Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Rongga sendi merupakan rongga yang steril berisi cairan sinovial dan
bahan selular termasuk sel darah putih. Transient sinovitis merupakan penyakit
yang bersifat sementara dan hilang tanpa pengobatan banyak. Hal yang paling
sering terjadi pada anak-anak, khususnya anak laki-laki, dan merupakan
peradangan pada pinggul pada sinovium , atau bagian dari lapisan pinggul itu.

Gejala transient synovitis biasanya pincang satu sisi. Ada mungkin atau
mungkin tidak ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penyakit. Biasanya
ada beberapa rasa sakit, dan satu gejala ketika kondisi ini terjadi pada bayi
menangis yang tampaknya memiliki penyebab tidak. Kadang-kadang nyeri ini
tidak hanya terjadi di sendi pinggul dan mungkin juga terjadi di lutut, pangkal
paha dan paha.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Sinovitis transien pinggul adalah kondisi peradangan akut lapisan


dalam pinggul. Transient berarti bersifat sementara dan tidak berlangsung
lama. Sinovitis transien juga dikenal sebagai toxic synovitis. Kondisi ini
mempengaruhi anak-anak muda (laki-laki lebih dari perempuan) yang
paling sering.

B. EPIDEMIOLOGI
Transient synovitis adalah penyebab tersering nyeri akut pada pinggul
dan pincang yang menyerang anak umur 2 sampai 12 tahun. Rata rata umur yaitu
5 hingga 6 tahun, dan hingga 3% dari anak mengalami episode beberapa kali
dalam hidupnya. Dari survey di Belanda dari 0 hingga 14 tahun ditemukan angka
insidensi dari penyakit pinggul nontraumatik akut adalah 148,1 per 100.000 orang
per tahun dan untuk transient synovitis 76,2 per 100.000 orang per tahun.
Transient synovitis jarang sekali ditemukan pada orang dewasa. Penyakit ini lebih
sering menyerang di musim gugur dan dingin. Penyakit ini dua kali lebih sering
menyerang anak laki laki dibandingkan perempuan dan lebih jarang ditemukan
pada anak kulit hitam. Jarang sekali ditemukan bilateral. Episode berulang terjadi
pada 4% hingga 17% dari anak anak. Mereka yang memiliki episode berulang
biasanya memiliki bagian jinak, walaupun pada 10% bisa menunjukkan ciri ciri
kondisi inflamasi kronik.

Kurang lebih 20.000 kasus supuratif artritis/ bakterial arthritis terjadi


setiap tahunnya di Amerika Serikat Angka kejadian bakterial arthritis setiap
tahun bervariasi antara 2 – 10 kejadian per 100.000 populasi umum. Pada pasien
dengan riwayat Reumathoid Arthritis dan penggunaan protesis mencapai 30-70
per 100.000 populasi. 25 -50 % mengalami kehilangan fungsi sendi yang
permanen. Meskipun penggunaan antibiotika dan penanganan telah berkembang
lebih baik namun angka mortalitas tidak berubah dalam 25 tahun terakhir, yaitu
mencapai 5 -15%.1,2,3,6

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti transient synovitis ini tidak diketahui. Dalam beberapa
kasus, mungkin berkembang setelah infeksi virus baru-baru ini (seperti infeksi
pernafasan dingin atau atas). Dalam sejumlah kecil anak-anak, trauma pinggul
yang diikuti oleh sinovitis transien.
Ada banyak perdebatan tentang kemungkinan adanya hubungan antara
sinovitis transien dan kondisi lain yang disebut Legg-Calve-penyakit Perthes.
Pada penyakit Perthes, suplai darah ke pusat pertumbuhan pinggul (ibukota
femoralis epiphysis) terganggu, menyebabkan tulang di daerah ini untuk mati.
Pasokan darah akhirnya kembali, dan menyembuhkan tulang.

Hanya sejumlah kecil anak-anak dengan sinovitis transien


mengembangkan Legg-Calve-penyakit Perthes. Ada kemungkinan peningkatan
berkepanjangan tekanan di dalam hilangnya penyebab gabungan dari suplai darah
ke pinggul. Beberapa ahli menduga anak-anak yang mengembangkan penyakit
Perthes mungkin memiliki sinovitis transien terdeteksi sebelum runtuhnya kepala
femoral terjadi.

Septic Bakterial atau supuratif artritis dapat dikelompokan menjadi 2


yaitu, gonokokal dan non-gonokokal. Neisseria gonorrhoeae merupakan patogen
tersering ( 75%) pada pasien dengan aktifitas seksual yang aktif. Staphylococcus
Aureus merupakan patogen tersering pada bakterial arthritis pada usia anak-anak
diatas usia 2 tahun dan dewasa, sedangkan penyebab tersering ( 80%) infeksi
sendi yang dipicu oleh rheumatoid arthritis adalah spesies Streptococcal seperti
Streptococcus viridans, Streptococcus pneumoniae, dan streptococci group B.
Bakteri gram negatif dapat menjadi penyebab 20- 25% dan terjadi penderita yang
sangat muda atau sangat tua yang mana terjadi gangguan fungsi imunitas, atau
pengguna obat-obat suntikan terlarang.

Pada pasien yang menggunakan sendi buatan / prosthetic joint dapat juga
terjadi septic arthritis, yang berdasarkan waktunya dibagi menjadi tiga jenis
infeksi yaitu: 1. early, infeksi terjadi pada awal, 3 bulan sejak implantasi,
biasanya disebabkan ol eh S aureus. 2. delayed, terjadi 3-24 bulan sejak
implantasi, kuman tersering coagulase-negative Staphylococcus aureus dan gram
negatif. Kedua jenis ini didapat dari kuman di kamar operasi. 3. late, terjadi
sekunder dari penyebaran hematogen dari berbagai jenis kuman

D. PATOFISIOLOGI
Biopsi pada transient synovitis menunjukkan inflamasi nonspesifik dan
hipertrofi dari sinovial membran. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan
adanya efusi yang menyebabkan pembengkakan dari kapsul sendi anterior. Cairan
sinovial memiliki proteoglikan yang meningkat.

Pada septic arthritis organisme dapat masuk ke dalam sendi melalui direct
inoculation, melalui penyebaran dari jaringan periartikular atau melalui aliran
darah yang merupakan rute infeksi tersering Sendi normal mempunyai
komponen protektif untuk mencegah terjadinya proses infeksi, yaitu: sel sinovial
memiliki kemampuan untuk memfagositik dan cairan sinovial memiliki
kemampuan bakterisidal. Pada penyakit rheumatoid arthritis dan SLE terjadi
penurunan fungsi imun tersebut.

Gambar 2. patofisiologi terjadinya septic arthritis

Bakteri dapat masuk kedalam ruang sendi melalui beberapa cara yaitu,
masuk melalui proses operasi daerah sendi, melalui tindakan aspirasi sendi,
penyuntikan kortikosteroid atau melalui trauma lainnya. Bakteri yang berhasil
masuk kedalam rongga sendi dalam beberapa jam menimbulkan reaksi inflamasi
pada membran sinovial berupa hiperplasi dan proliferasi dan terjadi pelepasan
faktor-faktor inflamasi seperti cytokines dan proteases yang menyebabkan
degradasi dari kartilago sendi.

Pada Rheumatoid arthritis telah terjadi kerusakan sendi, hal ini


mempermudah terjadinya suatu infeksi membran sinovial, pada sendi ini terjadi
neovaskularisasi dan terjadi peningkatan faktor munculnya adhesi yang kemudian
menyebabkan terjadinya bakterimia dan berlanjut menjadi infeksi sendi.
Konsekuensi dari infesi sendi adalah kerusakan articular cartilage. Pada S aureus
chondrocyte proteases kuman tersebut dapat bereaksi dengan polymorphonuclear
leukocytes host yang kemudian megaktifkan sintesis sitokins dan berbagai produk
inflamasi lainnya yang menyebabkan hidrolisa dari kolagen dan oteoglycans.

Pada infeksi Karena N. Gonorrhoeae terjadi influks dari sel-sel darah putih
ke dalam sendi yang hanya menyebabkan kerusakan sendi yang minimal
dibandingkan dengan S aureus Kerusakan yang terus terjadi menyebabkan erosi
kartilago pada lateral margins dari sendi, kemudian dapat terjadi efusi yang cukup
banyak yang kemudian menyebabkan gangguan pada aliran pembuluh darah dan
menyebabkan aseptik nekrosis tulang. Proses kerusakan ini dapat terjadi dalam 3
hari awal pada pasien yang mengalami infeksi sendi tanpa pengobatan

Infeksi virus dapat terjadi melalui cara invasi langsung (rubella) atau
melalui produk antigen antibodi kompleks contohnya pada infeksi virus hepatitis
B, parvorvirus B19 dan lymphocytic choriomeningitis viruses. Selain itu septic
arthritis dapat juga terjadi oleh karena proses ditempat lain, paling sering di
gastrointestinal, dengan kuman-kuman tersering yaitu: Salmonella enteritidis,
Salmonella typhimurium, Yersinia enterocolitica, Campylobacter jejuni,
Clostridium difficile, Shigella sonnei, Entamoeba histolytica, Cryptosporidium.
Tersering kedua adalah infeksi pada genitourinaria adalah Chlamydia trachomatis

Morbiditas yang dapat terjadi berupa disfungsi sendi dan kejadian


mortalitas terjadi tergantung kuman penyebabnya, pada N gonorrhoeae angka
mortlitas rendah , sedangkan pada A aureus dapat mencapai 50 %. 56% terjadi
pada pria, 45 % septic arthritis terjadi pada usia diatas 65.

E. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik pada transient synovitis yaitu terdapatnya peradangan


dan efusi (pembengkakan) dapat menyebabkan nyeri pinggul mendadak. Biasanya
hanya satu pinggul yang terlibat. Anak mungkin menolak untuk berjalan atau
mungkin lemas ketika berjalan sebagai tanda pertama dari masalah. Anak muda
yang tidak berjalan belum berhenti merangkak atau mengubah cara mereka
mendapatkan sekitar. Mereka mungkin menangis di malam hari atau ketika
memiliki popok berubah.

Anak – anak biasanya mungkin mengalami sedikit demam. Sebuah demam


tinggi biasanya merupakan tanda dari sesuatu yang lebih serius seperti arthritis
septik (infeksi bakteri dari pinggul) atau osteomielitis (infeksi tulang).

Dalam semua kelompok umur, biasanya ada hilangnya gerak pinggul.


Anak tidak ingin menempatkan berat pada kaki itu. Gejala yang menyakitkan
dapat melakukan perjalanan ke paha, pangkal paha, atau lutut di sisi yang sama.
Kadang-kadang tidak ada nyeri pinggul tetapi rasa sakit hanya selangkangan,
paha, atau lutut.

Anak Anda mungkin ingin menjaga pinggul dan kaki dalam posisi istirahat
fleksi (tertekuk), rotasi eksternal (berpaling ke luar), dan penculikan (jauh dari
kaki yang lain). Posisi ini membuka kapsul sendi membantu mengurangi rasa
sakit dengan mengambil tekanan dari struktur jaringan lunak

Gejala yang paling sering muncul adalah trias yaitu:

nyeri (75%), demam ( 40-60%), dan keterbatasan gerak sendi, gejala ini
dapat terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, demam biasanya tidak
tinggi. Gejala yang paling utama adalah nyeri pada sendi, yang harus dievaluasi
pada nyeri sendi adalah seberapa akut nyeri terdebut terjadi, ataukah nyeri
tersebut merupakan superimposed chronic pain, adakah riwayat trauma ataukah
riwayat operasi sebelumya, apakah nyeri tersebut monoartikular ataukah
poliartikular.

