Anda di halaman 1dari 25

BABIX

FILUM ANNELIDA (KELAS OLIGOCHAETA)

TUJIJAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti bab ini mahasiswa diharapkan:

1. mampu menjelaskan gambaran umum Filum Annelida

2. mampu menjelaskan morfologi dan anatomi, kiasifikasi kelas Oligochaeta

3. mampu menjelaskan sistem pencernaan kelas Oligochaeta

4. mampu menjelaskan sistem pernafasan kelas Oligochaeta

5. mampu menjelaskan sistem syaraf kelas Oligochaeta

6. mampu menjelaskan sistem reproduksi (embryogenesis) kelas Oligochaeta

7. mampu menjelaskan siklus hidup kelas Oligochaeta

8. mampu menjelaskan peranan bagi kehidupan manusia (manfaat dan kerugiannya)

kelas Oligochaeta

Subpokok Bahasan 1. Gambaran Umum Filum Annelida

Annelida berasal dan bahasa latin, Anellus = cincin (segmen), yaitu termasuk

kelompok hewan cacing yang bersegmen, lunak (tidak mempunyai kerangka), simetris

bilateral. Filum Annelida jumlahnya lebih dan 12.000 sepesies yang terbagi ke dalam 3

kelas yaitu kelas Oligochaeta (cacing yang hidup di tanah dan air tawar), kelas

Polychaeta (cacing yang hidup di laut) dan kelas Hirudinea (Iintah). Annelida

ditemukan di seluruh dunia dari laut yang paling dalam sampai gunung es yang tinggi.

Annelida hidup di tempat yang tersembunyi seperti lumpur, pasir, di bebatuan dan

diantara hewan invertebrata seperti Sponge dan banyak juga yang hidup dalam suatu

lubang berupa tabung yang dibuat melalui bahan sekretnya sendiri.

Karakteristik dasar dari filum ini adalah tubuh terbagi dalam seri memanjang

dengan segmen-segmen silindris atau metamere yang masing-masing terbagi/dibatasi


oleh dinding tubuh dan pada rongga tubuhnya mengandung organ-organ internal.

Pembagian secara eksternal seperti yang terlihat cacing tanah pada umumnya sangat

berkaitan dengan pembagian internal. Tubuh Annelida terdiri dari bagian kepala,

bagian badan yang bersegmen-segmen dan bagian ujung yang tidak bersegmen yang

disebut pygidium.

Sistem pencernaan Annelida terdiri dan usus yang tidak bersegmen mulai dan

mulut dan memanjang pertengahan tubuh sampai anus pada bagian pygidium. Usus

yang terdapat pada rongga tubuh (coelom). Bagian-bagian segmen pada coelom

biasanya terbagi satu dengan yang lain oleh jaringan yang tipis yang berpori disebut

septa.

Sistem sirkulasi pada filum ini bervariasi. Darah pada umumnya mengandung

hemoglobin yaitu pigmen darah merah yang membawa oksigen. Beberapa Annelida

mempunyai pigmen darah hijau yang membawa oksigen dan yang lainnya darahnya

tidak mempunyai pigmen. Sistem sirkulasi darah pada umumnya tertutup pada

pembuluh darah yang berkembang dengan baik. Pada beberapa Polychaeta dan lintah

ada yang mempunyai sistem sirkulasi darah terbuka, dengan darah dan cairan coelom

tercampur secara langsung pada pori-pori rongga tubulmya. Aliran darah ke arah

kepala melalui pembuluh darah yang berkontraksi ke bagian atas rongga usus dan

kembali lagi ke bagian pusat melalui pembuluh darah di bawah rongga usus.

Kemudian masing-masing di alirkan ke bagian-bagian tubuh oleh pembuluh darah

lateral. Beberapa pembuluh darah lateral berkontraksi dan akhirnya mengalir ke bagian

yang disebut jantung.

Sistem pemafasan Annelida ada yang melalui dinding tubuh yang tipis, insang

melalui pertukaran gas diantara darah dan lingkungan. Akan tetapi, pada umumnya

Annelida tidak mempunyai organ khusus untuk pertukaran gas, dan respirasi terjadi

secara langsung melalui dinding tubuh yang tipis.


Tipe sistem saraf terdiri dari otak yang primitif atau masa ganglion yang

terdapat pada bagian kepala, yang dihubungkan oleh sebuah cincin saraf ke sebuah

saraf tangga tali ventral yang memanjang ke seluruh tubuh. Tangga tali (cord) muncul

ke bagian saraf lateral dan ganglion pada tiap segmen. Organ perasa pada Annelida

pada umumnya adalah berupa mata, tentakel, dan organ keseimbangan yang disebut

statocysts.

Sistem Reproduksi dapat secara seksual atau aseksual. Reproduksi aseksual

dengan cara fragmentasi, budding atau fusi. Reproduksi secara seksual umumnya

terdapat pada Annelida yang hermaphrodite, tetapi juga terdapat pula pada spesies

yang mempunyai jenis kelamin terpisah. Pembuahan telur pada Annelida laut biasanya

berkembang menjadi larva (cacing muda) yang dapat berenang bebas. Telur pada

cacing tanah mempunyai bentuk yang tertutup di dalam kokon dan tumbuh menjadi

dewasa. Pada banyak Polychaeta mempunyai kemampuan regenerasi pada bagian

tubuh yang hilang dengan pertumbuhan yang cepat.

Subpokok Bahasan 2. Morfologi, Anatomi dan Kiasifikasi Oligochaeta

Anggota kelas Oligochaeta mempunyai panjang antara 0,5 mm — 3 m. Kepala

berbentuk kerucut yang sederhana tanpa alat sensori. Oligochaeta mempunyai tubuh

yang bersegmen, tiap segmen mengandung setae yang tersusun dalam 4 pasang.

Setae pada cacing di air tawar lebih panjang daripada cacing yang hidup di darat.

Setae dan cacing sebagai alat peraba. Jumlah segmen diantara prostomium (anterior)

dan pygidium 100 - 150 segmen. Mulut terdapat pada bagian ventral dan peristomium

yang merupakan segmen pertama dari cacing. Anus terdapat pada ujung dari

pygidium. Pada segmen mengandung delapan setae yang tersusun dalam empat

pasang setae, dua pada bagian ventral dan dua pasang yang terdapat pada bagian

ventolateral. Pada segmen juga terdapat lubang metanephridia (alat ekskresi) yang

terdapat pada daerah rolateral.


Gambar 9.01. Susunan setae pada kelas Oligochaeta

Keterangan : 1,2,3 :susuna lumbricine dan 4 : susunan penichaetine

1 .pasangan tertutup; 2. pasangan lebar dan 3. pasangan tersebar

Oligochaeta juga mempunyai empat pasang lubang genital (genital pores) yang

terbuka pada bagian ventral. Satu pasang pada segmen ke- 15 yang merupakan porus

genital jantan mengandung sperma. Dua pasang pada segmen ke-9 dan 10 yang

merupakan genital betina tempat menampung sperma selama kopulasi, dan sepasang

porus betina pada segmen ke-14 yang merupakan letak terdapatnya telur.
Gambar 9.02. Morfologi cacing kelas Oligochaeta bagian anterior dan ventral

Anatomi kelas Oligoehaeta secara melintang (dinding tubuh) dan bagian paling

luar (permukaan) sampai bagian dalam yaitu rongga tubuh (coelom) yaitu terdiri dari

lapisan kutikula, epidermis dan lapisan otot. Kutikula merupakan lapisan tipis yang

terdapat paling luar, tidak bersel, tidak berwama atau transparan, terdiri dari lapisan

serabut collagenous. Epidermis yang terdapat dibawah lapisan kutikula terdiri dari satu

lapis berupa sel penyokong berbentuk sel glandular (struktural). Sel glandular terdiri

daei sel mucus (sel goblet) dan sel albumin yang fungsinya belum diketahui. Sel goblet

mengeluarkan lendir ke permukaan kutikula yang berfungsi untuk mencegah

kekeringan permukaan tubuh dan menyokong pergerakan di tanah. Pada bagian

epidermis juga terdapat sd sensor yang banyak (sense cell) yang tersebar lebih

banyak pada bagian ventral daripada di bagian dorsal.


Gambar 9.03. Potongan melintang bagian kutikula dan epidermis kelas Oligochaeta

Lapisan otot terdapat di bawah epidermis terdiri dua lapis yaitu lapisan otot

melingkar (sirkular) dan lapisan otot memanjang (longitudinal). Lapisan otot melingkar

terdiri dan serabut-serabut otot melebar dan melingkar sekitar tubuh. Susunan serabut

ototnya tidak teratur. Lapisa otot memanjang terdiri dan lapisan otot yang lebih tebal

yang memanjang sepanjang badan.


Gambar 9.04 Anatomi (potongan melintang) kelas Oligochaeta

Rongga tubuh (coelom) yang cukup luas tempat terdapatnya usus,

metanephridia dan organ reproduksi. Pembagian segmentasi tiap coelom terpisah

dengan sempurna, tetapi pemisah diantaranya masih terbuka untuk dilalui simpul-

simpul saraf ventral dan pembuluh darah mayor pada bagian atas dan bawah.

