Anda di halaman 1dari 17

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. MBA
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat lahir : Palembang
Tanggal lahir/umur : 18 April 1963/54 tahun
Alamat : Pematang Bungur, OKI
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Nomor RM : 992091
Tanggal masuk RS : 9 Februari 2017

ANAMNESIS
Keluhan utama:
 BAB cair sejak 2 bulan SMRS

Keluhan tambahan:
 BAB keluar darah dan lendir
 BAB tidak puas
 Konstipasi dan diare secara bergantian

Riwayat perjalanan penyakit:


Pasien mengeluh BAB disertai darah dan lendir serta nyeri pada anus sejak 2 bulan
yang lalu. Darah yang keluar bercampur dengan tinja, berwarna merah segar. Setiap kali ke
toilet untuk BAB, pasien mengaku harus mengedan dan membutuhkan waktu yang lama
untuk mengeluarkan tinja. Tinja yang keluar sedikit-sedikit dan bentuknya lebih kecil. Pasien
juga sering merasa tidak puas saat BAB. Nyeri dirasakan hilang timbul pada daerah anus
yang menjalar ke perut, nyeri terutama dirasakan ketika BAB. Selain itu juga terjadi
perubahan pola BAB, konstipasi diikuti diare secara bergantian. Pasien mengaku mengalami
diare dengan frekuensi ± 4x/hari, berisi air. Selain itu, pasien juga mengaku berat badannya
berkurang hingga sekarang badannya lebih kurus.

Riwayat penyakit dahulu:


Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti ini sebelumnya. Pasien
tidak mempunyai riwayat penyakit kencing manis, darah tinggi, maupun asma. Riwayat
operasi dan riwayat kecelakaan disangkal. Pasien juga tidak mempunyai riwayat alergi

1
terhadap obat dan makanan.

Riwayat penyakit keluarga:


Pasien mengaku tidak ada anggota keluarganya yang pernah mengalami penyakit
yang sama seperti yang ia alami atau penyakit kanker lainnya, serta tidak ada anggota
keluarganya yang memiliki riwayat penyakit kencing manis, darah tinggi, maupun asma.

Riwayat kebiasaan:
Sebelum sakit, pasien sering makan makanan berlemak dan jarang makan sayur dan
buah. Kebiasaan minum alkohol dan merokok disangkal oleh pasien.

Riwayat pengobatan:
Pasien sudah memeriksakan dirinya ke spesialis penyakit dalam, namun belum ada
perubahan. Karena keluhan yang di alaminya semakin memberat, pasien datang ke Poli
Bedah Saluran Cerna RSMH.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36o C
Pernapasan : 20x/menit

Status generalis:
Kepala : normosefali, rambut tersebar merata, wajah simetris kanan dan kiri
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : normotia (+/+), otore (-/-), nyeri tekan pre/retroaurikula (-/-),
nyeri tarik aurikula (-/-)
Hidung : normosepta (+/+), rinorea (-/-), deviasi septum (-/-)
Mulut : oral hygiene cukup baik, faring hiperemis (-)
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar
Thorax
 Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikularis sinistra
Perkusi : batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
batas kiri : ICS V 1 cm medial linea midclavikularis sinistra
batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Paru
Inspeksi : gerak dinding dada simetris
Palpasi : stem fremitus simetris
2
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
batas paru-hepar pada ICS VI linea midclavikularis dextra
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Extremitas : teraba hangat pada keempat extremitas, udem (-/-)

Status lokalis regio anal


Inspeksi : tidak tampak kelainan
Palpasi : tidak tampak kelainan

Rectal toucher:
 Tonus sfingter ani : normotoni
 Mukosa rectum :teraba benjolan ± 4 cm dari anal verge, konsistensi keras,
berdungkul-dungkul, tidak dapat digerakkan, nyeri tekan (+)
 Sarung tangan : darah (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium(tanggal 13/02/2017)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 8.6 g/dl 13-18
Leukosit 8.1 /mm3 4000-10000
Eritrosit 3.69 juta /mm3 4,5-6
LAJU ENDAP DARAH
1 jam 76 Mm 0-20
DIFF
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 14 % 1-4
Neutrophil 49 % 3-5
Limfosit 21 % 20-40
Monosit 16 % 2-10
Thrombosit 412 mm3 150000-400000
Hematokrit 29 % 40-54
Masa perdarahan 2 Menit 1-3
Masa pembekuan 10 menit Sampai 7
Glukosa S 123 mg/dl <140

