Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam perkembangan usaha perusahaan dapat beroperasi bukan hanya
didalam lingkungan suatu kota, akan tetapi dapat beroperasi ke luar kota, ke luar
daerah ataupun ke luar negeri. Pada umumnya sebagai titik tolak perkembangan
suatu usaha tersebut adalah perluasan daerah pemasaran.
Pada saat meluasnya daerah pemasaran, maka akan menimbulkan masalah
bagi pimpinan perusahaan. Akan tetapi masalah tersebut dapat diatasi dengan
berbagai cara yang paling efektif dan ekonomis antara lain mengangkat pedagang
keliling atau petugas bagian penjualan yang langsung mendatangi para langganan,
penggunaan katalogus dengan pengiriman pesanan perpos dengan sistem
konsinyasi dan lain-lain.
Terkadang, cara tersebut tidak sesuai harapan pimpinan berhubung sangat
besarnya perkembangan daerah pemasaran. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat
dibentuk pusat-pusat penjualan didalam daerah tertentu yang merupakan sarana
untuk mencapai tujuan pemasaran. Pusat-pusat yang dibentuk dapat berupa agen
atau cabang yang mempunyai fungsi pembelian ataupun penjualan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perbedaan karakteristik agen dengan cabang?
2. Bagaimana hubungan kantor pusat dan agen?
3. Bagaimana hubungan kantor pusat dan cabang?
4. Bagaimana sistem akuntansi untuk operasi kantor cabang ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk dapat mengetahui apa saja perbedaan karakteristik agen dengan
cabang.
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana hubungan kantor pusat dan agen.
3. Untuk dapat mengetahui bagaimana hubungan kantor pusat dan cabang.

1
4. Untuk dapat mengetahui bagaimana sistem akuntansi untuk operasi
kantor cabang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN AGEN DAN CABANG


Sebagai titik tolak perkembangan ini adalah perluasan daerah pemasaran.
Meluasnya daerah pemasaran ini menimbulkan problema bagi pimpinan
perusahaan untuk mencari cara-cara yang paling efektif dan ekonomis dalam
melakukan penjualan-penjualan barangnya.
Berbagai macam cara dapat ditempuh antara lain dengan mengangkat
pedagang keliling atau petugas bagian penjualan yang langsung mendatangi para
pelanggan, penggunaan katalogus dengan pengiriman pesanan per pos; dengan
sistem penjualan konsinyasi. Sehingga perusahaan memerlukan cara yang efektif
untuk memasarkan barang barangnya, lalu dibentuklah agen ( agency ) dan kantor
cabang (branch).
Tetapi cara-cara tersebut kadang-kadang tidak memenuhi harapan pimpinan
berhubung sangat besarnya perkembangan daerah pemasaran. Untuk mengatasi
hal tersebut maka dapat dibentuk pusat-pusat penjualan di daerah-daerah tertentu
yang dapat merupakan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran
(marketting). Pusat-pusat penjualan yang dibentuk itu dapat berupa “agen” atau
“cabang”.

B. PERBEDAAN KARAKTERISTIK AGEN DAN KANTOR CABANG


Agen Kantor Cabang
1. Agen adalah suatu bentuk 1. Kantor adalah suatu bentuk
organisasi yang hanya diberi fungsi organisasi yang menjual barang-
untuk menerima pesanan barang- barang dari persediaan yang
barang dan bekerja dibawah dibentuknya (baik dikirim dari
pengawasan langsung oleh kantor kantor pusat maupun dibeli sendiri)
pusat- sedang transaksi dengan dan diberi wewenang untuk
pihak ketiga dilaksanakan secara melaksanakan transaksi-transaksi
langsung oleh kantor pusat. dengan pihak ketiga, sehingga

