Anda di halaman 1dari 53

CONTOH KASUS:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. R (15 TH) DGN NYERI AKUT


PADA PRE OP CLOSE FRAKTUR CRURIS DEXTRA
(1/2 MEDIAL TIBIA&1/3 PROKSIMAL FIBULA)

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses yang dinamis yang terorganisir dan

meliputi tiga aktivitas dasar yaitu: mengumpulkan data secara

sistematis, memilah data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data

dalam format yang dapat dibuka kembali (Tarwoto, 2010).

1) Data subjektif
Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan

mereka. Hanya klien yang memberikan informasi seperti ini (Potter

dan Perry, 2005)

a) Identitas pasien
Fraktur dapat diderita semua usia mulai dari bayi, anak-anak atau

dewasa (Helmi, 2012). Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki

daripada perempuan dangan umur di bawah 45 tahun dan sering

berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka (Lukman,

2011).
b) Keluhan utama
Adanya keluhan nyeri tekan dan krepitasi (Muttaqin, 2012).

c) Riwayat penyakit sekarang


Fraktur cruris terjadi akibat adanya daya putar atau puntir yang

dapat menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam


tingkat yang berbeda. Sehingga pasien tidak mampu melakukan

pergerakan pada tungkai bawah yang patah (Muttaqin, 2012).


d) Pola nutrisi metabolik
Salah satu faktor yang dapat merubah kebutuhan nutrisi adalah

perbaikan jaringan/pemulihan kesehatan Karena suatu penyakit

(Asmadi, 2008).
e) Pola aktivitas dan latihan
Keterbatasan gerak/kehilangan fungsi motorik pada bagian yang

fraktur (Doenges, 2006).

2) Data objektif
Data objektif adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat

oleh pengumpul data (Potter dan Perry, 2005).

a) Pengkajian Fisik

(1) Keadaan umum :


Wajah pasien terlihat meringis kesakitan (Muttaqin, 2012).
(2) Tanda-tanda Vital :
(a) Nadi
Takikardi (Heryati, 2008).

(b) Suhu
Salah satu komplikasi fraktur adalah emboli lemak yang

menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang

ditandai dengan demam (Helmi, 2012).


(c) Tekanan darah
Hipertensi (Heryati, 2008).
(d) Respiratory Rate
Salah satu komplikasi fraktur adalah emboli lemak

yang menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah

yang ditandai dengan takipnea (Helmi,2012).


(3) Pemeriksaan Head to toe
(a) Wajah
Inspeksi : Wajah pasien terlihat meringis kesakitan

(Muttaqin, 2012).

(b) Hidung

Inspeksi : Salah satu komplikasi fraktur cruris adalah

emboli lemak yang menyebabkan tingkat

oksigen dalam darah rendah yang ditandai

dengan gangguan pernapasan (Helmi,

2012) dengan ciri : cuping hidung

mengembang (Wilkinson, 2007)

(c) Thorak dan paru

Inspeksi : Salah satu komplikasi fraktur cruris adalah

emboli lemak yang menyebabkan tingkat

oksigen dalam darah rendah yang ditandai

dengan gangguan pernapasan (Helmi,

2012) dengan ciri : ada penggunaan otot

bantu napas, ketidaknormalan frekuensi

pernapasan, irama dan terjadi kedalaman

pernapasan (Wilkinson, 2007).

Auskultasi : Salah satu komplikasi fraktur cruris

adalah emboli lemak yang menyebabkan

tingkat oksigen dalam darah rendah yang


ditandai dengan gangguan pernapasan

(Helmi, 2012). Pada gangguan pernapasan

mungkin didapatkan suara napas

tambahan berupa ronki, wheezing atau

krepitasi (Alimul, 2006).

(d) Abdomen
Salah satu penatalaksanaan medis adalah dengan

imobilisasi dengan fiksasi (Helmi, 2012). Imobilisasi

merupakan faktor yang berhubungan dengan konstipasi,

sehingga pasien fraktur cruris beresiko konstipasi, saat

pengkajian mungkin ditemukan data :

Inspeksi : Tidak mampu mengeluarkan feses,

mengejan saat defekasi, feses kering,

keras dan berbentuk (Wilkinson, 2007).

Auskultasi : Bising usus hipoaktif (Wilkinson,

2007).

Perkusi : Bunyi pekak pada perkusi abdomen

(Wilkinson, 2007).

Palpasi : Massa abdomen dapat dipalpasi, massa

rectal dapat dipalpasi (Wilkinson,

2007).

(e) Ekstremitas
Ekstermitas bawah
Inspeksi : Terlihat adanya deformitas yang jelas

pada tungkai bawah, klien terlihat tidak


mampu melakukan pergerakan pada

tungkai bawah yang patah (Muttaqin,

2012).
Palpasi : Dapat terjadi parestesia (tidak ada

sensasi) di kaki pada komplikasi berupa

sindrom kompartemen (Helmi, 2012).

Akaral dingin pada sisi lesi, CRT >3

detik. Adanya perubahan pada jaringan

lunak (otot). Adanya nyeri tekan pada

daerah fraktur dan krepitasi (Muttaqin,

2002).
(4) Pemeriksaan penunjang

(a) Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi/luasnya

fraktur/trauma.
(b) CT (Computed Tomography) Scan / MRI (Magnetic

Resonance Imaging): memperlihatkan tingkat keparahan

fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan

jaringan lunak.
(c) Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat

(hemokonsentrasi).
(d) Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin

untuk klirens ginjal (Lukman, 2011).

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai

status kesehatan atau masalah aktual resiko dalam rangka

mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk


mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien

yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto, 2010). Diagnosa

keperawatan menurut Muttaqin (2012) yang sering muncul pada klien

fraktur cruris tertutup adalah:

1. Nyeri akut berhubungaan dengan kompresi saraf, kerusakan

neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang.


2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan respons nyeri,

kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang.


3. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan port de entrée luka

pasca-bedah.
4. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan ketidakmampuan

menggerakkan tungkai bawah, penurunan kekuatan otot, dan

ketidakmampuan cara mobilisasi yang adekuat.


5. Ansietas yang berhubungan dengan rencana pembedahan, kondisi

sakit, perubahan peran keluarga, dan kondisi status sosioekonomi.

c. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ada empat hal yang harus diperhatikan

yaitu menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan

kriteria hasil, merumuskan intervensi dan kriteria hasil (Tarwoto, 2010).

Perencanaan pada kasus ini seperti yang di maksud Muttaqin (2012)

adalah :
Tabel 2.2 Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Nyeri akut Dalam waktu Secara subjektif, 1) Mandiri: 1) Mandiri:


berhubungan dengan 1x24 jam, nyeri klien melaporkan a) Kaji skala nyeri a) Nyeri merupakan respons subjektif
kompresi saraf, klien dapat nyeri berkurang atau b) Pantau keluhan nyeri lokal, yang dapat dikaji dengan
kerusakan berkurang atau dapat diadaptasi, apakah disertai pembengkakan. menggunakan skala nyeri. Klien
neurovaskuloskeletal, teradaptasi dapat c) Lakukan manajemen nyeri melaporkan nyeri biasanya diatas
dan pergerakan mengidentifikasi keperawatan : tingkat cedera.
fragmen tulang aktivitas yang  Atur imobilisasi pada tungkai b) Deteksi dini untuk mengetahui
meningkatkan atau bawah dan jika perlu pasang adanya tanda sindrom
menurunkan nyeri, gips sirkular kompartemen.
klien tidak gelisah  Lakukan pemasangan gips c) Manajemen nyeri keperawatan:
skala nyeri 0-1 atau spalk pasca-bedah pemasangan  Imobilisasi yang adekuat dapat
teradaptasi. ORIF. megurangi pergerakan fragmen
 Manajemen lingkungan: tulang yang menjadi unsure
Lingkungan tenang, batasi utama penyebab nyeri pada kaki.
pengunjung, dan istirahatkan  Gips spalk dipakai pasca-bedah
klien. untuk mengurangi pergerakan
fragmen tulang yang masih
 Lakukan dan awasi latihan lemah yang merupakan
rentang gerak pasif/aktif presdiposisi stimulus nyeri.
 Ajarkan dan motivasi  Lingkungan tenang akan
menggunakan manajemen menurunkan stimulus nyeri
stress, contoh : relaksasi eksternal.
progresif, latihan nafas,  Mempertahankan
imajinasi visual, sentuhan kekuatan/mobilitas otot yang
terapeutik dan distraksi pada sakit.
saat nyeri.  Memfokuskan kembali:
2) Kolaborasi: perhatian, meningkatkan rasa
a) Berikan obat sesuai program: control, pengalihan perhatian
narkotika dan analgesik non- dapat menurunkan stimulus
naekotika, NSAID. Berikan nyeri dan meningkatkan
narkotika sesuai program selama 3- kemampuan koping dalam
4 hari. manajemen nyeri.
b) Berikan/awasi analgesik yang 2) Kolaborasi:
dikontrol pasien terhadap adanya a) Analgesik memblok lintasan nyeri
efek samping sehingga nyeri akan berkurang
c) Operasi untuk pemasangan fiksasi b) Pemberian rutin mempertahankan
interna (ORIF) kadar analgesik darah secara
adekuat, mencegah fluktuasi dalam
menghilangkan nyeri akibat spasme
c) Fiksasi internal dilakukan pada
fraktur melintang (yang relatif
stabil), setelah 3-4 minggu gips
panjang dapat diganti dengan gips
(atau penyangga) fungsional
dibawah lutut yang dibentuk dengan
cermat untuk menahan tibia bagian
atas dan tendon patella. Cara ini
akan membebaskan lutut dan
memungkinkan penahanan beban
penuh.

Diagnosa
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
2. Hambatan mobilitas Dalam waktu Klien dapat ikut serta 1) Kaji mobilitas yang ada dan observasi 1) Mengetahui tingkat kemampuan klien
fisik yang 3x24 jam, klien dalam program peningkatan kerusakan. Kaji secara dalam melakukan aktivitas.
2) Imobilisasi yang adekuat dapat
berhubungan dengan mampu latihan, tidak terjadi teratur fungsi motorik.
2) Atur posisi imobilisai pada kaki. mengurangi pergerakan fragmen tulang
ketidakmampuan melaksanakan kontraktur sendi,
3) Lakukan pemasangan gips spalk atau
yang menjadi unsure utama penyebab
melakukan aktifitas fisik klien menunjukkan
gips sirkular.
nyeri pada kaki.
pergerakan sekunder sesuai dengan tindakan untuk 4) Beri alat bantu tongkat.
3) Fiksasi tertutup dengan gips
5) Bantu klien melakukan latihan ROM,
akibat pemasangan kemampuannya. meningkatkan
mengurangi pergerakan fragmen tulang
perawatan diri sesuai toleransi.
gips sirkular. mobilitas.
sehingga dapat mengurangi respons
atau stimulus nyeri dan dapat
meningkatkan mobilisasi.
4) Alat bantu tongkat dapat membantu
klien dalam melakukan imobilisasi.
5) Klien diajar untuk melatih otot kaki
dan lutut. Jika gips dilepas, pembalut
krep dipasang dan klien diberi tahu
bahwa dia dapat meninggikan dan
melatih tungkai atau berjalan dengan
benar, namun dia tidak boleh
membiarkannya menggantung.
Diagnosa
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

3. Resiko tinggi infeksi Dalam waktu Tidak ada tanda dan 1) Mandiri: 1) Mandiri:
a) Kaji faktor-faktor yang a) Faktor port de entrée fraktur cruris
berhubungan dengan 10x24 jam, resiko gejala infeksi,
memungkinkan terjadinya infeksi tertutup adalah luka pasca-bedah,
port de entree luka infeksi klien tidak pengangkatan jahitan
pasca-operasi terjadi. pasca-bedah ORIF yang masuk ke port de entree. sisi luka dari traksi tulang, setiap
b) Lakukan manajemen
dapat dilakukan pada sisi besi pada fiksasi eksterna.
keperawatan:
hari ke-10 Faktor-faktor ini harus dipantau
 Lakukan perawatan luka
oleh perawat dan dilakukan
steril pada hari ke-2 pasca-
perawatan luka steril.
bedah ORIF atau apabila kasa b) Lakukan manajemen keperawatan:
terlihat kotor.  Perawatan luka steril dilakukan
 Lakukan perawatan luka
idealnya pada hari ke-2 dan
secara steril pada luka pasca- perawatan selanjutnya tidak
bedah ORIF dengan iodin setiap hari.
providum dan dibersihkan  Teknik swabbing secara steril
dengan alkohol 70% dengan dapat membersihkan sisa
teknik swabbing dari arah nekrotik, debris dan dapat
dalam keluar mengurangi kontaminasi
 Desinfeksi daerah
kuman.
pemasangan fiksasi eksterna  Desinfeksi dengan iodine
dengan iodin providum dan providum dapat menghilangkan
dibilas dengan alkohol 70%. kuman pada sekitar logam yang
 Tutup luka OREF dengan kasa
masuk ke kulit pada fiksasi
gulung. eksterna. Pembersihan iodine
 Pantau kondisi luka. Apabila
kasa terlihat kotor atau ada providum dengan alkohol dapat
sisa perdarahan pasca-bedah, mengurangi dampak iritasi pada
segera lakukan ganti balutan. kulit sehingga dapat
 Buat jendela pada gips
meningkatkan pertumbuhan
sirkular untuk memudahkan jaringan.
perawatan luka.  Menghindari kontak dengan
c) Pantau atau batasi kunjungan.
udara luar.
d) Tinggikan asupan nutrisi tinggi
 Kasa yang kotor akibat sisa
kalori dan tinggi protein.
perdarahan pasca-bedah
2) Kolaborasi:
Berikan antibiotik sesuai indikasi. merupakan stimulus yang dapat
meningkatkan resiko infeksi.
 Jendela gips sirkular dibuat oleh
perawat agar memudahkan
pemantauan tanda infeksi,
memudahkan perawatan luka,
dan menghindari penekanan
pada luka akibat adanya gips
diatas luka.
c) Mengurangi resiko kontak infeksi
dari orang lain.
d) Meningkatkan imunitas tubuh
secara umum dan membantu
menurunkan resiko infeksi.
Kolaborasi:

Satu atau beberapa agens diberikan


yang bergantung pada sifat pathogen
dan infeksi yang terjadi.

Diagnosa
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

4. Resiko tinggi trauma Dalam waktu Secara subjektif, klien 1) Mandiri: 1) Mandiri:
a) Kaji tingkat pengetahuan klien a) Sebagai data dasar untuk
berhubungan dengan 1x24 jam, klien mampu mengulang
tentang faktor yang beresiko melaksanakan intervensi sesuai
ketidakmampuan mengenal faktor kembali faktor-faktor
menyebabkan trauma pada fraktur dengan tingkat pengetahuan yang
menggerakkan yang yang menyebabkan
cruris tertutup. klien miliki.
tungkai bawah, meningkatkan trauma dan terlihat
b) Lakukan manajemen fiksasi b) Lakukan manajemen fiksasi:
penurunan kekuatan resiko trauma melaksanakan eksterna:  Posisi yang ideal pada fiksasi
 Atur posisi fiksasi
otot, dan atau cedera, baik kegiatan intervensi eksterna dapat menghindari
eksterna
ketidaktahuan cara cedera dini menghindari trauma. resiko trauma. Biasanya dengan
 Anjurkan klien untuk tidak
mobilisasi yang maupun cedera meletakkan bantal kecil pada
menginjakkan kaki yang
adekuat. lanjut, dan klien lipat siku kaki dapat
masih terpasang OREF
kooperatif untuk  Atur posisi telapak kaki meningkatkan rasa nyaman
ikut serta dalam fleksi 90 derajat klien.
menghindari  Penyembuhan penyambungan
menghadap ke atas.
resiko trauma.  Fiksasi eksterna jangan tulang agar dapat menahan
ditutup dengan selimut berat tubuh dapat mencapai 3
 Beri penumpul pada bulan.
bagian logam yang tajam.  Foot drop sering terjadi akibat
c) Lakukan dukungan psikologis siku kaki terlalu lama
2) Kolaborasi:
Pemberian antibiotik melakukan ekstensi. Pengaturan
posisi telapak kaki fleksi 90
derajat dapat menghindari
kontraktur sendi telapak kaki.
 Ketidaktahuan akan adanya
fiksasi eksterna dapat
meningkatkan resiko cedera
 Untuk mengurangi respons
cedera jaringan lunak pada sisi
yang sehat akibat tergores
bagian tajam tajam dari fiksasi
eksterna
c) Pengaturan posisi kadang
memberikan stimulus nyeri
sehingga klien sering malas untuk
melakukan fleksi telapak kaki.

2) Kolaborasi:
Antibiotik dapat menurunkan invasi
kuman yang dapat meningkatkan resiko
cedera jaringan lunak.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

5. Ansietas yang Dalam waktu 1x24 Klien terlihat rileks 1) Bantu klien mengekspresikan 1) Ansietas berkelanjutan
berhubungan dengan jam ansietas klien dan secara perasaan marah, kehilangan dan menimbulkan dampak serangan
rencana pembedahan, berkurang/hilang atau subjektif takut. jantung selanjutnya.
2) Kaji tanda verbal dan nonverbal 2) Reaksi verbal/non-verbal dapat
kondisi sakit, teradaptasi. menyatakan
ansietas, damping klien, dan menunjukkan agitasi, marah, dan
perubahan peran ansietas berkurang
lakukan tindakan jika gelisah.
keluarga, dan kondisi
3) Konfrontasi dapat meningkatkan
menunjukkan perilaku merusak.
status sosioekonomi.
3) Hindari konfrontasi. rasa marah, menurunkan kerja
4) Mulai melakukan tindakan
sama, dan mungkin memperlambat
untuk mengurangi ansietas.
penyembuhan.
Beri lingkungan yang yang 4) Mengurangi rangsangan eksternal
tenang dan suasana penuh yang tidak perlu.
5) Control sensasi klien (dalam
istirahat.
5) Tingkatkan control sensasi mengurangi ketakutan) dengan
klien. cara memberikan informasi tentang
6) Orientasikan klien terhadap
keadaan klien, menekankan pada
prosedur rutin dan aktivitas
penghargaan terhadap sumber
yang diharapkan.
koping (pertahanan diri) yang
7) Beri kesempatan kepada klien
positif, membantu latihan relaksasi
untuk mengungkapkan
dan teknik pengalihan, dan
ansietasnya.
8) Berikan privasi untuk klien dan memberikan respons balik yang
orang terdekat. positif.
6) Orientasi dapat mengurangi
ansietas.
7) Dapat menghilangkan ketegangan
terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
8) Memberikan waktu untuk
mengekspresikan perasaan,
menghilangkan ansietas, dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga
dan teman yang dipilih klien untuk
melayani aktivitas dan pengalihan
(missal membaca) akan
mengurangi perasaan terisolasi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Tanggal masuk : 18 Juli 2013 Jam masuk : 10.00 WIB


Ruang / no reg : B / 13270937 Kelas : III
Tanggal pengkajian: 18 Juli 2013 Jam : 10.30 WIB
Diagnosa : Pre Op Close Fraktur Cruris dextra (1/2 medial tibia dan

1/3 proksimal fibula)

1. Identitas

a. Identitas pasien b. Identitas

penanggung jawab

Nama ibu : Sdr. “R” Nama : Ny. “S”

Umur : 15 th Umur : 48 th

Jenis Kelamin : L Jenis Kelamin : P

Agama : Islam Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA Penghasilan : -

Pekerjaan : - Alamat : Bandungan

Alamat : Bandungan Saradan

Saradan Hubungan : Ibu


2. Riwayat keperawatan

a. Keluhan utama

Pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan dan terasa panas. Nyeri

dirasakan seperti tertusuk dan tebakar dengan skala nyeri 7. Nyeri terasa
terus menerus, menjalar diseluruh kaki kanan. Nyeri semakin terasa berat

saat kaki mencoba digerakkan.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan mengalami kecelakaan di jalan raya Bogo saat

hendak berangkat sekolah pukul 07.00 WIB. Kecelakaan terjadi saat

pasien hendak menghindari seorang kakek yang menyebrang jalan.

