Anda di halaman 1dari 22

BAB I

UJI TARIK

1.1 Tujuan
Pada praktikum ini memiliki beberapa tujuan antara lain:
1.1.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (tensile test) terhadap
suatu material dengan menggunakan prosedur yang benar.
1.1.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik
dan sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang
yang di dapat dari hasil pengujian.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik
material yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik
luluh, reduction of area, elongation dan modulus elastisitas.
1.2 Dasar Teori
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam
suatu perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik.
Kekuatan tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang
dilaksanakan berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM
(American Society for Testing and Materials), JIS (Japan Industrial
Standart), DIN (Deutch Industrie Normung) dan yang lainnya.
Terdapat beberapa spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen
sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
1. Spesimen plate bar
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60
mm. Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A0 = 30 mm
& B0 = 30 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian
diukur kembali panjang gauge lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak,
setelah itu nilainya dimasukkan kedalam penandaan (L0).

1 Uji Tarik
Spesimen yang akan mendapat perlakuan uji tarik dapat dilihat
pada Gambar 1.1 berikut:

B Potongan B - B

Gambar 1.1Spesimen plate bar


2. Specimen round bar
Batang uji berupa rounded ditentukan dahulu gauge length-nya,
yaitu 60 mm lalu ditentukan titik tengah gauge length-nya. Setelah itu
diukur lagi panjang gauge length dari A ke B untuk dimasukkan kedalam
penandaan (Lo). Setelah itu ditandai dengan penitik seperti pada Gambar
1.2 di bawah ini: potongan A - A

Gambar 1.2 Spesimen round bar


3. Spesimen baja tulangan bersirip
Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya supaya
dapat diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang
dapat diratakan dengan cara dikikir maupun dipotong dengan alat
pemotong logam. Setelah itu diukur panjang batang uji dengan
menggunakan jangka sorong, lalu ditentukan titik tengahnya dan dapat
ditandai dengan menggunakan penitik. Setelah itu

2 Uji Tarik
ditentukan gauge length-nya , yaitu 77,30 mm, dimana gauge lenght
diperoleh dari 8 x diameter spesimen, sehingga A0 dan B0 adalah ½ (8 x
diameter spesimen), diameter spesimen diperoleh dari persamaan:
𝑚
𝜌= (1.1)
𝑣
𝑚
=
𝐴ℓ
𝑚
𝐴= (1.2)
𝜌ℓ

1 𝑚
𝜋 𝑑2 =
4 𝜌ℓ
4𝑚
𝑑= √ (1.3)
𝜋𝜌ℓ

Dimana : 𝜌 = massa jenis spesimen (gram/mm3)


m = massa spesimen (gram)
A = luas penampang spesimen (mm2)
ℓ = panjang total spesimen (mm)
d = diameter spesimen (mm)
Baru kemudian diukur lagi panjang gauge length-nya (A0 ke B0) yang
kemudian hasil pengukuran dimasukkan kedalam penandaan (Lo).
Seperti Gambar 1.3 di bawah ini :

Gambar 1.3 Spesimen baja tulangan bersirip

Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin
besar secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen

3 Uji Tarik
mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang
(∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan fungsi
beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P - ∆L dan
kemudian dijadikan grafik stress-strain yang menggambarkan sifat bahan
secara umum. Deskripsi grafik P-  hasil pengujian tarik beberapa logam
dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut :

Gambar 1.4. Grafik P-  hasil pengujian tarik beberapa logam


Dari Gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan
sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum
hooke, sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh
karena itu titik p di sebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p
terdapat titik e yang merupakan batas elastis di mana bila beban di
hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen
kembali kepanjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut daerah elastis.
Sedangkan di atasnya di sebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni
di mana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban
yang berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan di mana
spesimen terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang yang di
mulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban di hilangkan
masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang di sebut
deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik
p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan

4 Uji Tarik
ke tiga titik tersebut cukup di wakili dengan titik y saja. Dalam kurva titik y
ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif tetap.
Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang
ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas.
Namun pada umumnya penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus
seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode offset.
Metode offset di lakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar
dengan garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari
regangan maksimal. Titik y di dapat pada perpotongan garis tersebut dengan
kurva σ-ε dapat dilihat pada Gambar 1.5 dibawah ini :

