Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL REVIEW JURNAL

Fraud Prevention: Relevance to Religiosity and Spirituality in The Workplace

Disusun sebagai pemenuhan tugas Ujian Akhir Semester Matakuliah Riset Akuntansi
Keprilakuan

Dosen Pengampu Mata Kuliah Prof.Dr. Made Sudarma, SE., MM., Ak.

Oleh

MALINDA KHARISTA

166020301111048

Program Pascasarjana Jurusan Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

Malang

2017
Judul : Fraud Prevention: Relevance to Religiosity and Spirituality in The Workplace

(Pencegahan Penipuan: Relevansi dengan Religiusitas dan Spiritualitas di


Tempat Kerja)

Volume 211, 25 November 2015, pages 827-835

Penulis : Pupung Purnamasari dan Ima Amaliah


Bandung Islamic University, 40139
Bandung, Indonesia
Tahun : 2015
Sumber : Elsevier (Procedia – Social and Behavioral Sciences)
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.109
Reviewer : Malinda Kharista / 166020301111048
Program Pascasarjana Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Malang

I. RINGKASAN

Penelitian ini membahas kecurangan yang terjadi di sektor pemerintah, terutama di


Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Barat berdasarkan faktor
religiusitas dan spiritualitas di tempat kerja. Umumnya BPKP adalah lembaga yang berwenang
dalam mengawasi aset-aset Indonesia yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang memiliki
kredibilitas dan integritas tinggi terhadap bangsa dan negara. Didalam menjalankan pekerjaan
terdapat lingkungan kerja yang tidak pasti, peraturan hukum yang longgar dan kurangnya nilai-
nilai agama dapat mengikis karakter dan integritas seorang karyawan. Menurut Indonesian
Corruption Watch (ICW), negara kehilangan 3,7 triliun rupiah dari 308 kasus dengan 659
tersangka yang diakibatkan tindakan korupsi pada tahun 2014. Menurut Simanjuntak (2014),
instansi pemerintah adalah tempat yang sangat mudah untuk melakukan penipuan mengingat
organisasi ini memiliki struktur kompleks,lingkungan kerja yang berkualitas rendah, kontrol
yang tidak efektif dan tekanan tinggi.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa korupsi berkaitan dengan rendahnya gaji
yang diterima oleh karyawan. (Haque dan Sahay, 1996; Rijkeqhem & Weder, 1995, 2001)
.Darsono (2001) menyatakan bahwa masalah korupsi dikaitkan dengan ketidakmampuan
karyawan untuk melihat ketidakadilan. Simanjuntak (2014) menemukan bahwa korupsi pada
instansi pemerintah dapat diminimumkan dengan pemberian gaji yang tepat. Namun,
Sulistiyowati (2007) berpendapat bahwa kepuasan gaji tidak berpengaruh pada persepsi pegawai
pemerintah terhadap korupsi. Oleh karena itu, Arifin (2000) dan Sulistiyawati (2007)
berpendapat bahwa, korupsi dapat dicegah melalui pemenuhan kebutuhan gaji yang tinggi dan
diperlukan organisasi yang dapat menciptakan rasa memiliki dan rasa identitas diantara para
karyawan.

Artinya, budaya organisasi yang baik akan menurunkan korupsi antar karyawan.
Budaya organisasi yang baik akan mendorong karyawan untuk menghindari korupsi di tempat
kerja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak banyak penelitian tentang pencegahan
korupsi melalui pemahaman agama yang baik (religiusitas yang baik) dan tempat kerja religius
secara signifikan dapat memengaruhi perilaku dan sikap seseorang. (Weaver and Angle (2002),
Amaliah & Westi Riani (2011) dan Amaliah (2014) dan dapat meningkatkan kinerja dan
kepuasan kerja individu (Leher & Milliman, (1994) dan Amaliah (2014). Artinya, penanganan
kecurangan memerlukan sesuatu yang bias menyentuh sisi emosional karyawan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonomi normatif yaitu, etika dan nilai agama
yang bertujuan untuk menguji dan mengetahui bagaimana religiusitas dapat membantu dalam
pencegahan kecurangan dan bagaimana religiusitas itu sendiri melalui spiritualitas ditempat kerja
dapat mencegah kecurangan yang dilakukan oleh auditor investigasi BPKP di Jawa Barat,
Indonesia.

Pemahaman yang baik terhadap religiusitas seseorang akan diterapkan dalam sikap dan
perilaku mereka dalam melakukan berbagai aktivitas termasuk dalam kehidupan kerja mereka.
Keyakinan adanya Tuhan dan sikap yang selalu membawa Tuhan dalam kehidupan mereka akan
menghentikan perilaku yang tidak sesuai dengan peraturan manusia dan peraturan Tuhan ,
sehingga pemahaman yang tinggi tentang religiusitas akan berkorelasi dengan sikap dan perilaku
dan hasil kerja.

