Disusun Oleh :
1. Ulfa Fajrin Septiani 11680006
2. Sri Lestari 11680009
3. Haning Tyas Utami 11680013
4. Dwiandana A.C.P. 11680027
5. Aisyah Ferra A. 11680037
A. Latar Belakang
Setiap mazhab memiliki ajaran-ajaran pokok sebagai pondasi mazhab tersebut.
Dengan bergulirnya masa, akan ditemukan beberapa ajaran baru yang berbeda dengan
dengan ajaran-ajaran tersebut dari segi kurus dan gemuknya. Sebagai contoh, satu
mazhab meyakini bahwa harus ada sistem imamah yang ditentukan oleh pembawa
Syari’at sebagai penerus keberlangsungan dakwah Rasulullah SAWW. Ini adalah
sebuah ajaran pokok yang harus dimiliki oleh mazhabnya. Akan tetapi, kadang-
kadang terjadi perbedaan pendapat di antara para pemeluknya dalam menentukan
siapakah yang berhak menjadi imam sebagai penerusnya. Dengan demikian, akan
muncul aliran baru yang merupakan cabang dari mazhab itu. Mayoritas agama langit
seperti agama Yahudi, Kristen, Majusi dan Islam mengalami realita tersebut di atas.
Mazhab Syi’ah pun tidak terkecualikan dari realita ini. Pada masa hidupnya
Imam Ali a.s., Imam Hasan a.s. dan Imam Husein a.s. tidak terjadi perpecahan dalam
tubuh mazhab Syi’ah. Setelah Imam Husein a.s. syahid, mayoritas pengikut Syi’ah
menjadikan Imam Ali As-Sajjad a.s. sebagai imam keempat dan kelompok minoritas
yang dikenal dengan sebutan “Kaisaniyah” menjadikan putra ketiga Imam Ali a.s.
yang bernama Muhammad bin Hanafiah sebagai imam keempat dan mereka meyakini
bahwa ia adalah Imam Mahdi a.s. yang ghaib di gunung Ridhawi. Di akhir zaman ia
akan muncul kembali.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana sejarah Syi’ah?
- Apa sajakah macam-macam Mazhab Syi’ah?
- Apa sajakah perbedaan Syi’ah dan Sunni?
C. Tujuan
- Mengetahui sejarah Syi’ah.
- Mengetahui macam-macam Mazhab Syi’ah.
- Mengetahui perbedaan Syi’ah dan Sunni.
PEMBAHASAN
Mazhab ini dipelopori oleh Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin
Abi Thalib yang lahir pada tahun 80H menurut penyelidikan Abu Zahrah sebagai
mana yag dikutip oleh Harun Nasution, dikatakan bahwa metode dan pendapat
pendapat hokum yang tertulis pada karya-karyanya tidak berbeda jauh dengan metode
dan pendapat-pendapat para Mahzab Sunni. Imam Zaidi meninggal pada tahun 122H.
a. Alquran
Sama seperti para Imam Mahzab sunni, mahzab zaidi kini juga menempatkan
Al-quran sebagai dalil pertama dan sumber pertama dalam kajian hokum
islam.
b. Assunnah
Assunnah ini tidak hanya terbatas pada periwayatan yang berasal dari ahlul
bait saja seperti dalam mahzab Syi’ah yang lain, akan tetapi mencakup semua
periwayatan yang dapat diterima.
c. Ijma’ Sahabat
Imam Zaidi mengaku Ijma’ sahabat sebagai sumber hokum islam, karena itu,
meski beliau merasa bahwa kakeknya, Ali, lebih pantas menjadi pemimpin
dari pada Abu Bakar, Umar, dan Utsman, penerimaan secara bulat atas
kekhalifahan mereka atas para sahabat. Menurutnya, membuatnya terikat
secara hokum.
d. Al-Qiyas, alIstihsan dan al-Istishah
Para pengikut mahzab ini berpandangan bahwa prinsip al-Ihtihsan dan al-
Istishah merupakan bagian dari apa yang disebut al-Qiyas dalam mahzab mahzab
yang lain.
Menurut mahzab ini ijtihad tetap terbuka dan tidak ada istilah pintu ijtihad
telah tertutup.
2) Mahzab Ja’fari
Sebagaimana kebanyakan mahzab mahzab yang telah disebutkan sebelumnya,
nama mahzab ini juga dimisbatkan pada tokoh utamanya yakni Imam Ja’far ash-
Shodiq yang lahir pada tahun 80 H.
Beliau belajar ilmu agama dari kakeknya sendiri yaitu Ali Zainal Abidin, dan
setelah kakeknya meninggal beliau dibina sendiri oleh ayahnya yaitu Muhammad al-
Baqir.
Dalam pola kajian fiqh mazhab Ja’fari ini, cirri tradisionalisme dan
syi’ismenya tampak jelas. Dalil yang digunakan dalam penetapan hokum adalah al-
Quran, assunah, dan pemikiran para imamnya yang berpijak pada maslahah. Dalam
penggunaan al-Qiyas terdapat perbedaan dengan mazah Zaidi, kalau Zaid
menggunakan al-Qiyas maka Imam Ja’far menolaknya dengan keras. Imam Ja’far
meninggal pada 148 H.
Sebenarnya perbedaan mahzab syi’I dan sunni itu merupakan hal biasa sama seperti
perbedaan yang ada antar masing masing imam mahzab sunni. Perbedaan yang ada lebih
banyak dipengaruhi oleh aspek teologi dan politik. Contoh perbedaan tersebut adalah kalau
dalam sunni menerima semua hadist tidak melihat dan membatasi periwayatan hanya dari
ahlul bait saja, sementara dala syi’I sebagian ada yang membatasi bahwa hadits yang bisa
diterima adalah hadits yang diriwayatkan oleh ahlul bait saja.
Perbedaan lain adalah prinsip tentang iman, dalam pandangan sunni tidak dikenal
prinsip kema’suman imam, sedangkan menurut syi’I, imam imam mereka itu ma’sum dan
kema’sumannya itu melahirkan kompetensi pemahaman atas nash al-Quran yang tidak bisa
dijangkau oleh para ulama lain.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Muhammad. 2005. Fiqh dan Ushul Fiqh. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga.