Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI


SIKLUS PRODUKSI

DISUSUN OLEH :
AFI ARAFA
ALFATAMARA RISQA
FITRIA SAADATUN NIMAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SAINS AL-QUR'AN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul, SIKLUS PRODUKSI ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Rizky
Maulidi. S.E., M.Ak. pada mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang SIKLUS PRODUKSI, bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rizky Maulidi. S.E., M.Ak. selaku dosen
pengajar mata kuliah system informasi akuntansi yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wonosobo, 8 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………1
1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………1
1.3 TUJUAN PENULISAN ………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………….. 2
2.1. KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI SIKLUS PRODUKSI ………… 2
2.2. DESAIN PRODUK …………………………………………………………… 4
2.3. PERENCANAAN DAN PENJADWALAN …………………………………. 5
2.4. OPERASI PRODUK ………………………………………………………….. 6
2.5 AKUNTASI BIAYA …………………………………………………………… 7
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………… 11
3.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………. 11
3.2 SARAN …………………………………………………………………………... 11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam siklus produksi berdasarkan proses, suatu perusahaan akan memproduksi barang
secara terus-menerus tanpa menunggu adanya pesanan.
Pada era globalisasi ini menyebabkan kingkungan bisnis mengalami perubahan yang
begitu pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan dituntut
untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien untuk mempertahankan
eksistensinya, sehingga pengeahuan merupakan kekuatan yang sangat penting untuk
mengambil keputusan, informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu sehingga keputusan
yang tepat dapat dibuat yang disesuaikan dengan sistem informasi yang diterapkan di
masing-masing perusahaan.
Salah satu bagian terpenting dalam sistem informasi akuntansi adalah pada aktivitas
pembelian dan persediaan barang perusahaan. sistem informasi persediaan akan mencatat
setiap pergerakan mutase persediaan mulai dari pengadaan persediaan sampai dengan
ditribusi persediaan.
Pada dasarnya kegitana produksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu system proses
dan system pesanan. Dalam kegiatan produksi berdasarkan pesanan, perusahaan hanya
memproduksi barang sesuai pesanan. Dengan demikian, apabila tidak ada pesanan maka
perusahaan tidak memproduksi. Dalam hal ini, biaya produksi setiap pesanan perlu dilacak
tersendiri, karena biaya yang diserap untuk menyelesaikan pesanan kemungkinan besar
sangat berbeda dengan biaya untuk meyelesaikan pesanan sebelumnya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar sistem informasi siklus produksi (ancaman dan
pengendalian)?
2. Apa yang dimaksud proses desain produk (ancaman dan pengendalian)?
3. Apa yang dimaksud dengan perencanaan dan penjadwalan (metode perencanaan produksi
serta ancaman dan pengendalian)?
4. Apa yang dimaksud proses operasi produksi?
5. Apa yang dimaksud dengan akuntansi biaya?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk memahami konsep dasar sisitem informasi siklus produksi (ancaman dan
pengendalian).
2. Untuk memahami proses desain produk (ancaman dan pengendalian).
3. Mampu menjelaskan tentang perencanaan dan penjadwalan (metode perencanaan
produksi serta ancaman dan pengendalian).
4. Untuk memahami proses operasi produksi.
5. Mampu menjelaskan tentang akuntansi biaya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI SIKLUS PRODUKSI

Siklus produksi (Production Cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi
pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus yang berhubungan dengan pembuatan produk.

A. Proses
Departemen teknik bertanggung jawab untuk mengembangkan spesifikasi produk. File daftar
bahan baku menyimpan informasi mengenai komponen-komponen produk dan file daftar operasi
berisi informasi mengenai bagaimana untuk pembuatan setiap produknya. Untuk
mengembangkan spesifikasi tersebut, departemen teknik mengakses kedua file tersebut untuk
memeriksa desain produk yang serupa. Departemen teknik juga mengakses buku besar dan file
persediaan untuk informasi mengenai perkiraan penjualan dan pesanan pelanggan. Departemen
perencaan produksi menggunakan informasi itu dan data menganai tingkat persediaan saat ini,
untuk mengembangkan jadwal induk produksi dan membuat catatan baru dalam file pesanan
produksi dalam mengotorisasi produksi barang-barang tertentu. Pada waktu yang sama, catatan
baru ditambahkan pada file barang dalam proses untuk mengakumulasi data biaya. Permintaan
bahan baku dikirimkan ke departemen penyimpanan persediaan untuk mengotorisasi
pengeluaran bahan baku. Antarmuka computer-integrated manufacturing (CIM) mengirimkan
instruksi mendetail ke stasiun kerja pabrik. Antarmuka CIM tersebut juga mengumpulkan data
biaya dan operasional yang digunakan untuk memperbarui file barang dalam proses dan pesanan
produksi masing-masing.