Kemudian pasien mengerem mendadak dan menabrak sebuah pohon. Saat

kejadian kecelakaan pasien dalam keadaan sadar, tidak mual dan tidak

pusing. Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD Nganjuk dan masuk di

ruang Bougenvile kelas III pukul 10.00 WIB. Saat dilakukan pengkajian

pada tanggal 18 Juli 2013 jam 10.30 WIB, pasien mengatakan kaki

kanannya nyeri dan terasa panas. Nyeri dirasakan seperti tertusuk dan

terbakar dengan skala nyeri 7. Nyeri dirasakan terus menerus, menjalar

diseluruh kaki kanan. Nyeri semakin terasa berat saat kaki mencoba

digerakkan.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan

hingga patah tulang seperti sekarang. Sakit yang biasa diderita seperti flu,

demam dan bisa sembuh ± 2 hari setelah berobat ke dokter.

b. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah

mengalami patah tulang seperti pasien atau memiliki riwayat penyakit

tulang ataupun reumatik dan tidak mempunyai penyakit keturunan seperti


Hipertensi, Diabetus Militus dan penyakit menular seperti TB paru dan

HIV/AIDS.

Genogram

Sdr. R (15 tahun)

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Sdr. R (15 tahun) dengan Pre Op Close
Fraktur Cruris

Keterangan :

: Laki – laki meninggal

: Laki – laki hidup

: Perempuan meninggal

: Perempuan hidup

: Garis Keturunan

: Garis Perkawinan

: Penderita

: Tinggal dalam satu rumah


4. Pola fungsi kesehatan

Menurut Gordon

a. Pola persepsi kesehatan, pemeliharaan kesehatan

Pasien tahu bahwa kesehatan itu penting dan perlu dijaga. Jadi jika sedang

sakit pasien berobat ke dokter.

b. Pola nutrisi

Selama di rumah : Pasien mengatakan makan 3x/hari dengan porsi

nasi, lauk, sayur, dan minum ± 4 gelas/hari

dengan volume ± 1000 ml.

Saat pengkajian : Pasien mengatakan belum makan ataupun

minum. Pasien mendapatkan nutrisi dari cairan

c. Pola eliminasi

Selama di rumah

BAB : Pasien mengatakan BAB 1x/hari dengan

konsistensi lunak warna kuning bau khas feces.

BAK : Pasien mengatakan BAK ± 4x/hari dengan warna

kuning bau khas urine, volume ± 1000 ml.


Saat pengkajian

BAB : Pasien mengatakan belum BAB.

BAK : Pasien mengatakan belum BAK.


d. Pola aktivitas

Selama di rumah : Pasien sebelum sakit menjalankan aktivitas seperti

sekolah, bermain, menonton tv bersama keluarga.


Saat pengkajian : Pasien hanya mampu terbaring diatas tempat

tidur. Semuanya keinginan pasien dibantu oleh

keluarganya.

e. Pola kebersihan diri

Selama di rumah : Pasien mengatakan mandi 2x/hari dengan sabun,

keramas 2 hari sekali, gosok gigi setiap saat

mandi, ganti pakaian setiap hari. Semua

dilakukan dengan mandiri.


Saat pengkajian : Pasien baru saja MRS, jadi pasien belum

melakukan pola kebersihan diri.

f. Pola istirahat tidur

Selama di rumah : Pasien mengatakan tidur ± 8 jam. Mulai pukul

21.00 - 05.00 WIB. Pasien jarang tidur siang.


Saat pengkajian : Pasien baru saja MRS.

g. Pola kognitif - persepsi

Selama di rumah : Pasien dapat berbicara dengan lancar

menggunakan bahasa jawa, mampu berinteraksi

dengan keluarganya, mengetahui aroma

makanan, merasakan teh tanpa gula.


Saat pengkajian : Pasien dapat berbicara dengan lancar

mengunakan bahasa jawa, dapat mengikuti


perintah perawat, mencium aroma makanan,

dapat merasakan teh.

h. Pola persepsi diri – konsep diri

Selama di rumah : Pasien setiap hari menjalankan kewajibannya

sebagai seorang pelajar


Saat pengkajian : Pasien baru saja MRS. Pasien tidak akan sekolah

untuk beberapa hari selama perawatan di RS

i. Pola hubungan – peran

Selama di rumah : Hubungan pasien dalam peran keluarga, dan

masyarakat sekitar baik.


Saat pengkajian : Pasien mampu berinteraksi dan komunikasi

dengan keluarga dan pasien lainnya dengan baik.

j. Pola penanganan masalah stress

Selama di rumah : Jika ada masalah dalam keluarganya, pasien

hanya diam, dan menerima semua keputusan

yang diberikan.
Saat pengkajian : Pasien menanyakan kesembuhan sakitnya

kepada perawat, dan kedua orang tuannya.

k. Pola keyakinan – nilai


Selama di rumah : Pasien menganut dan mengikuti norma-norma

agama islam, mempercayai adanya Allah, pasien

selalu sholat 5 waktu.


Saat pengkajian : Pasien menganut dan mengikuti norma – norma

agama islam, mempercayai adanya Allah, Saat

sakit pasien hanya berdoa di atas tempat tidur

semoga cepat sembuh.

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (Eye : 4 Motorik : 6 Verbal : 5)
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 102 x/ menit
RR : 22 x/ menit
S : 37,8 ºC
c. Pemeriksaan kepala sampai leher

1) Wajah : Ekspresi wajah nampak menyeringai, gelisah.

2) Mata

Inspeksi : Bentuk simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva merah

muda, sklera putih, pupil isokor, dan penglihatan baik.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

3) Hidung

Inspeksi : Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak terdapat polip,

RR 22 x/ menit, tidak ada sekret, dan penciuman baik.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

4) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat

serumen, tidak ada lesi, dan pendengaran baik.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada tragus.

5) Mulut

Inspeksi : Tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat

karies gigi, lidah bersih, dan tidak ada perdarahan pada

gusi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

6) Leher
Inspeksi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaan vena

jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak

ada pembesaran kelenjar limfe.

d. Pemeriksaan thoraks
1) Dada
Inspeksi : Bentuk simetris, saat bernafas gerakan dinding dada

kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, dan terdapat

gerakan retraksi dada.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dan getaran vokal premitus teraba

sama antara kanan dan kiri.


2) Paru
Perkusi : Suara paru resonan.
Auskultasi : Tidak ada suara napas tambahan (ronchi, wheezing), suara

paru vesikuler di semua lapang paru.


3) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 midklavikula sinistra.
Perkusi : Suara pekak terdapat pada ICS 3 – 5 toraks sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung S1dan S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung

tambahan.
e. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Keadaan umum secara keseluruhan bersih, bentuk

adomen datar, warna kulit abdomen coklat, umbilikus

tidak menonjol, tidak terdapat benjolan maupun jaringan

parut.
Auskultasi : Bising usus 10x/ menit.
Perkusi : Suara tympani.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada pembesaran pada

pankreas, tidak ada nyeri tekan.


f. Pemeriksaan ekstremitas / muskulosekeletal
1) Ekstremitas atas
Inspeksi : Tidak ada benjolan, terdapat lesi pada lengan kiri atas,

terpasang infus D5 14 tpm pada tangan kiri.


Palpasi : Tidak ada odema, tidak ada nyeri tekan akral hangat,

CRT< 3 detik.

2) Ekstremitas bawah

Inspeksi : Terpasang spalk dari tungkai bawah sampai dengan

pertengahan paha kanan. Adanya edema, deformitas (+),

pasien tidak mampu melakukan pergerakan pada tungkai

kanan yang patah.


Palpasi : Ada nyeri tekan, CRT < 3 detik pada tungkai kanan.
Kekuatan Otot

5 5

2 5

g. Pemeriksaan kulit dan kuku

Inspeksi : Kulit lembab, bersih, tidak ada lesi.

Palpasi : Turgor kulit baik, akral hangat.


h. Pemeriksaan penunjang

Tabel 3.1
Hasil Pemeriksaan
pemeriksaan Hematology pada Sdr. R (15 tahun) dengan Pre
hematology
Op Close Fraktur Cruris tanggal 18 juli 2013
Nama : Sdr. R Tanggal : 18-07-2013

No. RM : 13270937 Jam : 16.40 WIB

Parameter Hasil Normal Range


WBC 12,88 [10n 3/UL] [L : 3,8 – 10,6 P : 36 – 11.0]

NEUT 10,66 [10n 3/UL] [%] [30-70]

LYMPH 1,24 [10n 3/UL] [%] [25-40]

MONO 0,95 [10n 3/UL] [%] [4-12]

EO 0,03 [10n 3/UL] [%] [2-4]

BASO 0,00 [10n 3/UL] [%] [0,1-1,2]

RBC 4,53 [10n 6/UL] [L : 4,4 – 5,9 P : 3,8 – 5,2]

HGB 13,00 [9/dl] [L : 13,2 – 17,3 P : 11,7 – 15,6]

NCT 37,6 [%] [L : 40-52 P : 35-47]

MCV 83,0 [FL] [80 – 100]

MCH 28,7 [P9] [26,0 – 34,0]

MCHC 34,6 [9/dl] [32,0 – 36.0]

PLT 201 [10n 3/UL] [150 – 350]

RDW-SD 38,1 [FL] [35,1 – 46,3]


RDW-CV 12,8 [%] [11,6 – 14,4]

PDW 13,6 [FL]

MPV 11,1 [FL]

P-LCR 34,1 [%]

PCT 0,22 [%]

Hasil foto rogten


Nama : Sdr. R Tanggal : 18/07/2013
No. RM : 13270937 Jam : 10.17 WIB

Gambar 3.2 Pemeriksaan Rogten pada Sdr. R (15 tahun) dengan Pre
Op Close Fraktur Cruris tanggal 18 Juli 2013.

6. Terapi

Tabel 3.2 Terapi pada Sdr. R (15 tahun) dengan Pre Op Close Fraktur Cruris
tanggal 18 Juli 2013.
Nama : Sdr. R

No. RM : 13270937

No. Tanggal Cairan Injeksi Oral


1. 18 Juli 2013 RL 21 tpm Ceftriaxone 2 x 1 gram

Ketorolac 3 x 30 mg

Ranitidin 2 x 1 ampul

Tabel 3.3 Analisa Data pada Sdr. R (15 tahun) dengan Pre Op Close Fraktur
Cruris tanggal 18 Juli 2013

ANALISA DATA
Nama : Sdr. R
No. Reg : 13270937

No. Data Penunjang Etiologi Masalah


1. DS : Pasien mengatakan nyeri pada Kerusakan Nyeri akut
kaki kanan, dengan skala nyeri neuromuskular
7, nyeri seperti tertusuk dan
terbakar, nyeri terus menerus
dan menjalar diseluruh kaki
kanan. Nyeri semakin berat bila
mencoba digerakkan.
DO :
a. K/U cukup
b. Kesadaran composmentis
c. GCS : 15 (Eye : 4 Motorik :
6 Verbal : 5)
d. Wajah menyeringai
e. Observasi TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 102 x/ menit
S : 37,8 ⁰C
RR : 22 x/ menit

2. DS : Pasien mengatakan sulit Imobilisasi Hambatan


menggerakan kaki kanannya. mobilitas fisik
DO :
a. Terpasang spalk dari tungkai
bawah sampai dengan
pertengahan paha kanan
b. Ada nyeri tekan
c. Ada edema
d. Ada deformitas
e. ADL dibantu
f. Kekuatan otot :
5 5
2 5

3. DS : Pasien mengatakan tidak bisa Ketidaknyamanan Gangguan pola


tidur fisik (misal suhu tidur
DO : tubuh, nyeri)
a. Wajah nampak mengantuk
b. Sering menguap
c. Tidur 6 jam mulai 23.00-
05.00 WIB, sering terbangun
saat nyeri muncul. Tidur
siang 1 jam.

4. DS : Pasien mengatakan belum BAB ketidakcukupan Resiko konstipasi


sejak MRS ± sudah 3 hari. aktivitas fisik.
DO :
a. Teraba masa pada abdomen
b. Bising usus 6 x/ menit
c. Perkusi abdomen
hipotympani.

5. DS : Pasien mengatakan takut dan Rencana Ansietas


cemas menjelang operasi pembedahan, kondisi
DO : sakit
a. Wajah nampak gelisah
b. Pasien selalu bertnya tentang
bagaimana operasinya nanti
dan keadaan sakitnya saat ini.
Tabel 3.4 Diagnosa Keperawatan pada Sdr. R (15 tahun) dengan Pre Op Close
Fraktur Cruris tanggal 18 Juli 2013

