Definisi
Leukemia mieloid akut atau acute myeloid leukaemia(AML)
merupakan keganasan pada sumsum tulang yang berkembang secara cepat pada jalur
perkembangan sel myeloid (Safitri, 2008).
Leukemia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri myeloid
(Sutoyo dan Setiyohadi, 2009).
Acute Myeloid Leukemia merupakan suatu bentuk kelainan sel hematopoetik yang
dikarakteristikkan dengan adanya proliferasi berlebihan dari sel myeloid yang dikenal dengan
myeloblas (Rogers,2010).
B. Etiologi
Penyebab LMA sampai saat ini belum di ketahui,tetepi sejumlah faktor terbukti
berpengaeruh dan dapat menyebabkan LMA
Faktor predisposisi LMA meliputi :
a) Faktor intrinsik (host)
Keturunan
Resiko terjadinya LMA meningkat pada kembar indentik penderita LMA,demikian
pula pada saudara lainnya
Kelainan kromosom
Resiko LMA meningkat pada penderita kelainan kromosom seperti sindrom
down,anemia fanconi,sindrom kleinfelter,sindrom bloom,sindrom turner,dan wiskott
aldrich
Defisiensi imun
Sistem imunitas tubuh memiliki kemampuan untuk dapat mengidentifikasi sel yang
berubah menjadi sel ganas. Gangguan sistem ini dapat menyebabkan beberapakan sel
ganas lolos dan selanjutnya berplorientasi hingga menimbulkan penyakit
b) Faktor lingkungan
Radiasi
Adanya efek leukemogenik dan ionisasi radiasi dan reaksi nuklir,radiasi terapi dan
radiasi yang berhubungan dengan pekerjaan meningkatan nsidens LMA pada ahli
radiologi,penderita dengan pembesaran kelenjar timus,ankiloiosing spondilitis dan
penyakit hodgkin yang mendapatkan terapi radiasi
Bahan kimia dan obat obatan
Pemaparan terhadap benzene hidrokarbon dalam jumlah besar dan berlangsung
lama,individu yang mendapatkan pengobatan golongan antrasiklin,agen alkilasi
terutama pengguna melfalan jangka panjang pada kanker ovarium,mieloma
multiple,kanker payudara,mustard nitrogen pada penyakit
hodgkin,klorambusil,busulfan,dan tiotepa dapat menyebabkan resiko LMA
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan klasifikasi French American British (FAB) AML terbagi menjadi 8 tipe :
- Mo ( Acute Undifferentiated Leukemia ) Merupakan bentuk paling tidak matang
dari AML, yang juga disebut sebagai AML dengan diferensiasi minimal.
- M1 ( Acute Myeloid Leukemia tanpa maturasi ) 4 Merupakan leukemia
mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat dari kasus AML. Pada AML jenis ini
terdapat gambaran azurophilic granules dan Auer rods. Dan sel leukemik dibedakan menjadi
2 tipe, tipe 1 tanpa granula dan tipe 2 dengan granula, dimana tipe 1 dominan di M1.
- M2 ( Akut Myeloid Leukemia ) Sel leukemik pada M2 memperlihatkan kematangan
yang secara morfologi berbeda, dengan jumlah granulosit dari promielosit yang berubah
menjadi granulosit matang berjumlah lebih dari 10 %. Jumlah sel leukemik antara 30–90 %.
Tapi lebih dari 50 % dari jumlah sel-sel sumsum tulang di M2 adalah mielosit dan
promielosit.
- M3 ( Acute Promyelocitic Leukemia ) Sel leukemia pada M3 kebanyakan adalah
promielosit dengan granulasi berat, stain mieloperoksidase + yang kuat. Nukleus bervariasi
dalam bentuk maupun ukuran, kadangkadang berlobul . Sitoplasma mengandung granula
besar, dan beberapa promielosit mengandung granula berbentuk seperti debu. Adanya
Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) dihubungkan dengan granula-granula
abnormal ini .
- M4 ( Acute Myelomonocytic Leukemia ) Terlihat 2 (dua) type sel, yakni
granulositik dan monositik, serta sel-sel leukemik lebih dari 30 % dari sel yang bukan eritroit.
