Anda di halaman 1dari 2

Metabolic Characteristics of Keto-Adapted Ultra-Endurance Runners

Karakteristik Metabolik Pelari Daya Tahan (Endurance) pada Adaptasi Ultra Keto

Pada Akhir 1960-an terdapat konsep bahwa diet karbohidrat tinggi diperlukan untuk
mengoptimalkan kinerja latihan, dimana ketika terjadi deplesi glikogen otot yang diasosiasikan
sebagai kelelahan maka diet tinggi karbohidrat akan mempertahankan glikogen dan penampilan
otot. Namun, pada beberapa decade kemudian, terdapat bukti yang telah terakumulasi tentang
konsumsi karbohidrat sebelum, saat, dan setelah latihan. Begitupun dengan buku teks yang
memberikan pernyataan bahwa karbohidrat tinggi akan menghasilkan kinerja dan pemulihan
yang buruk. Kurangnya apresiasi terhadap prespektif tersebut bahwa tidak ada kebutuhan
esensial terhadap diet karbohidrat karena manusia memiliki kemampuan yang kuat untuk
mencapai ketersedian karbohidrat rendah.

Pada tahun yang sama 1960-an saat glikoogen sangat penting, diakui bahwa adaptasi
metabolik pada kelaparan relevan pada mekanisme ketika manusia mengubah bahan bakar lipid
dasar. Setelah beberapa minggu kelaparan ketika glikogen secara signifikan menurun, keton hati
terjadi produksi yang meningkat secara dramatis untuk mengganti glukosa sebagai sumber
utama energy dari otak; ketika asam lemak disuplai banyak untuk energy di otot skeletal.
Glukosa diproduksi tidak dari sumber karbohidrat melalui suplai karbon gluconeogenesis untuk
beberapa sel yang bergantung pada glikolisis. Mirip dengan adaptasi metabolic dimana dengan
bahan bakar dasar lipid setelah beberapa minggu dietketogenik ketika karbohidrat berkurang
menjadi level terendah, protein tetap cukup, dan diet lemak ditekan.

Pada akhir decade ini, diet ketongenik dan fisiologi keton menunjukkan keamanan dan
efektif secara terapeutik dalam ppenggunaannya, ditunjukkan dengan mengonsumsi makanan
ketogenik kurang dari 10 gram karbohidrat per hari selama 4 minggu tidak ada kompromi pada
atlet sepeda (endurance). Hal ini mendapatkan hasil bahwa bahan bakar yang dihasilkan >90%
berasal dari oksidasi lemak saat latihan dengan menggunakan oksigen maksimal 64% dengan
oksidasi lemak rata-rata 1,5 gram/menit. Dengan jumlah oksidasi lemak sebesar itu telah
dianggap lebih tinggi dibandngkan dengan daya tahan (endurance) atlet aerobik yang terlatih.

Tingkat oksidasi lemak maksimal pada manusia umumnya


dianggap jauh lebih sedikit, bahkan dalam daya tahan yang sangat terlatih
atlet dengan kapasitas aerobik sangat tinggi. Dalam studi terbesar
sampai saat ini yang meneliti tingkat puncak oksidasi lemak selama
olahraga, nilai tertinggi yang dilaporkan pada setiap individu
adalah 1,0 g / menit [14] , 50% lebih rendah dari nilai rata-rata yang tercatat
untuk lima pesepeda yang disesuaikan dengan keto [10] . Sejumlah studi lainnya
Telah memeriksa diet yang rendah karbohidrat dan lebih tinggi lemak
pada metabolisme selama latihan [15-18] . Meski demikian
Studi secara konsisten menunjukkan oksidasi lemak lebih besar, nilainya
jauh di bawah tingkat maksimal yang dilaporkan sebelumnya [10] . Ini adalah
Kemungkinan karena asupan karbohidrat yang lebih tinggi dan tidak mencukupi
waktu untuk memungkinkan keto-adaptasi penuh, sehingga menghasilkan lebih
sedikit
diucapkan bergeser dalam penggunaan bahan bakar.
Ada sedikit kurangnya penelitian tentang keto-adapted
atlet yang telah membatasi karbohidrat untuk beberapa orang
bulan berturut-turut terlepas dari kenyataan bahwa banyak daya tahan
atlet telah mengadopsi gaya hidup rendah karbohidrat di m
beberapa tahun. Studi metabolik dalam kelompok ini bisa menghasilkan yang baru

wawasan tentang kapasitas manusia untuk beradaptasi dan berkembang di bawah


masukan nutrisi yang berbeda. Oleh karena itu, kami merancang
LEBIH CEPAT (Penggunaan Substrat yang Diadaptasi Lemak di Pelari Pelari
Terlatih)
belajar membandingkan perbedaan metabolik antara kompetitif
pelari ultra-maraton dan jarak tempuh ironman triathletes-
diet rendah karbohidrat (LC) dan diet tinggi karbohidrat (HC

Anda mungkin juga menyukai