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Sdr. R

No. Reg : 13270937


No. Tanggal Diagnosa Keperawatan TTD
1. 18-07-2013 Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular.
2. 18-07-2013 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
imobilisasi.
3. 19-07-2013 Gangguan pola tidur berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik (misal suhu tubuh, nyeri).
4. 20-07-2013 Resiko konstipasi berhubungan dengan
ketidakcukupan aktifitas fisik
5. 20-07-2013 Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan,
kondisi sakit.
PERENCANAAN
Nama : Sdr. R
No. Reg : 13270937
No. Tanggal Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. 18-07-2013 Nyeri akut b/d Dalam waktu 1. Secara subjektif 1. Mandiri 1. Mandiri
a. Kaji skala nyeri a. Nyeri merupakan respons
kerusakan 1x24 jam, klien melaporkan
b. Pantau keluhan nyeri lokal, apakah
subjektif yang dapat dikaji dengan
neuromusku nyeri klien nyeri
disertai pembengkakan.
menggunakan skala nyeri.
lar. dapat berkurang/teradap c. Pertahankan imobilisasi pada
b. Deteksi dini untuk mengetahui
berkurang atau tasi. bagian yang sakit dengan tirah
tanda sindrom kompartemen.
2. Dapat
teradaptasi. baring, gips spalk. c. Mengurangi nyeri dan mencegah
mengindentifikasi d. Ajarkan dan motivasi penggunaan
kesalahan posisi tulang/tegangan
aktifitas yang manajemen nyeri seperti relaksasi
jaringan yang cedera.
meningkatkan/me progresif, latihan nafas dalam, d. Dapat menurunkan stimulus nyeri
nurunkan nyeri. imajinasi visual. dan meningkatkan kemampuan
3. Skala nyeri 0-1 e. Lakukan kompres dingin 24-48 jam
koping dalam manajemen nyeri.
4. Wajah rileks
pertama sesuai kebutuhan. e. Menurunkan edema atau
2. Kolaborasi
pembentukan hematom,
a. Berikan dan awasi analgesik yang
menurunkan sensasi nyeri.
yang diminum pasien terhadap
2. Kolaborasi
adanya efek samping. a. Menurunkan rasa nyeri.

2. 18-07-2013 Hambatan Dalam waktu 1. Klien dapat ikut 1. Kaji mobilitas yang ada dan 1. Mengetahui tingkat kemampuan
mobilitas fisik 3x24 jam, serta dalam observasi peningkatan kerusakan. klien dalam melaukan aktivitas.
2. Imoblisasi yang adekuat dapat
b/d klien mampu program latihan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
imobilisasi. melakukan 2. Tidak terjadi 2. Atur imobilisasi pada kaki. mengurangi pergerakan fragmen
3. Lakukan pemasangan gips spalk
aktivitas fisik kontraktur sendi. tulang yangmenjadi unsur utama
3. Klien atau gips sirkular.
sesuai dengan penyebab nyeri.
4. Anjurkan klien untuk latihan
menunjukkan 3. Mengurangi pergerakan fragmen
kemampuan
rentang gerak aktif/pasif pada
tindakan untuk tulang sehingga dapat
nya.
ekstremitas yang sehat/sakit.
meningkatkan mengurangi respons atau
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik,
mobilisasi. stimulus nyeri dan dapat
okupasi.
meningkatkan mobilisasi.
4. Meningkatkan aliran darah ke
otot dan tulang untuk
meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi,
mencegah kontraktur atau atrofi.
5. Membantu melatih kekuatan otot
pasien.
3. 18-07-2013 Gangguan Dalam waktu 1. Pasien a. Pantau pola tidur pasien dan catat 1. Untuk menentukan program
pola tidur b/d 1x24 jam, memperlihatkan hubungan faktor-faktor fisik yang akan dilakukan
ketidaknyama kebutuhan jumlah tidur seperti nyeri/ketidaknyamanan selanjutnya.
2. Pil tidur dapat mengganggu
nan fisik tidur klien yang normal. yang dapat mengganggu pola tidur
2. Perasaan segar kualitas tidur, menyebabkan
(misal suhu terpenuhi. pasien.
setelah b. Anjurkan pasien untuk tidak mengantuk sepanjang siang.
tubuh, nyeri)
3. Untuk menghindari salah satu
tidurterpenuhi menggunakan pil tidur yang dijual
penyebab dari gangguan tidur.
dengan cukup. bebas.
4. Lingkungan yang tenang dan
c. Ajarkan pasien untuk menghindari
Terbangun makanan dan minuman saat akan nyaman meningkatkan kualitas
diwaktu yang tidur yang dapat mengganggu tidur.
5. Aktifitas optimal akan
sesuai. tidur.
d. Hindari suara keras dan meningkatkan kualitas tidur
penggunaan lampu saat tidur yang baik.
6. Merangsang otot-otot yang
malam, ciptakan lingkungan yang
tegang menjadi lemas sehingga
tenang dan damai.
e. Bantu pasien untuk membatasi menjadi nyaman.
7. Membantu penyembuhan pola
tidur siang dan anjurkan untuk
tidur pasien yang kurang
melakukan aktivitas sesuai
maksimal.
kebutuhan.
f. Berikan/lakukan tindakan
kenyamanan seperti masase,
pengaturan posisi dan sentuhan
efektif.
g. Kolaborasi dengan dokter tentang
perlunya meninjau program
pengobatan jika berpengaruh pada
pola tidur.
4. 20-07-2013 Resiko Dalam waktu 1. Pola eliminasi a. Kumpulkan data dasar mengenai 1. Data dasar digunakan untuk
konstipasi b/d 3x24 jam klien (dalam rentan program defekasi, aktivitas, menentukan program
ketidakcuku mampu yang pengobatan dan pola kebiasaan selanjutnya.
2. Untuk mengetahui keadaan
pan aktivitas mengeluarkan diharapkan). pasien.
2. Feses lunak dan b. Pantau pola defekasi, melalui pasien saat defekasi.
fisik. feses secara berbentuk. frekuensi, konsistensi, bentuk, 3. Mungkin didapatkan auskultasi
3. Pengeluaran
efektif. volume dan warna. bising usus hipoaktif.
feses tanpa c. Observasi ada atau tidak adanya 4. Efek dari pemberian cairan dan
bantuan. bising usus dan distensi abdomen. serat untuk mencegah konstipasi.
d. Jelaskan efek cairan dan serat 5. Untuk emerangsang defekasi
dalam mencegah konstipasi. secara normal.
e. Anjurkan aktivitas yang optimal. 6. Untuk meningkatkan serat dan
f. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai
cairan dalam diet.
kebutuhan.