3
berfungsi sebagai unti usaha yang
berdisi sendiri.
2. Agen tidak memiliki persediaan 2. Kantor cabang mengadakan
untuk barang-barang yang akan persediaan (stock) untuk barang-
dijual akan tetapi hanya berupa barang dagangannya yang pada
monster (contoh/sampel) – barang umumnya sebgaian besar dikirim
yang dijual akan dikirim langsung dari kantor Pusatnya. Namun
oleh kantor Pusat kepada langganan demikian sampai dengan batas-
yang bersangkutan. batas tertentukantor cabang juga
membeli sendiri barang-barang
dagangannya.
3. Persetujuan terhadap syarat-syarat 3. Kator cabang memberikan
penjualan terletak sepenuhnya pada persetujuan tentang syarat-syarat
kantor pusat. Administrasi terhadap penjualan, menyelanggarakan
piutang yang timbul dari penualan administrasi piutang yang timbul
dan pengumpulan piutang yang dari penjualan tersebut mengurus
bersangkutan diselenggarakan oleh pengumpulan piutang yang
kantor pusat. bersangkutan.
4. Modal kerja untuk biaya-biaya 4. Kantor cabang mengelola uang
operasi agen diberikan oleh kantor tunai dari hasil penjualan
pusat. Agen tidak mengurus uang pengumpulan piutangnnya dan
tunai (kas) selain modal kerja yang melaksanakan transaksi-transaksi
diberikan. pembayaran atas inisiatip sendiri.

C. HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN AGEN


1. Usaha Dari Suatu Agen
Agen yang bekerja sebagai unit organisasi penjualan lokal berada
dibawah pengawasan kantor pusat dan biasanya tidak mengadakan persedian
selain dari contoh-contoh dari pada barang-barang yang akan ditawarkan

4
untuk dijual. Contoh barang yang akan ditawarkan dan mungkin juga akan
diiklankan itu diberi oleh kantor pusat.

2. Pembukuan Untuk Suatu Agen


Akuntansi terhadap usaha keagenan tidak membutuhkan penyusunan
buku-buku secara lengkap. Pembukuan agen cukup melakukan pembukuan
kas saja untuk mecatat penerimaan ( dan pengisian kembali ) modal kerja dari
kantor pusat dan pengeluaran untuk berbagai macam biaya. Untuk
pengeluaran kas biasanya dicatat dalam bentuk rangkap. Untuk pengisian
kembali modal kerja maka agen mengirimkan copy atau tembusan catatan
pengeluaran kas berikut bukti-buktinya, untuk medapatkan penggantian dari
kantor pusat sedangkan bukti pengeluaran kas yang asli diarsipkan di tempat
agen yang bersangkutan.

3. Pembukuan Pada Kantor Pusat


Pembukuan terhadap transaksi agen yang akan dibukukan oleh kantor
pusat, tergantung pada tujuan yang dikehendaki, yaitu mengenai laba (rugi).
Ada dua pilihan untuk membukukan hal ini :
a. Laba (rugi) yang didapat dari aktivitas penjualan dari agen ( tiap agen)
tidak ditentukan secara terpisah, yaitu dalam transaksi ini yang didapat
dari penjualan reguler, dan transaksi penjualan dan biaya yang terjadi
melalui agen yang bersangkutan, dicatat dalam rekening pembukuan
yang ada seperti halnya pada kantor Pusat.
b. Laba (rugi) yang didapat dari aktivitas penjualan melaui agen ditentukan
secara terpisah, yaitu cara ini memerlukan rekening khusus untuk agen,
terutama untu pendapatan dan biaya yang bersangkutan harus
diselenggarakan. Rekening pembukuan khusus untuk agen ,
dipergunakan untuk mencatat semua transaksi penjualan melaui agen dan
biaya biaya yang terjadi pada agen yang bersangkutan.

5
D. HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG
Sifat dan jenis usaha operasi dari kantor cabang, biasanya berada dibawah
pengelolaan seseorang maajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada
top manajemen kantor pusat. Manajer cabang harus melaporkan informasi tentang
volume aktivitas dan asil usaha cabang kepada kantor pusatnya, karena data
demikian penting untuk analisa dan pengamblan keputusan.
Meskipun cabang berusaha dan bekerja sebagai unit yang berdiri sendiri,
tetapi tetap di kontrol oleh kantor pusat. Kebijaksanaan umum dan standart
pelaksanaan yang biasanya berlaku bagi dunia usaha, juga dilaksaakan terhadap
cabang-cabang yang dibentuk oleh kantor pusat. Garis besar bekerjanya suatu
cabang dan sebagai berikut :
1. Cabang diberi modal kerja, baik berupa uang kas, barang barang dagangan
maupun aktiva lainnya oleh kantor pusat.
2. Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi
kebutuhan permintaan barang barang local yang tidak dapat dipenuhi oleh
kantor pusat atau apabila pembelian itu dapat dipertanggungjawabkan secara
ekonomis.
3. Cabang melakukan aktivitas penjualan, mulai dari usaha usaha untuk
mendapatkan pembeli, mengirimkan pembeli, mengirimkan barnag atua
menyerahkan barnag dan jasa langsung kepada pelanggan, membuat faktur
penjualan, menagih atau mengumpulkan piutang dan menyimpan uangnya
didalam rekening bank sendiri.

