FARMASI
Pembimbing :
Dr. dr. Lili Indrawati M.Kes
Disusun Oleh :
Betsheba Yolanda Pandia 1261050249
1. . Kolkisin
a. Farmakodinamik Kolkisin
Sifat anti radang Kolkisin spesifik terhadap penyakit pirai dan beberapa arthiris
lainnya sedang sebagai anti radang umum Kolkisin tidak efektif. Kolkisin tidak memiliki efek
analgesik.
Pada penyakit pirai, Kolkisin tidak meningkatkan ekskresi, sintesis atau kadar asam
urat dalam darah, obat ini berikatan dengan protein mikrotubular dan menyebabkan
depolimerisasi dan menghilangnya mikrotubul fibrilar granulosit dan sel bergerak lainnya.
Hal ini menyebabkan penghambatan migrasi granulosit ke tempat radang sehingga pelepasan
mediator inflamasi juga dihambat dan respon inflamasi ditekan. Peneliti lain juga
b. Farmakokinetik Kolkisin
Absorbsi melalui saluran cerna baik. Obat ini didistribusi secara luas dalam jaringan
tubuh; volume distribusinya 49,5 ± 9,5 L. Kadar tinggi didapat di ginjal, hati, limpa, dan
saluran cerna; tetapi tidak terdapat di otot rangka, jantung, dan otak. Sebagian besar obat ini
diekskresi dalam bentuk utuh melalui tinja, 10-20% dieksresi melalui urin. Pada pasien
dengan penyakit hati eliminasinya berkurang dan lebih banyak diekskresi lewat urin. Kolkisin
dapat ditemukan dalam leukosit dan urin sedikitnya untuk 9 hari setelah suatu suntikan IV.
c. Indikasi Kolkisin
Kolkisin adalah obat terpilih untuk penyakit pirai. Pemberian harus dimulai
secepatnya pada awal serangan dan diteruskan sampai gejala hilang atau timbul efek samping
yang mengganggu. Gejala penyakit umumnya menghilang 24-48 jam setelah pemberian obat.
Bila terapi terlambat efektivitas obat berkurang. Kolkisin juga berguna untuk profilaktik
ginjal
e. Dosis Kolkisin
Dosis Kolkisin 0,5-0,6mg tiap jam, atau 1,2mg sebagai dosis awal diikuti 0,5-0,6mg
tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau gejala saluran cerna timbul. Mungkin perlu
diberikan sampai dosis maksimum 7-8mg tetapi umunya pasien tidak dapat menerima dosis
Pemberian IV : 1-2mg dilanjutkan dengan 0,5mg tiap 12-24 jam. Dosis jangan
melebihi 4mg dengan satu regimen pengobatan. Untuk mencegah iritasi akibat ekstravasasi
sebaiknya larutan 2mL diencerkan menjadi 10mL dengan larutan garam faal.
f. Efek Samping :
a) Muntah, mual, diare. → hentikan pengobatan walaupun efek terapi belum
tercapai.
b) Pada pemberian IV dengan dosis terapi, bila terjadi ekstravasasi →
lemah, atau pasien dengan gangguan ginjal, kardiovaskular, dan saluran cerna.
g. Interaksi Obat : Antikuagulan dapat memperpanjang perdarahan
2. Alopurinol
a. Indikasi : mengobati penyakit pirai (terutama berguna untuk mengobati penyakit pirai
urat dan mengurangi besarnya tofi. Alopurinol menghambat xantin oksidasi (enzim
oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa paruhnya lebih panjang dari
salisilat, tidak berkurang pada insufisiensi ginjal, dan tidak menyebabkan batu urat.
d. Efek samping : Reaksi kulit. Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukopenia,
200 mg sehari (pasien ganguan fungsi ginjal ). 100 – 200 mg sehari (hiperuresemia
sekunder). Untuk anak 6 – 10 tahun : 300 mg sehari dan anak dibawah 6 tahun : 150
mg sehari.
3. Probenesid
penyakit pirai. Tidak efektif mengatasi serangan akut. Berguna untuk pengobatan
hiperuresemia sekunder.
a. Mekanisme kerja : Probenesid menghambat eksresi renal dan sulfinpirazon,
b. Efek samping : gangguan saluran cerna, nyeri kepala, dan reaksi alergi. (hati – hati
ekskresi renal dari sulfinpirazone, indometasin, penisilin, PAS, sulfonamid, dan juga
berbagai asam organik, sehingga dosis obat tersebut harus disesuaikan bila diberikan
bersamaan.
d. Dosis : Probenesid 2 x 250 mg per hari selama seminggu diikuti dengan 2 x 500 mg
perhari.
4. Sulfinoirazon
Mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi pada penyakit pirai kronik
berdasarkan hambatan reabsorbsi tubular asam urat. Kurang efektif menurunkan kadar
asam urat dibandingkan dengan alopurinol dan tidak berguna mengatasi serangan
pirai akut.
agranulositosis
c. Interaksi obat: meningkatkan efek insulin dan obat hipoglikemik oral (pengawasan
Demam Typoid
1. Kloramfenikol
Dosis: 4 x 500 mg per hari atau 50 mg/kgBB/hari dapat diberikan secara per
oral atau intravena. Diberikan samapi dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan
intramuscular tidak dianjutkan oleh karena hidrolisis ester initidak dapat diramalka
n dan tempat suntikan terasa nyeri.
Makrolid
Eritromisin, klaritromisin dan azitromisin merupakan beberapacontoh makrolid.
Mekanisme kerja: Makrolid bersifat bakteriostatik/bakterisida. Obat ini berkaitan
dengan unit
50S dari ribosom bakteri secarareversible, sehingga mencegah translokasi ribosom
sepanjangsumbu mRNA.