Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NUR ISTIQOMAH ABDILLAH

NPM : 1614201120351

Proses Terjadinya Penyakit Tuberkulosis Pada HIV

A. Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan
karena adanya bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang ditularkan dari
dahak yang sudah positif mengandung bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Daya tahan tubuh yang rendah, merupakan jalur cepat bakteri ini menyerang
tubuh. Gejalanya pada orang dewasa adalah batuk yang terus-menerus dan
berdahak selama 2 minggu atau lebih dan jika tidak tertangani maka selama
lima tahun, sebagian besar (50%) pengidapnya akan meninggal.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi dan penyakit. Acquired Immunodeficiency Syndrome
atau disingkat AIDS merupakan sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV
atau Human Immunodeficiency Virus .Virus AIDS menyerang sel darah putih
khusus yang disebut dengan T-lymphocytes.
B. Hubungan Penyakit Tuberkulosis dengan HIV
Laporan WHO menyebutkan 8,6 juta orang terjangkit TB pada 2012, dengan
1,3 juta di antaranya meninggal dunia. Laporan itu juga menyebutkan bahwa
320.000 dari 1,3 juta pengidap TB yang meninggal tersebut adalah orang
dengan HIV-AIDS (ODHA).
Sementara itu di Indonesia, ada 460.000 kasus TB baru yang terjadi tiap
tahun, dan 3 persen di antaranya juga mengidap HIV. Dirjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof Tjandra Yoga Aditama
mengatakan bahwa hubungan antara HIV dan TB berawal dari TB Latent.
TB latent atau tuberkulosis laten merupakan kondisi di mana seseorang
mempunyai bakteri mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan TB pada
tubuhnya, namun bakteri tersebut tidak aktif atau tertidur. Sehingga mereka
tidak merasakan sakit pada saluran pernapasan atau paru-paru layaknya
pengidap TB.
Seperti sudah diketahui secara umum, HIV adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Jika pengidap TB Latent tertular HIV,
bakteri-bakteri yang tadinya tertidur atau pasif akan bangun dan aktif
menyerang tubuh akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Seseorang yang tertular HIV tidak akan langsung merasakan kekebalan
tubuhnya melemah, dia dapat hidup bersama HIV selama bertahun-tahun
tanpa merasakan gangguan kesehatan yang berat. Gejala awal yang dirasakan
oleh penderita apabila terinfeksi HIV sama dengan penyakit infeksi akibat
virus seperti demam, flu, sakit kepala dan lain-lain. Setelah dua minggu
gejala tersebut akan hilang karena virus HIV sedang memasuki fase inkubasi.
Beberapa tahun hingga sekitar sepuluh tahun kemudian penderita baru akan
merasakan tanda dan gejala sebagai penderita AIDS.
Virus HIV merupakan faktor risiko utama bagi yang terinfeksi Tuberkulosis,
infeksi yang disebabkan virus ini mengakibatkan kerusakan luas sistem daya
tahan tubuh seluler. Jika virus HIV berkolaborasi dengan bakteri penyebab
Tuberkulosis, maka pasien akan menjadi sakit parah dan berakibat pada
kematian. Seperti yang dibahas sebelumnya HIV adalah virus yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh. Seseorang dapat hidup dengan HIV didalam
tubuhnya selama bertahun-tahun tanpa merasa sakit atau mengalami
gangguan kesehatan yang berat karena virus HIV sedang mengalami masa
inkubasi. Namun lamanya masa sehat ini akan diperpendek apabila penderita
terserang TB.
Begitu pula sebaliknya, seseorang yang terinfeksi bakteri TB tidak langsung
terkena penyakit TB karena bakteri TB dalam tubuh mengalami dormansi
atau tidak aktif (TB laten) ditambah dengan kondisi kesehatan yang terjaga
dan daya tahan tubuhnya kuat mampu menekan bakteri ini sehingga tidak
akan menderita TB. Namun apabila seseorang yang mengandung TB laten
terkena HIV maka bakteri TB tadi akan aktif dan menyerang penderita. Itulah
sebabnya mengapa TB dan HIV saling berkaitan, TB dapat menyerang
seseorang yang terjangkit HIV dan TB dapat aktif dalam tubuh seseorang
apabila dia terkena HIV. Pasien yang terdapat TB dengan HIV dalam
tubuhnya dan ODHA dengan TB disebut dengan pasien ko-infeksi TB-HIV.
1/3 ODHA terinfeksi Tuberkulosis. Tuberkulosis merupakan IO terbanyak
dan penyebab kematian utama pada ODHA, 40 % kematian ODHA terkait
dengan Tuberkulosis. Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% pasien
Tuberkulosis akan meninggal, 30% akan sembuh dengan daya tahan tubuh
yang tinggi dan 20% lainnya berlanjut mengeluarkan bakteri dan tetap
menjadi sumber penularan sebelum meninggal.
Semua pasien dengan Tuberkulosis dan HIV seharusnya dievaluasi untuk
menentukan perlu/tidaknya pengobatan antiretroviral selama pengobatan
Tuberkulosis. Perencanaan yang tepat untuk mengakses obat antiretroviral,
seharusnya dibuat untuk pasien yang memenuhi indikasi. Mengingat
kompleksnya penggunaan serentak Obat Anti Tuberkulosis (obat Anti Bakteri
Tuberkulosis) dan Anti Retro Viral (obat pertahanan immun), konsultasi
dengan dokter ahli di bidang ini sangat direkomendasikan sebelum mulai
pengobatan serentak untuk infeksi HIV dan TB, tanpa memperhatikan mana
yang muncul lebih dahulu . Bagaimanapun juga, pelaksanaan pengobatan TB
tidak boleh ditunda.
Tantangan utama dalam pengendalian TB dan HIV adalah mencegah
meluasnya penularan kedua penyakit tersebut dan mencegah terjadinya
interaksi diantara kedua penyakit tersebut. Eratnya kaitan antara TB dengan
HIV membutuhkan kolaborasi penanganan antara keduanya secara tepat dan
tegas. Hal tersebut adalah tantangan utama yang harus dihadapi dalam
penanganan TB dan HIV dari awal hingga akhir, artinya mulai dari proses
penanganan untuk pencegahan dini hingga proses monitoring dan evaluasi.
Tepat dalam arti sesuai dengan sasaran dan tujuan penanganan dan tegas
dalam arti berdasarkan peraturan sehingga penanganan berada dalam koridor
yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai