Anda di halaman 1dari 28

BAB II

ANALISIS SITUASI

A. Keadaan Wilayah dan Status Geografis Puskesmas Benu-Benua


Puskesmas Benu-Benua terletak di Kelurahan Punggaloba
Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari, secara geografis terletak di
bagian selatan garis khatulistiwa, tepatnya berada di antara 3º54’30” -
4º3’11” Lintang Selatan dan 122º23’ - 122º39’ Bujur Timur.
Puskesmas Benu-Benua merupakan sebuah Puskesmas induk non
perawatan yang definitife sejak tahun 1991. Wilayah kerja meliputi tiga
kelurahan yaitu Kelurahan Tipulu, Kelurahan Puunggaloba dan Kelurahan
Benu-Benua. Pada bulan April 2003 wilayah kerja puskesmas Benu-Benua
bertambah tiga kelurahan yaitu: Kelurahan Sodoha, Kelurahan Sanua,
Kelurahan Dapu-Dapura yang merupakan bagian dari Kecamatan Kendari
Barat.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua.

5
Luas wilayah kerja Puskesmas Benu-benua ± 11,28 Km², yang terdiri
dari Kel. Tipulu : 3,350 Km², Kel. Punggaloba: 2,693 Km², Kel.Benu-
Benua:1,378 Km², Kel. Sodohoa:1,824 Km², Kel. Sanua:1,835 Km²Kel.
Dapu-Dapura: 0,200 Km². Batas-batas wilayah kerja Puskesmas
Puskesmas Benu-Benua sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Gunung Nipa-Nipa
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gunung Jati
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Kendari
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Watu-Watu Kemaraya
B. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua pada
Tahun 2016 sebanyak 27.650 jiwa yang terhimpun dalam 5.503 KK, yang
tersebar di 6 kelurahan dengan jumlah penduduk terbesar yakni 5.674 jiwa
(21%) berada di Kelurahan Tipulu, dan terendah terdapat di Kelurahan
Benu-benua 3.315 Jiwa (12%).
Tabel.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Benu-Benua Tahun 2016
∑ Penduduk ∑ ∑
No Kelurahan Pddk/Kelura Berdasarkan
Lk Pr
han KK
1 2 3 4 5=( 3+4) 6
1. Tipulu 2.852 2.822 5.674 857
2. Punggaloba 2.557 2.496 5.053 1148
3. Benu-Benua 1.653 1.662 3.315 609
4. Sodohoa 2.208 2.141 4.349 905
5. Sanua 2.590 2.558 5.148 1243
6. Dapu- 2.065 2.046 741
Dapura 4.111
Jumlah 13.92 13.72 5.503
5 5 27.650
Sumber data : BPS Kota Kendari tahun 2016

6
C. Jumlah Sarana Sosial
Jumlah sarana social di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua
terdapat 20 Sekolah yang terdiri dari 16 Sekolah Dasar (SD), 3 Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 1 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) serta 1 Panti Asuhan.
D. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-
Benua di antaranya puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan
distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Uraian sarana Kesehatan tersebut
disajikan dalam tabel berikut :

Tabel.2 Jenis Sarana Kesehatan Puskesmas Benu-Benua Tahun 2016


NO JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH
1. Sarana Kesehatan Pemerintah Puskesmas 1
Induk
2. Rumah sakit swasta 1
3. Distrbusi Farmasi dan alkes (apotek) 4
4. Sarana kesehatan bersumber daya 0
masyarakat
- Posyandu 18
- SD dengan dokter kecil 16
- Pos UKK 2
- Dokter Praktek Swasta 7
1. Posyandu Lansia 6
2. Puskel 2
3. PAUD 3
4. Rumah Pemulihan GIZI 1
5. Rumah Siaga 1
6. Posbindu 6
Sumber. SP2TP Puskesmas tahun 2016

7
E. Tenaga Kesehatan
Jumlah jenis tenaga kesehatan dan tupoksi masing-masing tenaga
kesehatan Puskesmas Benu-Benua pada tahun 2016 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel.3 Jumlah Jenis Tenaga Kesehatan Puskesmas Benu-Benua
Tahun 2016
No. Jenis Tenaga Jumlah
1. Dokter Umum 2
2. Dokter Gigi 1
3. S 1 Kesehatan Masyarakat 4
4. S 1 Keperawatan 3
5. S1 Keperawatan + Ners 1
6. S 1 Non Kesehatan 3
7. Apoteker / S 1 Farmasi 0
8. D 3 Keperawatan 3
9. D 3 Kebidanan 5
10. S1 Kebidanan+S2 Kebidanan 1
11. S2 Kebidanan 1
12. D 3 Gizi 4
13. D 3 Kesling 1
14. D 3 Farmasi 1
15. D3 Perawat Gigi 2
16. D3 Analis kesehatan 1
17. D1 Kebidanan 3
18. Tenaga Kontrak 5
31
Tenaga Sukarela
Jumlah 71
Sumber: data Kepegawaian Puskesmas Benu-Benua 2016

8
F. Struktur Organisasi

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Benu-Benua

9
G. Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2017
1. Program Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta KB
a. Kegiatan Program KIA dan KB
1) Pelayanan ANC dan Penjaringan Bumil Risti di Posyandu, Pustu,
Polindes, dan Puskesmas
2) Sweeping Bumil
3) Pelayanan PNC dan Penjaringan Bufas Risti
b. Upaya Pelayanan Kesehatan Bayi, Balita, APRAS Dan Anak Sekolah
1) Kunjungan Neonatal
2) Deteksi Dini Tumbuh Kembang Bayi, Balita, dan Apras
3) Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah
4) Sweeping/kunjungan rumah Bayi dan Balita Risti untuk tindak
lanjut
c. Upaya Pendampingan Bumil
1) Kelas Ibu Hamil
2) Kunjungan Rumah untuk pendampingan
d. Peningkatan Kinerja Tenaga Penolong Persalinan
1) Audit Maternal Perinatal
2) Supervisi dan pembinaan bidan desa oleh Bikor
e. Keluarga Berencana
1) Penyuluhan KB untuk pembinaan Akseptor Lama dan Penjaringan
Akseptor Baru
2) Kunjungan rumah untu PUS yang tidak berKB atau drop out
Program KIA dapat dinilai dengan menggunakan beberapa
parameter/indikator, yaitu: K1, K4, Persalinan oleh Nakes dan KN
(output), kemudian ditambah dengan anemia gizi dan BBLR serta AKI
dan AKB.

10
Tabel 2. Distribusi Hasil Cakupan KIA Puskesmas Benu-benua tahun
2017
No Jenis Kegiatan Sasaran Target Cakupan
Absolut % Ket
1 K1 679 100 639 94,10
2 K4 679 95 597 87,92
3 Bumil Risti 135 100 117 86,7
4 PKO 135 80 102 75,55
5 Persalinan 647 90 553 85,47
Normal
6 Bulin Risti 80 102 75,55
7 Bulin Nakes 647 90 553 85,47
8 KN 1 (0-7 hari) 617 90 553 89,62
9 KN 2 (8-28 hari) 617 90 553 89,62
10 Neonatus Risti 93 80 74 74,56
11 Bufas 647 90 553 85,47
12 Bufas Risti 135 90 102 75,55
13 Bayi Risti 93 90 74 74,56
14 Yankes Bayi 617 90 538 67,19
15 Anak Balita 2467 90 2072 83,98
16 Apras 1066 60/90 721 90

2. Perbaikan Gizi Masyarakat


Program Perbaikan Gzi Masyarakat di puskesmas Benu-benua
dilaksanakan oleh tim puskesmas yang terdiri dari Koordinator dan
petugas penanggungjawab kelurahan. Tiap kelurahan dipegang oleh
satu orang petugas gizi kompeten dibidangnya.

11
Visi dari program perbaikan gizi di puskesmas Benu-benua adalah
“ KECAMATAN BENU-BENUA BEBAS DARI GIZI BURUK DAN GIZI
KURANG PADA TAHUN 2017” Adapun misinya yaitu melakukan
berbagai upaya perbaikan gizi masyarakat khususnya untuk Bayi dan
Balita serta Ibu hamil dan menyusui.
Adapun kegiatan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
a. Penjaringan Kasus Gizi Kurang dan Gizi Buruk
1) Penimbangan dan Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu
2) Kunjungan rumah untuk sweeping balita
b. Pemberian Makanan Tambahan
1) PMT lokal dan PMT Pemulihan
c. Penanggulangan Kep, Anemia Gizi Fe, Gaky Dan Gaky
1) Pemberian Vitamin A
2) Sweeping vitmin A
3) Sweeping tablet Fe Bumil
4) Pemantauan Penggunaan Garam beryodium Rumah tangga
5) Pendampingan kasus gizi kurang dan gizi buruk
6) Pendampingan bumil KEK
d. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi
1) Penyuluhan tentang Gizi seimbang
2) Penyuluhan ASI Exclusif
3) Lomba Balita Sehat
4) Pembinaan Taman Gizi Masyarakat
Dari berbagai proses kegiatan yang dilakukan dihasilkan sejumlah
out put yang merupakan indikator-indikator dalam upaya perbaikan gizi
msyarkat.