Pada kelas Oligochaeta ini mempunyai sekitar 3.500 spesies yang meliputi

cacing tanah dan cacing yang hidup di air tawar. Oligochaeta mernpunyai habitat yang

bervariasi di seluruh dunia. Pada umumnya membuat lubang-lubang di dalam tanah,

tetapi ada juga yang hidup di rawa-rawa atau danau. Spesies yang lain hidup di bawah

bebatuan, dedaunan di daerah tropis, pada permukaan glacier atau pada insang ikan-

ikan air tawar.

Klasifilasi Oligochaeta berdasarkan sistem dasar taksonomi modern pertama

kali dipelopori oleh Michaelsen (1920), dimana Oligochaeta dibagi menjadi 11 famili,

152 genus dan 1200 spesies. Pada tahun 1930,Stephenson mengklasifikasikan

Oligochaeta menjadi 14 famili. Kemudian beberapa nama membuat system klasifikasi


baru untuk menggantikan klasifikasi Stephenson (1930) yaitu Omodeo (1958)

berdasarkan letak dan jumlah kelenjar kalsiferus, Lee (1959) berdasarkan jumlah, letak

lubang jantan dan letak Nephridioporus, Gates (1959) berdasarkan bentuk kelenjar

prostatil, sistem ekskretori dan letak kelenjar kiasiferous.

Pembagian famili Oligochaeta meliputi 1. Moniligastridae, 2. Megascolecidae,

3. Ocneodrillidae, 4. Acanthodrillidae, 5. Octochaetidae, 6. Eudrillidae, 7.

Glossocolecidae, 8.Sparganophillidae, 9. Microchaetidae, 10. Hormogastridae, 11.

Criodnllidae dan 12. Lumbricidae (lihat Edward and Lofty, 1977 hal 40- 67).

Subpokok Bahasan 3. Sistem Pencernaan Oligochaeta

Saluran makanan (gut) merupakan tabung lurus yang panjang dan mulut

sampai anus dengan differensiasi lubang buccal (mulut), pharink, oesophagus, crop

(tembolok), gizzard (empedu) dan saluran pencernaan (intestinal). Mulut terletak pada

bagian bawah dan kepala, dengan bentuk relatif sederhana. Lubang buccal pendek

dan mulut melalui dua segmen. Pharink berlendir dan glandular mengandung kelenjar

pharyngeal sebagai masa putih. Oesophagus berupa tabung sempit. Crop merupakan

tembolok sebagai modifikasi bagian belakang oesophagzis, sebagai tempat

penyimpanan berdinding tipis. Gizard membantu pencernaan. Intestinal berupa lubang

lurus pada sebagian panjang tubuhnya, sedikit mengerut pada tiap septum, terdapat

lipatan-lipatan longitudinal sehingga permukaannya menjadi luas (disebut Typhiosol)

yang dibangun dan dinding dorsal.

Gambar 9.05. Potongan melintang sitem alat pencernaan pada kelas Olygochaeta
Subpokok Bahasan 4. Sistem Sirkulasi dan Pernafasan kelas Oligochaeta

Sistem sirkulasi mempunyai pembuluh darah kontaktil yang disebut sebagai

jantung. Sistem pernafasan pada Oligochaeta mempunyai struktur khusus dan

nggunakan pembuluh kapiler pada dinding tubuhnya untuk pertukaran respirasi.

Oksigen yang larut air tanah masuk secara difusi melalui epidermis yang basah.

Pembuluh darah dorsal yang mengelilingi jaringan chloragogen di atas usus berfungsi

sebagai jantung (heart). Jantung ini dengan gerakan peristaltic muscular untuk

memompa Pembuluh darah segmen yang membesar pada segmen ke-7 sampai 11

juga berfungsi sebagai pengatur tekanan darah. Darah mengalir melalui pembuluh

darah. Pembuluh darah segmen yang membesar pada segmen ke-7 sampai 11 juga

sebagai pengatur tekanan darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah ventral

mengelilingi bag an bawah usus. Pembuluh darah ventral membawa c!arah ke dinding

tubuh, percabangan yang pada daerah kepala.

Gambar 9.06. Sistem sirkulasi pada kelas Oligochaeta

Subpokok Bahasan 5. Sistern Syaraf kelas Oligochaeta

Bagian-bagian yang nyata terlihat dan system saraf yaitu dua lobus otak yang

terdapat di atas pharink pada segmen ke-tiga, dan otak ini dilanjutkan simpul saraf

(ganglia) subpharingeal pada segmen ke-empat. Pada gambar menunjukan bahwa


pada prostomium terdapat serabut-serabut saraf yang berasal dan saraf bagian depan

ganglia subpharingeal.