Selain itu harus digali riwayat rheumatoid arthritis, riwayat suntikan pada
daerah sendi, riwayat diare Adakah gejala-gejala ekstra artikuler atau adakah
riwayat penggunaan obat terlarang intravena atau riwayat kateterisasi pembuluh
darah. Adakah riwayat penyakit–penyakit kelamin, adakah penyakit penyakit lain
yang menyebabkan penurunan system imun seperti penyakit liver, diabetes
mellitus limfoma, penggunaan obat obat imunosupresive

Gejala klinis septic arthritis pada infeksi non gonokokal gejala timbul
mendadak dengan terjadinya pembengkakan sendi, teraba hangat dan sangat nyeri,
paling sering terjadi pada sendi lutut ( 50% kasus ), sedangkan pada anak-anak
paling sering terjadi pada sendi pinggul, sendi pinggul biasanya dalam posisi
fleksi dan eksternal rotasi dan sangat nyeri bila digerakkan. Kurang lebih 10-20 %
terjadi infeksi poliartikular, biasanya 2 atau 3 sendi. Poliartikular septik arthtritis
biasanya terjadi pada pasien dengan reumatoid arthritis, pasien dengan infeksi
jaringan lunak atau pada pasien dengan sepsis berat.

Gambar 3 : (kiri)Gonokokal infeksi pada pasien usia muda dengan gambaran


septic arthritis pada ankle kiri, tampak gambaran petecie, odema, (Kanan) septic
arthritis pada pergelangan tangan

Pada infeksi oleh karena gonokokal (DGI) Disseminated GonococcalI Infection


gejala yang muncul berupa migratory polyarthralgia, tenosynovitis, dermatitis dan
demam. Kurang dari separuhnya mengalami efusi sendi purulenta.
Tabel 1, Perbedaan bakterial arthtritis pada Gonokokal dan Non Gonokokal

Pemeriksaan fisik

Sendi paling sering terkena adalah sendi lutut (50%), hip (20%), shoulder
(8%) ankle (7%), and wrists (7%). elbow, interphalangeal, sternoclavicular, dan
sacroiliac masing-masing kurang lebih 1- 4 %. Eritema dan odema ( 90%),
teraba hangat dan kaku, infeksi sendi biasanya menyebabkan efusi pada sendi
yang mengkibatkan keterbatasan gerakan aktif maupun pasif.

Gejala-gejala dari infeksi bisa tidak muncul pada orang-orang yang


mengalami gangguan imunitas khususnya pada pasien rheumatoid arthritis dan
pengguna obat suntikan terlarang. Pada non-gonokokal arthritis, 85-90%
monoartikuler, bila mengenai lebih dari 1 sendi biasanya ada keterlibatan S
aureus. Bila mengenai poliartikuler biasanya disebabkan oleh gonokokal , virus,
lyme disease, reactif arthritis. Group B streptokokus biasanya menyerang
sacroiliac dan sternoclavicular joints.

Laboratorium

Untuk menegakkan diagnosa secara definitif diperlukan bukti adanya


bakteri pada cairan sinovial baik dengan pengecatan gram atau kultur, begitu ada
kecurigaan suatu septic arthritis harus dilakukan aspirasi cairan sinovial, bila perlu
dengan guiding imaging terutama pada sendi-sendi yang sulit dilakukan aspirasi,
contohnya hip, shoulder dan sacroiliac. Bila perlu dilakukan surgical anthrotomy
untuk mendapatkan cairan dan jaringan sinovial

Pada kasus non gonokokal hasil kultur pada cairan sinovial 90% positif,
namun pada pengecatan gram hanya memberikan hasil positif 50 %, kebanyakan
infeksi sendi terjadi efusi cairan sendi yang purulen, dengan jumlah leukosit 50-
150 x 10 9 /L terutama sel PMN, kadar glukosa menurun, kadar asam laktat dan
laktat dehidrogenase meningkat, namun tidak spesifik untuk septic arthtritis. Pada
kasus Gonokokal hasil kultur hanya positif 50%, pengecatan gram positif 25 %.