12
3. Kegiatan Immunisasi
a. Pelayanan Immunisasi dasar di Posyandu dan Puskesmas
b. Sweeping Immunisasi
c. Penanganan kasus KIPI
d. BIAS
e. Pengambilan Vaksin
4. Upaya Promosi Kesehatan
Komponen perilaku dan lingkungan sehat merupakan garapan
utama promosikesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya untuk
memberdayakan masyarakat agar dapatmemelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya (WHO). Pelaksanaan kegiatanpromosi
kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menyangkut aspek
perilakuyang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan,
potensi dan faktor budaya padaumumnya. Selanjutnya perilaku
kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan oleh manusia yangdidasari
oleh pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dapat berdampak positif
ataunegatif terhadap kesehatan.Keadaan perilaku masyarakat yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan digambarkan melalui indikator-
indikator persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat,
persentase Posyandu Purnama dan Mandiri.
a. Rumah Tangga ber PHBS
Sepuluh indikator tunggal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) yang terdiri dari 6 indikator individu dan 4 indikator rumah
tangga. Indikator individu meliputi: 1. pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan, 2. bayi 0-6 mendapat ASI eksklusif, 3. Keluarga
yang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 4. Rumah tangga
yang yang memberantas jentik di rumah, 5. Keluarga tidak merokok
didalam rumah, 6. Keluarga yang melakukan aktifitas fisik setiap
hari.

13
Indikator Rumah Tangga meliputi : Rumah tangga yang
menimbang balita setiap tahun, 2. Rumah tangga memiliki akses
terhadap air bersih, 3. Rumah tangga memiliki akses jamban sehat,
4. Rumah tangga cukup mengkonsumsi sayur dan buah.
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat.
b. Posyandu Purnama dan Mandiri
Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar.
Wujud nyata bentuk peran serta masyarakat antara lain muncul dan
berkembangnya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM), misalnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos
Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) yang merupakan salah satu
bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
untuk masyarakat dengan dukungan tehnis dari petugas kesehatan.
Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui
pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki
Posyandu. Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumberdaya
masyarakat yang memberikan layanan 5 kegiatan uatama (KIA, KB,
Gizi, Imunisasi dan P2 Diare) dilakukan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat.
Di Puskesmas Benu-Benua, jumlah posyandu yang tercatat
untuk tahun 2005-2014 sebanyak 18 buah posyandu dengan rasio
posyandu/desa sebesar 3,0 sedangkan untuk tahun 2013, Jumlah
posyandu masih tetap yaitu 18 Posyandu dengan rasio
posyandu/desa masih sama yaitu sebesar 3,0. Pada tahun 2011
untuk Program UKBM terdiri dari Posyandu Lansia sebanyak 5 buah
serta Pusling sebanyak 2 buah, dan pada tahun 2012 Posyandu

14
lansia bertambah 2 sehingga menjadi 6 posyandu dan untuk pusling
menjadi 3 tempat yaitu : Pusling kampung Baru, Pelelangan, dan
Pasar Higienis.Sedangkan pada tahun 2013 untuk Pusling
mengalami pengurangan menjadi 2 tempat yaitu : Pusling Kampung
Baru dan Pelelangan, hal ini disebabkan karena di Pasar Higenis
tidak memungkinkan lagi untuk diadakan Pelayanan Kesehatan
Keliling. Jadi di tahun 2013 terdapat 18 Posyandu Balita, 6 Posyandu
Lansia dan 2 Pusling. Sedangkan di Tahun 2014 masih sama di
tahun 2013 untuk Pusling berjumlah 2 tempat yaitu: Pusling Kampung
Baru dan Palelangan.
Pada tahun 2015 Jumlah Posyandu Balita tetap 18, 6 Posyandu
Lansia, dan Posyandu Keliling menjadi 3 tempat yaitu Pusling
Kampung Baru, Pelelangan dan Pasar Sentral.
Pada tahun yang sama di adakan Posyandu Bimbingan
Terpadu untuk yang merupakan pelayanan pengobatan secara
umum untuk segala usia. Adapun tempat pelayanan Posbindu : 2 di
Kelurahan Tipulu, 2 di Kelurahan Puunggaloba, 1 di Kelurahan
Sodohoa dan 1 di Kelurahan Dapu-dapura.
Jumlah Posyandu Purnama untuk tahun 2007-2009 mencapai
16 Posyandu (89%) dan untuk Posyandu Mandiri mencapai 2
Posyandu (11,2%), pada tahun 2011, Posyandu Purnama menjadi 14
dan Posyandu Mandiri meningkat menjadi 4 Posyandu dan pada
tahun 2013 masih sama keadaannya dengan tahun 2012. Sedangkan
di tahun 2014 jumlah Posyandu Mandiri berjumlah 3 Posyandu dan
Posyandu Purnama Berjumlah 15 Posyandu. Tahun 2015 jumlah
posyandu mandiri dan posyandu purnama belum mengalami
perubahan.