H1: Religiusitas memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan.

Religiusitas dan spiritualitas merupakan dua hal yang berbeda namun keduanya
memiliki relevansi. Individu yang memiliki pemahaman yang baik tentang religiusitas akan
memiliki spiritualitas tinggi dalam menjalankan tugasnya. Pemahaman bahwa bekerja adalah
panggilan agama dan juga semacam ibadah, individu akan mencari maknanya dengan cara
mencoba memahami visi, misi dan tujuan organisasi tempat mereka bekerja. Mereka akan peduli
terhadap sesama karyawan untuk tujuan yang sama.

H2: Spiritualitas di tempat kerja secara signifikan memperkuat pengaruh religiusitas terhadap
pencegahan kecurangan.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
30 auditor yang dipilih sebagai sampel dari populasi auditor investigasi di BPKP provinsi Jawa
Barat, Indonesia. Data dianalisis menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) yang
untuk mengetahui sejauhmana interaksi variabel spiritualitas di tempat kerja dapat memengaruhi
religiusitas terhadap pencegahan kecurangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, kedua hipotesis diterima. Hasil uji hipotesis
pertama tentang efek dari nilai religius terhadap fraud prevention menunjukkan bahwa religius
signifikan secara positif memengaruhi fraud prevention. Nilai religius memengaruhi fraud
prevention sebesar 0.386. nilai tersebut tergolong tidak besar namun positif.

Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya dimana pemahaman religi yang baik
dapat diimplikasikan pada sikap dan perilaku seseorang (Weaver dan Agle, 2000 Amaliah dan
Westi Riani 2011; dan Amaliah, 2014). Internalisasi dari nilai religius dapat memengaruhi
perilaku atau sikap etis seseorang (Mitroff dan Denton, 1999) dan akan tercermin dalam
kehidupan pribadi dan sosial (Ntalianis dan Darr, 2005). Sementara Liu (2010) menemukan
hubungan antara religiusitas dan kecerdasan emosional, beribadah dan motivasi (Adams, 2008)
meningkatkan produktivitas dan menurunkan tingkat turnover (Mc Carty, 2007).

Sebuah pemahaman yang baik tentang religi seorang individu (auditor), baik secara
langsung maupun tidak langsung akan menahan individu (auditor) dari tindakan yang dilarang
oleh peraturan. Religi dapat menjadi filter yang akan mencegah tindakan kecurangan. Mengingat
Tuhan dalam setiap aktivitas akan membuat individu merasa bahwa Tuhan sedang mengawasi
mereka. Oleh karena itu, individu akan berusaha menjauhkan diri dari perbuatan buruk meskipun
manajer atau atasan mereka tidak ada. Sikap ini penting untuk dimiliki auditor dan
memungkinkan mereka menahan diri dari tindakan penipuan baik karena tekanan klien atau stres
kerja. (Triana, 2010). Para auditor dapat bertindak secara independen karena jika mereka
memiliki keyakinan bahwa Tuhan memberi mereka rezeki, jadi mereka tidak takut menghadapi
kehidupan asalkan mereka melakukan hal yang benar.

Pengujian pada hipotesis kedua yaitu, spiritual di tempat kerja memoderasi hubungan
antara religius dengan fraud prevention memberikan bukti bahwa hipotesis religius memiliki
pengaruh yang signifikan secara positif terhadap fraud prevention dimoderasi oleh spiritualitas di
tempat kerja. Artinya pemahaman yang baik dari individu tentang religi dan spiritual secara
positif di tempat kerja akan memberikan pengaruh besar dalam pencegahan kecurangan. Nilai
pengaruh spiritual sebagai moderasi dari hubungan religiusitas dengan fraud prevention sebesar
0.273. terkadang individu yang memiliki pemahaman baik tentang religi namun lingkungan kerja
tidak memiliki asas spiritualitas, hal ini akan menyebabkan mereka melakukan kecurangan. Oleh
karena itu, spiritualitas di lingkungan kerja harus diciptakan oleh pemimpin yang baik melalui
peraturan formal atau kebiasaan positif.

Menurut ajaran agama Islam, bekerja adalah panggilan Tuhan dan menjadi kewajiban
untuk memenuhi kebutuhan yang bernilai material, moral, dan spiritual. Oleh karena itu, individu
akan bekerja dengan serius dan mencoba untuk mencari makna dari apa yang mereka lakukan,
selaras dengan visi misi yang dimiliki individu tersebut dengan perusahaannya. (Dehler dan
Welsh, 2003). Efeknya akan muncul sebagai perasaan mencintai pekerjaan dan bangga atas
karya yang dihasilkan. Jika auditor mampu menafsirkan nilai-nilai religi dan menerapkannya
dalam pekerjaan mereka dengan lingkungan pekerjaan yang mendukung, maka jumlah tindakan
fraud di BPKP dapat ditekan.