B. Ancaman dan Pengendalian

AKTIVITAS ANCAMAN PENGENDALIAN


Isu-isu umum di seluruh siklus Data induk yang tidak akurat 1. Pengendalian integritas
produksi dan tidak valid pengolahan data
2. Pembatasan akses
terhadap data induk
3. Tinjauan pada semua
perubahan terhadap
data induk
Pengungkapan yang tidak 1. Pengendalian akses
diotorissi oleh informai 2. Enkripsi
sensitive
Kehilangan atau penghancuran 1. Backup dan prosedur
data pemulihan bencana
Desain produk Desain produk yang bururk 1. Analisis akuntansi
mengakibatkan kelebihan biaya yang timbul dari
biaya pilihan desain produk
2. Analisis garansi dan
biaya perbaikan

2
Perencanaan dan penjadwalan Kelebihan dan dibawah target 1. Sistem perencanaa
produksi
2. Tinjauan dan
persetujuan jadwal dan
pesanan produksi
3. Pembatasan akses
teradap pesanan
produksi dan jadwal
produksi
Operasi produksi Pencurian persedian 1. Pengendalian akses
fisik
2. Dokumentasi dari
semua pergerakan
persendian
3. Pemisahan tugas
penyimpanan asset dari
pencatatan dan
otorisasi penghapusan
4. Pembatasan akses
terhadap data induk
persediaan
5. Perhitungan persediaan
fisik secara periodic
dan rekonsiliasi dari
perhitungan tersebut
Pencurian aktiva tetap 1. Persediaan fisik dari
semua aktiva tetap
2. Membatasi akses fisik
terhadap aktiva tetap
3. Memelihara catatan
detail dari aktiva tetap
Kinerja yang buruk 1. Pelatihan
2. Laporan kinerja
Investasi suboptimal dalam 1. Persetujuan yang tepat
aktiva tetap dari perolehan aktiva
tetap,
Kehilangan persediaan atau 1. Pengamanan fisik (alat
aktiva tetap dikarenakan penyiram api)
kebarakan atau bencana lain 2. Asuransi
Gangguan operasi 1. Backup atau rencana
pemulihan bencana
Akuntansi biaya Data biaya yang tidak akurat 1. Otomatisasi data
sumber
2. Pengendalian integritas
pengolahan data
Alokasi yang tidak tepat dari 1. Perhitungan biaya

3
biaya overhead berbasis aktivitas yang
didorong waktu

2.2. DESAIN PRODUK


Tujuan aktivitas ini adalah untuk merancang sebuah produk yang memenuhi permintaan
dalam hal kualitas, ketahanan, dan fungsi serta simultan meminimalkan biaya produksi. Langkah
pertama dalam siklus produksi adalah desain produk, dimana desain produk sendiri bertujuannya
adalah untuk menciptakan sebuah produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dari segi kualitas,
daya tahan, dan fungsionalitas sementara secara simultan meminimalkan biaya produksi. Adapun
aktivitas desain produk menghasilkan dua output, yaitu:
 Daftar bahan baku (bill of materials-BOM) adalah sebuah dokumen yang
menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, dan kuantitas dari tiap-tiap komponen
yang digunakan dalam sebuah produk.
 Daftar operasi (operation list) adalah sebuah dokumen yang menspesifikasikan urutan
langkah-langkah dalam membuat produk, peralatan apa yang digunakan, dan
seberapa lama setiap langkah yang diambil.
Alat-alat seperti perangkat lunak manajemen siklus hidup produk (product life-cycle
management --PLM) dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari proses desain
produk. Perangkat lunak PLM terdiri atas tiga komponen kunci, yaitu:
 Perangkat lunak computer-aided design (CAD) untuk mendesain produk baru dan
menguji modelproduk 3-D virtual sehingga dapat mengeliminasi biaya yang terkait
dengan pembuatan dan penghancuran prototipe fisik. Perangkat lunak ini memfasilitasi
kolaborasi dnegan tim desain yang tersebar di seluruh dunia dan mengeliminasi biaya
yang terkait dengan bertukar salinan statis desain produk.
 Perangkat lunak manufaktur digital yang menirukan bagaimana produk-produk tersebut
akan diproduksi. Perangkat ini mengizinkan perusahaan untuk menentukan kebutuhan
tenaga kerja, mesin, dan proses untuk secara optimal menghasilkan barang-barang dalam
fasilitas yang berbeda di seluruh dunia guna meminimalkan biaya.
 Perangkat lunak manajemen data produk yang menyimpan semua data yang terkait
dengan produk. Perangkat ini menyediakan akses mudah terhadap spesifikasi teknik
mendetail dan data produk lainnya untuk memfasilitasi desain ulang produk, modifikasi,
dan pemeliharaan purnajual.
Ancaman dan Pengendalian
Desain produk yang buruk meningkatkan biaya dalam beberapa cara. Selain itu,
menimbulkan garansi dan biaya perbaikan yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena penggunaan
komponen unik ketika membuat produk yang terlalu banyak. Untuk menanggulangi ancaman ini,
para akuntan harus berpartisipasi dalam aktivitas desain produk karena 65%-80% biaya produk
ditentukan pada tahap produksi ini. Para akuntan dapat menganalisis bagaimana penggunaan
komponen alternatif dan perubahan untuk proses produksi yang memengaruhi biaya. Selain itu,
para kuntan dapat menggunakan informasi dari siklus pendapatan mengenai biaya perbaikan dan
garansi.

4
2.3. PERENCANAAN DAN PENJADWALAN

Tujuan dari Langkah ini adalah untuk mengambangkan rencana produksi yang cukup
efisien untuk memenuhu pesanan yang ada dan mengantisipasi permintaan jangka pendek tanpa
menimbulkan kelebihan persediaan barang jadi.
Metode perencanaan produk:
1. Manufacturing resource planning (MRP-II) adalah perpanjangan dari perencanaan
sumber daya bahan baku yang berupaya untuk menyeimbangkan kapasitas produksi yang
ada dengan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan penjualan yang
diperkirakan. Disebut juga sebagai push manufacturing karena barang-barang yang
diproduksi dalam ekspektasi permintaan pelanggan.
2. Produksi ramping (lean manufacturing) adalah metode dengan memperpanjang prinsip-
prinsip sistem persediaan just-in-time untuk seluruh proses produksi dan untuk
meminimalkan atau mengeliminasi persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi. Produksi ramping sering disebut sebagai pull manufacturing karena barang-
barang yang diproduksi sebagai respons terhadap permintaan pelanggan.
Jadi, baik MRP-II dan sistem produksi ramping merencanakan produk di awal. Meskipun
demikian, mereka berbeda dalam jangka waktu horizon perencanaan. Jika permintaan bagi
produk perusahaan dapat diprediksi dan produk memiliki siklus hidup yang panjang, maka
pendekatan MRP-II dibenarkan. Sebaliknya, pendekatan produksi ramping lebih tepat jika
produk sebuah perusahaan ditandai dengan siklus hidup yang pendek, permintaan yang tidak
dapat diprediksi, dan seringnya penurunan atau kelebihan persediaan.
Dokumen Perencanaan dan Penjadwalan
● Pesanan Produksi (production order) : sebuah dokumen yang mengotoritasasi
pembuatan dalam kuantitas yang telah ditentukan pada produk tertentu.
● Permintaan Bahan Baku (materials requistion) : mengotorisasi penghapusan dari
kuantitas yang diperlukan bahan baku dari ruang penyimpanan.
● Kartu Pemindahan (move ticket) : dokumen yang mengidentifikasi transfer internal dari
bagian, lokasi dimana bagian tersebut ditransfer, dan waktu transfer.
Informasi mengenai pesanan pelanggan, perkiraan penjualan, dan tingkat persediaan barang
jadi digunakan untuk menentukan tingkat produksi. Hasilnya adalah master production schedule
(MPS-jadwal induk produksi), yang menentukan seberapa banyak tiap-tiap produk untuk
diproduksi selama periode perencanaan dan ketika produksi tersebut harus terjadi. MPS
digunakan untuk mengembangkan sebuah jadwal mendetail yang menspesifikasikan produksi
harian dan untuk menentukan apakah bahan baku perlu dibeli. Untuk melakukannya, ini perlu
untuk "melebihkan" daftar bahan baku untuk menentukan kebutuhan bahan baku langsung untuk
memenuhi tujuan produksi yang tercantum dalam MPS. Kebutuhan tersebut dibandingkan
dengan tingkat persediaan saat ini dan jika bahan baku tambahan diperlukan, permintaan
pembelian dihasilkan dan dikirim ke departemen pembelian untuk memulai proses perolehan.

