GDP didefinisikan sebagai nilai pasar barang dan jasa yang dihasilkan oleh
ekonomi dalam suatu masa tertentu (biasanya dalam satu tahun). GDP Indonesia pada
tahun 2009 naik sebesar Rp 662 triliun yaitu dari Rp4.951,4 triliun pada 2008 menjadi
sebesar Rp5.613,4 triliun pada 2009. Dengan adanya kenaikan ini, berarti harga saham
juga di Indonesia juga meningkat, karena peningkatan GDP ini mendorong tren di pasar
saham menjadi bullish.
2. Suku Bunga
Tingkat suku bunga yang tinggi akan menghambat bergeraknya sektor riil,
sebaliknya sektor riil akan bergairah saat suku bunga rendah. Tingkat suku bunga BI pada
tahun 2008 adalah 9.25% dan 2009 adalah 6.5%. Tingkat suku bunga BI terakhir, Juni
2010, juga senilai 6.5%. Tingkat suku bunga yang rendah ini membuat pelaku pasar
optimis terhadap sektor riil sehingga mendorong pelaku pasar untuk melakukan
pembelian saham, dan tentu saja hal ini dapat membuat harga saham bergerak naik,
karena masyarakat menginginkan investasi yang menghasilkan return yang lebih besar
daripada tingkat suku bunga.
3. Inflasi
Harga saham akan naik jika inflasi rendah dan harga saham akan cenderung turun
saat inflasi tinggi. Pada akhir tahun 2008, nilai inflasi adalah 11.06% dan akhir tahun
2009, nilai inflasi adalah 2.78%. Jumlah penurunan yang cukup banyak dalam jangka
waktu 1 tahun. Penurunan ini dapat memancing naiknya harga saham. Namun, tingkat
inflasi dari Des 2009 hingga Mei 2010 meningkat. Nilai inflasi pada Mei 2010 adalah
4.16%, nilai inflasi ini naik dari Des 2009, namun nilainya masih dalam keadaan rendah.
4. Kurs
Nilai kurs rupiah terhadap US Dollar pada akhir 2008 adalah Rp 11,450 dan pada
akhir tahun 2009 adalah Rp 9,900. Nilai kurs rupiah terhadap Dollar juga semakin
menguat dari tahun 2009 hingga juni 2010, dan hal ini tentunya akan mendorong investor
untuk mengalihkan investasinya ke mata uang rupiah yang pada akhirnya mendorong
pembelian saham sehingga saham akan semakin naik.
Sukses tidaknya suatu investasi banyak ditentukan juga dari pemilihan sektor
industri yang tepat. Ada sektor industri tertentu yang peningkatannya besar, ada yang
cenderung mendatar (flat) ada juga sektor industri yang cenderung turun. Bisa,
disimpulkan, perkembangan (growth) dari investasi kita salah satunya tergantung kepada
sektor industri yang dipilih. Salah satu sektor industri yang merupakan sektor industri
yang defensif (stabil dan growth rendah) adalah consumer goods dan retail.
PT Sumber Alfaria Trijaya merupakan salah satu jenis sektor industri retail di
Indonesia yang berada pada tahap defensif (stabil) . Pada tahap ini, pertumbuhan suatu
industri sudah moderat dan biasanya merupakan fase terlama dalam siklus industri,
dengan indikator diantaranya produk sudah standar, minim inovasi, penuh dengan
kompetisi. Pertumbuhan industri pada fase ini biasanya relatif sama dengan pertumbuhan
ekonomi negara.
PT Sumber Alfaria Trijaya atau biasa disebut Alfamart ini salah satu jenis
pemain minimarket terbesar kedua di Indonesia setelah Indomaret dengan total omset
7,253 milyar rupiah atau sekitar 40,8 % dari total omset minimarket di Indonesia (sumber
: Media data ,2009). Berdasarkan jumlah gerai, Alfamart terus berkembang dan diminati
calon terwaralaba. Pada 2003, jumlah gerai waralaba Alfamart mencapai 34 unit,
kemudian pada 2004 (129 gerai), tahun 2005 (195 gerai), tahun 2006 (321 gerai), tahun
2007 ( 485 gerai), dan tahun 2008 (646 gerai).
Pada ada awal januari 2009, alfamart sudah mulai go public (Listing di BEI). Hal
ini mempengaruhi pertumbuhan penjualan bersih sebesar 27 persen, yang pada tahun
2008 hanya Rp 8,3 triliun naik menjadi Rp 10,6 triliun. Selanjutnya, laba bersih
mengalami lonjakan 40 persen dari Rp 133 miliar pada 2008 menjadi Rp 186 miliar pada
2009.
Keterangan :
RENTABILITAS
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Makro Ekonomi, Sektor Industri dan Fundamental
Perusahaan, maka saya menyimpulkan bahwa PT. Sumber Alfaria Trijaya layak untuk
diinvestasikan. Karena bisnis retail di Indonesia saat ini seperti mendapatkan momentum.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir,bisnis ritail terutama yang melayani
kebutuhan konsumsi keseharian (fast moving consumer goods) mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Krisis global terjadi hingga akhir tahun lalu, tapi bisnis ritel tetap
mampu menjaga momentum dengan tingkat pertumbuhan di level 15%, menurut Hosting
Murah Indonesia Indositehost.com. Pencapaian tersebut memang menurun dibandingkan
2008 yang menyentuh 21,1%. Kendati begitu, pertumbuhan 15% di tengah krisis
merupakan pencapaian yang luar biasa. Mungkin di tahun 2010 ada penurunan kerugian
yang lebih banyak lagi karena kondisi ekonomi yang sudah lumayan stabil, sehingga
apabila investor menanamkan pada saat ini, maka perlahan akan mendapatkan
keuntungan dimana harga saham yang nantinya akan naik.
Disamping itu, Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) merupakan salah satu pemain
utama pasar modern dalam kelompok minimarket di Indonesia yang menempati posisi
kedua setelah Indomaret. Dan para pebisnis ritel optimistis geliat usahanya di tahun
depan masih cerah. Oleh sebab itu, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)
mematok omzet penjualan ritel tumbuh minimum 20% menjadi Rp 100 triliun di 2010.
Tahun ini, target omzet pengusaha ritel adalah sekitar Rp 80 triliun, naik 15% dari 2008.
Hal ini lantaran peritail akan kembali ekspansif memperluas jaringan tokonya setelah
mereka sempat mengerem ekspansi tahun ini (sekitar 60% -70 % dilakukan ekspansi
keluar jawa)
Laju ekspansi usaha itu,juga terdorong pertumbuhan bisnis properti, pertokoan, serta
pusat belanja di Indonesia.
E. Referensi
http://www.kabarbisnis.com/makro/nasional/289396PDB_Indonesia_naik_Rp662_triliun.
html
http://www.kompas.com/
http://www.bi.go.id/
http://www.detik.com/
TUGAS PASAR MODAL
DAN
MANAJEMEN KEUANGAN
Nama : Umi Sulistiyanti