Penelitian sebelumnya telah memberikan bukti bahwa spiritualitas memengaruhi kinerja


karyawan dan kinerja organisasi (Neck dan Milliman, 1994), Osman et. al (2010), komitmen
professional (Khanifaret et. al, 2010), perilaku etis di tempat kerja (Mc Ghee dan Grant, 2008),
makna kerja yang dalam (Harrington et. al, 2001), kebutuhan prestasi, kebutuhan tenaga kerja
dan kebutuhan afiliasi (Sulistiyo, 2011). Selain itu, Octaria et. al (2010) menyatakan bahwa
spiritualitas di tempat kerja dapat memperkuat hubungan antara religiulitas dengan kualitas
kehidupan kerja para guru sekolah Islam Negeri Malang Raya. Selanjutnya, Ajala (2013)
menyatakan bahwa individu yang dapat menafsirkan makna bekerja, tujuan bekerja dan
keterlibatan mereka dalam organisasi, mereka akan mampu mencapai kesejahteraan.
II. KRITIK

1. Penelitian ini cukup bagus dan telah berupaya mengembangkan penelitian pada instansi
pemerintah non kementrian yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pengawasan keuangan dan pembangunan, seperti BPKP yang rentan diduga akan adanya
tindakan fraud. Pencegahan penipuan pun tidak hanya mengandalkan pengawasan
eksternal, tapi juga perlu menginternalisasi nilai religiusitas dan atmosfir spiritualitas di
tempat kerja sehingga para karyawan memiliki integritas dalam menjalankan tugas dan
pekerjaan mereka. Religiusitas juga menjadi bagian dalam proses rekruitmen auditor
BPKP Jawa Barat, Indonesia.

2. Artikel penelitian ini sangat menarik karena dapat membuktikan dan menjelaskan
bagaimana nilai-nilai religiusitas dan spiritualitas dapat berkontribusi secara positif dalam
pencegahan terhadap tindakan fraud pada instansi pemerintah, yaitu BPKP Jawa Barat,
Indonesia. Artikel jurnal ini dapat menjadi acuan bagi para peneliti selanjutnya untuk
meneliti bagaimana solusi dalam pencegahan tindakan fraud pada instansi pemerintah
lain ataupun swasta yang memiliki lingkungan, waktu dan kebudayaan yang berbeda.
Selain itu dapat ditambahkan juga faktor-faktor lain yang dapat meminimumkan tindakan
fraud seperti, evaluasi moral dan kepemimpinan.

3. Dalam artikel jurnal ini terdapat rumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian yang
konsisten yaitu ingin membuktikan bagaimana nilai-nilai religiusitas dan spiritualitas
dapat mencegah dan meminimumkan adanya tindakan fraud.

4. Menurut reviewer, latar belakang masalah yang dipilih peneliti dalam penelitian ini
sangat bagus dan tepat mengingat sudah banyak kasus korupsi (fraud) yang terdapat di
Indonesia dan kurangnya pendekatan ekonomi normatif yang digunakan dalam
penelitian-penelitian sebelumnya yang biasanya menggunakan pendekatan ekonomi
positif.

5. Variabel independen dalam penelitian ini adalah religiusitas dan terdapat variabel
moderasi yaitu spiritualitas yang memengaruhi pencegahan tindakan fraud sebagai
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 30
auditor investigatif di BPKP Jawa Barat, Indonesia yang selanjutnya dianalisis
menggunakan MRA. Menurut reviewer, sampel penelitian mungkin dapat dibagikan juga
kepada pihak lain yang terlibat dalam aktivitas BPKP Jawa Barat, misalnya top
management dan karyawan karena pihak-pihak tersebut tidak terkecuali sering dianggap
melakukan suatu tindakan fraud.

6. Menurut reviewer, dalam penelitian ini tidak ada informasi yang jelas apakah penelitian
ini masuk dalam penelitian replikasi atau bukan.

7. Hasil penelitian ditujukan hanya untuk BPKP Jawa Barat, sehingga tidak bisa
sepenuhnya digeneralisasi pada instansi pemerintah lain maupun swasta mengingat setiap
organisasi berbeda budaya apalagi beda provinsi. Namun, hasil penelitian ini pastinya
dapat bermanfaat juga sebagai bahan bacaan dan acuan yang baik untuk organisasi lain.

8. Reviewer merasa jurnal artikel ini memang sudah sangat mudah, jelas, ringkas dan
sederhana serta tidak terdapat masalah dalam hasil penelitian. Penulisan dan pemilihan
kata-kata yag digunakan juga sudah dapat dikatakan sangat baik mengingat artikel jurnal
ini sudah dipublish di situs jurnal internasional.

Anda mungkin juga menyukai