Gambar 1.5 Metode offset untuk menentukan titik yield

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan


semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum di
tunjukkan dengan puncak kurva sampai pada beban maksimum ini,
deformasi yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen. Pada material
yang ulet (ductile), setelahnya beban maksimum akan terjadi pengecilan
penampang setempat (necking), selanjutnya beban turun dan akhirnya
spesimen patah.Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan
patah setelah tercapai beban maksimum.
Grafik tegangan-regangan teknik  t   t 

Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P   tersebut


sebenarnya belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya

5 Uji Tarik
menunjukkan besarnya beban terhadap pertambahan panjang. Untuk
mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik P   tersebut harus di
konversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik  t   t ). Grafik

 t   t di buat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan selama


pengujian. Berdasarkan asumsi luas penampang konstan tersebut maka
persamaan yang di gunakan adalah :

𝑃
 t =Ao (1.4)

 t  l l o   100   (1.5)

di mana  t  tegangan teknik (kN/mm2)


P = beban teknik (kN)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)
 t = regangan teknik (%)
L0 = panjang awal spesimen (mm)
L1 = panjang spesimen setelah patah (mm)
∆L= pertambahan panjang (mm)
= L1 – L0

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva ke dalam


grafik  t   t adalah sebagai berikut:

1. Ubahlah kurva  t   t menjadi grafik P - ∆ℓ dengan cara


menambahkan sumbu tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai
∆ℓ.
2. Tentukan skala beban (P) dan skala pertambahan panjang ∆ℓ pada
grafik P - ∆ℓ . Untuk menentukan skala beban bagilah beban
maksimal yang di dapat dari mesin dengan tinggi kurva maksimal,
atau bagilah beban yield (bila ada) dengan tinggi yield pada kurva.
Sedangkan untuk menentukan skala pertambahan panjang, bagilah
panjang setelah patah dengan panjang pertambahan total pada kurva
dari perhitungan tersebut akan didapatkan data:
6 Uji Tarik
1. Skala beban (P) = 1mm : ........... kN
2. Skala pertambahan panjang (∆L) = 1mm : ........... mm
3. Ambilah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y),
3 titik di sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f).
Tentukan besar beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik
tersebut berdasarkan skala yang telah di buat di atas. Untuk membuat
tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis, tentukan terlebih
dahulu kemiringan garis proporsional   dengan memakai
persamaan hooke di bawah ini:
   (1.6)

di mana  = tegangan/ stress (kN/mm2)


 = modulus elastisitas (kN/mm2)
 = regangan/strain (mm/mm)

dari persamaan1.3 di dapatkan :


  

= tg (1.7)

4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik  t


dengan menggunakan persamaan 1.4 dan konversikan pertambahan
panjangnya   ke regangan teknik  t  dengan memakai persamaan
1.5.

7 Uji Tarik
5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar  t dan sumbu tegak  t
berdasarkan ke sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi pada
Gambar 1.6 akan mirip dengan kurva P   , karena pada dasarnya
grafik  t   t dengan kurva P   identik, hanya besaran sumbu-
sumbunya yang berbeda.

Gambar 1.6 Grafik σt - εt hasil konversi grafik P - Δℓ

Grafik tegangan-regangan sebenarnya  s   s 

Grafik tegangan-regangan sebenarnya  s   s  di buat dengan


kondisi luas penampang yang sebenarnya yang terjadi selama pengujian.
Penggunaan grafik ini khususnya pada manufaktur di mana deformasi
plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk proses pembentukkan.
Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan grafik  t   t terletak

pada keadaan kurva setelah titik u (beban ultimate). Pada grafik  t   t


setelah titik u, kurva akan turun sampai patah di titik f (fracture), sedangkan
pada grafik  s   s kurva akan terus naik sampai patah di titik f. Kenaikkan
tersebut di sebabkan tegangan yang terjadi dihitung dengan menggunakan
luas penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena
terjadi pengecilan penampang lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga
lebih besar.