Tali saraf ventral merupakan lanjutan dan ganglion subpharingeal ke arah

bagian posterior sampai akhir tubuh cacing. Pada tiap segmen terdapat simpul-simpul

saraf yang membesar (membengkak) dan terdapat tiga serabut-serabut saraf segmen

yang besar yang mengarah ke bagian tengah sampai bagian dorsal. Tiga serabut saraf

segmen terdapat mulai dari ganglion subpharingeal ,dan muncul secara teratur ke arah

dinding lateral. Adanya serabut saraf ini akan meneruskan (mengirim) impuls secara

cepat.

Sel-sel kecil yang mempunyai fungsi sebagai penerima cahaya (photoreceptor)

terdapat di dalam bagian epidermis dan prostomium, segmen pertama sampai pada

bagian segmen. Sel-sel saraf penerima cahaya (sel photoreceptor) ini berkaitan

dengan serabut-serabut saraf yang tedapat di bawah epidermis. Pada umumnya

cacing merespon secara positif terhadap cahaya yang lemah dan merespon negative

(menghindar) pada cahaya yang kuat. Sel-sel epidermis juga terdapat rambut-rambut

halus yang sangat banyak pada bagian anterior (atas) dan tubuhnya. Fungsi dan bulu-

bulu halus ini mungkin mendeteksi atau mengenal makanan, mendeteksi getaran dan

stimulus sentuhan.

Gambar 9.07. Sistem saraf pada bagian anterior tubuh cacing dilihat dan samping
Gambar 9.08. Sistem saraf pada bagian anterior tubuh cacing dilihat dan atas

Subpokok Bahasan 6. Sistem Reproduksi (Embriogenesis)

Semua Oligochaeta bersifat hermaphrodite, dan hampir semua melalui

pembuahan (fertilisasi) internal silang dengan kopulasi. Organ reproduksi jantan dan

betina dan sistem reproduksi terdapat pada beberapa segmen dekat anterior tubuh.

Oligochaeta mempunyai dua pasang testes yang terdapat pada segmen 10 dan 11.

Testes memproduksi spermatogonia yang terdapat di dalam tiga pasang kantung yang

disebut kantong sperma (seminal vesicle) yang sederhana di dalam rongga tubuh

(coelom) diantara segmen 9 dan 12. Sperma matang akan dipindah ke kantong

sperma. Pada segmen 12 terdapat dua saluran (pembuluh) yang masing-masing ke

arah lubang ventrolateral pada segmen ke-15.

Sistem reproduksi pada yang betina mempunyai dua pasang ovarium yang

terdapat pada segmen ke- 13. Pertumbuhan telur (oogonia) dilepas dan ovarium

masuk ke dalam sepasang kantung telur ,pada segmen ke-14, tetapi kantung telur ini

terbuka pada segmen ke-13. Oogonia menjadi oocyte dan mencapai oviduct pada
segmen ke-13, kemudian ke lubang ventrolateral pada segmen 14. Pada system

reproduksi betina kantung sperma pada segmen 9 dan 10. Lubang luar mungkin sulit

untuk dilihat, karena letaknya diantara segmen pertumbuhan. Fungsi dan kantung

sperma (seminal receptacle) adalah untuk penyimpanan sperma yang diterima dan

cacing pasangannya saat kopulasi.

Gambar 9.09. Sistem reproduksi pada kelas Oligochaeta (Hermaprodite)

Subpokok Bahasan 7. Sikius flidup kelas Oligochaeta

Telur dan cacing tanah terdapat pada kokon (oothecae) yang biasanya

diletakan di bawah dekat permukaan tanah. Jika tanah terlalu basah, maka cacing

tanah ini sering meletakan telurnya di permukaan tanah, tetapi jika tanah terlalu kering

maka telur diletakan di dalam tanah yang Iebih dalam. Pada umumnya cacing tanah

(oligochaeta) menghasilkan telur sepanjang tahun, ketika temperatur, pH tanah,

kelembaban tanah, cadangan makanan dan faktor lingkungan cukup mendukung

kehidupan cacing tanah. Kokon yang dihasilkan pada masing-masing spesies cacing

sangat bervariasi. Perkembangan telur setelah fertilisasi di dalam ovarium, berubah

menjadi oogonia yang kemudian membelah menjadi bentuk oocytes. Kemudian

bertambah besar dan mengandung kuning telur. Oocytes akan lepas dari ovarium dan

masuk ke dalam ovisacs, dimana akan lepas sampai bagian peritoneum. Ketika
oocytes matang, maka telur akan dilepas dari oviduct ke lubang betina (female

apertute) yang kemudian dalam waktu yang bersamaan kokon disekresikan oleh

klitelum. Cacing mensekresikan kokon pada deposit telur dan sperma, kemudian

terjadi pembuahan dan perkembangan telur terjadi di dalam kokon. Ketika cacing

muda muncul mirip seperti cacing dewasa. Kokon disekresikan pada bagian glandular

dan klitelum yang terdiri dan beberapa segmen yang tipis. Klitelum dan cacing tanah

sangat menyolok mata dengan bagian berbentuk pelana dekat bagian anterior cacing

tanah.

