Anda di halaman 1dari 8

TUGAS DISASTER PLAN

RENCANA PENANGGULANGAN
BENCANA BANJIR KELAPA GADING, JAKARTA UTARA

DISUSUN OLEH :
Stefanus
030.12.262

PEMBIMBING :
Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 06 NOVEMBER 2017 – 04 JANUARI 2018
JAKARTA
A. Pendahuluan

Bencana banjir yang terjadi pada tahun 2007 & 2012 merupakan bencana banjir yang
terparah di provinsi DKI Jakarta, termasuk salah satunya yang paling parah adalah Jakarta
utara. Menurut rekapitulasi data kejadian banjir oleh pemerintah Jakarta, didapatkan data pada
tahun 2013 korban jiwa 40 dengan total jumlah keluarga yang terkena dampak banjir sebanyak
578.349 keluarga, 116 kecamatan dan 263 kelurahan secara keseluruhan. Arus banjir
menggerus jalan-jalan di Jakarta dan menyebabkan berbagai kerusakan yang memperparah
kemacetan. Diperkirakan sebanyak 82.150 meter persegi jalan di seluruh Jakarta rusak ringan
sampai berat. Kerusakan beragam, mulai dari lubang kecil dan pengelupasan aspal sampai
lubang-lubang yang cukup dalam. Kerusakan yang paling parah terjadi di Jakarta Barat, tempat
jalan rusak mencapai 22.650 m², disusul Jakarta Utara (22.520 m²), Jakarta Pusat (16.670
m²), Jakarta Timur (11.090 m²).

Kerusakan jalan paling ringan dialami Jakarta Timur, yang hanya menderita jalan rusak
seluas 9.220 m². Untuk merehabilitasi jalan diperkirakan diperlukan dana sebesar Rp. 12 miliar.
Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang
menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi
air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.

Sekitar 1.500 rumah di Jakarta Timur hanyut dan rusak akibat banjir. Kerusakan terparah
terdapat di Kecamatan Jatinegara dan Cakung. Rumah-rumah yang hanyut terdapat di
Kampung Melayu (72 rumah), Bidaracina (5), Bale Kambang (15), Cawang (14), dan
Cililitan (5). Adapun rumah yang rusak terdapat di Pasar Rebo (14), Makasar (49), Kampung
Melayu (681), Bidaracina (16), Cipinang Besar Selatan (50), Cipinang Besar Utara (3), Bale
Kambang (42), Cawang (51), Cililitan (10), dan Cakung (485).

1
B. Geografi
Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten
administratif, yakni: Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara
dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas
145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah utara membentang pantai
sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di
sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan
Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di
sebelah utara dengan Laut Jawa.temperatur, perubahan intensitas dan periode hujan,
pergeseran musim hujan/kemarau, dan kenaikan muka air laut, akan mengancam daya dukung
lingkungan dan kegiatan seluruh sektor pembangunan.

Gambar 1. Peta Kota DKI Jakarta


Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar
32,7°C - 34,°C pada siang hari, dan suhu udara minimum berkisar 23,8°C -25,4°C pada malam
2
hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan
terendah sebesar 122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi
pada tahun 2005, dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73,0 - 78,0 persen dan kecepatan
angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik - 2,5 m/detik.

C. Penduduk

Jenis Kelamin (ribu) Rasio


Kabupaten/Kota Jenis
Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelamin

1 2 3 4 5
1 Kepulauan Seribu 11 720 11 620 23 340 100,86
2 Jakarta Selatan 1 096 469 1 089 242 2 185 711 100,66
3 Jakarta Timur 1 436 128 1 407 688 2 843 816 102,02
4 Jakarta Pusat 457 025 457 157 914 182 99,97
5 Jakarta Barat 1 246 288 1 217 272 2 463 560 102,38
6 Jakarta Utara 867 727 879 588 1 747 315 98,65
DKI Jakarta 5 115 357 5 062 567 10 177 924 101,04

