Makalah Bapak Dr. Permadi, M. Si Semester 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Alhamdulillahirabbil’alamin Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak khususnya
kepada Bapak Dr. R. Permadi Mulajaya, M. Si sebagai Dosen Pembimbing Mata
Perencanaan dan Evaluasi Program, dan tidak lupa kepada rekan-rekan yang telah
memotivasi dan mendukung kami dalam tersusunnya makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, kita semua khususnya para
mahasiswa mendapat manfaat ilmu dan menambah pengetahuan serta dapat
mengaplikasikan ilmu-ilmu serta pengetahuan yang didapat didalam kehidupan
sehari-hari.
Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
sudah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana bisa dengan mudah di mengerti dan dapat di
pahami maknanya. Kami minta maaf bila ada kesalahan kata dalam penulisan
makalah ini, serta bila ada kalimat yang kurang berkenan di hati pembaca.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Blora, Agustus 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat ................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi ...................................................... 4
B. Evaluasi Model CIPPO ........................................ 5
BAB III ANALISIS
A. Context Evaluation ...................................................... 10
B. Input Evaluation ......................................................... 11
C. Process Evaluation ....................................................... 12
D. Product Evaluation ...................................................... 14
E. Outcome Evaluation ..................................................... 15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 16
B. Saran ......................................................................... 16
C. Rekomendasi ............................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Evaluasi program, merupakan suatu istilah dalam manajemen yang cukup
populer pada dekade terakhir ini, akan tetapi ini bukanlah suatu hal yang baru.
Secara historis evaluasi program berkembang dan muncul dalam administrasi
secara independen. Evaluasi atau kegiatan penilaian merupakan bagian yang
penting dari proses manajemen dan didasarkan pada sistem informasi manajemen.
Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur
pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang
telah ditetapkan. Seluruh program dan kegiatan pada umumnya dilaksanakan
untuk mencapai tujuan atau target tertentu, demikian juga dengan program
kesehatan masyarakat, untuk mencapai target yang telah ditentukan tersebut maka
manajemen organisasi akan melakukan berbagai langkah perencanaan (planning)
sesuai dengan analisa situasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Ketika
perencanaan sudah dilaksanakan maka akan dihasilkan capaian-capaian tertentu
dari masing-masing program. Maka kegiatan selanjutnya adalah mengukur sejauh
mana capaian dari masing-masing program dibandingkan dengan perencanaan
yang sudah ditetapkan diawal kegiatan. Dari keinginan untuk mengukur
pencapaian hasil kerja inilah maka evaluasi dilaksanakan, baik terhadap program
itu sendiri maupun terhadap langkah-langkah dalam pelaksanaan program.
Evaluasi atau kegiatan penilaian merupakan bagian yang penting dari proses
manajemen dan didasarkan pada sistem informasi manajemen. Dengan evaluasi
akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program atau pelaksanaan suatu
kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh mana
tujuan-tujuan yang sudah direncanakan oleh sebuah organisasi telah tercapai atau
belum. Banyak batasan tentang evaluasi, namun secara umum dapat dikatakan
bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Dimana dalam kegiatan evaluasi sebuah

1
organisasi akan membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu
program dengan tujuan yang direncanakan.
Rendahnya derajat Kesehatan Masyarakat Miskin merupakan salah satu
permasalahan di Indonesia sehingga memerlukan adanya campur tangan
pemerintah salah satunya melalui Kebijakan Kesehatan Jamkesmas yang
dilaksanakan mulai tahun 2008-2013. Program Jamkesmas ini sendiri telah
dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia salah satunya di Kecamatan Blora
Kabupaten Blora melalui Puskesmas.
Program Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang diselenggarakan secara
nasional, agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
Pelaksanaan kebijakan Jamkesmas dituangkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/ PER/V/2011 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Permenkes
RI No 903/MENKES/ PER/V/2011).
Dasar hukum penyelenggaraan program Jamkesmas adalah Undang-
Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Di dalam pelaksanaan Jamkesmas
sendiri, pemerintah mengeluarkan Petunjuk Teknis setiap tahunnya, sebagai
patokan atau pedoman pelaksanaan Jamkesmas di tiap daerah (UU RI No 36 th
2009).
Guna mengukur pencapaian kegiatan pelaksanaan program Jamkesmas
dilakukan Evaluasi terhadap program Jamkesmas yang telah dilaksanakan
tersebut.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Model Evaluasi CIPPO?
2. Bagaimana evaluasi pelaksanaan program Jamkesmas berdasarkan model
CIPPO?

C. Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin di capai dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Model Evaluasi CIPPO.
2. Untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan program Jamkesmas berdasarkan
model CIPPO.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi

Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam yang di kutip oleh Ansyar (1989)


bahwa evaluasi adalah proses memperoleh dan menyajikan informasi yang
berguna untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif pengambilan keputusan.
Selanjutnya The joint committee on Standars for educational evaluation (1994),
mendefinisikan bahwa evaluasi sebagai kegiatan investigasi yang sistematis
tentang keberhasilan suatu tujuan. Sedangkan Djaali, Mulyono dan Ramli (2000)
mendefinisikan bahwa Evaluasi sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan
standar objektif yang telah ditetapkan kemudian diambil keputusan atas obyek
yang dievaluasi. Rutman and Mowbray 1983, mendefinisikan evaluasi adalah
penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu
program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky (1989),
mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk
menilai rancangan,implementasi dan efektifitas suatu program. Wirawan (2006)
evaluasi adalah proses mengumpulkan dan menyajikan informasi mengenai objek
evaluasi, menilainya dengan standar evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk
mengambil keputusan mengenai objek evaluasi. Dari definisi evaluasi di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang
sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam
rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu
program.
Adapun kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi suatu
program, keputusan yang diambil diantaranya :
1. Menghentikan program, karena dipandang program tersebut tidak
ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.
2. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan
harapan.

4
3. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan segala
sesuatunya sudah berjalan dengan harapan.
4. Menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil
dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang
lain.
Untuk mempermudah mengidentifikasi tujuan evaluasi program, kita perlu
memperhatikan unsur-unsur dalam kegiatan pelaksanaannya yang terdiri dari:
1. What, yaitu apa yang akan di evaluasi
2. Who, yaitu siapa yang akan melaksanakan evaluasi
3. How, yaitu bagaimana melaksanakannya
Tolok ukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi,
evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil
belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun
saling berhubungan. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran
(kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasi
meliputi keduanya.

B. Evaluasi Model CIPPO

Terdapat banyak model evaluasi program yang digunakan para ahli. Salah
satunya adalah model CIPP. Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam, model
CIPP oleh Stufflebeam di Ohio State University (Ward Mitchell Cates, 1990).
Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan
diterapkan oleh para evaluator. Oleh karena itu, uraian yang diberikan relatif
panjang dibandingkan dengan model-model lainnya. CIPP merupakan sebuah
singkatan dari :
1. Context evaluation : Evaluasi terhadap konteks
2. Input evaluation : Evaluasi terhadap masukan
3. Process evaluation : Evaluasi terhadap proses
4. Product evaluation : Evaluasi terhadap produk
Keempat kata diatas merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah
komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP

5
adalah model evaluasi yang memandang program yang di evaluasi sebagai sebuah
sistem.
Gilbert Sax (1980) seorang ahli evaluasi dari University of Washington
memberikan arahan kepada evaluator tentang bagaimana mempelajari tiap-tiap
komponen yang ada dalam setiap program yang dievaluasi dengan menunjukkan
beberapa pertanyaan. Model ini sekarang disempurnakan dengan satu komponen
O yaitu singkatan dari outcome (s) sehingga menjadi model CIPPO. Model CIPP
hanya berhenti pada mengukur output (product), sedangkan CIPPO sampai pada
implementasi dari product. Model CIPP (1971) melihat kepada empat dimensi
yaitu :
1. Dimensi Konteks
Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan
tujuan proyek.
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan
lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang
analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan
evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan
menilai kebutuhan (1983). Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu
kesenjangan (discrepancy view), kondisi nyata (reality), dengan kondisi yang
diharapkan (ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan
analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau
sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil
keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain itu,
konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan
membantu dalam merencanakan keputusan, menentapkan kebutuhan dan
merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi
konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga
tidak menimbulkan kerugian jangka panjang (Isaac and Michael : 1981).
2. Dimensi Input

6
Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan
bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi
yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan
menilai kapabilitas sistem, anternatif strategi program, desain prosedur untuk
strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan
bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam
menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul
dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang
ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-
sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan
efisien.
3. Dimensi Proses
Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada apa (what) kegiatan
yang dilakukan dalam program, siapa (who) orang yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab program, kapan (when) kegiatan akan selesai.
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan
dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan
prosedur baik tatalaksana kejadian dan aktifitas. Setiap aktivitas dimonitor
perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas
harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk
menentukan tindak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna
untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan
keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang
dikemukakan oleh Worthen and Sanders (1973), yaitu :
a. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik
untuk dipertahankan,
b. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan,
c. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat
implementasi dilaksanakan.
4. Dimensi Produk.