M4 mirip dengan M1, dibedakan dengan cara 20% dari sel yang bukan eritroit adalah sel
pada jalur monositik, dengan tahapan maturasi yang berbedabeda. Jumlah monosit pada
darah tepi lebih dari 5000 /uL. Tanda lain dari M4 adalah peningkatan proporsi dari eosinofil
di sumsum tulang, lebih dari 5% darisel yang bukan eritroit, disebut dengan M4 dengan
eoshinophilia. Pasien–pasien dengan AML type M4 mempunyai respon terhadap kemoterapi-
induksi standar.
- M5 ( Acute Monocytic Leukemia ) Pada M5 terdapat lebih dari 80% dari sel yang
bukan eritroit adalah monoblas, promonosit, dan monosit. Terbagi menjadi dua, M5a dimana
sel monosit dominan adalah monoblas, sedang pada M5b adalah promonosit dan monosit.
M5a jarang terjadi dan hasil perawatannya cukup baik.
- M6 ( Erythroleukemia ) Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritroblas dengan
derajat berbeda dari gambaran morfologi Bizzare. Eritroblas ini mempunyai gambaran
morfologi abnormal berupa bentuk multinukleat yang raksasa. Perubahan megaloblastik ini
terkait dengan maturasi yang tidak 5 sejalan antara nukleus dan sitoplasma.M6 disebut
Myelodisplastic Syndrome ( MDS ) jika sel leukemik kurang dari 30% dari sel yang bukan
eritroit . M6 jarang terjadi dan biasanya kambuhan terhadap kemoterapi-induksi standar.
- M7 ( Acute Megakaryocytic Leukemia ) Beberapa sel tampak berbentuk
promegakariosit/megakariosit. ( Yoshida, 1998; Wetzler dan Bloomfield, 1998 ).
D. Pathway
E. PATOFISIOLOGI
Patogenesis utama LMA adalah adanya gangguan pematangan yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel mieloid terhenti pada sel-sel muda(blast) dengan akibat terjadi akumulasi
blast di sumsum tulang. Akumulasi Blast didalam sumsum tulang akan menyebabkan
terjadinya gangguan hematopoesis normal yang akhirnya akan mengakibatkan
sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandaidengan
adanya sitopenia (anemia, leukopeni, trombositopeni). Adanya anemia akan
menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat akan sesak nafas, adanya
trombositopenia akan menyebabkan tanda-tanda perdarahan, serta adanya leukopenia
akan menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi. Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk
juga dapat bermigrasi keluar sumsum tulang atau berinfiltrasi ke organ-organ lain
seperti kulit,tulang, jaringan lunak dan sistem saraf pusat dan merusak organ-organ
tersebut.Pada hematopoiesis normal, myeloblast merupakan sel myeloid yang belum matang
yang normal dan secara bertahap akan tumbuh menjadi sel darah putih dewasa. Namun, pada
AML myeloblast mengalami perubahan genetik atau mutasi sel yang mencegah adanya
diferensiasi sel dan mempertahankan keadaan sel yang imatur, selain itu mutasi
sel juga menyebabkan terjadinya pertumbuhan tidak terkendali sehingga terjadi
peningkatan jumlah sel blast (Sutoyo dan Setiyohadi, 2009).
G. KOMPLIKASI
Penyulit yang paling sering didapatkan adalah :
Perdarahan.
Sepsis.
I. PENGKAJIAN
a. Aktivitas
Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
b. Sirkulasi
Palpitasi, tachicardia, kulit dan membran mukosa pucat, defisit syaraf cranial
c. Eliminasi
Diare, nyeri tekan perianal, melena, urinemia
d. Integritas ego
Depresi, menarik diri, muda tersinggu
e. Makanan/ cairan
Anoreksi, penurunan berat badan, disfagia, distensi abdomen, penurunan bising usus,
splenomegali, hepatomegali, stomatitis, hipertrofi gusi.
f. Neurosensori
Penurunan koordinasi, pusing.
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, gelisah, focus pada diri sendiri.
h. Pernapasan
Nafas pendek, dispnea, takipnea.
i. Keamanan
Riwayat infeksi, perdarahan spontan dengan trauma minimal, demam, infeksi,
perdarahan gusi, epistaksis, splenomegali, hepatomegali, limpadenopati.
j. Penyuluhan/Pembelajaran
Keluarga kurang informasi tentang prognosis penyakit, kebutuhan pengobatan dan
terapi.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan (lingkungan tidak
dikenal)
K. Asuhan keperawatan