E. SISTEM AKUNTANSI UNTUK OPERASI KANTOR CABANG


Sistem pengumpulan dan pengolahan data akuntansi terhadap transaksi-
transaksi yang terjadi di kantor cabang dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Sistem akuntansi erhadap aktivitas kantor cabang pada dasarnya menurut sistem:
1. Sistem Sentralisasi
Dalam sistem ini berlaku sepenuhnya pembukuan dilakukan oleh kantor
pusat, kantor cabang cukup hanya untuk mengumpulkan data data dasar, yang

6
kemudian dikirim ke kantor pusat untuk dicatat dalam jurnal dan buku
besarnya (berupa tembusan).
Apabila terjadi laba (rugi) dari aktivitas dari kantor cabang maka akan
ditentukan secara terpisah dari kantor pusat. Sistem ini lebih hemat karena
dilakukan secara terpusat.

2. Sistem Desentralisasi
Sistem ini melakukan pencatatan tersendiri pada setiap cabang,
melakukan buku jurnal, buku besar, dan buku pembantu yang dianggap perlu.
Pembukuan kantor cabang sama saja dengan pembukuan badan usaha, tetapi
kantor cabang tidak memiliki rekening modal melainkan “R/K – Kantor
Pusat” merupakan modal bagi kantor cabang dan dilain pihak merupakan
penanaman atau investasi modal oleh kantor pusat di cabang yang
bersangkutan. Rekening ini merupakan rekening proforma. Biasanya susunan
dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan pada tiap kantor cabang
mengikuti dan sesuai dengan susunan dan klasifikasi yang dipakai pada
kantor pusatnya.

F. PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN SISTEM DESENTRALISASI


Ciri pokok yang menghubungkan pembukuan di kantor cabang dan kantor
pusatnya adalah adaya rekening “R/K – kantor pusat” di dalam rekening
pembukuan kantor cabang dan “R/K – Kantor Cabang” di dalam rekening
pembukuan kantor pusat.
Terdapat hubungan antara rekening-rekening pembukuan di kantor cabang
dengan rekening-rekening pembukuan di kantor pusat. Aktiva yang ditempatkan
di cabang adalah sebagian dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebagai satu
kesatuan usaha.
Kantor pusat sebagai konsekuensi dari sistem desentralisasi tidak perlu
melakukan pencatatan terhadap perubahan bentuk atau komposisi terhadap
investasinya di kantor cabang. Sebagai unit usaha yang berdiri sendiri, cabang
mengeluarkan biaya untu pendapatan. Di dalam akuntansi pengaruh pendapatan

7
dan biaya terhadap modal yang ditanamkan, akan dikumpulkan selama satu
periode melalui ikhtisiar perhitungan laba rugi.
1. Modifikasi Teknik Pencatatan
Agar laporan keuangan lebih informatif, maka hendaknya terdapat
pemisahan dalam pencatatan penanaman modal pada kantor pusat maupun
kantor cabang. Pemisahan tersebut, antara lain:
a. Rekening kantor pusat dan kantor cabang yang bersifat sementara.
b. Rekening kantor pusat dan kantor cabang yang bersifat permanen.
Kedua perbedaan tersebut tidak mengubah sifat rekening timbal balik
antara rekening kantor cabang dan rekening kantor pusat.

2. Laporan Keuangan Gabungan Untuk Kantor Pusat dan Kantor


Cabang
Kantor Pusat maupun kantor Cabang membuat sendiri laporan secara
individual, akan tetapi laporan tersebut belum menunjukkan posisi keuangan
dan hasil usaha kantor Pusat dan kantor Cabang sebagai satu kesatuan.
Laporan Keuangan Gabungan antara kantor Pusat dan Kantor Cabang ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan sebagai satu kesatuan ekonom yang bulat , maka dalam
penyusunannya perlu memperhatikan hal hal berikut :
a. Dalam Neraca hanya disajikan aktiva dan hak hak yang ada pada
perusahaan dan hutang hutang atau kewajiban perusahaan yang lain
kepada pihak di luar perusahaan.
b. Dalam perhitungan rugi laba, harus dihindarkan adanya perhitungan
ganda pada pendapatan atau biaya antara pusat dan cabang sebagai akibat
dari pencatatan dari system desentralisasi.
Penyusunan Neraca Penyusunan, dilakukan dengan langkah langkah
yang terdiri dari:
1. Menghapuskan rekening ( megeliminasi ) saldo rekening “R/K- kantor
Pusat” dengan “R/K Kantor Cabang” dan saldo rekening Hutang dan