Tabel 1. Penduduk Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan data rekapitulasi penduduk, jumlah penduduk Kota DKI Jakarta tahun
2015 adalah sebesar 10.177.294 orang, terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 5.115.357
dan perempuan 5.062.567 orang. Untuk melihat perbandingan jumlah antara laki-laki dan
perempuan digunakan sebuah rasio yang disebut Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio). Dengan
rasio jenis kelamin laki – laki lebih besar yaitu 101,04.
Kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar adalah kabupaten Jakarta Timur, yaitu
2.843.816 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar kedua adalah kabupaten
Jakarta Barat, yaitu sebesar 1.246.288 jiwa. Di urutan ketiga adalah kabupaten Jakarta
Selatan, yaitu sebesar 1.096.469 jiwa. Di urutan keempat adalah kabupaten Jakarta Utara
dengan jumlah penduduk sebesar 867.727 jiwa dan di urutan ke lima adalah Kabupaten
Jakarta Pusat dengan total penduduk 457.025 jiwa.

3
D. Hazard

Gambar 2. Kejadian Bencana Alam

Banjir merupakan salah satu kejadian bencana alam yang terjadi cukup sering di
ibukota. Banjir sendiri dapat dibilang sebagai bencana alam apabila memang tidak ada
intervensi dari masyarakat itu sendiri, namun apabila disebabkan karena pembangunan kota
yang kurang efisien ataupun karena tingkah laku masyarakat yang kurang bagus maka
banjir tersebut merupakan bencana akibat tingkah laku manusia dan bukan terjadi secara
alamiah. Banjir secara garis besar terjadi akibat curah hujan yang sangat besar dan tidak
terkendali sehingga air menjadi tergenang dan tidak adanya pengeluaran air.
Masalah secara geografis yang dialami kota Jakarta Utara adalah karena letaknya yang
berbatasan secara langsung dengan laut Jawa dan merupakan daerah terakhir dari
pergerakan angin dari gunung menuju pantai. Hal ini menyebabkan curah hujan yang turun
di Jakarta Utara akan menjadi sangat besar dan tidak dapat dikendalikan. Masalah lain yang
menjadi pokok pertimbangan adalah pembangunan kota dan pengaturan tata ruang kota
yang terlalu padat di kota Jakarta Utara terutama di daerah angke, pluit, ancol, kelapa
gading, sunter dan tanjung priok. Daerah – daerah tersebut memiliki penataan ruang kota
dan pembangunan yang sangat padat dengan daerah resapan air yang kurang dibandingkan
4
dengan pembangunan yang ada, hal tersebut merupakan salah satu permasalahan penyebab
banjir. Aliran pembuangan air juga merupakan hal yang penting untuk mengatur aliran air
yang dapat tergenang di perkotaan, hal – hal tersebut harus memperhitungkan saluran air
yang sudah dibuat dan juga faktor eksternal pembuangan air yaitu sampah – sampah yang
berserakan di saluran pembuangan air akibat ulah masyarakat yang kurang mentaati
peraturan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Menurut survey yang dilakukan oleh pemerintah kota DKI Jakarta, banjir di Jakarta
Utara merupakan salah satu lokasi yang sangat rawan banjir, dan hampir setiap tahun
mengalami banjir kecil ataupun besar. Banjir besar biasanya terjadi setiap 5 tahun sekali
yang disebabkan akibat curah hujan dan pembangunan yang belum selesai. Perkembangan
infrastruktur di kota Jakarta Utara yang melaju dengan sangat cepat menyebabkan
pengurangan lahan penyerapan air yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan
lahan pembuangan air sehingga penyerapan air lebih lambat dibandingkan dengan
penumpukan air akibat hujan.

E. Vulnerability
Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman

A. Fisik
Kebanjiran menghancurkan keberagaman genetika alamiah, yang membantu
spesies beradaptasi agar tahan terhadap parasit dan penyakit menular. Genangan air
akibat banjir merupakan masalah utama terutama di bidang kesehatan terutama
dalam masalah penyebaran penyakit akibat waterborne disease. Salah satunya
penyakit leptospirosis dan juga diare yang masih cukup banyak dalam lingkungan
masyarakat. Lahan tanah juga akan banyak yang hilang dan rusak akibat genangan
air yang terjadi, dan tidak dapat digunakan sebagai lahan produktif.