8 Uji Tarik
Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang di gunakan
adalah:
σ s =  t (1 +  t ) (1.8)

 s =ℓn ( 1 +  t ) (1.9)
Persamaan diatas berlaku hanya sampai dengan titik maksimum,
karena sampai dengan titik tersebut tidak terjadi deformasi yang homogen
sepanjang benda uji.
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik  t   t ke

dalam grafik  s   s adalah sebagai berikut:

1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik  t   t yang merupakan

konversi dari grafik P   .Untuk menentukan nilai tegangan


sebenarnya gunakan persamaan 1.8 sedangkan untuk nilai regangan
sebenarnya gunakan persamaan 1.9. Persaman tersebut hanya berlaku
sampai titik maksimum yaitu titik 1-8. Sedangkan nilai ke dua titik
lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah puncak kurva akan
mengalami perubahan.
2. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan
sebenarnya pada kedua titik tersebut gunakan persamaan berikut:
 s  P Ai (1.10)

 s = ℓn (Ao/Ai) (1.11)
Dimana Ai = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A10
adalah luas penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9
nilainya antara A8 dengan A10.

9 Uji Tarik
3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar  s dan sumbu tegak  s
berdasarkan ke sepuluh titik acuan tersebut.
Kesepuluh titik acuan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.7 di
bawah ini :

Gambar 1.7 Grafik tegangan dan regangan sebenarnya  s   s 


Sifat mekanik yang di dapat dari uji tarik
1. Tegangan tarik yield  y 

 y  Py A (1.12)

di mana  y = tegangan yield (kN/mm2)

Py = beban yield (kN)


2. Tegangan tarik maksimum/ Ultimate  u 

 u  Pu A (1.13)

di mana  u = tegangan ultimate (kN/mm2)


pu = beban ultimate (kN)
3. Regangan  

 L 
    100% (1.14)
 L0 
Dimana  = regangan (%).
∆L = pertambahan panjang (mm)
L0 = panjang awal spesimen (mm)
Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.
10 Uji Tarik
4. Modulus elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas
menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E,
menandakan semakin kakunya suatu material. Harga E ini di turunkan
dari persamaan hukum hooke sebagaimana telah di uraikan pada
persamaan 1.6 dan 1.7.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu
material relatif terhadap yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan
  pada garis proporsional. Semakin besar  , semakin kaku material
tersebut seperti pada Gambar 1.7 diatas.
5.Reduksi penampang/reduction of area (RA )
RA= [(A0-A1)/A0]  100% (1.15)
di mana A1 = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan keuletan
material. Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.

1.3 Metodologi
1.3.1 Peralatan dan bahan
1.3.1.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut :
a. Mesin uji tarik.
b. Kikir.
c. Jangka sorong.
d. Ragum.
e. Penitik.
f. Palu.
1.3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
a. Spesimen uji tarik pelat.
b. Spesimen uji tarik round bar.

11 Uji Tarik
c. Spesimen uji tarik baja tulangan bersirip.
d. Kertas milimeter.

1.3.2 Langkah kerja


Urutan langkah kerja yang dilakukan dalam pengujian ini adalah:
1. Menyiapkan spesimen
Langkah yang dilakukan dalam menyiapkan spesimen adalah:
a. Ambil spesimen dan jepit pada ragum.
b. Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang
memungkinkan menmyebabkan salah ukur.
c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

2. Pembuatan gauge length


Langkah yang dilakukan dalam pembuatan gauge length adalah:
Ambil penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 60 mm
untuk spesimen plate bar dan round bar. Sedangkan untuk baja
tulangan bersirip gauge lenghtnya 8 x diameter. Dimana gauge lenght
untuk baja tulangan bersirip kami memperoleh:
ℓ = 296,20 mm
m = 162,63 gram
ρbaja = 0,0075 gram/mm3

4𝑚
𝑑= √
𝜋𝜌ℓ

4 𝑥 162,63
𝑑= √
𝜋 0,0075 𝑥 296,20

= 9,66 mm
Sehingga gauge lenght baja tulangan bersirip
ℓ0 = 8 x 9,66
= 77,28 mm
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
3. Pengukuran dimensi
Langkah yang dilakukan dalam pengukuran dimensi adalah:

12 Uji Tarik
a. Ambil spesimen dan ukur dimensinya.
b. Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

4. Pengujian pada mesin uji tarik


Langkah yang dilakukan dalam pengujian pada mesin uji tarik adalah:
a. Catat data mesin pada lembar kerja.
b. Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.
c. Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
d. Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
e. Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
f. Amati dan catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan patah
sebagaimana yang tampak pada monitor beban.
g. Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan
penampang yang patah .
h. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

1.4 Analisa dan Pembahasan


Setelah melakukan pengujian tarik yang telah dilakukan kami memperoleh
data yang ditunjukkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.