5. 20-07-2013 Ansietas b/d Dalam waktu Klien terlihat rileks 1. Bantu klien mengekspresikan 1. Agar pasien merasa lega dan
rencana 1x 24 jam dan secara subjektif marah, kehilangan dan takut. rileks.
2. Beri kesempatan pada klien untuk 2. Dapat menghilangkan
pembedahan, ansietas klien menyatakan ansietas
mengungkapkan ansietasnya ketegangan terhadap
kondisi sakit berkurang/ berkurang.
3. Mulai melakukan tindakan untuk
kekhawatiran yang tidak
hilang atau
mengurangi ansietas. Beri
diekspresikan .
teradaptasi.
lingkungan yang tenang dan 3. Mengurangi rangsangan
suasana yang penuh istirahat. eksternal yang tidak perlu.
4. Tingkatkan kontrol sensasi klien. 4. Kontrol sensasi klien (dalam
5. Orientasikan klien terhadap
mengurangi ketakutan) dengan
prosedur rutin dan aktivitas yang
cara memberikan informasi
diharapkan.
tentang keadaan klien,
6. Berikan privasi untuk klien dan
menekankan pada penghargaan
orang terdekat
terhadap sumber koping
(pertahanan diri) yang positif,
membantu latihan relaksasi dan
teknik pengalihan, dan
memberikan respons balik yang
positif.
5. Orientasi dapat mengurangi
ansietas
6. Adanya keluarga dan teman yang
dipilih klien untuk melayani
aktivitas dan pengalihan (misal
membaca) akan mengurangi
perasaan terisolasi.
PELAKSANAAN
Nama Pasien : Sdr. R
No. RM : 13270937

No. Tanggal Jam Diagnosa Tindakan keperawatan TTD


1. 18 Juli 10.40 1. Membina hubungan saling percaya
2013 pada pasien dan keluarga pasien.
Dx 1
2. Melakukan pengkajian nyeri mulai dari
10.43
karakteristik nyeri hingga skala nyeri.
Didapatkan:
a. Pasien mengatakan nyeri seperti
tertusuk dan panas terbakar,
menjalar diseluruh kaki kanan,
nyeri semakin berat saat mencoba
digerakkan.
b. Skala nyeri 7
3. Memantau adanya nyeri lokal apakah
Dx 2 disertai pembengkakan.
10.50
- Edema (+)
4. Mengkaji mobilitas yang dapat
dilakukan pasien. Didapatkan :
- Pasien tidak mampu menggerakkan
10.52
tungkai yang patah.
5. Mengobservasi TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 102 x/ menit
RR : 22 x/ menit
Dx 1
S : 37,8 ºC
5. Memberikan kompres dingin pada
10.55
bagian yang nyeri ( telapak kaki dan
paha.

11.05
2. 19 Juli 07.50 1. Mengobservasi TTV
TD : 120/80 mmHg
2013
N : 88 x/ menit
RR : 22 x/ menit
S : 36,8 ºC
2. Memberikan injeksi Ceftriaxone 1
gr, Ketorolac 30 mg, Ranitidin 1
08.00
ampul (2 ml).
3. Melakukan pengkajian nyeri mulai
dari karakteristik hingga skala
09.00 Dx 1 nyeri. Didapatkan :
a. Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul
b. Skala nyeri 4
4. Memantau pola tidur pasien dan
mencatat apakah ada hubungan
dengan nyeri/ketidaknyamanan
09.05 Dx 3 yang dapat mengganggu pola tidur.
5. Mengatur posisi pasien semi fowler.
6. Mengajarkan dan memotivasi
pasien untuk latihan nafas dalam,
imajinasi visual untuk meredakan
nyeri.
09.10 7. Mengajarkan untuk latihan rentang
gerak aktif dan pasif (gerakan
09.12 Dx 1 fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi)
pada kaki yang sehat ataupun yang
sakit.
8. Menyarankan pasien untuk tidak
menggunakan pil tidur.
09.18 Dx 2
9. Menganjurkan untuk menghindari
minuman yang mengganggu tidur
seperti kopi.
10. Menganjurkan kepada keluarga
pasien untuk memberikan pijatan
09.25 Dx 3 pada pasien.
3. 20 Juli 07.30 1. Mengobservasi TTV
TD : 110/80 mmHg
2013
N : 89 x/ menit
RR : 20 x/ menit
S : 36,2 ºC
2. Memberikan injeksi Ketorolac 30
mg
07.45 Dx 1 3. Mengkaji skala nyeri. Didapatkan:
a. Pasien mengatkan nyeri
berkurang
08.30 Dx 1
b. Skala nyeri 2
4. Mengajarkan latihan rentang gerak
aktif dan pasif (gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi) pada
ekstemitas yang sehat ataupun yang
08.32 Dx 2 sakit.
5. Memantau pola defekasi melalui
bentuk, frekuensi, bentuk dan
warna.
6. Mengobservasi ada atau tidaknya
bising usus. Didapatkan bising usus
08.38 Dx 4
8x/ menit
7. Menganjurkan untuk makan
makanan yang berserat seperti buah
dan sayur. Menambah asupan
minum air ± 1000-1500 cc/ hari.
8. Memberi kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan ansietasnya.
9. Memberikan respon balik yang
positif dengan memberikan
informasi pasien tentang keadaan
pasien yang postif.
10. Menganjurkan pasien untuk
merilekskan diri dengan istirahat.
08.50 Dx 5
11. Menganjurkan pada keluarga pasien
untuk selalu memberika motivasi
akan kesembuhan pasien.
08.55 12. Memberikan makanan dengan diet
MB (nasi, sayur, lauk tempe dan
pisang).

09.00

11.30 Dx 4

4. 21 Juli 07.30 1. Mengobservasi TTV


TD : 120/80 mmHg
2013
N : 86 x/ menit
RR : 22 x/ menit
S : 36,6ºC
2. Memberikan injeksi ketorolac 30
mg.
07.45 3. Mengobservasi bising usus, palpasi
masa abdomen. Didapatkan :
09.00 Dx 4 auskultasi bising usus 8 x/ menit,
teraba masa pada abdomen. Perkusi
abdomen hipotympani.
4. Menjelaskan efek cairan dan serat
dalam mencegah konstipasi.
5. Memberkan makanan dengan diet
MB (nasi, sayur, lauk ayam dan
09.03
pisang).
12.00
5. 22 Juli 07.30 1. Mengobservasi TTV
TD : 120/80 mmHg
2013
N : 90 x/ menit
RR : 22 x/ menit
S : 36,6ºC
2. Mengobservasi bising usus, palpasi
masa abdomen. Didapatkan : bising
07.40 Dx 4
usus
8 x/menit, teraba masa pada
abdomen.
3. Memotivasi pasien agar lebih
tenang untuk menjalani operasi
4. Membantu persiapan pasien akan
08.30
operasi.
5. Mengantar pasien ke ruang operasi.
09.00

09.10
EVALUASI
Nama Pasien : Sdr. R

No. RM : 13270937
No. Tanggal Diagnosa Jam Evaluasi TTD
1 18 Juli Nyeri akut 15.00 S : Pasien mengatakan nyeri dan
2013 berhubung panas seperti terbakar
an dengan O:
kerusakan a. Keadaan umum cukup
b. Kesadaran composmentis
neuromus
GCS : 15 (Eye : 4 Motorik : 6
kular
Verbal : 5)
c. Observasi TTV
T : 130/80 mmHg
N : 84 x/ menit
S : 38,2 ºC
RR : 22 x/ menit
d. Wajah menyeringai
e. Skala nyeri 6
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