8
PIutang Kepada antar kantor pusat dan Cabang yang ada didalam neraca
individual kantor pusat maupun Cabang.
2. Menjumlahkan dan menggabungkan saldo dan rekening aktiva dengan
rekening hutang yang terdapat dalam neraca individual dan kantor dan
cabangnya sesuai kelompok masing masing.
Penyusunan Laporan perhitungan rugi laba gabungan, diperlukan
langkah langkah sebagai berikut :
1. Menghapuskan atau mengeliminasi saldo rekening “pengiriman Barang
dari kantor Pusat” dengan “pengiriman Barang Ke Kantor cabang “
berikut biaya biaya dan pendapatan yang ditimbulkan oleh transaksi
tersebut sebagai akibat dari system pencatatan desentralisasi.
2. Menjumlahkan saldo Rekening pendapatan dan laba di luar usaha,
rekening biaya dan rugi diluar usaha, rekening biaya dan rugi diluar
usaha yang terdapat dalam laporan rugi laba individual kantor pusat dan
cabang.

G. DAFTAR LAJUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


GABUNGAN
Untuk mempermudah penggabungan saldo rekening pembukuan yang ada
baik di pusat maupun di cabang, biasanya disusun suatu kertas kerja yang berupa
“daftar lajur penyusunan laporan keuangan gabungan”. Daftar lajur dibuat semata-
mata untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan. Daftar ini
berisi kolom kolom saldo rekening kantor pusat , cabang cabang , debet dan kredit
untuk penyesuaian juga eliminasi dan kolom untuk neraca atau rugi laba
gabungan.
Penyesuaian Rekening Timbal Balik
Data – data yang perlu diperimbangan dalam menyesuaikan dua rekening
tersebut, pada dasarnya dapat digolongkan kedalam 4 golongan sebagai
berikut :
a. Debit rekening “Kantor Cabang” tanpa ada hubungan dengan kredit
rekening “Kantor Pusat”.

9
b. Kredit rekening “Kantor Cabang” tanpa ada hubungan dengan debit
rekening “Kantor Pusat”.
c. Debit rekening “Kantor Pusat ” tanpa ada hubungan dengan kredit
rekening “Kantor Cabang”.
d. Kredit rekening “Kantor Pusat ” tanpa ada hubungan dengan debit
rekening “Kantor Cabang”.

H. CONTOH KASUS PENCATATAN KANTOR PUSAT SEHUBUNGAN


DENGAN KEGIATAN KANTOR AGEN
PT Singgasana berkedudukan di Malang bergerak dalam bidang alat-alat
kesehatan pada awal tahun 2007 membuka kantor agen di Kediri. Ikhtisar
transaksi keuangan selama tahun 2007 adalah sebagai berikut:
1. Kantor pusat mengirim kas senilai Rp10.000.000,00 sebagai modal kerja
awal di kantor agen.
2. Kantor pusat mengirim barang dagangan sebagai sampel dengan harga pokok
Rp2.500.000,00.
3. Kantor pusat membeli barang dagangan untuk mengisi persediaan seharga
Rp400.000.000,00 secara kredit.
4. Transaksi penjualan selama tahun 2007 terdiri dari:
a. Penjualan langsung ke kantor pusat Rp500.000.000,00 sedangkan beban
pokok penjualan Rp300.000.000,00.
b. Penjualan melalui kantor agen Rp200.000.000,00 dengan beban pokok
penjualan Rp160.000.000,00.
5. Piutang yang berhasil ditagih Rp350.000.000,00.
6. Pelunasan utang dagang Rp200.000.000,00.
7. Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
a. Biaya pemasaran kantor pusat Rp 40.000.000,00.
b. Biaya pemasaran kantor agen Rp 12.000.000,00.
c. Biaya administrasi dan umum kantor pusat Rp 16.000.000,00.
d. Biaya administrasi dan umum kantor agen Rp 3.000.000,00.
8. Depresiasi gedung yang menjadi beban tahun ini adalah:

10
a. Kantor pusat Rp 7.500.000,00.
b. Kantor agen Rp 3.000.000,00.
9. Persediaan sampel tinggal Rp 30.00.000,00.