5
Aktivitas perencanaan dan penjadwalan menghasilkan tiga dokumen lain yaitu: pesanan
produksi, permintaan bahan baku, dan kartu pemindahan. Pesanan produksi (production order)
mengotorisasi pembuatan dalam kuantitas yang telah ditentukan pada sebuah produk tertentu dan
mencantumkan operasi yang perlu dijalankan, kuantitas yang akan diproduksi, dan dimana lokasi
produk jadi harus dikirimkan. Permintaan bahan baku (materials requisition) mengotorisasi
penghapusan kuantitas yang diperlukan bahan baku dari ruang penyimpanan ke lokasi pabrik
dimana bahan baku tersebut akan digunakan. Dokumen ini berisi nomer pesanan produksi,
tanggal penerbitan, berdasarkan daftar bahan baku, dan nomer bagian dan kuantitas dari semua
bahan baku yang diperlukan. Transfer bahan baku selanjutnya di seluruh pabrik
didokumentasikan dalam kartu pemindahan (move ticket), yang mengidentifikasi bagian yang
ditransfer, lokasi dimana bagian tersebut ditransfer, dan waktu transfer. Pada akhirnya,
perencanaan produksi yang akurat perlu mengintegrasikan informasi mengenai pesanan
pelanggan (dari siklus pendapatan) dengan informasi mengenai pembelian dari pemasok (dari
siklus pengeluaran), bersamaan dengan informasi mengenai ketersediaan tenaga kerja (dari
siklus SDM/Penggajian).
Ancaman dan Pengendalian
Ancaman utama dalam aktivitas perencanaan dan penjadwalan adalah kelebihan atau di
bawah target produksi. Kelebihan produksi dapat mnegakibatkan pasokan barang yang melebihi
permintaan jangka pendek, dengan demikian menciptakan masalah arus kas potensial karena
sumber daya terikat dalam persediaan. Selain itu, juga meningkatkan risiko pencatatan
persediaan yang menjadi usang. Sebaliknya, di bawah target produksi dapat mengakibatkan
kerugian penjualan dan ketidakpuasan pelanggan karena kurangnya ketersediaan barang yang
diinginkan. Sistem perencanaan produksi dapat mengurangi risiko dari kelebihan dan di bawah
target produksi. Peningkatan memerlukan perkiraan penjualan yang akurat dan terkini serta data
mengenai stok persediaan, informasi yang dapat menyediakan sistem siklus pendapatan dan
pengeluran. Selain untuk perkiraan yang meningkat, informasi mengenai kinerja produksi,
terutama terkait trend dalam total waktu untuk memproduksi setiap produk, harus secara teratur
dikumpulkan.
Persetujuan dan otorisasi yang sesuai dengan pesanan produksi adalah pengendalian lain
untuk mencegah kelebihan atau di bawah target produksi atas barang-barang tertentu. Risiko
pesanan produksi yang tidak diotorisasi dapat dikurangi dengan membatasi akses terhadap
program penjadwalan produksi

2.4. OPERASI PRODUK

Pembuatan produk dilakukan berbeda-beda di berbagai perusahaan, perbedaan


berdasarkan jenis produk yang diproduksi dan tingkat otomatisasi yang digunakan dalam proses
produksi. Menggunakan berbagai bentuk toknologi informasi (TI) dalam proses produksi, seperti
robot dan mesin yang dikendalikan, disebut sebagai computer-integrated manufacturing (CIM)
yang dapat mengurangi biaya produksi secara signifikan.