 Pemeriksaan Laboratorium kultur cairan sinovial dan jaringan sinovial


merupakan diagnostik definitif. Namun terapi harus segera diberikan tanpa
menunggu hasil kultur
 Pemeriksaan dengan polarizing microscopy untuk melihat adanya Kristal
didalam cairan dan untuk melihat adanya kuman dengan pengecatan gram.
Bila hasil kristal positip, hasil pengecatan gram negatif maka pasien
diterapi sebagai crystal-associated arthritis,kecuali ada sumber infeksi
ditempat lain seperti pneumonia atau pielonefritis
 Apabila secara mikroskopis tidak ditemukan kristal, pasien tetap
diberikan terapi dengan tetap dianggap ada proses infeksi walaupun hasil
pengecatan gram negatif, oleh karena pengecatan gram hanya memberikan
angka sensitifitas sebesar 60 % untuk mendeteksi adanya bakteri didalam
cairan sinovial, cairan sinovial harus dikultur untuk melihat myobacteria
atau jamur
 Apabila kondisi pasien tidak membaik setelah 5 hari perawatan, cairan
sendi harus di aspirasi dan diperiksa, sebagian besar septic arthritis terjadi
peningkatan sel darah putih lebih dari 50.000, dengan 75 % merupakan
polimorfonuklear, namun proses inflamasi steril juga dapat memberikan
gambaran yang serupa, peningkatan kadar glukosa dan protein di cairan
sinovial tidak spesifik oleh sebab itu tidak rutin dikerjakan
 Apabila kita mencurigai suatu infeksi gonokokal, maka harus diambil
kultur dari rectum, serviks, uretra dan pharing dan dari setiap lesi pada
kulit
 Pemeriksaan PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA bakteri di
cairan sinovial khususnya untuk untuk kuman Yersinia species, B
burgdorferi, Chlamydia species, N gonorrhoeae dan Ureaplasma species

Pada infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis terjadi leukositosis cairan
sinovial, hasil pengecatan asam biasanya negative, hasil kultur positif
pada 80 % kasus 13,14

Pemeriksaan Radiologis

 Pemeriksaan foto polos sendi sangat terbatas dalam menilai infeksi sendi
 Gambaran yang paling sering adalah Periarticular soft tissue
swelling
o Pemeriksaan radiologis lebih banyak bermanfaat untuk
menyingkirkan adanya osteomielitis atau periartikular osteomielitis
sebagai akibat dari infeksi sendi tersebut
o Penumpukan calsium pyrophosphat dapat dideteksi dengan foto ini

 Ultrasonograpi dapat digunakan untuk mendiagnosa efusi pada kasus


kerusakan sendi yang kronis (sekunder dari trauma atau rheumatoid
arthritis)
 CT Scan dan MRI lebih sensitive untuk membedakan antara osteomielitis,
periartikular abses dan infeksi sendi. Pemeriksaan ini sangat berguna
untuk infeksi sendi di sacroiliac atau sternoclavicular untuk
menyingkirkan penyebaran infeksi ke mediastinum atau ke pelvis
Gambar 4. (kiri): Foto pelvis AP Tampak proses destruksi pada permukaan sendi
hip kiri. (kanan) : MRI potongan sagital pasien septic arthritis pada sendi lutut
kiri, tampak efusi sendi, synovial thickening dan subcutaneous edem

 Radionuclide scans (technetium Tc 99m, gallium Ga 67, indium In 111


leukocyte scans), kelemahannya tidak dapat membedakan antara suatu
proses infeksi atau proses steril.
 Pada PJI pemeriksaan foto polos dapat memberikan gambaran
pertumbuhan subperiosteal baru dan sinus transcortical yang mana
menggambarkan suatu infeksi

F. TATALAKSANA
Penatalaksanaan transient synovitis dengan istirahat dan obat
antiinflamasi adalah teknik pengobatan utama. Tidak apa-apa jika anak Anda terus
kaki ternyata. Setiap posisi yang nyaman akan membantu proses penyembuhan.
Anak biasanya sudah membatasi berapa banyak berat badan diletakkan pada kaki
itu. Jika tidak, setiap upaya harus dilakukan untuk menghindari menahan beban.
Kegiatan fisik yang kuat seperti berlari, melompat, dan berpartisipasi
dalam kegiatan olahraga harus dihindari selama fase akut. Dokter Anda akan
memberitahu Anda jika kruk diperlukan untuk membantu batas berat-bearing
melalui kaki itu. Jika kruk disarankan, mereka hanya akan diperlukan untuk
beberapa minggu.