Foto thorax PA:


 Jantung tidak membesar (CTR<50%)
 Aorta dan mediastinum tak membesar
 Hilus kanan dan kiri normal
 Corakan bronkovaskuler paru kanan dan kiri baik
 Sinus dan diafragma normal
3
Kesan: normal

Colonoscopy:
 Anus: Mukosa normal, lumen normal.
 Rektum: Tampak mukosa berdungkul-dungkul, hiperemi, rapuh dan mudah berdarah,
erosi (+), lumen menyempit sehingga scope tidak bisa masuk lebih jauh. Dilakukan
biopsi pada massa tumor.
Kesan: Tumor rektum 1/3 distal.

RESUME
Pasien, wanita, umur 54 tahun datang dengan keluhan BAB disertai darah dan lendir
serta nyeri pada anus sejak 2 bulan yang lalu. Pasien harus mengedan saat BAB dan
4
membutuhkan waktu yang lama untuk mengeluarkan tinja. Tinja yang keluar sedikit-sedikit
dan bentuknya lebih kecil. Pasien sering merasa tidak puas saat BAB. Nyeri hilang timbul
terutama saat BAB pada daerah anus yang menjalar ke perut. Terjadi konstipasi diikuti diare
secara bergantian. Diare dengan frekuensi ± 4x/hari, berisi air. Berat badan dirasa juga
berkurang. Sebelum sakit, pasien sering makan makanan berlemak dan jarang makan sayur
dan buah. Pemeriksaan fisik: os tampak sakit sedang, konjungtiva anemis (+/+), bising usus
(+) meningkat. Rectal toucher: teraba benjolan, konsistensi keras, berdungkul-dungkul, tidak
dapat digerakkan, nyeri tekan (+), darah pada sarung tangan (+).

DIAGNOSIS KERJA
 Karsinoma rektum
Yang mendukung:
o BAB disertai darah dan lendir
o Tidak puas saat BAB
o Tinja yang keluar sedikit-sedikit dan bentuknya lebih kecil
o Konstipasi diikuti diare secara bergantian
o Berat badan berkurang
o Faktor risiko: sering makan makanan berlemak dan jarang makan sayur dan
buah.
o Rectal toucher: teraba benjolan ± 4 cm dari anal verge, konsistensi keras,
berdungkul-dungkul, tidak dapat digerakkan, nyeri tekan (+), darah (+)
o Hasil Colonoscopy: Tumor rektum 1/3 distal.

DIAGNOSIS BANDING
 Polip
o Yang mendukung: BAB disertai darah
o Yang tidak mendukung: pada RT teraba benjolan konsistensi keras,
berdungkul-dungkul, dapat digerakkan.
 Hemoroid
o Yang mendukung: BAB disertai darah, tidak puas saat BAB, nyeri pada anus
o Yang tidak mendukung: pada RT teraba benjolan, berdungkul-dungkul,
konsistensi keras, dapat digerakkan.

RENCANA PENGOBATAN
1. Non medikamentosa
- Menunggu hasil biopsi.
- Pembedahan:
Operasi dengan Miles procedure.
- Rawat inap:
5
1. Observasi tanda tanda vital.
2. Diet cair.
2. Medikamentosa:
a. IVFD RL gtt XX/menit.
b. Injeksi Ceftriaxone 3x1 gram (IV).
c. Injeksi Ketorolac 3x1 (IV).

PROGNOSIS
 Ad vitam: bonam
 Ad sanationam: dubia ad malam
 Ad fungsionam: dubia ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Karsinoma rektum adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di
anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak pada
bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh
peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah ekstraperitoneal.
Vaskularisasi rektum berasal dari cabang arteri mesenterika inferior dan cabang dari arteri
iliaka interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemorriodalis internus dan
berjalan ke kranial ke vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena
porta. Ca Recti dapat menyebar sebagai embulus vena kedalam hati. Pembuluh limfe dari

6
rektum diatas garis anorektum berjalan seiring vena hemorriodalos superior dan melanjut ke
kelenjar limfa mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma
rektum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfa ini. Dinding rektum terdiri dari 5
lapisan, yaitu mukosa yang tersusun oleh epitel kolumner, mukosa muskularis, submukosa,
muscularis propria dan serosa.