6
Ancaman dan Pengendalian

1) Keprihatinan utama dari kegiatan operasi produksi adalah pencurian persediaan dan aktiva
tetap. Selain itu, adanya pencurian yang mengakibatkan saldo aset yang berlebihan, yang
dapat mengarah pada analisis yang salah dari kinerja keuangan dan di bawah target.
2) Untuk mengurangi risiko kehilangan atas persediaan, akses fisik terhadap persediaan harus
dibatasi dan seluruh pergerakan internal dari persediaan harus didokumentasikan. Jadi,
permintaan bahan baku harus digunakan untuk mengotorisasi dikeluarkannya bahan baku
untuk produksi. Baik pegawai pengendalian persediaan maupun pegawai produksi yang
menerima bahan baku harus menandatangani daftar permintaan untuk mengakui keluarnya
barang ke produksi. Permintaan untuk bahan baku tambahan yang melebihi jumlah yang
dispesifikasikan dalam daftar bahan baku harus didokumentasikan dan diotorisasi oleh
personel penyelia atau pengawas. Kartu pemindahan harus digunakan untuk
mendokumentasi pergerakan lanjutan atas persediaan melalui berbagai tahap dalam proses
produksi.
3) Pemisahan tugas yang tepat penting untuk mengamankan persediaan. Memelihara
penyimpanan fisik pada persediaan bahan baku dan barang jadi adalah tanggung jawab dari
departemen penyimpanan persediaan. Fungsi otorisasi ditunjukkan dengan persiapan
pesanan produksi, permintaan bahan baku, dan kartu pemindahan adalah tanggung jawab
dari perencana produksi atau sistem informasi produksi itu sendiri yang semakin meningkat.
Peralatan RFID, pemindai kode batang, dan terminal online dapat digunakan untuk mencatat
pergerakan persediaan, dengan demikian memelihara catatan persediaan perpetual dengan
akurat.
4) Pengendalian serupa diperlukan untuk mengamankan aktiva tetap. Pertama, seluruh aktiva
tetap harus diidentifikasi dan dicatat, sehingga manajer dapat diberi tanggung jawab dan
akuntabilitas untuk aktiva tetap di bawah pengendaliannya. Sebuah laporan seluruh transaksi
aktiva tetap harus dicetak secara periodik dan dikirim ke kontrolir, yang harus
memverifikasi bahwa setiap transaksi dengan tepat diotorisasi dan dieksekusi. Sistem
akuntansi biaya juga perlu menjaga catatan yang akurat dari biaya perolehan dan depresiasi
untuk menghitung dengan tepat untung ruginya yang ditimbulkan dari transaksi tersebut.
5) Ancaman lain terhadap operasi produksi adalah kinerja yang buruk. Satu cara untuk
menanggulangi ancaman ini adalah pelatihan. Selain itu, menyiapkan dan meninjau laporan
terhadap kinerja secara teratur guna mengidentifikasi kapan pelatihan tambahan diperlukan.
Ancaman lain terkait dengan aktivitas siklus produksi adalah investasi suboptimal dalam
aktiva tetap. Investasi yang berlebihan pada aktiva tetap dapat menciptakan kelebihan biaya,
tingkat investasi yang rendah dapat mengurangi produktivitas. Kedua masalah tersebut
mengurangi profitabilitas.
6) Dokumen request for proposal (RFP-permintaan untuk proposal), adalah sebuah
permohonan oleh sebuah organisasi atau departemen bagi pemasok untuk mengajukan
penawaran guna memasok sebuah aktiva tetap yang memiliki karakteristik spesifik
2.5 AKUNTASI BIAYA
Tiga tujuan dasar dari sistem akuntansi biaya:
a. Untuk memberikan informasi untuk perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja dari
operasi produksi