Kokon mengandung jalinan benang-benang fibril yang lunak ketika disekresikan

pertama kali, tetapi kemudian menjadi keras dan tahan terhadap kekeringan dan

kerusakan. Kokon akan berubah warna dalam perkembangannya yaitu dari keputih-

putihan waktu pertama kali dibentuk, kemudian menjadi kuning , kehijau-hijauan atau

kecokiat-cokiatan. Jumlah telur di dalam kokon dari satu sampai dengan 12 telur, tetapi

tidak semuanya dapat menetas dan dapat menjadi cacing dewasa. Perkembangan

telur di dalam kokon sekitar 2-3 pekan yang kemudian akan menetas menjadi cacing

muda dan akan tumbuh menjadi dewasa sampai umur 2-2,5 bulan. Masa produktif

cacing tanah dalam menghasilkan telur sekitar 4-11 bulan, dan akan menurun

produktivitasnya setelah umur 11 bulan. Masa hidup cacing sekitar 1 sampai dengan

lima tahun tergantung kondisi lingkungan dan spesiesnya.


Gambar 9.10. Cara kopulasi cacing tanah dan tahapan produksi kokon

Subpokok Bahasan 8, Ekologi kelas Oligochaeta

Faktor-faktor Iingkungan yang berpengaruh dalam kehidupan kelas oligochaeta

adalah:

a. Keasaman (pH) tanah

Cacing tanah (Oligochaeta) sangat sensitif terhadap keasaman pH tanah,

sehingga pH tanah merupakan faktor pembatas penyebaran cacing tanah,

menentukan jumlah dan spesies yang dapat hidup pada tanah tertentu. Pada

urnurnnya pH optimum cacing tanah adalah 7,0 (netral).

Klasifikasi cacing tanah berdasarkan pH (Satchell, 1955), meliputi Acid tolerant;

Ubiquotious dan Acuid intolerant. Cacing tanah dapat menetralkan tanah pada saat
melaluinya dengan mengeluarkan kelenjar kalsiferous, akan dinetralisir oleh sekresi

dan usus dan oleh ammonia yang dikeluarkan cacing.

Garnbar 9. 1 1. Klasifikasi cacing tanah berdasarkan pH tanah.

b. Kadar Air Tanah

Bobot cacing tanah sekitar 75 — 90 % air (Grant, 1955) dan kadang air yang

optimum adalah 12—30%.

c. Temperatur

Temperatur berpengaruh terhadap aktivitas, pertumbuhan, matabolisme,

respirasi dan reproduski cacing tanah.

d. Aerasi dan C02

Tekanan atau konsentrasi C02 mempengaruhi distribusi cacing tanah di dalam

tanah.

e. Bahan Organik

Penyebaran bahan organik di dalam tanah mempengaruhi distribusi cacing

tanah. Tanah yang miskin bahan organik tidak dapat menampung jumlah cacing tanah

yang banyak dan sebaliknya.


f. Jenis tanah

Tanah yang mempunyai tekstur lempung sedang ataupun kasar mengandung

cacing tanah lebih banyak daripada tanah hat berat ataupun pasir kasar.

Distribusi populasi cacing tanah kelas oligochaeta secara umum meliputi:

a. Distribusi horisontal

Faktor yang berpengaruh dalam distribusi horizontal meliputi fisika-kimia tanah

yaitu temperatur, pH, kelembaban, kadar garam, aerasi, tekstur tanah dan

ketersediaan makanan yaitu sisa tumbuhan, sisa daun, pupuk kandang dan berbagai

macam bahan organik; kernampuan reproduksi dan kemampuan penyebaran dan

spesies.

b. Distribusi vertikal

Tiap spesies mempunyai distribusi vertikal yang berbeda-beda (lihat Gambar 9.12).

Gambar 9.12. Distribusi vertikal beberapa spesies cacing tanah

Dalam mengestimasi populasi cacing dapat dilakukan beberapa metode, yaitu:

a. Handsorting (pemilihan dengan tangan)

Metode ini untuk memperkirakan populasi dengan menetapkan jumlah cacing

dalam sample kecil pada area yang penting. Metode ini dilakukan dengan menggali
tanah bagian atas dan memilih cacing dengan tangan. Akurasi estimasi dilakukan

dengan menggunakan kombinasi beberapa metode kuadran atau membuat lubang.