Tabel 1.1 Hasil uji tarik

Tabel 1.2 Hasil uji tarik

13 Uji Tarik
Keterangan :
1. Spesimen plate bar
2. Spesimen round bar
3. Spesimen BjTS (baja tulangan bersirip)
4.
1.4.1 Spesimen 1 ( plate bar)
Perhitungan untuk plate bar dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Spesimen plate bar


X Y L0 A0 P ∆L L1 A1 Teknik Sebenarnya
No X Y
skala Skala (mm) (mm²) kN (mm) (mm) (mm²) σT (kN/mm2) ԐT (%) σT (kN/mm2) ԐS (%)
1 0 0 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 0,0000 0,0000 61,1000 92,4300 0,0000 0,00 0,0000 0,00
2 5 38 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 19,0000 1,9909 63,0909 89,5133 0,2056 3,26 0,2123 3,21
3 8 51 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 25,5000 3,1855 64,2855 87,8499 0,2759 5,21 0,2903 5,08
4 9 70 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 35,0000 3,5836 64,6836 87,3091 0,3787 5,87 0,4009 5,70
5 11 67 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 33,5000 4,3800 65,4800 86,2473 0,3624 7,17 0,3884 6,92
6 14 68 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 34,0000 5,5745 66,6745 84,7021 0,3678 9,12 0,4014 8,73
7 23 76 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 38,0000 9,1582 70,2582 80,3817 0,4111 14,99 0,4727 13,97
8 26 77 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 38,5000 10,3527 71,4527 79,0379 0,4165 16,94 0,4871 15,65
9 38 78 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 39,0000 15,1309 76,2309 74,0838 0,4219 24,76 0,5264 22,13
10 50 66 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 33,0000 19,9091 81,0091 54,2183 0,3570 32,58 0,6044 52,64
11 55 48 0,3982 0,5000 61,1000 92,4300 24,0000 21,9000 83,0000 24,4200 0,2597 35,84 0,9456 133,10

Skala beban = beban maksimal yang diberikan oleh mesin


tinggi maksimum pada kurva (ultimate)
= 39 kN/ 78m
= 0,5 kN /mm
1 mm = 0,5 kN
Skala Δl = perpanjang setelah patah spesimen ( l1 – lo )
pertambahan panjang total pada kurva
= (83 – 61,10 ) mm/ 55 mm
= 0,40

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
plate bar adalah sebagai berikut :
1. Tegangan yield
y = Py/A0
= 35 kN/92,43 mm²

14 Uji Tarik
=0,379 kN/mm²
2. Tegangan maksimum
u =Pu/A0
= 39 kN /92,43 mm²
= 0,422 kN/mm2
3. Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (21,9 mm / 61,10 mm) x 100%
= 34,84 %

4. Reduksi penampang (reduction of area)


RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= ( 92,43 – 24,42 )mm / 92,43 mm x 100%
=73,58 %

5. Modulus elastisitas
E = σu / εmax
= 0,422 kN/mm2/ 0, 3584
= 1,177 kN/mm2

Interpolasi A1
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓

( 39−33)(74,08−25,38)
= 74,08 -
39−24

= 54,60 mm2

15 Uji Tarik
Nilai perhitungan tegangan dan regangan spesimen plate bar dapat dilihat
pada Gambar 1.8.

Grafik Tegangan Regangan


1.0000
0.9000
0.8000
Tegangan (kN/mm2)

0.7000
0.6000 Tegangan-Regangan
0.5000 Teknik
0.4000
tegangan regangan
0.3000 sebenarnya
0.2000
0.1000
0.0000
0.00 50.00 100.00 150.00
Regangan (%)

Gambar 1.8 Grafik tegangan-regangan spesimen 1 (plate bar)


1.4.2 Spesimen 2 (round bar)
Perhitungan untuk round bar dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Spesimen round bar


