Keekonomian keluarganya yang pas-pasan, atau mungkin lebih dari itu merupakan
penyebab utama ia tak dapat sekolah lagi. Rumahnya hanya beralaskan bumi, bumi yang
sangat dingin hingga menusuk tulang. Setiap malam tak henti-hentinya dia membaca buku
yang didapat di tempat pembuangan akhir di dekat rumahnya. Buku yang telah usang, kotor
namu tetap terbaca selalu menemani dimanapun dia berada. Sampai suatu hari bukunya
hilang, hilang entah kemana, buku yang terakhir ia lihat kini sudah tiada. Ingin menangis tapi
tak punya raga, apa daya hanya bisa menerima nasib yang diberikan Tuhan kepadanya.