15
5. Upaya Penyehatan Lingkungan
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan
indikator-indikator yang merupakan hasil dari upaya sektor kesehatan
dan hasil dari upaya sektor-sektor lain yang sangat terkait. Lingkungan
merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus
dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan
baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu sasaran dari lingkungan sehat adalah tercapainya
permukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat
kesehatan di perdesaan dan perkotaan, termasuk penanganan daerah
kumuh, serta terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat-tempat
umum, termasuk sarana dan cara pengelolaannya.
Indikator-indikator tersebut adalah persentase rumah sehat,
persentase tempat-tempat umum sehat, persentase penduduk dengan
akses air minum, serta persentase sarana pembuangan air besar dan
tempat penampungan akhir kotoran/tinja pada rumah tangga.
a. Rumah Sehat
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat
penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai
tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun
didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk
membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang
sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar
namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat
dan layak dihuni Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi
didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni
atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

16
Di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua, berdasarkan laporan
Program Kesehatan Lingkungan Tahun2013 presentase rumah Sehat
mencapai 76% yang memenuhi syarat kesehatan dan 24% tidak
memenuhi syarat sedangkan ditahun 2014 mengalami penurunan
yaitu 60% dan 40% tidak memenuhi syarat. Angka pencapaian ini
masih belum mencapai target nasional yaitu 80% oleh karenanya
perlu adanya upaya-upaya peningkatan yang mengarah kepada
peningkatan pencapaian rumah sehat. Rumah sehat pada tahun
2015 mengalami peningkatan menjadi 85,6% dan yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 14,4%. Pencapaian ini sesuai dengan
target nasional. Sedangkan tahun 2016 sebanyak 75 %.
b. Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM)
Aspek penting dalam penyelanggaraan Sanitasi Tempat-
Tempat Umum (STTU) yaitu aspek teknis/ hukum yaitu peraturan dan
perundang-undangan sanitasi, aspek sosial, yang meliputi
pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan,
keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dll dan aspek
administrasi dan management, yang meliputi penguasaan
pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man,
Money, Method, Material dan Machine. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Program Kesling Puskesmas Benu-Benua tahun 2014
dan 2015, didapatkan bahwa persentase rata-rata tempat-tempat
umum yang sehat baru mencapai 85,4%.

17
c. Akses Terhadap Air Minum
Air merupakan kebutuhan essensial bagi mahluk hidup. Tanpa
air tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Sekitar 71% komposisi bumi
terdiri dari air. Rumus kimia air adalah H2O (tersusun atas dua atom
hidrogen dan satu atom oksigen). Air bersifat tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau. Air bersih merupakan kebutuhan yang
sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari.
Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk
keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program
penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah.
Oleh karena itu, salah satu indikator penting untuk mengukur derajat
kesehatan adalah ketersediaan sumber air minum rumah tangga.
Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2007 yang diterbitkan oleh
BPS mengkategorikan sumber air minum yang digunakan rumah
tangga menjadi 2 kelompok besar, yaitu air minum terlindung dan
tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan,
ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan.
Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak
terlindung, mata air tak terlindung, air sungai dan lainnya.
Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan
menurut air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak
terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai,
air hujan dan lainnya.
Data dari Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS, 2003)
menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang menggunakan
air minum dari air kemasan sebesar 1,83%, ledeng 17,03%, pompa
14,51%, sumur terlindung 35,57%, sumur tidak terlindung 12,09%,
mata air terlindung 7,88%, mata air tidak terlindung 4,93%, air sungai
3,10%, air hujan 2,66% dan sumber lainnya 0,39%.

18
Sulawesi Tenggara berdasarkan Peta Kesehatan Indonesia
tahun 2007, persentase rumah tangga yang menggunakan sumber
air minum Terlindung mencapai 73,99%, sedangkan untuk Kota
Kendari Tahun 2006 persentase rumah tangga yang menggunakan
sumber air minum Terlindung mencapai 30% dan untuk Wilayah
Kerja Puskesmas Benu-Benua tahun 2014 persentase rumah tangga
yang menggunakan sumber air minum terlindung dan memenuhi
syarat mencapai 90% dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak
10%. Sedangkan di Tahun 2015 persentase rumah tangga yang
menggunakan sumber air minum terlindung dan memenuhi syarat
mencapai 100%. Sumber air bersih yang diperiksa pada tahun 2016
sebanyak 24.999 dari 25.090 sumber namun yang memenuhi syarat
sebanyak 98% atau 24.578 dan yang tidak memenuhi syarat
sebanyak 2% atau 421.

6. Upaya Pengobatan
Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk
a) Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik
dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat,
b) Mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang
generik,
c) Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas
dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta
d) Melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak
memenuhi persyaratan, mutu dan keamanan.

