Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini, jumlah penderita yang menderita penyakit yang


disebabkan oleh Staphylococcus aureus, seperti pneumonia, meningitis,
empiema, endokarditis, atau sepsis meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa
tidak hanya pada orang tua saja yang terkena penyakit itu tetapi remaja
bahkan anak-anak pun ada yang menderita penyakit tersebut. Hal ini
dapat dikarenakan tertular dari rumah sakit, kebersihan yang tidak terjaga,
dan masih banyak lagi.(Brooks, 2007)

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang


berbentuk sferis dan tersusun dalam kelompok yang tidak teratur. Habitat
alami Staphylococcus aureus pada manusia adalah pada daerah kulit,
hidung, mulut, dan usus besar, di mana pada keadaan sistem imun yang
normal, Staphylococcus aureus tidak bersifat patogen.(prescott 7th)

Selain itu strain S Aureus memiliki sifat resistent pada berbagai


macam antibiotik. Pada awal pengobatan S Aureus antibiotik yg pertama
kali digunakan methicilin akan tetapi semakin lama organisme tersebut
menjadi resistant dalam hal ini dikenal dengan strain meticillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA). Lalu kemudian Vancomycin menjadi
pemeran utama dalam mengobati penyakit-penyakit infeksi yang
disebabkan oleh S Aureus.

Strain vancomycin resistant S aureus (VSRA) mulai muncul


sehingga tidak dapat diterapi dengan antibiotik. Kasus resistensi S aureus
ini merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat yang sangat serius,
sehingga pengobatan yang lebih baru harus di kembangkan. (prescott 7th)

Terkait dengan ekonomi masyarakat kita yang perlu diperhatikan


serta pengobatan-pengobatan pada puskesmas yang sering masyarakat
kita kunjungi karena biaya pada puskesmas tersebut lebih ringan dari
pada di rumah sakit, akan tetapi seiring dengan ringannya biaya perlu
diperhatikan juga SDM, fasilitas, maupun obat. Pada saat ini harga obat
semakin mahal dan memiliki efek samping yang berbahaya.
(http://greenlumut.wordpress.com, 2009)

Penggunaan obat tradisional saat ini dirasa cukup penting karena


selain mudah di dapat, khasiatnya juga tidak kalah dengan obat modern.
Efek samping obat alami terbukti lebih kecil dibanding dengan obat
modern, tetapi kepastian dan konsistensi bahan aktif yang terkandung di
dalam obat alami belum dapat dijamin, terutama untuk penggunaan
secara rutin.

Salah satu obat tradisional yang paling sering digunakan adalah


produk dari lebah, yaitu madu. Akan tetapi ada juga produk lebah yang
memiliki kemampuan seperti madu yaitu propolis.

Propolis sendiri adalah substansi resin yang diproduksi oleh lebah,


atau yang bisa dikenal dengan bee glue. Propolis sendiri sebenarnya
sudah ada sejak jaman dahulu akan tetapi masyarakat tidak mengetahui
apa aja manfaat dari propolis itu sendiri. Fungsi propolis pada tubuh:

1. Sebagai anti inflamasi


2. Sebagai anti mikroba
3. Sebagai anti neoplastic
4. Antioxidan
5. Antiplatet
6. Antivirus
7. Pertumbuhan sel epitel
8. Untuk fertilitas
9. Efek immunomodulator
10. Osteoporosis preventative effects
11. Periodontal effects
12. Radioprotective effects
(Propolis (Propolis) Plant Profiler Sigma-Aldrich.htm)

Pada saat ini peneliti akan meneliti tentang salah satu efek dari
propolis yaitu sebagai antimikroba.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah Propolis memiliki aktivitas anti bakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus?
2. Apakah Propolis dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui aktivitas antibakteri propolis terhadap bakteri
Staphylococcus aureus?

1.3.2 Tujuan Khusus


Untuk mengetahui konsentrasi ethanol pada propolis terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi universitas


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan
masukan pada bagian microbiology dan farmakologi dari
Universitas Hang Tuah Surabaya.

1.4.2 Bagi mahasiswa


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk melatih
mahasiswa dalam proses berpikir yang ilmiah.

1.4.3 Bagi masyarakat


Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat
dalam menyediakan terapi tambahan atau terapi alternatif untuk
mendukung terapi
utamanya dalam mengatasi penyakit-penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Staphylococcus aureus.

1.4.4 Bagi puskesmas dan dinas kesehatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
pengembangan madu di Indonesia.

1.4.5 Bagi penelitian lain


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan
penelitian-penelitian yang akan datang
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Konsentrasi ekstrak propolis

Jumlah mikroba,
Aktivitas Antimikroba suhu, pH

Daerah Hambat
Pertumbuhan (DHC)

Bakteri gram +
Staphylococcus
aureus

Ekstrak propolis pada konsentrasi tertentu diduga memiliki


aktivitas antimikroba yang dapat dilihat melalui adanya Daerah Hambat
pertumbuhan (DHP) mikroba. Spesies mikroba yang menyebabkan infeksi
paling banyak salah satunya adalah Staphylococcus aureus yang
merupakan bakteri gram positif. Dalam propolis terdapat kandungan
flavonoid yang dipercaya memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
mikroba. Dalam memilih senyawa antimikroba yang mampu
mempengaruhi daerah hambat pertumbuhan mikroba, selain konsentrasi
senyawa antimikroa (ekstrak propolis) dan spesies mikroba perlu
diperhatikan juga jumlah mikroba, suhu, dan pH lingkungan di sekitar
mikroba.

3.2 Hipotesis Penelitian

Ekstrak propolis (bee glue) memiliki aktivitas antimikroba yang


dinilai melalui adanya daerah hambatan pertumbuhan pada mikroba
Staphylococcus aureus.

Anda mungkin juga menyukai