Ukuran yang digunakan 0,06; 0,25; 0,5; dan 1,0 m2. Pada ukuran 0,06 m2 dan

kedalaman 20 cm merupakan ukuran yang paling efesien.

b. Soil washing (pencucian tanah)

Metode dengan menggunakan metode pencucian tanah dengan penyemprotan

air ke tanah di atas satu seri saringan.

c. Eletrical methode (metode aliran Iistnk)

Merupakan metode yang menggunakan arus listrik untuk menentukan populasi

cacing. Metode ini menggunakan voltase 220-240 dengan 3—5 Ampere.

d. Metode kimiawi

Metode dengan menggunakan bahan kimia untuk mengekstrak yaitu larutan

HgC12 dilarutkan dalam 18,25 liter air atau menggunakan larutan 1,5 M KMn)4 per liter

dengan takaran 6,8 liter tiap m2. Bahan kimia lain yang biasanya digunakan adalah

formalin untuk memaksa cacing tanah keluar ke permukaan tanah. Larutan formalin

yang digunakan 0,55% yaitu 25 ml formalin di dalam 4,56 liter air untuk luasan 0,36 m2

e. Ekstraksi dengan panas (Heat extraction)

Metode ini jarang digunakan, biasanya untuk mendapatkan cacing tanah kecil

yang hidup di permukaan. Bejana ukuran 55 cm x 45 cm dengan satu saringan kawat

diletakan 5 cm dan dasar bejana. Contoh yang dianibil berukuran 20 x 20 x 20

ditempatkan pada saringan dan 14 lampu 60 W digantung di atasnya. Biarkan selama

3 jam, maka cacing terkumpul di dasar bejana.

Subpokok Bahasan 9. Peranan bagi Kehidupan Manusia (Manfaat dan

Kerugiannya)

Secara umum kelompok Annelida (kelas oligochaeta) mempunyai peranan

yang sangat membantu kehidupan manusia yaitu:


a. Sebagai penghasil pupuk organik

Pupuk organik dihasilkan dan proses pengomposan atau perombakan bahan

organik pada kondisi Iingkungan yang lembab oleh sejumlah mikroba ataupun

organisme pengurai. Salah satu organisme pengurai adalah cacing tanah. Penguraian

oleh cacing tanah lebih cepat dibandingkan mikroba. Kemampuan cacing tanah

mengurai bahan organik 3—5 kali lebih cepat. Itulah sebabnya cacing tanah sangat

potensial sebagai penghasil pupuk organik.

Bahan organik merupakan sumber makanan utama bagi cacing tanah. Setelah

bahan organik dimakan, maka dihasilkan pupuk organik. Pupuk organik tersebut lebih

dikenal sebagai kascing (bekas cacing). Kascing merupakan partikel-partikel tanah

berwarna kehitaman yang ukurannya lebih kecil dan partikel tanah biasa, sehingga

lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman.

Kascing mengandung berbagai bahan atau komponen yang bersifat biologis

maupun kimiawi yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan

tanaman. Adapun komponen biologis yang terkandung dalarn kascing diantaranya

adalah hormon pengatur tumbuh seperti giberelin, sitokinin dan aulcsin. Sementara

komponen kimiawinya seperti tampak pada Tabel 1. Selain itu kascing bersifat netral

dengan nilai pH 6,5 — 7,4 dan rata-ratanya adalah 6,8.


b. Sebagai pendaur ulang limbah

Akhir-akhir ini masalah limbah menjadi sangat serius dibicarakan setiap pakar

Iingkungan. Limbah ini dapat berupa limbah rumah tangga maupun limbah industri.

Keberadaan limbah dari waktu ke waktu semakin banyak akibat penggunaan bahan

makanan asal tumbuhan atau hewan yang semakin meningkat. Peningkatan inipun

sejalan dengan pemngkatan jumlah penduduk. Selain itu, semakin banyaknya industri

di negara ini menyebabkan limbah industri semakin meningkat.

Salah satu cara terbaik dalam menangani limbah ini adalah dengan

membudidayakan cacing tanah. Cacing tanah dikenal sebagai binatang pengurai atau

perombak bahan organik. Cara ini sangat menguntungkan karena limbah tidak perlu

diangkut ke tempat penampungan. Perlu diperhatikan bahwa Iimbah yang dapat

digunakan hanyalah limbah organik, bukan limbah berupa plastik, kaca, karet atau

logam. Limbah yang akan diolah tersebut harus tidak boleh mengandung garam dapur,

deterjen, atau insektisida.

Dari pengolahan limbah dengan memantaatkan cacing tanah dapat diperoleh

keuntungan dari segi ekologi yaitu masalah lingkungan dapat diatasi, sedangkan dan

segi ekonomis dapat diperoleh pendapatan dan basil budidaya tersebut.