Pembedahan biasanya tidak diperlukan. Dalam kasus yang parah anak


sinovitis transien dapat dirawat di rumah sakit untuk observasi dan traksi kaki.
Menerapkan tarik di pinggul melalui kaki dapat mengurangi tekanan di dalam
kapsul sendi. Jika anak adalah koperasi, traksi rumah mungkin menjadi mungkin

Penatalaksanaan septic arhtritis dapat dengan nonoperatif dan


operatif. Prinsip terapi pada septic arthritis adalah drainase cairan sinovial yang
terinfeksi secara adekuat, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, kombinasi
Beta-lactam dengan aminoglikosida atau generasi kedua golongan kuinolon.
imobilisasi sendi untuk mengurangi nyeri. Pada akut PJI ( prosthetic joint
infection ) kurang dari 3 minggu (tipe early) atau sekunder dari penyebaran
hematogen tanpa keterlibatan jaringan sekitar sendi atau tidak terjadi joint
instability, dapat diterapi dengan obat-obatan Antibiotik intravena diberikan
selama 3-4 minggu.

Drainage dapat berupa perkutaneus atau pembedahan, aspirasi dengan


menggunakan jarum secara berulang untuk mencegah pengumpulan cairan di
dalam sendi, aspirasi dapat dilakukan 2-3 kali sehari pada hari-hari awal, apabila
drainage lebih sering diperlukan maka pertimbangan untuk operasi Apabila
dalam 5 hari perawatan, sendi mengalami perbaikan maka dapat diberikan obat-
obat antiiflamasi, apabila tidak membaik setelah 5 hari, klinis febris yang
menetap, cairan sinovial tetap purulen, hasil kultur tetap positip, maka perlu
dilakukan reevaluasi terhadap terapi :

1. lakukan kultur ulang cairan sinovial

2. periksa serologis untuk diagnosa lyme disease


3. jika dicurigai adanya jamur atau mikobakterial perlu dilakukan sinovial biopsy

4. pertimbangakan kemungkinan reactive arthritis

5. periksa foto polos ataupun MRI untuk menyingkirkan periarticular


osteomyelitis.

Surgical drainage diindikasikan apabila satu atau lebih kriteria dibawah ini :

1. Penggunaan antibiotik yang sesuai dan perkutan drainage yang


aktif selama 5-7 hari tetap gagal
2. Sendi yang terkena sulit untuk diaspirasi ( hip )
3. Adanya infeksi pada jaringan sekitar

Infeksi gonokokal jarang memerlukan surgikal drainasePada kasus


PJI (prothease joint infection) terapi dengan memberikan antibiotik yang adekuat
dan pengangkatan protesis, meskipun penggunaan antibiotik telah adekuat angka
keberhasilan hanya 20 % bila protesis tetap ditinggalkan, teknik dengan 2 tahap
merupakan teknik yang paling efektif

1. Angkat protesis diikuti pemberian antibiotik selama 6 minggu

2 Ganti sendi yang baru dengan methylmethacrylate cement dengan


antibiotik ( gentamicin, tobramycin ). Difusi antibiotik ke jaringan sekitar
merupakan tujuan terapi. Angka keberhasilan rata-rata 95%

Cara lain dengan intermediate method, dengan mengganti sendi terinfeksi


dengan sendi baru dalam 1 tahap operasi disertai pemberian antibiotik, metode ini
memberikan angka keberhasilan 70-90%. Apabila kondisi penderita membaik
dalam 5 hari perawatan, dapat dimulai mobilisasi ringan pada sendi yang
terinfeksi, kebanyakan penderita memerlukan rehabilitasi medik umtuk
mengembalikan fungsi sendi secara maksimal.
Gambar 5.: Alogaritma penanganan Septik Arthritis