19
H. Pembiyaan Kesehatan
Dengan perubahan Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan,
maka beban kerja Dinas Kesehatan cukup berat, luas dan kompleks.
Selain itu, kita juga diperhadapkan dengan permasalahan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat, meningkatkan
kelembagaan serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu, pembiayaan pembangunan kesehatan diarahkan agar dapat
mendukung berbagai program antara lain penerapan paradigma sehat,
pelaksanaandesentralisasi, mengatasi berbagai kedaruratan, peningkatan
profesionalisme tenaga kesehatan.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut,
pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui upaya pelayanan
kesehatan dasar yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan
penyuluhan kesehatan. Dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan
tersebut diperlukan pembiayaan, baik yang bersumber dari pemerintah
maupun masyarakat, termasuk swasta. Sejak dilaksanakannya kebijakan
desentralisasi pada tahun 2001, biaya untuk pelaksanaan upaya
kesehatan dari pemerintah diharapkan sebagian besar berasal dari
Pemerintah Daerah.
1. Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan ( BOK )
BOK adalah bantuan dana dari pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan dalam membatu Pemerintah Daerah kabupaten/Kota dalam
melaksanakan Pelayanan Kesehatan sesuai Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Menuju Millineum Development
Goal’s (MDG’s) Bidang Kesehatan tahun 2015 melalui peningkatan
Kinerja Puskesmas dan Jaringannya serta poskeskel dan Posyandu.
Anggaran BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) dalam
penggunaanya dititik beratkan pada Upaya Promotif dan Preventif.
Untuk anggaran BOK alokasi di Puskesmas Benu-Benua tahun 2015

20
sebesar Rp. 95.000.000, - dengan realisasi Rp. 95.000.000,- (100%),
sedangkan pada tahun 2016 sebesar Rp. 235.000.000,- terealisasi
100%.
2. Anggaran Dari Dana Kapitasi JKN
Dengan diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
pada bulan Januari 2014. Diharapkan akan terjadi perubahan pada
sistem pembiayaan Puskesmas. Melalui SJSN pemerintah hanya akan
bertanggung jawab untuk pemenuhan pembiayaan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) sementara upaya kesehatan perorangan (UKP) di
biayai oleh SJSN sebagai trust fund. Dalam konteks tersebut maka
pembiayaan Puskesmas untuk UKP akan didukung oleh dana kapitasi
dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan). Artinya, Puskesmas harus siap dan mampu mengelola
dana tersebut demi pemenuhan SJSN sekaligus sebagai masukan
manfaat bagi Puskesmas.
Dana kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan yang
dibayarkan dimuka kepada FKTP oleh BPJS berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan. Tahun 2016 jumlah dana kapitasi
JKN sebesar Rp. 973.568.000,- yang diperuntukkan 60% jasa tenaga
kesehatan dan 40% operasional kesehatan berupa :
1. Dana untuk kegiatan upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi lainnya (kegiatan puskel).
2. Dana kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan.
3. Dana operasional untuk mobil puskesmas keliling.
4. Dana untuk bahan cetak dapat dibelanjakan pengadaan bahan cetak.
5. Dana untuk alat tulis kantor.
6. Dana administrasi keuangan dan sistem informasi.

21
3. Anggaran Pembangunan Daerah
Tahun 2016 anggaran kesehatan dari APBD yang dialokasikan
dipuskesmas Benu-Benua berupa anggaran rutin yang diperuntukan
sebagai dana Operasional Puskesmas. Alokasi Anggaran APBD untuk
Puskesmas Benu-Benua sebanyak Rp. 140.770.000,- (100%) dengan
realisasi sebesar Rp.140.364.375.- (99%).

I. Derajat kesehatan
Gambaran derajat kesehatan Puskesmas Benu-Benua, berikut ini
disajikan dalam situasi Angka Kelahiran, Mortalitas (Kematian), Morbiditas
(Kesakitan), dan Status Gizi Masyarakat.
1. Angka Kelahiran
Kelahiran merupakan salah satu faktor yang dapat menambah
jumlah penduduk indonesia. Meningkatkan angka kelahiran dapat
mendorong pertumbuhan penduduk. Hal tersebut disebabkan oleh
tingkat kesehatan Ibu hamil (ibu yang sehat akan
meningkatkankeselamatan bayi yang lahir), sarana dan tenaga
kesehatan yang memadai (meningkatnya jumlah tenaga kesehatan
seperti dokter atau bidan hingga desa-desa terpencil membantu
menurunkan tingkat kematian bayi), kesejahteraan masyarakat
(semakin sejahtera kehidupan suatu keluarga mendorong untuk
penambahan keturunan), dan Perkawinan (hampir setiap orang
memandang perkawinan sebagai bagian dari fase hidup mereka dan
bertujuan untuk melahirkan keturunan mereka).

22
Perkembangan jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat.
Berdasarkan sensus yang dilakukan pada 2010, Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat penduduk
Indonesia 2.376 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49%.
Sementara pada 2013, penduduk Indonesia sudah mencapai 250 juta
jiwa. Di tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia bertambah menjadi
247.424.598 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49% per
tahunnya sedangkan pada tahun 2015 berjumlah 25.859 jiwa dengan
pertumbuhan penduduk 1,49%.