7
Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan
perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Evaluasi produk ini merupakan
tahap akhir dari serangkaian evaluasi program.
Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan “judgement outcomes”
dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian di
interprestasikan harga dan jasa yang diberikan (Stuflebeam and Shinkfield :
1986). Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian
tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-
keputuasan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evauasi produk adalah
mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan
dan di administrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi
bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan.
Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan
operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai,
membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan
menyusun penafsiran secara rasional.
Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan
dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai dapat
berupa skor tes, prosentase, data observasi, diagram data, sosiometri dan
sebaginya yang dapat ditelusuri kaitanya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci.
Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.
Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian implementasi pada setiap
tahapan evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga katagori yaitu rendah,
moderat, dan tinggi.
Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat
pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional
sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi
yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan,
proses, dan produk. Untuk memahami hubungan model CIPP dengan pembuat
keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada visualisasi sebagai berikut :

8
Tipe Evaluasi Konteks Input Proses Produk
Pembuat Obyektif Solusi strategiImplementasi Dihentikan
Keputusan desain prosedur Dilanjutkan
Dimidifikasi
Program Ulang
Akuntabilitas Rekaman Rekaman Rekaman ProsesRekaman
Obyektif pilihan strategiAkutual pencapaian dan
desain dan keputusan ulang
desain

Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang


keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu :
1. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu
merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai
dan merumuskan tujuan program.
2. Evaluasi masukan untuk keputusan strukturisasi yaitu menolong mengatur
keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif
yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta
prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
3. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu
keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.
4. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan.

BAB III
ANALISIS

A. Context evaluation

9
Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan evaluasi
konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan yang
dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan
dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Suharsimi Arikunto dan Cepi
Safrudin menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi,
populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.
Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah mengidentifikasi latar belakang
perlunya mengadakan perubahan atau munculnya program dari beberapa subjek
yang terlibat dalam pengambilan keputusan (Endang Mulyatiningsih, 2011: 127).
Komponen context dalam makalah ini, yang akan dilakukan evaluasi adalah
program Jamkesmas bagi masyarakat miskin/kurang mampu.
Dalam program Jamkesda dalam penentuan siapa saja yang berhak
mendapatkan jamkesda, pemerintah melibatkan beberapa lembaga atau instansi
terkait diantaranya BPS, Dinas Kesehatan, Kepala Desa, Kecamatan dll yang
dianggap dapat memberikan data yang akurat mengenai data masyarakat miskin di
wilayahnya.
Kepesertaan Program Jamkesmas Peserta program Jamkesmas adalah
setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS,
yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Selanjutnya pada tahun 2010, sasaran program Jamkesmas diperluas kepada tiga
kelompok sasaran baru yaitu orang miskin baru akibat tertimpa musibah bencana,
orang miskin penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan di Rumah Tahanan
(Rutan), orang - orang tua miskin yang tinggal di Panti Sosial, anak terlantar dan
anak ‐ anak yatim piatu yang tinggal di panti ‐panti asuhan. Jaminan kesehatan
pada kelompok tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1185 ‐ SK ‐ Menkes ‐ XII ‐ 2009 tertanggal 13 Desember 2009 Tentang
Penetapan orang miskin di Lapas ‐ Rutan, Orang ‐ orang tua miskin, anak terlantar
dan yatim piatu di panti ‐ panti sosial, serta orang miskin akibat bencana dijamin
oleh Jamkesmas.

10
Sasaran Jamkesmas di setiap Kabupaten/Kota belum dianggap sah apabila
Bupati/Walikota belum menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota dalam
satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dengan bentuk Keputusan
Bupati/Walikota. Daftar peserta Jamkesmas dalam keputusan Bupati/Walikota
dikirim kepada PT. Askes (Persero) Provinsi Jawa Tengah diserahkan ke Kantor
PT. Askes (Persero) Cabang Pati untuk diterbitkan kartunya dan didistribusikan.