EPIDEMIOLOGI

Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling sering terjadi


dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang. Tahun 2005, diperkirakan
ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA, 104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340
kasus di rektal. Pada 56,300 kasus dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus
Ca kolon dan 8,600 kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian
dari semua jenis kanker.
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi kematian pada
hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health Organization, 2003). Menurut data di RS
Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal menempati urutan keenam dari 10
jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana. Kanker rektal tercatat sebagai penyakit yang
paling mematikan di dunia selain jenis kanker lainnya. Namun, perkembangan teknologi dan
juga adanya pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan
bisa dicegah. Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5%
pasien berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki – laki memiliki insidensi terbanyak
mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5.
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian juga angka
kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada orang muda.
Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid.

ETIOLOGI DAN FAKTOR PRESDIPOSISI


Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma rektum sama
seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui penyebabnya. Akan tetapi, terdapat
beberapa faktor presdiposisi yang mengakibatkan munculnya karsinoma rekti, antara lain:
 Diet tinggi lemak, rendah serat
 Usia lebih dari 50 tahun

7
 Riwayat pribadi mengidap adenoma atau adenokarsinoma kolorektal
mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
 Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker kolorektal
mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
 Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome, pada semua
pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi kanker rektal
 Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome, Peutz-
Jeghers syndrome, dan Muir syndrome.
 Terjadi pada 50 % pasien Kanker kolorektal Herediter nonpolyposis
 Inflammatory bowel disease
 Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun)
 Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat.

PATOGENESIS

Polip jinak pada kolon atau rektum


|
menjadi ganas
|
menyusup serta merusak jaringan normal kolon
|
meluas ke dalam struktur sekitarnya
|
bermetastatis dan dapat terlepas dari tumor primer menyebar ke bagian tubuh yang lain
dengan cara :

8
1. Limfogen ke kelenjar parailiaka, mesenterium dan paraaorta
2. Hematogen terutama ke hati
3. Perkontinuitatum (menembus ke jaringan sekitar atau organ sekitarnya) misalnya :
ureter, buli-buli, uterus, vagina, atau prostat dan dapat mengakibatkan peritonitis
karsinomatosa.

PATOLOGI
Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma rektum: pertama, tipe polipoid atau vegetatif
yang tumbuh menonjol ke dalam lumen usus dan berbentuk bunga kol, kedua tipe skirus
(keras) yang dapat mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala
obstruksi, ketiga adalah bentuk ulseratif yang terjadi karena nekrosis di bagian sentral.

MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
 Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses. Darah berwarna
merah segar
 Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat BAB
 Feses yang lebih kecil dari biasanya
 Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
perut atau nyeri
 Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
 Mual dan muntah,
 Gejala anemia seperti rasa letih dan lesu
 Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.

METASTASIS
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat
direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus. Metastase sering
ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan tulang.
Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari rektum menuju
vena cava inferior, maka metastase kanker rektum lebih sering muncul pertama kali di paru-
paru

9
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu dengan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
BAB berdarah, merah segar, berlendir dan berbau disertai gangguan kebiasaan BAB
(diare selama beberapa hari yang disusul konstipasi selama beberapa hari). Nyeri pada
saat BAB, tenesmus, dan pada kasus yang lebih lanjut ileus obstruksi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Dipastikan dengan pemeriksaan colok dubur. Teraba tumor berbenjol, rapuh,
tukak, mudah berdarah. Bila letaknya rendah (2/3 bawah) dapat dicapai dengan
baik, bila letaknya tinggi (1/3 atas) biasanya tidak dapat diraba. Dari pemeriksaan
colok dubur ditetapkan mobilitasnya untuk mengetahi prospek pembedahan. bila
dapat digerakkan berarti masih terbatas pada mukosa rektum saja. Bila sudah
terfiksasi, biasanya sudah terjadi penetrasi hingga ke struktur ekstrarektal seperti
kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau dinding anterior uterus.
3. Pemeriksaan penunjang
 Proktosigmoidoskopi
Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus besar. Jika
tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon di bagian
proksimal sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
 Koloskopi
Diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi tumor.
 Sistoskopi
Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang mencurigai invasi
keganasan ke kandung kencing.
 Barium colon in loop
Dengan menggunakan kontras akan tampak gambaran apple core appearance
 Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan.
Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering
yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma

10
sel skuamosa, carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated
tumors.
Klasifikasi modifikasi Dukes
TNM Stadium Stadium Deskripsi

T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa

T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria

T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural

T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric

T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric

T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan

Any T, M1 D Metastasis jauh

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk karsinoma rectum antara lain: polip, proktitis, fisura anus,
hemmoroid, dan karsinoma anus.