S : Pasien mengatakan tidak bisa


menggerakkan kaki kanannya.
O:
Hambatan 15.00 a. Keadaan umum cukup
b. Kesadaran composmentis.
mobilitas
c. GCS : 15 (Eye : 4 Motorik : 6
fisik
Verbal : 5)
berhubung
an dengan
d. Observasi TTV
imobilisa T : 130/80 mmHg
N : 84 x/ menit
si
S : 38,2 ºC
RR : 22 x/ menit
e. Ada nyeri tekan
f. Ada odema
g. Ada deformitas
h. Terpasang spalk dari tungkai
bawah sampai dengan
pertengahan paha kanan.
i. ADL dibantu
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2. 19 Juli Nyeri akut 14.00 S : Pasien mengatakan masih nyeri,
2013 berhubung panas namun hilang timbul
an dengan O:
kerusakan a. Keadaan umum cukup
b. Kesadaran composmentis
neuromus
c. GCS : 15 (Eye : 4 Motorik : 6
kular
Verbal : 5)
d. Observasi TTV
T : 120/80 mmHg
N : 88 x/ menit
S : 36,5 ºC
RR : 20 x/ menit
e. Wajah menyeringai
f. Skala nyeri 4
g. Kaki terasa tebal
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
S : Pasien mengatakan dapat
menggerakkan ujung jari dan
telapak kaki
O:
Hambatan 14.00
a. Keadaan umum cukup
mobilitas fisik
b. Kesadaran composmentis.
berhubungan c. GCS : 15 (Eye : 4 Motorik : 6
dengan Verbal : 5)
d. Observasi TTV
imobilisasi
T : 120/80 mmHg
N : 88 x/ menit
S : 36,5 ºC
RR : 20 x/ menit
e. Ada nyeri tekan
f. Odema (+)
g. Ada deformitas
h. Terpasang spalk dari tungkai
bawah sampai dengan
pertengahan paha kanan
i. ADL dibantu
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

S : Pasien mengatakan tidak bisa


tidur
O:
a. Keadaan umum cukup
b. Kesadaran composmentis
c. GCS : 15 (Eye : 4 Motorik : 6
Verbal : 5)

Gangguan pola 14.00 d. Observasi TTV


tidur b/d T : 120/80 mmHg
ketidaknyama N : 88 x/ menit
S : 36,5 ºC
nan fisik (misal
RR : 20 x/ menit
suhu tubuh, e. Pasien nampak gelisah
f. Tidur ± 6 jam mulai 23.00-
nyeri).
05.00 WIB dan sering
terbangun
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3. 20 Juli Nyeri akut 14.00 S : Pasien mengatakan nyeri
2013 berhubung berkurang
an dengan O:
kerusakan a. Keadaan umum baik
b. Kesadaran composmentis
neuromus
c. Observasi TTV
kular T : 120/80 mmHg
N : 84 x/ menit
S : 36 ºC
RR : 20 x/ menit
d. Wajah nampak rileks
e. Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

S : Pasien mengatakan dapat


menggerakkan kakinya untuk
miring
Hambatan 14.00
O:
mobilitas fisik
a. Keadaan umum baik
berhubungan b. Kesadaran composmentis.
c. Observasi TTV
dengan
T : 120/80 mmHg
imobilisasi N : 84 x/ menit
S : 36 ºC
RR : 20 x/ menit
d. Terdapat fraktur pada cruris
kanan
e. Ada nyeri tekan
f. Odema berkurang
j. Terpasang spalk dari tungkai
bawah sampai dengan
pertengahan paha kanan
g. ADL dibantu
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

S : Pasien mengatakan sudah bisa


tidur dengan nyaman.
O:
a. Keadaan umum baik
b. Kesadaran composmentis
c. Observasi TTV
T : 120/80 mmHg
N : 84 x/ menit
Gangguan pola 14.00 S : 36 ºC
RR : 20 x/ menit
tidur b/d
d. Tidur ± 8 jam mulai 21.00-
ketidaknyama 05.00 WIB.
nan fisik (misal A : Masalah teratasi
suhu tubuh, P : Intervensi dihentikan
nyeri).
S : Pasien mengatakan tidak bisa
BAB
O:
a. Keadaan umum baik
b. Kesadaran composmentis
c. GCS : 15 (Eye : 4 Motorik : 6
Verbal : 5)
d. Observsi TTV :
T : 120/80 mmHg
N : 84 x/ menit
S : 36 ºC
RR :20 x/ menit
Resiko 14.00
e. Bising usus 8x/ menit.
konstipasi b/d f. Perkusi abdomen
ketidakcuku hipotympani
pan aktifitas A : Masalah belum teratasi
fisik. P : Intervensi dilanjutkan

S : Pasien mengatakan takut akan


menjelang operasi.
O:
a. Kedaan umum baik
b. Kesadaran composmentis
c. GCS : 15 (Eye : 4 Motorik :
6 Verbal : 5)
d. Observasi TTV :
T : 120/80 mmHg
N : 84 x/ menit
S : 36 ºC
RR : 20 x/ menit
e. Wajah nampak gelisah.
f. Selalu bertanya bagaiman
dengan operasinya nanti dan
Ansietas b/d 14.00 bagaiman dengan
rencana kesembuhan sakitnya.
A : Masalah belum teratasi.
pembedahan,
P : Intervensi dilanjutkan
kondisi sakit.

4. 21 Juli Resiko 14.00 S : Pasien mengatakanbelum juga


2013 konstipasi b/d bisa BAB
ketidakcuku O:
pan aktifitas a. Keadaan umum baik
b. Kesadaran composmentis
fisik.
c. Observsi TTV :
T : 110/70 mmHg
N : 86 x/ menit
S : 36,2 ºC
RR :20 x/ menit
d. Teraba massa pada abdomen
e. Bising usus 6 x/ menit.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

S : Pasien mengatakan lebih tenang


akan menjalani operasi.
O:
Ansietas b/d 14.00
a. Kedaan umum baik
rencana b. Kesadaran composmentis
c. Observasi TTV :
pembedahan,
T : 110/70 mmHg
kondisi sakit. N : 86 x/ menit
S : 36,2 ºC
RR : 20 x/ menit
d. Pasien nampak tenang
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan
5. 22 Juli Resiko 14.00 S : Pasien mengatakan belum juga
2013 konstipasi b/d bisa BAB dan perut terasa penuh.
ketidakcuku O:
pan aktifitas a. Keadaan umum baik
b. Kesadaran composmentis
fisik.
c. Observsi TTV :
T : 120/70 mmHg
N : 88 x/ menit
S : 36,7 ºC
RR :22 x/ menit
d. Teraba massa pada abdomen
e. Bising usus 6 x/ menit.
f. Perkusi abdomen
hipotimpani.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
- Kolaborasi dengan tim medis
untuk memberikan dulcolak
supositoria.

Anda mungkin juga menyukai