Perkembangan Jumlah penduduk di Kota Kendari khususnya di


Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua ditahun 2015 sebesar 25.859
jiwa dengan tingkat kelahiran sebesar 0,02 % pertahunnya. Sedangkan
di tahun2016 sebesar 27.650 jiwa.

2. Mortalitas (Angka Kematian)


Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari kejadiankematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu.
Disamping itu kejadian kematian jugadapat digunakan sebagai indikator
dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan danprogram
pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya
dapat dihitungdengan melakukan berbagai survei dan penelitian.

Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi


akhir dari berbagaipenyebab kematian langsung maupun tidak
langsung. Secara umum kejadian kematianpada manusia berhubungan
erat dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat darigangguan
penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang secara
sendirisendiriatau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam
masyarakat.

23
Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan
kesehatan yangtelah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat
perkembangan angka kematian daritahun ke tahun. Besarnya tingkat
kematian dan penyakit penyebab utama kematian yangterjadi pada
periode terakhir dapat dilihat dari berbagai uraian berikut.

a. Angka Kematian Bayi (AKB)


Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi adalah
banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Indikator ini terkait
langsung dengan terget kelangsungan hidup anak dan merefleksikan
kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak
termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih
menggambarkan kesehatan reproduksi. Angka Kematian Bayi (AKB)
relevan dipakai untuk memonitor pencapaian terget program karena
mewakili komponen penting pada kematian balita.
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat
diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di
rumah, sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan
hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk,
Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI).
Beberapa tahun terakhir menurut Peta Kesehatan Indonesia
Tahun 2007 Estimasi AKB Tahun 2007 telah banyak mengalami
penurunan yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup dibanding tahun 2005
sebesar 36 per 1.000 Kelahiran Hidup.

24
Sedangkan di Sulawesi Tenggara menurut Peta Kesehatan
Indonesia Tahun 2007 Estimasi AKB Tahun 2007 masih cukup tinggi
yakni sebesar 41 per 1.000 Kelahiran Hidup. Untuk Kota Kendari
menurut Profil Kesehatan Kota Kendari tahun 2006 AKB sebesar 3
per 1000 Kelahiran Hidup, dan angka ini sudah cukup baik karena
dibawah angka rata-rata nasional sebesar 25 per 1000 kelahiran
hidup. di Puskesmas Benu-Benua sendiri AKB tahun 2011 sebanyak
5 per 1.000 Kelahiran Hidup dan tahun 2012 sebanyak 0 per 1000
Kelahiran Hidup, tahun 2014Angka Kematian Bayi sebanyak 0 per
1000 Kelahiran Hidup sedangkan pada tahun 2015Angka Kematian
Bayi sebanyak 3 per 1000 Kelahiran Hidup (0,01%), dan pada tahun
2016 tidak terdapat kematian bayi.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak
mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor
yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor
aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang
terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan
tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan
merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat
AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi
gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Dalam Profil Kesehatan Indonesia penyebab
kematian bayi yang terbanyak adalah disebabkan karena
pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin,
kelahiran prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah
kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan
kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir).

25
b. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang
dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia
5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 Kelahiran Hidup.
AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan
faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak
Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan,
indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti
besar dan tingkat kemiskinan penduduk, sehingga kerap dipakai
untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. Adapun nilai
normatif AKABA yakni lebih besar dari 140 tergolong sangat tinggi,
antara 71-140 sedang dan kurang dari 71 rendah.
Angka Kematian Balita di Kota Kendari (menurut Profil
kesehatan Kota kendari tahun 2006) sebanyak 14 kasus kematian
dari 25.066 balita angka ini naik 3 kasus dibanding tahun 2005.
Sedangkan di Puskesmas Benu-Benua AKABA Tahun 2010
sebanyak 1 kasus dari 2.260 Balita. Pada tahun 2012, 2013, 2014,
2015 DAN 2016 AKABA sebanyak 0 kasus.
c. Angka Kematian Ibu (AKI)
AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 Kelahiran Hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu,
kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama
untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan
masa nifas.