TERAPI
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum antara lain
1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen, kolon kiri atau
sigmoid dibuat anastomosis dengan rectum
1. Bila letaknya 12 cm diatas anus dilakukan reseksi anterior
2. Bila letaknya kurang dari 12 cm dari anus, T1, diferensiasi baik, dilakkan eksisi
local
3. Bila 6-12 cm diatas anus:
o Stage II : reseksi anterior rendah
o Stage II/III : terapi kombinasi multiple + reseksi anterior rendah
4. Bila < dari 6 cm dari anus
o Stage I diferensiasi baik : reseksi abdomino perineal
o Stage II/III : terapi kombinasi + RAP
2. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.
11
3. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal
sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.
4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan
komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel.
Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung/terapi
adjuvan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau imunoterapi.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau lengkap, perforasi,
perdarahan, dan penyebaran keorgan lain.

PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah sebagai berikut :
 Stadium I - 72%
 Stadium II - 54%
 Stadium III - 39%
 Stadium IV - 7%
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa kekambuhan lokal,
jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering terjadi. Penyakit kambuh pada 5-
30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama setelah operasi. Faktor – faktor yang
mempengaruhi terbentuknya rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor,
lokasi, dan kemampuan untuk memperoleh batas - batas negatif tumor.
Tumor poorly differentiated mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan dengan
well differentiated. Bila dijumpai gambaran agresif berupa ”signet ring cell” dan karsinoma
musinus prognosis juga buruk.
Rekurensi lokal setelah operasi reseksi dilaporkan mencapai 3-32% penderita. Beberapa
faktor seperti letak tumor, penetrasi dinding usus, keterlibatan kelenjar limfa, perforasi
rektum pada saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga sebagai faktor yang mempengaruhi
rekurensi lokal.

OPERASI MILES

Definisi

12
Suatu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan melakukan abdominal reseksi pada
rektum 1/3 distal dilanjutkan dengan reseksi perianal karena suatu proses malignancy.
Prosedur ini dilakukan melalui pendekatan abdominal dan perianal,dibuat proksimal end
colostomi permanent untuk diversi dan anus ditutup.

Ruang Lingkup

Lesi/ kelainan pada rektum 1/3 distal sampai anal .Dalam kaitan penegakan diagnosis dan
pengobatan lebih lanjut diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait: patologi anatomi dan
radiologi

Indikasi operasi

Proses malignancy pada rektum dan anal

Pemeriksaan Penunjang:

- Colon inloop

- Colonoscopy

Teknik Operasi

Secara singkat teknik operasi Miles dapat dijelaskan sebagai berikut. Setelah penderita
diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam posisi terlentang dan litotomy
(posisi modifikasi litotomy-Trendelenburg). Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan
antiseptik juga dilakukan irrigasi pada rektal, kemudian dipersempit dengan linen/doek steril.
Dibuat insisi midline dua jari di tas umbillikal sampai dua jari di atas symphisis pubis atu
insisi transversalis diantara umbillikal dan symphisis pubis. Insisi diperdalam hingga tampak
peritoneum  dibuka secara tajam. Dilakukan identifikasi lesi/ kelainan . Dilakukan tindakan
mobilisasi rektum dengan melakukn insisi paada lateral refleksi peritoneal (white line of
Told) sambil mengidentifikasi vena spermatika kiri atau ovari kiri serta ureter kiri.

Mobilisasi rektum posterior: dengn melakukan diseksi secara tumpul dan tajam, spce
retrorectal dengan mudah dapat dicapai.Setelah memotong fasia rectosacral berarti kita sudah
sampai coccygis. Mobilisasi anterior:insisi refleksi rectovesical dan immobilisasi antara
vesica seminalis dan fasia Denonvillier.Diseksi dilanjutkan dengan memisahkan rectum
dengan vesica seminalis pada pria dan rectum dengan vagina pada perempuan. Setelah
mobilisasi posterior dan anterior,harus dicapai fasia pelvic( ligamentum lateral) dipisahkan
13
dan diikat.Dilanjutkan dengan transeksi rektum diatas lesi/tumor. Dilakukan insisi ellip
sekeliling anus sampai batas m.spincter anus.Insisi diperdalam dengan insisi sirkumferensial
sampai stumpdistal rectum dapat lewat.Stump proximl dibuat colostomi permnent.,jaringan
tumor diPA-kan. Perdarahan dirawat,luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan
meninggalkan drain perianal (drain Redon).