Metode L/R Kantor Agen Tidak Dipisahkan

No Keterangan Debit Kredit


1 Mencatat Pembentukan modal kerja
Modal kerja - Kantor Agen Rp10.000.000 -
Kas - Rp10.000.000

2 Mencatat pengiriman barang sampel


Persd. Sampel - Kantor Agen Rp2.500.000 -
Persd. Barang Dagangan - Rp2.500.000

3 Mencatat pembelian
Persd. Barang Dagangan Rp400.000.000 -
Utang Dagang - Rp400.000.000

4 Mencatat penjualan
Piutang Dagang Rp700.000.000 -
Penjualan - Rp700.000.000
Mencatat Beban Pokok Penjualan
Beban Pokok Penjualan Rp460.000.000 -
Persd. Barang Dagangan - Rp460.000.000

5 Mencatat pelunasan piutang


Kas Rp350.000.000 -
Piutang Dagang - Rp350.000.000

6 Mencatat pelunasan Utang Dagang

11
Utang Dagang Rp200.000.000 -
Kas - Rp200.000.000

7 Mencatat pembebanan biaya


Biaya Pemasaran Rp52.000.000 -
Biaya Administrasi & Umum Rp19.000.000 -
Kas - Rp71.000.000

8 Mencatat penyusutan Depresiasi Gedung


Biaya Depresiasi Gedung Rp10.500.000 -
Akm Depresiasi Gedung - Rp10.500.000

9 Mencatat persediaan sampell yang sudah dipakai


Biaya pemasaran Rp2.500.000 -
Persd. Sampel Kantor Agen - Rp2.500.000

10 Mengakui Laba/Rugi Kantor Agen


(Jurnal Penutup) =
Tidak ada Jurnal

11 Mengakui Laba/Rugi perusahaan secara keseluruhan


Penjualan Rp700.000.000 -
Beban Pokok Penjualan - Rp460.000.000
Biaya Pemasaran - Rp52.000.000
Biaya Administrasi & Umum - Rp19.000.000
Laba/Rugi - Rp169.000.000

Metode L/R Kantor Agen Dipisahkan

No Keterangan Debit Kredit


1 Mencatat Pembentukan modal kerja

12
Modal kerja - Kantor Agen Rp10.000.000 -
Kas - Rp10.000.000

2 Mencatat pengiriman barang sampel


Persd. Sampel - Kantor Agen Rp2.500.000 -
Persd. Barang Dagangan - Rp2.500.000

3 Mencatat pembelian
Persd. Barangg Dagangan Rp400.000.000 -
Utang Dagang - Rp400.000.000

4 Mencatat penjualan
Piutang Dagang Rp700.000.000 -
Penjualan Kantor Pusat - Rp500.000.000
Penjualan Kantor Agen - Rp200.000.000
Mencatat Beban Pokok Penjualan
Beban Pokok Penjualan - K. Pusat Rp300.000.000 -
Beban Pokok Penjualan - K. Agen Rp160.000.000 -
Persd. Barang Dagangan - Rp460.000.000

5 Mencatat pelunasan piutang


Kas Rp350.000.000 -
Piutang Dagang - Rp350.000.000

6 Mencatat pelunasan Utang Dagang


Utang Dagang Rp200.000.000 -
Kas - Rp200.000.000

7 Mencatat pembebanan biaya


Biaya Pemasaran - K. Pusat Rp40.000.000 -
Biaya Pemasaran - K. Agen Rp120.000.000 -

13
Biaya Adm & Umum - K. Pusat Rp16.000.000 -
Biaya Adm & Umum - K. Agen Rp3.000.000 -
Kas - Rp71.000.000

8 Mencatat penyusutan Depresiasi Gedung


Biaya Dep Gedung - K. Pusat Rp7.500.000 -
Biaya Dep Gedung - K. Agen Rp3.000.000 -
Akm Depresiasi Gedung - Rp10.500.000