X Y L0 A0 P ∆L L1 A1 Teknik Sebenarnya
No X Y
skala Skala (mm) (mm²) kN (mm) (mm) (mm²) σT (kN/mm2) ԐT (%) σS (kN/mm2) ԐS (%)
1 0 0 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 0,0000 0,0000 61,1000 111,1600 0,0000 0,00 0,0000 0,00
2 7 51 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 25,5000 2,3906 63,4906 106,9746 0,2294 3,91 0,2384 3,84
3 11 98 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 49,0000 3,7566 64,8566 104,7214 0,4408 6,15 0,4679 5,97
4 12 90 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 45,0000 4,0981 65,1981 104,1729 0,4048 6,71 0,4320 6,49
5 16 102 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 51,0000 5,4642 66,5642 102,0350 0,4588 8,94 0,4998 8,57
6 22 131 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 65,5000 7,5132 68,6132 98,9879 0,5892 12,30 0,6617 11,57
7 25 136 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 68,0000 8,5377 69,6377 97,5315 0,6117 13,97 0,6972 13,08
8 28 139 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 69,5000 9,5623 70,6623 96,1174 0,6252 15,65 0,7231 14,54
9 34 140 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 70,0000 11,6113 72,7113 93,4088 0,6297 19,00 0,7494 17,40
10 47 132 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 66,0000 16,0509 77,1509 82,6959 0,5937 26,27 0,7981 29,58
11 53 105 0,3415 0,5000 61,1000 111,1600 52,5000 18,1000 79,2000 46,5400 0,4723 29,62 1,1281 87,07

Skala beban = beban maksimal yang diberikan oleh mesin


tinggi maksimum pada kurva (ultimate)
= 70 kN/140mm
= 0,5 kN/mm
1mm = 0,5 kN
Skala Δl = perpanjangan setelah patah spesimen ( l1 – lo )
pertambahan panjang total pada kurva
= (79,20 – 60,10) mm/ 53 mm
= 0,34

16 Uji Tarik
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
round bar adalah sebagai berikut :
1. Tegangan yield
y = Py/A0
= 49 kN/111,16mm²
=0,44 kN/mm²

2. Tegangan maksimum
u =Pu/A0
= 70 /111,16 mm².
= 0,63 kN/mm2

3. Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (18,1 mm / 61,10 mm) x 100%
= 29,62 %

4. Reduksi penampang (reduction of area)


RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (111,16 – 46,54) mm /111,16 mm x 100%
=58,13 %

5. Modulus elastisitas pada titik ke 2


E = σu / εmax
= 0,63 kN/mm2/ 0,2962
= 2,13 kN/mm2
Interpolasi A1
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓

( 70−66)(93,41−46,54)
= 93,41 –
70−52,5

= 82,70 mm2
17 Uji Tarik
Nilai perhitungan tegangan dan regangan spesimen round bar dapat dilihat
pada Gambar 1.9.

1.2000
Grafik Tegangan Regangan
1.0000
Tegangan (kN/mm2)

0.8000
Tegangan-Regangan
0.6000 Teknik
Tegangan-Regangan
0.4000 Sebenarnya

0.2000

0.0000
0.00 50.00 100.00
Regangan (%)
Gambar 1.9 Grafik tegangan-regangan spesimen 2 (round bar)
1.4.3 Spesimen 3 ( baja tulangan bersirip)
Perhitungan untuk baja tulangan bersirip dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Spesimen baja tulangan bersirip


X Y L0 A0 P ∆L L1 A1 Teknik Sebenarnya
No X Y
skala Skala (mm) (mm²) kN (mm) (mm) (mm²) σT (kN/mm2) ԐT (%) σS (kN/mm2) ԐS (%)
1 0 0 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 0,0000 0,0000 77,3000 73,1000 0,0000 0,00 0,0000 0,00
2 1 11 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 5,5000 0,3810 77,6810 72,7415 0,0752 0,49 0,0756 0,49
3 7 40 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 20,0000 2,6667 79,9667 70,6623 0,2736 3,45 0,2830 3,39
4 10 41 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 20,5000 3,8095 81,1095 69,6667 0,2804 4,93 0,2943 4,81
5 11 52 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 26,0000 4,1905 81,4905 69,3410 0,3557 5,42 0,3750 5,28
6 14 54 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 27,0000 5,3333 82,6333 68,3820 0,3694 6,90 0,3948 6,67
7 28 63 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 31,5000 10,6667 87,9667 64,2360 0,4309 13,80 0,4904 12,93
8 38 65 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 32,5000 14,4762 91,7762 61,5697 0,4446 18,73 0,5279 17,17
9 55 66 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 33,0000 20,9524 98,2524 57,5114 0,4514 27,11 0,5738 23,98
10 60 61 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 30,5000 22,8571 100,1571 46,6922 0,4172 29,57 0,6286 40,99
11 63 50 0,3810 0,5000 77,3000 73,1000 25,0000 24,0000 101,3000 22,8900 0,3420 31,05 0,8701 116,11