Komplikasi operasi

1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Cidera ureter kiri
4. Myocard infarc
5. Emboli pulmonal
6. Komplikasi stoma

Mortalitas

Angka mortalitas perioperatif rendah sekitar 42%

Perawatan paska bedah

Pasca bedah penderita dirawat diruangan selama 7 – 10 hari,diobservasi kemungkinan


terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan.Diet
diberikan setelah penderita sadar dan pasase usus baik.Drain Redon dilepas setelah 1 – 2 hari
dan jahitan luka diangkat pada hari ke-7.

Follow up

Penderita pasca operasi Miles perlu dievaluasi:

1. Klinis
2. Pemeriksaan CEA setiap 3 bulan selama 2 tahun,setiap 6 bulan selama 2-5
tahun(cancer)
3. Colonoscopy setelah 1 tahun setelah reseksi,dan direkomendasikan untuk
pemeriksaan ulang setiap 2-3 tahun(cancer)

14
4. CT scan thorax, abdomen dan pelvis setiap tahun selama 3 tahun untuk pasien dengan
resiko tinggi untuk rekurens(cancer)

BAB III
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini, wanita usia 54 tahun datang dengan keluhan BAB disertai darah dan
lendir serta nyeri pada anus. Melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu dengan
pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosa menderita tumor rektum yang diduga
merupakan karsinoma rektum.
Pada anamnesis, pasien mengeluh BAB disertai darah dan lendir serta nyeri pada anus
sejak 2 bulan yang lalu. Setiap kali ke toilet untuk BAB, pasien mengaku harus mengedan
dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengeluarkan feses. Feses yang keluar sedikit-
sedikit dan bentuknya lebih kecil. Pasien sering merasa tidak puas saat BAB. Nyeri hilang
timbul terutama saat BAB pada daerah anus yang menjalar ke perut. Terjadi konstipasi diikuti
diare secara bergantian. Diare dengan frekuensi ± 4x/hari, berisi air. Berat badan dirasakan
berkurang. Sebelum sakit, pasien sering makan makanan berlemak dan jarang makan sayur
dan buah.

15
Pada pemeriksaan fisik di daerah anal-perianal dengan colok dubur dapat diraba benjolan,
konsistensi keras, berdungkul-dungkul, tidak dapat digerakkan, nyeri tekan (+).
Pemeriksaan colok dubur sangat penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan ini,
dapat diketahui beberapa hal penting yaitu keadaan tumor, mobilitas tumor dan ekstensi
penjalaran. Pada pasien dengan karsinoma rektum, ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan
colok dubur, yaitu indurasi dan adanya suatu penonjolan tepi.
Pada pasien ini telah diperiksa colonoscopy dan hasilnya adalah tumor rektum 1/3 distal
dan dilakukan biopsi. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai LED yang meningkat
yaitu 76 mm/jam. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah operatif dengan rencana dilakukan
Miles procedure dan pemberian medikamentosa untuk gejala yang dirasakan oleh pasien.

BAB IV
KESIMPULAN

Karsinoma rektal berasal dari epitel hampir sama dengan neoplasma kolon, jenis
terbanyak adalah adenokarsinoma. Umumnya didahului oleh kondisi pramaligna seperti
adenomatous, villous polyp, familial adenomatous polyposis dan kolitis ulseratif.
Karsinoma kolorektal masih merupakan penyebab kematian kedua untuk kanker
terutama di Amerika Serikat. Skrening awal untuk mengarahkan diagnosa Karsinoma
kolorektal penting dilakukan untuk meningkatkan survivalnya. Skrening awal yang dapat
dilakukan yaitu: pemeriksaan darah samar di feses, sigmodoskopi, kombinasi darah samar
feses dan sigmoidoskopi, kolonoskopi, dobel kontras barium enema.
Penyebab pasti karsinoma rektal belum diketahui, diduga dipengaruhi beberapa
komponen genetik dan faktor lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon, dan


anorektum. Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 646-53.
2. Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Rectal Cancer. In Maingots’s Abdominal

operation. 10th edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P1455-99


3. Wikipedia. 2007. Cancer colorectal. http://www.wikipedia.org.
4. Hassan, Isaac., 2006. Rectal carcinoma.
Available from www.emedicine.com. Acces on Sunday July 24, 2011
5. Colon cancer.
Available at http://health.yahoo.com/topic/other/other/article/mayoclinic/. Acces on Sunday
July 24, 2011

17

Anda mungkin juga menyukai