BENNI ISKANDAR
Pendahuluan
Umumnya produk obat mata terbagi:
1. Tetes mata
2. Salep mata
3. Pencuci mata (Collyrium)
4. Lamellae
5. Inserte (Occuserte)
6. Lidsalben
7. Contactlens solution
Tetes mata
adalah larutan dalam air atau dalam minyak, atau suspensi yang
digunakan dengan meneteskan ke dalam lapisan conjungtiva
Obat cuci mata
adalah larutan dalam air yang digunakan untuk membersihkan mata
Lamellae
yaitu lempengan tipis segi empat atau bundar, terbuat dari gelatin atau
basis sintesis yang berisi bahan berkhasiat, yang digunakan pada kelopak
mata
Inserte
Lempengan tipis berpori dari material inert mengandung obat yang
dengan adanya cairan mata secara perlahan akan dilarutkan, setelah
obat larut pembungkusnya diangkat dari mata
Salep mata
Sediaan semisolida yang steril, mempunyai penampilan yang homogen
yang ditujukan untuk pengobatan pada konjungtiva
Lidsalben
Salep mata yang lunak, yang biasanya digunakan pada bagian luar
kelopak mata
Contactlens solution
yaitu larutan air yang digunakan sebagai lubrican, pencucian dan
pembasahan kontak lensa
Obat mata digunakan untuk:
menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal
untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah
berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya
terdapat disekitar mata.
Pada umumnya bersifat isotonis agar bebas rasa sakit dan isohidris agar
sama dengan pH cairan mata dimana obat akan stabil (euhydri)
Definisi tetes mata
(Guttae Opthalmicae)
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV:
Larutan obat mata adalah larutan steril bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian
rupa hingga sesuai untuk digunakan pada mata
Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang
mengandung partikel-partikel yg terdispersi dalam cairan
pembawa untuk pemakaian pada obat mata seperti yg
tertera pada Suspensiones.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III:
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan
obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan
bola mata
Faktor yang diperhatikan pada
sediaan tetes mata
a. Steril
Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi
mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang
dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan
atau tetap terlukanya mata sehingga sebaiknya
dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap, penambahan
bakterisida) atau menyaring larutan dengan filter
pembebas bakteri.
b. Kejernihan (bebas atau miskin bahan melayang)
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari
rangsangan akibat bahan padat. Sebagai material
penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenaer
c. Pengawetan
Pengawet tidak digunakan pada:
mata luka
untuk tujuan pembedahan
dapat dibuat sebagai obat bertakaran tunggal
Selain kondisi diatas, maka obat tetes mata harus diawetkan.
Pengawet yang sering digunakan adalah:
thiomersal (0.002%)
garam fenil merkuri (0,002%)
garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-0,01%)
dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%)
klorheksidin (0,005-0,01%)
klorbutanol (0,5%)
benzilalkohol (0,5-1%).
d. Tonisitas
Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar:
dapat diterima tanpa rasa nyeri
tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci
keluar bahan obatnya.
Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat digunakan medium
isotonis atau sedikit hipotonis
umumnya digunakan:
natrium-klorida (0,7-0,9%) atau
asam borat (1,5-1,9%) steril.
e. Pendaparan
Mirip seperti darah. Cairan mata menunjukan kapasitas dapar
tertentu
pada pemakaian tetes biasa yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah
larutan dengan harga pH 7,3 – 9,7. daerah pH dari 5,5 – 11,4 masih
dapat diterima.
Tetes mata didapar atas dasar beberapa alasan yang sangat berbeda:
1. untuk memperbaiki daya tahan (penisilina)
2. untuk mengoptimasikan kerja (misalnya oksitetrasiklin) atau
3. untuk mencapai kelarutan yang memuaskan (misalnya
kloromfenikol).
Pengaturan larutan pada kondisi isohidri (pH = 7,4) adalah sangat
berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri yang sempurna, meskipun
hal ini sangat sulit direalisasikan. Oleh karena kelarutan dan stabilitas
bahan obat dan sebagian bahan pembantu juga kerja optimum
disamping aspek fisiologis (tersatukan) turut berpengaruh.
Larutan dapar berikut digunakan secara internasional:
1. Dapar natrium asetat – asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam
daerah asam.
2. Dapar fospat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis.
Jika harga pH yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada diluar daerah
yang dapat diterima secara fisiologis, diwajibkan untuk menambahkan
dapar dan melakukan pengaturan pH melalui penambahan asam atau
basa.
Larutan yang dibuat seperti itu praktis tidak menunjukan kapasitas
dapar sehingga oleh cairan air mata lebih mudah diseimbangkan pada
harga fisiologis dari pada larutan yang didapar.
Antara isotonis dan euhidri terdapat kaitan yang terbatas dalam hal
tersatukannya secara fisiologis. Yakni jika satu larutan mendekati kondisi
isotonis, meskipun tidak berada pada harga pH yang cocok masih dapat
tersatukan tanpa rasa nyeri.
f. Viskositas dan aktivitas permukaan
Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena
mereka dapat ditekan keluar dari saluran konjunktival oleh
gerakan pelupuk mata.
Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata menurun.
Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan
aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak
yang lebih panjang.
Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin
sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu
sediaan ini sering dipakai pada pengobatan
keratokonjunktifitis.
Sebagai peningkat viskositas digunakan metal selulosa dan
polivinilpirolidon (PVP).