Skala beban = beban maksimal yang diberikan oleh mesin


tinggi maksimum pada kurva (ultimate)
= 33 kN /66 mm
= 0,5 kN /mm
1 mm = 0,5 kN
Skala Δl = perpanjangan setelah patah spesimen ( l1 – lo )
pertambahan panjang total pada kurva
= (101,30-77,30) mm/ 63 mm
= 0,38

18 Uji Tarik
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
baja tulangan bersirip adalah sebagai berikut :
1. Tegangan yield
y = Py/A0
= 27 kN/ 77,30 mm²
=0,35 kN/mm²

2. Tegangan maksimum
u =Pu/A0
= 33 kN /77,30 mm².
= 0,43 kN/mm2

3. Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (24 mm / 77, 30mm) x 100%
= 31,05%

4. Reduksi penampang (reduction of area)


RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (73,10 – 22,89) mm /73,10mm x 100%
=68,69 %

5. Modulus elastisitas pada titik ke 2


E = σu / εmax
= 0,43 kN/mm2/ 0,3105
= 1,38 kN/mm2
Interpolasi A1
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓

(33−30,5)(57,51−28,73)
= 57,51–
33−25

= 48,52 mm2
19 Uji Tarik
Nilai perhitungan tegangan dan regangan spesimen baja tulangan bersirip
dapat dilihat pada Gambar 1.10.

Grafik Tegangan Regangan


1.0000
0.9000
0.8000
Tegangan (kN/mm2 )

0.7000
0.6000 Tegangan Regangan
Teknik
0.5000
Tegangan Regangan
0.4000 Sebenarnya
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.00 50.00 100.00 150.00
Regangan (%)

Gambar 1.10 Grafik tegangan-regangan spesimen 3 (baja tulangan bersirip)

1.4 Kesimpulan
Dari hasil penghitungan diatas, maka diperoleh data pada Tabel 1.5
sebagai berikut :
Tabel 1.5 Sifat mekanik

No Spesimen σy(kN/mm2) σu(kN/mm2) εmax(%) E(kN/mm2) RA(%)


1 Plat 0,379 0,422 34,84 1,177 73,58
2 Round Bar 0,44 0,63 29,62 2,13 58,13
3 BjTS 0,35 0,43 31,05 1,38 68,69

Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa:


 Spesimen 2 (round bar) memiliki kekuatan elastis paling besar karena
nilai tegangan yield-nya paling besar

20 Uji Tarik
 Spesimen 2 (round bar) memiliki kekuatan tarik paling besar karena
memiliki tegangan maksimum paling besar

 Spesimen 3 (BjTS) memiliki kekakuan paling besar karena modulus


elastisitasnya paling rendah.

 Spesimen1 (plate bar) memiliki keuletan paling tinggi karena


memiliki elongation paling besar.

Ketidak tepatan hasil percobaan disebabkan oleh kesalahan


pembacaan nilai hasil pengujian yang kurang tepat, ketidak telitian
pengukuran material yang tidak homogen ( luasan tidak sama),pembulatan
bilangan desimal pada perhitungan dan hasil perhitungan itu sendiri,
kesalahan pengambilan titik pada kurva hasil pengujian serta kesalahan
dari praktikan.

21 Uji Tarik
DaftarPustaka

1. Harsono, Dr, Ir&T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan


Logam, PT. Pradya Paramita, Jakarta
2. Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan
Teknik Mesin FTI, ITS
3. Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan
Teknik Mesin FTI, ITS
4. M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan
Teknik Bangunan Kapal, PPNS

22 Uji Tarik

Anda mungkin juga menyukai