BAB III.
KESIMPULAN

Sinovitis transien pinggul adalah kondisi peradangan akut lapisan dalam


pinggul. Transient berarti bersifat sementara dan tidak berlangsung lama.
Sinovitis transien juga dikenal sebagai toxic synovitis

Septik artritis dapat terjadi melalui invasi langsung pada rongga sendi oleh
berbagai mikroorganisme termasuk bakteri, virus, mycobacteria dan jamur.
Reaktif artritis terjadi suatu proses inflamasi steril pada sendi oleh karena suatu
proses infeksi ditempat lain dari tubuh. Penyebab tersering adalah bakteri. 2,4,7,8

Keduanya meupakan peradangan sendi pada. pinggul .Dalam


membedakan transient sinovitis dan septic arthritis dapat dibedakan dari kriteria
klinis dan arthrosintesis. Transient synovitis merupakan self –limitting desease
yang dapat sembuh dengan sendirinya dalam dua minggu. Pada septic arthritis
ditemukan LED, CRP< dam Leukosit meningkat. Anak tampak sakit parah. Ada
beberapa kriteria yang membedakan antara tansient synovitis dan septic arthritis
yaitu Kocher Criteria yaitu:

1. Demam

2. Tidak dapat menapak

3. LED > 40mm/j

4. Leukosit > 12000 mm

Apabila tidak didapatkan satu pun dari kriteria diatas kemungkinan


septic atritis 0,2%, Bila didapatkan satu kriteria kemungkinan SA 3.0%, bila dua
kriteria didapatkan kemungkinan SA 40%, tiga kriteria kemungkinan SA 90% ,
dan apabila semua kriteria didapatkan maka 99% kemungkinan adalah SA.

DAFTAR PUSTAKA

1. Paresh D Sonsale,1 Mark R. Philipson, Septic Arthritis of the Knee Due to


Fusobacterium necrophorum. Jourclinmycro. July 2004, p. 3369–3370
2. Randall et all. Septic Arthritis Due to Streptococcus sanguis. Mayo Clin
Proc. 2002;77:709-710
3. Don L Goldenberg. Septic arthritis. THE LANCET. Vol 351. January 17,
1998

4. Kaandorp CJE, van Schaardenburg D, Krijnen P, Habbema JDF,


van de Laae MAFJ. Risk factors for septic arthritis in patients with

oint disease: a prospective study. Arthritis Rheum 1995; 38: 1819–25.


 Goldenberg DL, Reed JI. Bacterial arthritis. N Engl J Med 1985; 312:
764–71.

 Ross JJ, Shamsuddin H. Sternoclavicular septic arthritis: review of 180


cases. Medicine (Baltimore). May 2004;83(3):139-48.
 Berbari EF, Marculescu C, Sia I, Lahr BD, Hanssen AD, Steckelberg JM,
et al. Culture-negative prosthetic joint infection. Clin Infect Dis. Nov
1 2007;45(9):1113-9.
 Cucurull E, Espinoza LR. Gonococcal arthritis. Rheum Dis Clin North
Am. May 1998;24(2):305-22.
 Goldenberg DL, Cohen AS. Acute infectious arthritis. A review of
patients with nongonococcal joint infections (with emphasis on therapy
and prognosis). Am J Med. Mar 1976;60(3):369-77. .
 Broy SB, Schmid FR. A comparison of medical drainage (needle
aspiration) and surgical drainage (arthrotomy or arthroscopy) in the initial
treatment of infected joints. Clin Rheum Dis. Aug 1986;12(2):501-22
 Smith JW, Piercy EA. Infectious arthritis. Clin Infect
Dis. Feb 1995;20(2):225-30; quiz 231.
 Kocher MS, et al. Validation of a clinical prediction rule for the
differentiation between septic arthritis and transient synovitis of the hip in
children. J Bone Joint Surg [Am]. August 2004;86-A:1629–35.

 Used with permission from Barry H. Clinical dx of septic arthritis and


transient synovitis of hip. Accessed online October 1, 2004, at:
http://www.InfoPOEMs.com.

Anda mungkin juga menyukai