9 Mencatat persediaan sampell yang sudah dipakai


Biaya pemasaran Rp2.500.000 -
Persd. Sampel Kantor Agen - Rp2.500.000

10 Mengakui Laba/Rugi Kantor Agen


Penjualan - Kantor Agen Rp200.000.000 -
B. Pokok Penj - K. Agen - Rp160.000.000
B. Pemasaran - K. Agen - Rp12.000.000
B. Adm & Umum - K. Agen - Rp3.000.000
Laba/Rugi - Rp25.000.000

11 Mengakui Laba/Rugi perusahaan secara keseluruhan


Penjualan Rp500.000.000 -
Laba/Rugi - K. Agen Rp25.000.000 -
Beban Pokok Penjualan - Rp300.000.000
Biaya Pemasaran - Rp40.000.000
Biaya Administrasi & Umum - Rp16.000.000
Laba/Rugi - Rp169.000.000

14
I. CONTOH KASUS PENCATATAN KANTOR CABANG DAN
KANTOR PUSAT
Pada awal tahun 2005 PT TIKI Indonesia membuka sebuah kantor cabang di
kota Palu. Transaksi yang terjadi pada kantor pusat dan kantor cabang palu
selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:
1. Kantor pusat TIKI mengirimkan kas sebesar Rp250.000.000 untuk
pembukaan kantor cabang TIKI Palu.
2. Kantor cabang membeli sebuah gedung untuk tempat operasi perusahaan
seharga Rp150.000.000
3. Pembelian 2 unit komputer seharga Rp8.000.000 @Rp4.000.000 untuk
kantor cabang
4. Pengiriman 1 buah timbangan besar dari kantor pusat ke kantor cabang
Palu senilai Rp 250.000
5. Pembelian aktiva berupa 2 unit motor senilai Rp24.000.000
@Rp12.000.000, dan 1 unit mobil pick up (second) seharga Rp60.000.000
6. Penerimaan dari layanan pengiriman customer kantor cabang palu adalah
dari pengiriman paket parsel dengan volume rata-rata pengiriman adalah
3200kg/tahun sebesar Rp112.000.000 dan dari pengiriman paket dokumen
dengan rata-rata pengiriman adalah 1000dokumen/ tahun sebesar
Rp20.000.000
7. Beban yag dikeluarkan Kantor Cabang antara lain:
a. Pengadaan seragam untuk kantor cabang sebesar Rp500.000.
b. Pemasangan jaringan internet kantor cabang dengan paket unlimited dan
biaya terkait selama setahun adalah Rp2.100.000.
c. Pengeluaran kas untuk beban iklan Rp900.000.
d. Pembayaran beban administrasi untuk kantor cabang palu sebesar
Rp3.500.000.
e. Beban gaji selama setahun untuk 2 orang pegawai kantor cabang adalah
sebesar Rp48.000.000 dan 2 orang kurir adalah sebesar Rp24.000.000.
f. Beban lain-lain sebesar Rp13.000.000
8. Mengirim uang ke Kantor Pusat Rp 10.000.000

15
9. Penutupan buku

Transaksi tersebut akan dicatat oleh kantor cabang dan kantor pusat sebagai
berikut:
No Keterangan Debit Kredit
1 Untuk mencatat pembukuan Kantor Cabang Palu
Kas Rp250.000.000 -
R/K-Kantor Pusat - Rp250.000.000

Untuk mencatat pembukuan Kantor


Pusat
R/K-Kantor Cabang Rp250.000.000 -
Kas - Rp250.000.000

2 Untuk mencatat pembelian sebuah gedung oleh Kantor Cabang Palu


Gedung Rp150.000.000 -
Kas - Rp150.000.000

3 Untuk mencatat pembelian 2 unit komputer oleh Kantor Cabang Palu


Komputer Rp8.000.000 -
Kas - Rp8.000.000

Untuk mencatat pengiriman 1 buah timbangan besar dari Pusat ke Kantor Cabang
4 Palu
Untuk mencatat pembukuan Kantor
Cabang Palu
Timbangan Rp250.000 -
R/K-Kantor Pusat - Rp250.000
Untuk mencatat pembukuan Kantor
Pusat
R/K-Kantor Cabang Rp250.000 -