26
Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-
terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran
Bidan. Harapan kita agar bidan di desa benar-benar sebagai ujung
tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).
3. Morbiditas (Angka Kesakitan)
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari
masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui survei, dan
hasil pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan (facility based
data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
Tabel.4 Jumlah Kunjungan Pasien Berdasarkan Kunjungan
Baru Dan Lama Tahun 2016
JUMLAH % DARI JUMLAH
No. NAMA KUNJUNGAN
KUNJUNGAN KUNJUNGAN
1. Kunjungan Baru 425 1,8

2. Kunjungan Lama 22.824 98,2

Jumlah Kunjungan 100


23.249
Sumber: SP2TP PuskesmasBenu-Benua 2016

Tabel.5 Jumlah Kunjungan Dan Rujukan Pasien Berdasarkan


Jaminan Kesehatan Tahun 2016
% Dari % Dari
No Jumlah Jumlah
Nama Kunjungan Jumlah Masing2
. Kunjungan Rujukan
Kunjungan Kunjungan
1. Kunjungan Bpjs 15323 66,9 3131 20,4
Kunjungan 12 0,2
2. 7926
Gratis/Umum 34,1
Jumlah Kunjungan 23.249 100 3,143
Sumber: SP2TP PuskesmasBenu-BenUa 2016

27
Untuk angka kesakitan di Puskesmas Benu-Benua dapat dilihat
dalam Tabel 20 besar penyakit dapat dilihat tabel dibawah ini:

Tabel.6 20 Besar Penyakit Puskesmas Benu-Benua Tahun 2016


No. NAMA PENYAKIT JUMLAH

1. Ispa 4315
2. Comond Cold 1745
3. Hipertensi 1707
4. Artritis 1372
5. Penyakit Pulpa/Jaringan Perafikal 1363
6. Dispepsia 1082
7. Penyakit Jantung Pembuluh Darah 898
8. Penyakit Pada Susunan Saraf 888
9. Dermatitis Kontak Alergi 885
10. Diabetes Militus 723
11. Kll Dan Ruda Paksa 625
12. Diare 584
13. Penyakit Mata 388
14. Suspek Tb 364
15. Infeksi Kulit 352
16. Otitis Media 338
17. Pnemonia 317
18. Penyakit Jiwa 229
19. Asma Bronitial 201
20. Infeksi Saluran Kencing 158
Sumber: SP2TP Puskesmas Benu-Benua 2016

28
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa angka kesakitan tertinggi
pada tahun 2016 adalah penyakit ISPA yang mencapai 4.315 kasus.
4. Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan
kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor
predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung
juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual.
Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi
yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil
atau ibu menyusui. Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai
indikator-indikator status gizi masyarakat antara lain bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia
subur, Kurang Energi Kronis (KEK), Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu
dan pekerja wanita dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
sebagaimana diuraikan berikut ini :
a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan
salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian
perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR
karena prematur (usia kandungan < 37 minggu) atau BBLR karena
Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang, banyak
BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria
dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi
atau pada saat hamil.

29
Di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua di tahun 2013 jumlah
bayi yang lahir sebanyak 516 bayi, dengan BBLR sebanyak 11 bayi
dan ditahun 2014 jumlah bayi yang lahir sebanyak 466 orang dengan
BBLR 4 bayi. Sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 539 orang
dengan jumlah BBLR 8 bayi (4 laki-laki dan 4 perempuan).
Sedangkan di Tahun 2016 jumlah kasus BBLR sebanyak 21 kasus
b. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara
penilaian status gizi pada Balita adalah dengan anthropometri yang
diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat
badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Kategori yang digunakan
adalah: gizi lebih (zscore>+ 2 SD); gizi baik (z-score-2 SD sampai
+2 SD); gizi kurang (z-score<-2 SD sampai -3 SD) dan gizi buruk
(z-score<-3 SD). Sejak tahun 1992 untuk mengukur keadaan gizi
anak balita digunakan standar WHO-NCHS untuk index berat badan
menurut umur. Namun dari beberapa studi/survei yang melakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan (BB/TB), pada umumnya,
pengukuran BB/TB menunjukkan keadaan gizi kurang yang lebih
jelas, dan sensitif/peka dibandingkan prevalensi berdasarkan
pengukuran berat badan menurut umur seperti hasil dari pengukuran
prevalensi gizi kurang menurut BB/TB(wasting)sesudah tahun1992
berkisar antara 10-14%.
Di Puskesmas Benu-Benua status gizi balita masih merupakan
masalah yang perlu penanganan yang serius, ini disebabkan masih
banyaknya kasus gizi buruk yang terjadi diWilayah Kerja Puskesmas
Benu-Benua.

