 6.6 -0,5

RATA-RATA 6,6 6,9 -0,3

10 Responden Laki-laki 11.7 11.8 -0,1

11 Responden Laki-laki 8.7 8.7 0

12 Responden Laki-laki 7.2 7.6 -0,4

13 Responden Laki-laki 7.7 7.8 -0,1

14 Responden Laki-laki 7.5 7.7 -0,2

15 Responden Laki-laki 8.0 8.3 -0,3

16 Responden Laki-laki 7.8 7.9 -0,1

17 Responden Laki-laki 7.2 7.2 0

18 Responden Laki-laki 7.1 7.7 -0,6

19 Responden Laki-laki 7.4 7.8 -0,4

20 Responden Laki-laki 7.4 7.5 -0,1

RATA-RATA 7,9 8,1 -0,2


67

b) Kelompok Perlakuan
No Kelompok Kadar Asam Kadar Asam Penurunan
Urat Sebelum Urat Sesudah
1 Responden Perempuan 8.3 7.7 0.6

2 Responden Perempuan 7.3 6.8 0.5

3 Responden Perempuan 8.2 6.6 1.6

4 Responden Perempuan 7.7 6.7 1.0

5 Responden Perempuan 7.5 6.5 1.0

6 Responden Perempuan 6.2 6.1 0.1

7 Responden Perempuan 6.5 6.0 0.5

RATA-RATA 7,3 6,6 0,7

8 Responden Laki-laki 9.7 8.2 1.6

9 Responden Laki-laki 7.2 6.1 1.1

10 Responden Laki-laki 7.6 7.1 0.5

11 Responden Laki-laki 9.7 8.7 1.0

12 Responden Laki-laki 7.4 6.4 1.0

13 Responden Laki-laki 10.1 7.0 3.0

14 Responden Laki-laki 9.1 8.0 1.1

15 Responden Laki-laki 7.3 7.0 0.3

16 Responden Laki-laki 8.0 6.7 2.7

17 Responden Laki-laki 8.0 6.0 2.0

18 Responden Laki-laki 7.7 6.1 1.6

19 Responden Laki-laki 7.6 6.8 0.8

20 Responden Laki-laki 7.4 6.0 1.4

RATA-RATA 8,2 6,9 1,3


68

Lampiran 9. Uji Normalitas

DATA SEBELUM

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Kelompok 1 .211 20 .002 .759 20 .000
Kelompok 2 .169 20 .066 .911 20 .001
a. Lilliefors Significance Correction

DATA SESUDAH

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Kelompok 1 .255 20 .138 .761 20 .106
Kelompok 2 .163 20 .172 .882 20 .083
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
69

Lampiran 10. Analisis Bivariat

UJI WILCOXON

a) KELOMPOK KONTROL

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Sebelum 20 7.365 1.2249 6.1 11.7
Sesudah 20 7.620 1.1674 6.0 11.8

Test Statisticsb
Sesudah - Sebelum
Z -.035a
Asymp. Sig. (2-tailed) .866
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

b) KELOMPOK PERLAKUAN

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Sebelum 20 7.885 1.0703 6.2 10.1
Sesudah 20 6.825 .7840 6.0 8.7

Test Statisticsb
Sesudah - Sebelum
Z -3.925a
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
70

UJI MANN-WHITNEY

a) SEBELUM PERLAKUAN

Test Statisticsb
Nilai
Mann-Whitney U 102.500
Wilcoxon W 312.500
Z -2.642
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .007a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok

b) SESUDAH PERLAKUAN

Test Statisticsb

Nilai
Mann-Whitney U 122.000
Wilcoxon W 332.000
Z -2.113
Asymp. Sig. (2-tailed) .035
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .035a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
71

Lampiran 11. Siklus Menu

DAFTAR MENU KLIEN UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA


JEMBER TAHUN 2016

HARI PAGI (7.30) SIANG (11.00) MALAM KET


KE (17.00)
I Kopi Air Putih Teh Bubur Kacang
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih Hijau tiap Hari
Mie Goreng Sup Sayur Cah Sawi Jumat
Tempe Goreng Telur Mata Sapi Tahu Goreng
Susu
II Kopi Air Putih Teh
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih
Pecel Kenikir Sayur Lodeh Sayur Lodeh
Tempe Goreng Sambel Udang Tempe Goreng
Buah Pisang
III Kopi Air Putih Teh
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih
Bihun Goreng Sayur Asem Ayam bb rujak
Tempe Goreng Pepes Tahu krupuk
Kue
IV Kopi Air Putih Teh
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih
Urap-Urap Rawon Labu Rawon Daging
Tempe Goreng Tahu Goreng Krupuk
Buah
Semangka
V Kopi Air Putih Teh
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih
Sayur Tumis Sayur Bening Orem-Orem
Sawi Gambas Tahu
Telur Asin Dadar Jagung Kolak Pisang
VI Kopi Air Putih Teh
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih
Semur Tempe, Gudeg Nangka Sambel
tahu, Kentang Muda Goreng Tahu,
Pepes Pindang Tempe
Krupuk
Buah Pepaya
VII Kopi Air Putih Teh
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih
Mie Goreng Oseng Sawi, Telur bb bali
Tempe Goreng Wortel, Buncis Kue
Rempah Kelapa
72

VIII Kopi Air Putih Teh


Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih
Tahu Bumbu Sayur Bobor Semur Daging
Krupuk Rempah Tempe Buah Pisang
Tahu
IX Kopi Air Putih Teh
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih
Pecel tempe Sayur Asem Oseng-Oseng
Goreng Dadar Telur Manisah
Tempe Goreng
Agar-Agar
X Kopi Air Putih Teh
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih
Tempe Penyet Soto Ayam Botok Teri
Krupuk Krupuk Udang Buah Pepaya
XI Kopi Air Putih Teh Khusus Untuk
Nasi Putih Nasi Putih Nasi Putih tanggal 31
Cap-Cay Kare Ayam Kare
(Sayuran) Tahu/Tempe
Krupuk Kue
73

Lampiran 12. Dokumentasi

Buah Blewah Pembuatan sari blewah

Pemblenderan sari blewah Penyaringan Sari Blewah

Distribusi Sari Blewah


74

Memberikan Sari Blewah kepada Pengecekan kadar asam urat


Responden responden

Pengecekan kadar asam urat Pengecekan kadar asam urat


responden responden
75

Lampiran 13. Ethical Approval Recommendation


76

Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


77

Lampiran 15. Biodata Peneliti

Biodata Peneliti

1. Nama : Alis Oktaviar Kartika Siwi


2. Nim : G42120854
3. Program Studi : Gizi Klinik
4. Jurusan : Kesehatan
5. Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Jember
6. Tempat Tinggal Lahir : Lumajang, 19 Oktober 1993
7. Alamat : Desa Jambekumbu, Senduro - Lumajang
8. Riwayat Pendidikan :
a. SDN Jambekumbu 01
b. SMPN 01 Senduro
c. SMAN 01 Senduro
d. Politeknik Negeri Jember

Anda mungkin juga menyukai