B. Sosio, Ekonomi, dan Pendidikan


Bencana banjir juga mengakibatkan kerugian dalam bidang sosial, ekonomi, dan
pendidikan karena akan menghambat perkembangan ekonomi akibat melambatnya
transportasi dan peredaran barang konsumen di kota. Pendidikan juga terganggu

5
karena kegiatan belajar mengajar akan terganggu karena siswa mengalami
hambatan dalam mencapai ke tempat pendidikan mereka.

F. Capasity
Sebagai ibukota Negara RI, DKI Jakarta memiliki sarana pelayanan kesehatan yang
lengkap. Sampai tahun 2016, kota DKI Jakarta telah memiliki 28 unit rumah sakit dan
340 unit puskesmas yang tersebar di kota ini. Terdapat 45.011 orang yang memiliki
pekerjaan sebagai tenaga kesehatan, dengan jumlah dokter sebanyak 2.406 orang,
dokter gigi 782 orang, dokter spesialis 2.312 orang dan dokter gigi spesialis 218 orang.

G. Disaster Management
Pra Bencana
A. Pencegahan
Pencegahan dengan cara memberikan peringatan kepada warga agar dapat
waspada terhadap curah hujan yang deras melalui peran serta BMKG dengan
prediksi cuaca yang tepat dan persiapan alat penyedot air untuk membuang air
dengan lebih cepat.

B. Mitigasi
Pada fase ini dilakukan usaha-usaha untuk meredam dan mengurangi bencana
dan juga meredam atau mengurangi dampak bencana. Pada fase ini bidang
kesehatan lebih cenderung pasif, dengan melakukan pengobatan dan upaya
kesehatan yang insidentil dan screening penyakit melalui pengobatan massal.
Fase ini lebih banyak diperankan oleh institusi lainnya dengan,
a) Pengenalan faktor resiko/Hazard, penyebab-penyebab harus dikenali
b) Rencana mereduksi faktor resiko, jika penyebab dikenali makan faktor
resiko diturunkan atau dihilangkan
c) Rencana mengurangi dampak bencana (Mitigation Plan), jika bencana
tidak dapat dihindari maka dilakukan rencana pengurangan dampak
bencana
Bentuk upaya mitigasi non struktural yang dapat dilakukan oleh masyarakat di
kawasan yang rawan terkena kabut asap antara lain:

6
a) Mengetahui akan ancaman terjadinya banjir, dan seberapa besar
pengaruhnya untuk kesehatan
b) Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam
menghadapi bencana seperti pelatihan pertolongan pertama, evakuasi
darurat pada kondisi tanggap darurat dan lain-lain.

C. Kesiapsiagaan
a) Penyusunan dan uji coba bencana penanggulangan kedaruratan bencana
b) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
c) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
d) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat, berupa:
 Memakai alat pelindung diri, seperti masker
 Menyiapkan alamat/no telp yang penting untuk dihubungi.
 Hindari bepergian keluar rumah
 Perbanyak konsumsi air mineral
 Membuang sampah pada tempat yang disediakan
 Menambah tanaman hijau untuk meningkatkan penyerapan air
e) Penyiapan lokasi evakuasi
f) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana, dan penyediaan dan penyiapan bahan, barang,
dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

Puskesmas melakukan fase kesiapsiagaan seperti :


1. Revitalisasi sarana dan pra sarana PPPK (Ambulance, Peralatan, Obat-
obatan).
2. Menyiagakan Brigada siaga Bencana (BSB).
3. Melaksanakan rencana kontingensi (pendelegasia tugas) dengan
membentuk Gugus Tugas untuk menempati Pos-Pos tertentu yang sudah
ditentukan melalui kesepakatan rapat evaluasi bencana.

Anda mungkin juga menyukai