Anda di halaman 1dari 2

Pertarungan Auditor Firm dalam Kasus Telkom (1)

SEC Tak Menyanggah Interpretasi Eddy Pianto

PricewaterHouseCoopers (PwC) hampir merampungkan review atas Laporan Keuangan


(LK) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) 2002, setelah hasil kerja auditor sebelumnya,
Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto Simon, ditolak oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS
(US SEC). “Mudah-mudahan selesai sesuai target, pertengahan September ini,” kata Arief
Ariman, Ketua Komite Audit Telkom kepada Investor Indonesia di Jakarta, pekan lalu.

Eddy Pianto, cuek saja. Sejak Bapepam AS menolak hasil auditnya terhadap LK Telkom,
ia lebih banyak berada di luar negeri. Anak buahnya yang berkantor di Muara Karang, Jakarta
tidak tahu, apa yang dikerjakan Eddy di Australia. Sekondannya, eksekutif PT Moores Rowland
Indonesia (d/h PT Grant Thornton Indonesia), mulai bingung.

“Nggak tau deh, kenapa Eddy sering banget ke Australia. Seharusnya, dia
memperjuangkan nama baiknya yang sudah tercemar akibat kasus Telkom ini. Kan, dia sudah
mengirim pengaduan ke IAI (Ikatan Akuntan Indonesia, red),” kata seorang eksekutif PT MRI.
“Buat kita sih, nothing to loose. Karena partner kita sekarang kan bukan dia lagi, tetapi KAP
Jimmy Budi,” tambahnya.

Memang, pada 16 Juli lalu, Eddy mengirim surat ke Ketua IAI, Achmadi Hadibroto.
Surat itu perihal “Pengaduan atas perlakuan tidak sehat yang diterima KAP Drs Eddy Pianto
(EP) dari KAP Drs Hadi Sutanto (HP)”. Nama KAP yang disebut terakhir tak lain adalah partner
PwC, sedangkan EP–ketika itu adalah partner Grant Thornton.

Dalam surat setebal lima halaman itu, Eddy menjlentrehkan kronologi kasus yang
membuat namanya tercemar. “...kami, EP telah menjadi pihak yang mengalami kerugian, baik
moril maupun materil yang diakibatkan, baik langsung maupun tidak langsung akibat penolakan
(LK Telkom 2002 oleh US SEC, red) tersebut,” tulis Eddy tentang perlakuan tidak sehat HS itu.

Seorang akuntan senior membisikkan kepada Investor Indonesia, “bung, (kasus Telkom)
ini pertarungan antara dua KAP besar.” Siapa lagi yang dimaksud, kalau bukan antara Grant
Thornton (GT) dengan PwC. GT adalah auditor firm masuk dalam jajaran nomor tujuh dunia.
Sedangkan, PwC masuk dalam jajaran the big four.

Tukar-menukar Dokumen
Awalnya, ketika menerima penugasan sebagai auditor PT Telkom (2002), tak ada
persoalan yang dialami EP. Termasuk dengan HS, yang pada saat bersamaan menjadi auditor PT
Tekomsel (anak perusahaan Telkom). Pada Januari dan Februari 2003, kedua belah pihak saling
komunikasi, dan tukar-menukar dokumen. EP mengirimkan Audit Instructions kepada HS.
Sebaliknya, HS mengirimkan laporan-laporan yang diminta EP sesuai Audit Instructions. HS
juga mengirim dokumen yang menyatakan, sebagai auditor Telkomsel, HS independen.
Pada 17 Maret 2003, EP memberi tahu HS bahwa laporan audit Telkom akan dikeluarkan
pada 25 Maret 2003. EP menyatakan akan melakukan reference terhadap hasil audit Telkomsel.
Disinilah, hubungan EP dan HS kelihatan tidak sehat. Menjawab surat EP itu, HS menyatakan,
tidak memberi izin kepada EP untuk me-refer hasil auditnya atas Telkomsel.

Anehnya, pada 25 Maret 2003, HS mengirimkan copy audit report Telkomsel untuk
dikonsolidasikan ke LK Telkom. Dalam surat pengantarnya, HS menyatakan, “At the date of this
letter, we fully stand behind our opinion as far as they relate to the financial statements of
Telkomsel for the year ended December 31, 2002.” Pada surat tersebut, HS sama sekali tidak
menyebut kata-kata yang tidak mengizinkan EP menggunakan hasil auditnya atas Telkomsel
sebagai acuan dalam LK Telkom konsolidasi.

Namun, pada tanggal 31 Maret, HS kembali menegaskan surat tanggal 24 Maret. HS juga
mengirim surat yang bernada sama kepada Presiden Komisaris dan Ketua Komite Audit
Telkomsel, pada 9 April. “AU 543 para 10 (c) (i) also makes it clear that the principal auditor
(KAP Eddy Pianto, red) should have our permission before referring to our audit report on PT
Telkomsel in their own audit report on Telkom,” tulis HS.

Salah Tafsir atas AU 543


Perihal surat-surat tersebut, kepada Ketua IAI, Eddy memberi dua catatan. Pertama, HS
melakukan miss-interpretation atas United State Auditing Standard AU 543 (AU 543), yakni para
10 (c) (i), yang menjadi dasar penolakan HS memberi izin kepada EP. Aturan SEC itu berbunyi,
(10) Whether or not

Anda mungkin juga menyukai