7
b. Memberikan data biaya yang akurat mengenai produk untuk digunakan dalam menempatkan
harga serta keputusan bauran produk.
c. Mengumpulkan dan memproses informasi yang digunakan untuk menghitung persediaan
serta nilai harga pokok penjualan yang muncul dilaporan keuangan perusahaan.
Untuk mencapai tujuan pertama, sistem akuntansi biaya harus didesain untuk
mengumpulkan data secara real-time mengenai kinerja aktivitas produksi, sehingga manajemen
dapat membuat keputusan yang tepat waktu. Sedagkan dalam mencapai tujuan lainnya, sistem
akuntansi biaya harus mengklasifikasikan biaya berdasarkan berbagai kategori dan kemudian
menentukan biaya-biaya tersebut ke produk tertentu dan unit organisasi. Hal ini memerlukan
pengodean yang cermat pada data biaya selama pengumpulan, karena seringkali biaya yang sama
dialokasikan dalam berbagai cara untuk beberapa tujuan yang berbeda.
Sebagian besar perusahaan menggunakan perhitungan biaya pesanan atau perhitungan
proses untuk menentukan biaya produksi. Perhitungan biaya pesanan (job-order costing) adalah
sebuah sistem biaya yang menentukan biaya ke batch produksi tertentu atau pekerjaan. dan
digunakan ketika produk atau jasa yng dijual terdiri dari bagian-bagian yang dapat diidentifikasi
secara diskret (berlainan). Sebaliknya, perhitungan biaya proses (process costing) adalah sebuah
sistem biaya yang menentukan biaya ke masing-masing proses atau pusat kerja dalam siklus
produksi dan kemudian menghitung biaya rata-rata untuk semua unit yang diproduksi.
Perhitungan biaya proses digunakan ketika barang atau jasa yang hampir sama diproduksi dalam
jumlah massal dan unit diskret tidak dapat dengan segera diidentifikasi. Memilih perhitungan
biaya pesanan atau proses hanya memengaruhi metode yang digunakan untuk menentukan biaya
ke produk, bukan memengaruhi metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut.
Ancaman dan Pengendalian
Ancaman yang dapat menurunkan efektivitas penjadwalan produksi dan melemahkan
kemampuan manajemen untuk mengawasi dan mengendalikan operasi manufaktur adalah data
biaya yang tidak akurat. Prosedur pengendalian terbaik untuk memastikan bahwa entri data
akurat adalah dengan mengotomatisasi pengumpulan data menggunakan teknologi RFID,
pemindai kode batang, alat pembaca kartu, dan perangkat lainnya. Meskipun demikian, data
biaya yang akurat tidaklah cukup, sistem akuntansi biaya yang didesain dengan buruk akan
menjadikan salah dalam mengalokasikan biaya ke produk dan menghasilkan laporan yang
menyesatkan mengenai aktivitas siklus produksi, yang keduanya dapat mengakibatkan keputusan
yang keliru dan frustrasi. Dua subbagian berikut ini menjelaskan bagaimana sistem perhitungan
biaya berbasis aktivitas (activity-based costing) dan matrik kinerja inovatif dapat menanggulangi
masalah-masalah tersebut.
Perhitungan biaya berbasis aktivitas (activity based costing) dapat memperbaiki dan
meningkatkan alokasi biaya baik dalam sistem biaya pesanan atau proses. Perhitungan ini
berupaya untuk menelusuri biaya terhadap aktivitas yang menimbulkannya, seperti penggilingan
atau pemolesan. Tujuannya adalah untuk menghubungkan biaya dengan strategi perusahaan.
Strategi perusahaan menghasilkan keputusan mengenai barang dan jasa apa yang akan
diproduksi. Sistem perhitungan biaya berbasis aktivitas berbeda dari sistem akuntansi biaya
konvensional dalam tiga cara yang penting:

8
1. Sistem biaya berbasis aktivitas berusaha secara langsung menelusuri proporsi besar dari
biaya overhead ke produk.
2. Sistem biaya berbasis aktivitas menggunakan sejumlah besar biaya pool untuk
mengakumulasi biaya tidak langsung (overhead pabrik).
3. Sistem biaya tradisional menyatukan seluruh biaya overhead bersama-sama, sistem
perhitungan biaya berbasis aktivitas membedakan tiga kategori overhead terpisah yaitu,
Overhead yang terkait dengan batch, Overhead yang terkait dengan produk dan Overhead
keseluruhan perusahaan.
Sistem biaya berbasis aktivitas berupaya untuk merasionalkan alokasi overhead ke produk
dengan mengidentifikasi pemicu biaya. Pemicu biaya (cost driver) adalah segala sesuatu yang
memiliki hubungan sebab-akibat terhadap biaya. Sistem ERP mempermudah dalam
mengimplementasikan perhitungan biaya berbasis aktivitas karena sistem tersebut menyediakan
informasi yang mendetail mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk memproses sebuah
transaksi.
Keputusan yang Lebih Baik
Sistem biaya tradisional cenderung membebankan terlalu banyak overhead terhadap
beberapa produk dan terlalu sedikit ke produk lain, karena terlalu sedikitnya pool biaya yang
digunakan. Hal ini mengarah pada dua jenis masalah, yaitu: perusahaan mungkin menerima
kontrak penjualan untuk beberapa produk pada harga di bawah biaya produksi yang sebenarnya
yang berakibat meskipun penjualan meningkat tapi labanya turun. Masalah satunya adalah
perusahaan mungkin menaikkan harga produknya, sehingga mengundang kompetitor baru untuk
memasuki pasar.
Sistem biaya berbasis aktivitas menghindari masalah-masalah ini karena overhead dibagi
ke dalam tiga kategori dan dibebankan menggunakan pemicu biaya yang secara kausal (sebab-
akibat) berkaitan dengan produksi. Jadi, data biaya produk akan menjadi lebih akurat dan
membuat penggunaan yang lebih baik atas data produksi untuk meningkatkan desain produk.
Pada akhirnya, data biaya berbasis aktivitas meningkatkan pembuatan keputusan manajerial
dengan menyediakan informasi mengenai biaya yang berhubungan dengan aktivitas tertentu,
bukannya mengklasifikasikan biaya-biaya tersebut berdasarkan kategori laporan keuangan.
Peningkatan Manajemen Biaya
Keuntungan lain dari perhitungan biaya berbasis aktivitas adalah bahwa perhitungan
tersebut dengan jelas mengukur hasil dari tindakan-tindakan manajemen atas profitabilitas secara
keseluruhan. Sementara sistem biaya tradisional hanya mengukur pengeluaran untuk
memperoleh sumber daya, sedangkan sistem biaya berbasis aktivitas mengukur jumlah yang
dikeluarkan untuk memperoleh sumber daya dan konsumsi sumber daya tersebut. Perbedaan ini
ditunjukkan dalam formula sebagai berikut: Biaya kemampuan aktivitas = Biaya aktivitas yang
digunakan + Biaya kapasitas yang tidak digunakan.
Peningkatan Pengendalian dengan Metrik Kinerja Inovatif
Pendekatan modern ke produksi, seperti produksi ramping, secara signifikan berbeda dari
produksi massal tradisional. Salah satu perbedaan utama adalah pengurangan yang ditandai pada

9
tingkat persediaan barang jadi, karena produksi dijadwalkan sebagai respons terhadap
permintaan pelanggan bukannya proyeksi berdasarkan tahun-tahun sebelumnya.
Ukuran Pengendali Kualitas
Informasi mengenai biaya kualitas dapat membantu perusahaan menentukan dampak dari
tindakan yang diambil untuk meningkatkan yield dan mengidentifikasi area-area untuk perbaikan
lebih lanjut. Biaya pengendalian kualitas dapat dibagi ke dalam empat area sebagai berikut:
1. Biaya pencegahan berhubungan dengan perubahan terhadap proses produksi yang
didesain untuk mengurangi tingkat kecacatan produk.
2. Biaya inspeksi berhubungan dengan pengujian untuk memastikan bahwa produk
memenuhi standar kualitas.
3. Biaya kegagalan internal berhubungan dengan pengerjaan ulang atau pembuangan
produk yang diidentifikasikan sebagai produk cacat sebelum penjualan.
4. Biaya kegagalan eksternal dihasilkan ketika produk cacat dijual kepada pelanggan. Biaya
ini meliputi biaya seperti: klim kewajiban produk, garansi dan biaya perbaikan, hilangnya
kepuasan pelanggan, dan kerusakan reputasi perusahaan

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa siklus produksi (Production Cycle)
adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait yang terus-
menerus yang berhubungan dengan pembuatan produk. Di dalam siklus produksi ini terdapat
empat aktivitas dasar yaitu : desain produk, perencanaan dan penjadwalan produksi, operasi
produksi, dan akuntansi biaya. Di dalam keempat aktivitas tersebut, masing-masing
memiliki ancaman dan pengendaliannya sendiri. Ancaman di dalam setiap aktivitas dasar
tersebut harus di antisipasi. Meskipun kita tidak bisa menghindari ancaman tersebut
setidaknya kita bisa mengantisipasi dengan cara mengendalikan ancaman tersebut dengan
cara yang sesuai dan juga tepat.

B. SARAN
Penulis berharap pemabaca dapat memahami apa yang telah di paparkan dalam makalah ini
sehingga dapat memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya mengenai Sistem Informasi
Akuntansi dalam Siklus produksi dan akuntansi biaya persediaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

- http://betajati.blogspot.com/2018/12/siklus-produksi.html?m=1#:~:text=produksi
%20secara%20signifikan.-,Ancaman%20dan%20Pengendalian,keuangan%20dan%20di
%20bawah%20target.
-
- https://text-id.123dok.com/document/q06d09vq-makalah-sia-siklus-produksi.html

12

Anda mungkin juga menyukai