30
Profil Kesehatan Puskesmas Benu-Benua Tahun 2007 kasus
gizi buruk yang di tangani sebanyak 27 kasus, pada tahun 2008
sebanyak 37 kasus, pada tahun 2009 sebanyak 40 kasus Gizi buruk,
dan pada tahun 2010 sebanyak 14 kasus Gizi Buruk, pada tahun
2011 sebanyak 18 kasus gizi buruk dan pada tahun 2012 jumlah gizi
buruk sebanyak 15 kasus yang ditangani namun pada akhir tahun
sisa 6 kasus yang belum berubah status gizinya. Di tahun 2013
jumlah gizi buruk sebanyak 18 kasus, 8 kasus diantaranya sudah
berubah status gizinya menjadi baik, sedangkan 10 kasusnya lagi
masih dalam pemantauan dan penanganan oleh petugas Gizi di
Puskesmas. Sedangkan di awal tahun 2014 jumlah kasus gizi buruk
sebanyak10 kasus, 8 kasus diantaranya sudah berubah status
gizinya menjadi baik sedangkan 2 kasus lagi masih dalam
pemantauan dan penanganan.Sedangkan pada tahun 2015 Baduta
(0-23 bulan) yang ditimbang sebanyak 1.508 Baduta, sedangkan
Baduta yang berada dibawah garis merah (BGM) sebanyak 16
Baduta. Kasus Gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2015
sebanyak 4 kasus dan telah mendapatkan perawatan. Di tahun 2016
jumlah Bayi Garis Merah (BGM) sebanyak 28 kasus.
c. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK)
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi wanita usia subur
(WUS) umur 15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan
sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasikan seberapa besar
seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). Indikator Kurang Energi Kronik
(KEK) menggunakan standar lingkar lengan atas (LILA) <23,5cm.

31
Di Puskesmas Benu-Benua tahun 2007 kasus bumil KEK
mencapai 71 (10,6%), pada tahun 2008 turun menjadi 68 Kasus
(11,7%), pada tahun 2009 turun menjadi 62 kasus(10,8%), pada
tahun 2010 turun menjadi 51 kasus (10,2%), pada tahun 2011
sebanyak 32 kasus (7,07%) dan pada tahun 2012 meningkat
sebanyak 42 Kasus. Sedangkan di tahun 2013 jumlah Bumil KEK
mengalami penurunan yaitu sebanyak 21 kasus (1,3%), begitupun di
tahun 2014 jumlah bumil KEK menurun menjadi 14 kasus
(2,5%).Tahun 2015 pada kasus bumil KEK menurun menjadi 12
kasus (1,9%). Sedangkan di Tahun 2016 sebanyak 16 Kasus.

32

Anda mungkin juga menyukai

  • 2015 AHA Guidelines Highlights Indonesian PDF
    2015 AHA Guidelines Highlights Indonesian PDF
    Dokumen36 halaman
    2015 AHA Guidelines Highlights Indonesian PDF
    Rafles Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen13 halaman
    Kasus
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Rapat Mubes Pit
    Rapat Mubes Pit
    Dokumen8 halaman
    Rapat Mubes Pit
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Dokumen35 halaman
    Tinjauan Pustaka
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Defibri Lator
    Defibri Lator
    Dokumen17 halaman
    Defibri Lator
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Pertumbuhan Dan Perkembangan Janin
    Fisiologi Pertumbuhan Dan Perkembangan Janin
    Dokumen24 halaman
    Fisiologi Pertumbuhan Dan Perkembangan Janin
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Pkmrs
    Pkmrs
    Dokumen2 halaman
    Pkmrs
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Flip Chart - Kecacingan
    Flip Chart - Kecacingan
    Dokumen21 halaman
    Flip Chart - Kecacingan
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Menentukan Ukuran Sampel
    Menentukan Ukuran Sampel
    Dokumen13 halaman
    Menentukan Ukuran Sampel
    Rosi Nuraeni Yusfi
    Belum ada peringkat
  • Flip Chart - Kecacingan
    Flip Chart - Kecacingan
    Dokumen21 halaman
    Flip Chart - Kecacingan
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Pkmrs
    Pkmrs
    Dokumen2 halaman
    Pkmrs
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Dokumentasi
    Lampiran Dokumentasi
    Dokumen4 halaman
    Lampiran Dokumentasi
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen13 halaman
    Bab Iv
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • 05 194purpura Henoch-Schonlein
    05 194purpura Henoch-Schonlein
    Dokumen27 halaman
    05 194purpura Henoch-Schonlein
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Dokumentasi
    Lampiran Dokumentasi
    Dokumen4 halaman
    Lampiran Dokumentasi
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Bronko Pneumonia
    Bronko Pneumonia
    Dokumen7 halaman
    Bronko Pneumonia
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • 8 Daftar Tabel
    8 Daftar Tabel
    Dokumen1 halaman
    8 Daftar Tabel
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • BRS Gross Anatomy 6th
    BRS Gross Anatomy 6th
    Dokumen40 halaman
    BRS Gross Anatomy 6th
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • 05 194purpura Henoch-Schonlein
    05 194purpura Henoch-Schonlein
    Dokumen27 halaman
    05 194purpura Henoch-Schonlein
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat
  • Purpura Henoch Schonlein
    Purpura Henoch Schonlein
    Dokumen3 halaman
    Purpura Henoch Schonlein
    Fernando Salim
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    Syahid Khairullah Hadini
    Belum ada peringkat