Cara mencerna makanan pada cacing tanah dapat secara langsung, dan

intermediet Mencerna secara langsung .karena pada tubuh cacing tanah terdapat

beberapa enzim yang dapat merombak bahan organik komplek melalui proses

enzimatik. Mencerna secara tidak langsung karena bahan organik dibantu oleh

mikroflora seperti bakteni atau fungi.

c. Sebagai bahan baku pakan ternak dan ikan

Selama ini sumber protein dalam penyusunan ransum unggas dan ikan masih

berasal dari tepung ikan. Tepung ikan ini kebanyakan diimpor dari luar negeri karena

produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan yang ada.


Dan basil penelitian diperoleh bahwa tepung ikan dapat digantikan dengan tepung

cacing tanah. Ditinjau dari segi kandungan protein temyata tepung cacing tanah masih

lebih baik dibandingkan dengan tepung ikan. Kandungan protein tepung ikan hanya

sekitar 58%, sedangkan tepung cacing tanah mencapai 64-76%. Cacing tanah juga

mengandung asam amino paling lengkap, berlemak rendah, mudah dicerna, dan tidak

mengandung racun.

d. Sebagai bahan baku obat dan kosmetik

Sudah sejak lama obat tradisional dikenal masyarakat Indonesia. Salah satu

sumber obat tradisional tersebut adalah cacing tanah. Masyarakat telah menggunakan

cacing tanah ini sebagai obat penyakit tifus dengan pengolahan yang sederhana.

Ekstrak cacing tanah mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang

menyebabkan penyakit tifus dan diare. Hal ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan

di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNPAD, Bandung. Tifus dan diare merupakan dua

penyakit yang sangat sering mewabah di masyarakat. Penelitian ini didukung oleh

penelitian di Laboratorium Farmasi UNPAD yang menyatakan enzim dalam cacing

tanah mampu memperbaiki proses fisiologis tubuh sehingga gangguan penyakit dalam

sirkulasi darah menjadi berkurang. Penyumbatan pembuluh darah oleh lemak tertentu

dapat diatasi. Bahkan enzim tersebut dapat membantu pencernaan makanan sehingga

metabolisme tubuh dapat berjalan dengan lancar. Adapun enzim tersebut adalah

perokcidase, katalase dan selulose.

e. Sebagai bahan baku makanan dan minuman.

Di Jepang dan beberapa negara Eropa, cacing dijadikan makanan manusia. Di

Australia dilaporkan ada masyarakat yang melahap cacing yang masih hidup karena

dipercaya dapat menyegarkan badan.


Di Jepang di kenal sebagai Vermijuice yang merupakan minuman segar

dengan cacing sebagai bahan baku utama yang berkhasiat menyembuhkan sakit

kepala. Makanan yang lain adalah worm burger, worm spaghetti, crispy earthworm dan

verne de terre.

Penutup

Tes Formatif

1. Ada seorang mahasiswa ingin melakukan penelitian mengenai cacing tanah

(Oligochaeta), kemudian mahasiswa tersebut meminta saran/masukan terhadap

saudara mengenai:

a. Ciri morfologi cacing tanah (Oligochaeta)

b. Cara mendiskripsi sampai tingkat spesies ( 7 hal atau bagian yang penting

untuk identifikasi cacing tanahloligochaeta)

c. Cara-cara mengestimasi populasi cacing tanah (oligochaeta)

d. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan cacing tanah

(oligochaeta)

Coba Bantu mahasiswa tersebut dengan menjawab pertanyaan tersebut selengkap

mungkin agar mahasiswa tersebut benar-benar paham.

Umpan balik

Untuk menilai hasil kerja mahasiswa pada soal formatif tersebut, beberapa hal yang

dapat dijadikan pedoman meliputi:

1. Mahasiswa harus mampu menyebutkan cirri-ciri morfologi cacing tanah (kelas

oligochaeta), cara mendiskripsi sampai tingkat spesies, cara mengestimasi

populasi cacing tanah, dan factor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

kehidupan cacing tanah seperti pada soal yang diberikan. 2. Hal-hal yang menjadi

pokok dalam membenkan evaluasi adalah tingkatan penguasaan atau


pemahaman mahasiswa mengenai materi yang telah diberikan terutama kelas

oligochaeta.

2. Hal-hal yang menjadi pokok dalam membenkan evaluasi adalah tingkatan

penguasaan atau pemahaman mahasiswa mengenai materi yang telah diberikan

terutama kelas oligochaeta.