Keuntungan dan kekurangan
Keuntungan : Kekurangan :
Larutan mata memiliki kelebihan Volume larutan yang dapat
dalam hal kehomogenan, ditampung oleh mata sangat
bioavailabilitas dan kemudahan terbatas ( 7 L) maka larutan
penangananan. yang berlebih dapat masuk ke
Suspensi mata memiliki kelebihan nasal cavity lalu masuk ke jalur
dimana adanya partikel zat aktif GI menghasilkan absorpsi sistemik
dapat memperpanjang waktu yang tidak diinginkan. Mis. -
tinggal pada mata sehingga bloker untuk perawatan
meningkatkan waktu glaukoma dapat menjadi
terdisolusinya oleh air mata, masalah bagi pasien gangguan
sehingga terjadi peningkatan jantung atau asma
bioavailabilitas dan efek bronkhial.(Codex, 162)
terapinya. Kornea dan rongga mata sangat
kurang tervaskularisasi, selain itu
kapiler pada retina dan iris relatif
non permeabel sehingga
umumnya sediaan untuk mata
adalah efeknya lokal/topikal.
Syarat
1.
sediaan
Steril (bebas mikroba)
tetes mata
2. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata.
Isotonis = 0,9% b/v NaCl
rentang yang diterima = 0,7 – 1,4 % b/v atau 0,7 – 1,5 % b/v
pH air mata = 7,4
3. Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
4. Memenuhi persyaratan stabilitas
5. Menggunakan pengawet (dosis berganda)
Pemilihan Bentuk Zat Aktif
Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata
bersifat larut air atau dipilih bentuk garamnya yang larut air.
(pilokarpin hcl)
Pilokarpin HCl dibuat sedian tetes mata karena berfungsi sebagai miotik
untuk pengobatan glaucoma. Sediaan tetes mata merupakan sediaan
dosis ganda sehingga diperlukan bahan pengawet seperti Benzalkonium
klorida
Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat peninggian tekanan
intraokuler, yang bila cukup lama dan tekanannya cukup tinggi dapat
menyebabkan kerusakan anatomis dan fungsional. Pilokarpin HCl
merupakan bahan obat yang khas digunakan pada mata
(opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil (miotika)
Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid tumbuhan,
yang bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit memperlihatkan
sedikit efek nikotinik sehingga dapat merangsang kerja kelenjar air mata
dan dapat menimbulkan miosis dengan larutan 0,5 - 3%. Obat tetes
mata dengan zat aktif Pilokarpin berkhasiat menyembuhkan glaukoma
dan mata kering.
Dosis Pilokarpin yang paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata
adalah 1 – 4% (DI Hal. 2680).
Obat tetes mata anastetik local
Tetrakain hidroklorida
Anastetik lokal adalah obat yang dapat menghambat hantaran saraf
bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup.
Anastetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan
saraf secara permanen. Kebanyakan anastetik lokal memenuhi syarat ini.
Batas keamanan harus lebar, mula kerja harus sesingkat mungkin,
sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk
melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian sampai
memperpanjang masa pemulihan.
Zat anastetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan,
dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan. Salah satu anastetik
lokal yang dapat digunakan secara toikal pada mata adalah Tetrakain
Hidroklorida.
Untuk Pemakaian topikal pada mata digunakan larutan Tetrakain
Hidroklorida 0,5%. Kecepatan anastetik Tetrakain Hidroklorida 25 detik
dengan durasi aksinya selama 15 menit atau lebih.
SEDIAAN PENCUCI MATA
(Collyrium)
Kolirium atau cairan pencuci mata adalah sediaan berupa
larutan steril jernih, bebas jasad renik, isotonis, digunakan untuk
membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat
pengawet (Formularium Nasional Edisi II, Hal 310).
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring
hingga jernih, masukkan dalam wadah, tutup dan sterilkan. Alat
dan wadah yang digunakan dalam pembuatan kolirium harus
bersih dan steril.
Kolirium memiliki nilai isotonis yang ekivalen dengan natrium
klorida 0,9 %. Batas toleransi terendah setara dengan natrium
klorida 0,6 % dan batas tertinggi setara dengan natrium kolrida
2,0 % tanpa gangguan yang nyata.
Nilai pH air mata normal lebih kurang 7,4. Range pH untuk
larutan mata yang masih di perbolehkan adalah 4,5 – 9. ( FI IV,
Larutan untuk mata (collyrium)
Larutan steril jernih yang digunakan untuk
mencuci mata
Ex : optraex® , larutan steril asam borat yang
hipertonis
Keadaan hipertonis = supaya cairan mata keluar
sehingga terjadi pencucian mata karena kotoran
mata ikut terbawa air mata keluar
Pembuatan collyrium = dibuat dengan
melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih,
masuk ke wadah, tutup dan sterilkan
Persyaratan bagi obat cuci mata
1. Nilai isotonisitas
Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai
isotonisitas sesuai larutan Natrium Klorida 0,9 %.
2. Pendaparan
Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 oleh karena
itu sistem dapar harus dipilih sedekat mungkin dengan pH
fisiologis.
3. Steril
Untuk zat aktif tahan panas, sterilisasi akhir dengan
autoklaf. Jika memungkinkan, penyaringan membran.
4. Pengawet
Untuk cuci mata takaran ganda.
5. Persyaratan lain adalah jernih (Farmakope Indonesia Ed IV,
hal.13)
Pencuci mata untuk
mata merah bengkak
Larutan Asam borat
Mata merah,bengkak dan berair dapat
disebabkan karena terinfeksi jamur atau
bakteri,atau bisa juga disebabkan karena
adanya luka didalam mata sehingga mata
teriritasi dan menimbulkan mata
merah,bengkak dan berair.
Larutan pencuci mata Asam borat ini berkhasiat
sebagai fungistatik dan bakteriostatik sehingga
dapat mengobati mata merah, berair dan
bengkak.
Pencuci mata anti fungi