16
Timbangan - Rp250.000

Untuk mencatat pembelian 2 unit motor senilai dan 1 unit mobil pick up (second)
5 oleh
Kantor Cabang Palu
Kendaraan - Kantor Cabang Palu Rp84.000.000 -
Kas - Rp84.000.000

Untuk mencatat penerimaan dari layanan pengiriman customer oleh Kantor


6 Cabang Palu
*Dari pengiriman paket parcel
Kas Rp112.000.000 -
Pendapatan - Rp112.000.000

*Dari pengiriman paket dokumen


Kas Rp20.000.000 -
Pendapatan - Rp20.000.000

Pembayaran beban oleh Kantor Cabang


7 Palu
Beban Seragam Kantor Rp500.000 -
Beban Internet Rp2.100.000 -
Beban Iklan Rp900.000 -
Beban Administrasi Rp3.500.000 -
Beban Gaji Rp72.000.000 -
Beban lain-lain Rp13.000.000 -
Kas - Rp92.000.000

8 Pengiriman uang kepada kantor pusat oleh kantor cabang


Untuk mencatat pembukuan Kantor Cabang Palu
R/K-Kantor Pusat Rp10.000.000 -
Kas - Rp10.000.000

17
Untuk mencatat pembukuan Kantor Cabang Palu
Kas Rp10.000.000 -
R/K-Kantor Cabang - Rp10.000.000

9 Penutupan buku
*Pemindahan saldo rekening pendapatan ke Ikhtsar L/R oleh Kantor Cabang
Palu
Pendapatan Rp132.000.000 -
Ikhtisar L/R - Rp132.000.000

*Pemindahan saldo rekening beban ke Ikhtisar L/R oleh Kantor Cabang Palu
Ikhtisar L/R Rp92.000.000 -
Beban Seragam Kantor - Rp500.000
Beban Internet - Rp2.100.000
Beban Iklan - Rp900.000
Beban Administrasi - Rp3.500.000
Beban Gaji - Rp72.000.000
Beban lain-lain - Rp13.000.000

*Pemindahan saldo laba ke R/K-Kantor Pusat oleh Kantor Cabang Palu


Ikhtisar L/R Rp40.000.000 -
R/K-Kantor Pusat - Rp40.000.000

*Pengakuan laba atas operasi Kantor Cabang Palu oleh Kantor Pusat
R/K-Kantor Cabang Rp40.000.000 -
Ikhtisar L/R Kantor Cabang - Rp40.000.000

*Pemindahan saldo laba operasi cabang ke Ikhtisar L/R oleh Kantor Pusat
Ikhtisar L/R Kantor Cabang Rp40.000.000 -
Ikhtisar L/R - Rp40.000.000

18
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kantor cabang adalah kesatuan yang memiliki lokasi sendiri dalam suatu

kesatuan usaha, yang pencatatan akuntansinya juga dilakukan terpisah. Cabang

meskipun merupakan kesatuan akuntansi yang terpisah, tetapi secara hukum

mereka tidak terpisah dari induknya. Laporan keuangan cabang digunakan hanya

untuk tujuan pelaporan internal. Laporan keuangan keseluruhan dibuat dengan

menggabungkan laporan keuangan cabang dengan laporan keuangan pusat.

Sebuah cabang mungkin mendapatkan barang dagangan dari kantor pusat atau

mungkin sebagian dibeli dari langganan luar. Penerimaan kas oleh kantor cabang

biasanya sering disimpan pada bank dalam rekening koran kantor pusat dan biaya-

biaya dibayarkan dengan sistem dana tetap yang disediakan oleh kantor pusat.

Penggunaan sistem dana tetap ini memberikan pengendalian yang kuat bagi

kantor pusat atas penerimaan dan pengeluaran kantor cabang. Akan tetapi, dalam

prakteknya untuk cabang yang besar dibolehkan untuk memiliki rekening bank

tersendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Hadori dan Harnanto. 2013. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi


Pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
http://www.academia.edu/4915985/BAB-
_8_AKUNTANSI_untuk_KANTOR_PUSAT_dan_KANTOR_CABANG,
diunduh pada tanggal 29 November 2017 pukul 11.00 WIB.
http://www.slideshare.net/mobile/tarymarthen/makalah-akuntansi-keuangan-
lanjutan-i-studi-kasus-pt-tiki-kel-4, diunduh padah tanggal 29 November
2017 pukul 12.45 WIB.

20

Anda mungkin juga menyukai