Kunci jawaban tes formatif

1. a. Ciri morfologi umum cacing tanah (kelas oligochaeta)

Bersegmen (eksternal dan internal)

Tidak berkerangka (lunak)

berpigmen pada lapisan kutikula

hermaphrodite

mempunyai klitelum (memproduksi kokon)

b. Cara mendiskripsi sampai tingkat spesies yaitu meliputi

Cephalization (bentuk pertemuan prostomium dan peristomium)

Letak dan perluasan dan klitelum dan tubercular pubertatis

Posisi dan pori dorsal yang pertama

Letak dan jarak daii setae

wama cacing

panjang badan

Jumlah segmen

c. Cara mengestimasi populasi meliputi beberapa metode, yaitu:

Handsorting (pemilihan dengan tangan)

Metode ini untuk memperkirakan populasi dengan menetapkan jumlah cacing

dalam sample kecil path area yang penting. Metode mi dilakukan dengan

menggali tanah bagian atas dan memilih cacing dengan tangan. Akurasi

estimasi dilakukan dengan menggunakan kombinasi beberapa metode kuadran


atau membuat lubang. Ukuran yang digunakan 0,06; 0,25; 0,5; dan 1,0 m2.

Pada ukuran 0,06 m2 dan kedalaman 20 cm merupakan ukuran yang paling

efesien.

Soil washing (pencucian tanah)

Metode dengan menggunakan metode pencucian tanah dengan penyemprotan

air ke tanah di atas satu seri saringan.

Eletrical methode (metode aliran listrik)

Merupakan metode yang menggunakan arus listrik untuk menentukan populasi

cacing. Metode ini menggunakan voltase 220-240 dengan 3—5 Ampere.

Metode kimiawi

Metode dengan menggunakan bahan kimia untuk mengekstrak yaitu larutan

HgC12, larutan 1,5 M KMn4, dan formalin.

Ekstraksi dengan panas (Heat extraction)

Metode ini jarang digunakan, biasanya untuk mendapatkan cacing tanah kecil

yang hidup di permukaan. Bejana ukuran 55 cm x 45 cm dengan satu saringan

kawat diletakan 5 cm dan dasar bejana. Contoh yang diambil berukuran 20 x 20

x 20 ditempatkan pada saringan dan 14 lampu 60 W digantung di atasnya.

Biarkan selama 3 jam, maka cacing terkumpul di dasar bejana.

d. Faktor Iingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan cacing tanah, yaitu

Keasaman (pH) tanah

Cacing tanah (Oligochaeta) sangat sensitive terhadap keasaman pH tanah,

sehingga pH tanah merupakan factor pembatas penyebaran cacing tanah,

menentukan jumlah dan spesies yang dapat hidup pada tanah tertentu. Pada

umumnya pH optimum cacing tanah adalah 7,0 (netral).

Kadar Air Tanah

Bobot cacing tanah sekitar 75 — 90 % air (Grant, 1955) dan kadang air yang

optimum adalah 12—30%.


Temperatur

Temperatur berpengaruh terhadap aktivitas, pertumbuhan, matabolisme,

respirasi dan reproduksi cacing tanah.

Aerasi dan C02

Tekanan atau konsentrasi C02 mempengaruhi distribusi cacing tanah di dalam

tanah.

Bahan Organik

Penyebaran bahan organik di dalam tanah mempengaruhi distribusi cacing

tanah. Tanah yang miskin bahan organik tidak dapat menampung jumlah

cacing tanah yang banyak dan sebaliknya.

Jenis tanah

Tanah yang mempunyai tekstur lempung sedang ataupun kasar mengandung

cacing tanah lebih banyak daripada tanah hat berat ataupun pasir kasar.

Daftar Referensi

1. Edward, C.A. and J.R. Lofty. 1977. Biology of Earthworm. Champman and Hill,

London.

2. Kozloff, E.N. 1990. Invertebrate. Sounders Collage Publishing Philadelphia New

York.

3. Minnich, J. 1977. The Earthworm Book. Rodale Press Emmaus, United States

of America.

4. Palungkun, R. 1999. Sukses Beternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus.

Cetakan ke-4. Penebar Swadaya, Jakarta

5. Subba Rao, N.S. 1975. Soil Microorganism and Plant Growth. Oxford and IBH

Publishing Co. Malabar-Florida.


Senarai (Glossary)

Epidermis : Lapisan kulit yang terdiri dari satu lapis sel penyokong berbentuk sel

structural (glandular) yang terdiri dari sel mukus (sel goblet) dan sel

albumin.

Klitelum : Bagian glandular dan epidermis berkaitan dengan produksi kokon

Kutikula: Kulit tipis, tidak bersel, tidak berwarna (transparan), terdiri dan 2

lapis / lebih yang mengandung serabut kolagen..

Prostomium : Segmen anterior yang paling ujung dari cacing tanah, mengelilingi mulut

dan tempat menempel prostomium

Prostomium : Cuping yang menempel pada dorsal yang di depan

Setae : Struktur berbentuk bulu yang muncul pada bagian luar, dapat ditonjolkan

dan ditarik dengan otot protaktor dan refraktor, mempunyai fungsi untuk

memegang, bergerak, memberi stimulasi dan penetrasi.

Anda mungkin juga menyukai