B. Input evaluation

Evaluasi input dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai kapabilitas


sumber daya bahan, alat, manusia dan biaya, untuk melaksanakan program yang
telah dipilih (Endang Mulyatiningsih, 2011: 129).
Komponen input dalam makalah ini yang akan dilakukan evaluasi meliputi:
kesiapan sumber daya manusia dalam melaksanakan program jamkesmas,
prasarana dan sarana.
Data masyarakat miskin yang dimiliki oleh Pemerintah Kecamatan Blora
dengan data hasil PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) 2011 oleh tim
TNP2K (Tim Nasional percepatan Penanggulangan Kemiskinan) memiliki
perbedaan, hal tersebut karena data yang dipunyai oleh Pemerintah Kecamatan
Blora adalah data dari tahun 2009 yang masih digunakan sampai tahun 2013 dan
tidak diperbaharui. Data dari tim TNP2K (Tim Nasional percepatan
Penanggulangan Kemiskinan) adalah data yang didapat dari pendataan pada tahun
2011, masih digunakan sampai tahun 2013. Hal tersebut membuktikan bahwa
Pemerintah tidak melakukan pemutakhiran data. Jumlah peserta Jamkesmas
dilihat dari tahun 2011 sampai tahun 2013 selalu mengalami kenaikan, padahal
fakta yang ada di lapangan sudah terjadi perubahan yang dinamis dalam aspek
kependudukan (seperti meninggal, lahir, pindah) dan perubahan status sosial
ekonomi (miskin baru dan keluar dari kemiskinan).
Peserta Jamkesmas merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh
Puskesmas dan Rumah sakit, hanya saja pasien Jamkesmas mengeluhkan tentang
syarat administrasi dan pendaftaran yang terlalu banyak dan menyulitkan pasien,
membuat pasien harus menunggu lama tanpa penanganan.

11
Masyarakat Kecamatan Blora menanggapi positif tentang adanya Program
Jamkesmas, karena masyarakat merasa terbantu dengan adanya program Jamkesmas,
masyarakat merasa diringankan. Namun di Kecamatan Blora masih banyak masyarakat
miskin yang tidak mendapatkan kartu Jamkesmas dan tidak terdaftar sebagai peserta
Jamkesmas. Masyarakat yang tidak terdaftar tersebut melayangkan protes kepada
Puskesmas, tapi karena Puskesmas hanya bertugas memberikan pelayanan kesehtan
kepada masyarakat, Puskesmas hanya melemparkan masyarakat untuk bertanya ke
Pemerintah Kecamatan. Jika ada komunikasi dan koordinasi yang baik anatara
Pemerintah Kecamatan dengan Puskesmas, maka hal tersebut tidak akan terjadi dan
masyarakat tidak akan berfikir bahwa ia hanya dipermainkan saja.

C. Process evaluation

Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Eko Putro Widoyoko menjelaskan
bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : “ 1) do detect or predict in
procedural design or its implementation during implementation stage, 2) to
provide information for programmed decision, and 3) to maintain a record of the
procedure as it occurs “. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau
memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai
rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi
data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan
program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana
rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada
“apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang
ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan
selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh
kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana sesuai dengan
rencana.
Masyarakat miskin di Kecamatan Blora yang telah mendapatakan pelayanan
kesehatan sebagaimana mestinya seperti yang telah tertera di Juknis Jamkesmas,

12
masyarakat juga merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
Puskesmas, namun masih ada masyarakat miskin yang mengeluhkan tentang
syarat pendaftaran dan administrasi untuk mendapatakan pelayanan kesehatan di
Rumah sakit, masyarakat merasa syarat tersebut terlalu banyak dan menyulitkan
masyarakat miskin dalam berobat.
Puskesmas Blora sudah mengusahakan secara maksimal menyediaan sarana
dan prasarana bagi pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas, peralatan yang
digunakan sudah diperbaharui dan selalu ter-update, seluruh pegawai di
Puskesmas sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan peraturan
yang ada, akan tetapi masih ada masyarakat yang kurang puas dengan pelayanan
yang diberikan Puskesmas, karena terkadang masyarakat merasa dokter yang
memeriksa tidak cekatan dan teliti.
Di Kecamatan Blora ada banyak kartu yang dikembalikan ke Dinas
Kesehatan karena rusak dan tidak berpemilik. Upaya Puskesmas Blora sebagai
penyalur kartu Jamkesmas dalam memberikan nama pengganti peserta untuk kartu
yang rusak atau tidak berpemilik tidak ada jawaban sampai Program Jamkesmas
berganti BPJS. Upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah menanggapi hal
tersebut dengan memberikan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) bagi
masyarakat miskin yang tidak mendapatkan Jamkesmas dan ber-penyakit kronis.
Di dalam Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 40 tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas, disebutkan bahwa masyarakat miskin yang
terdaftar sebagai peserta Jamkesmas tidak membayar biaya apapun jika berobat,
termasuk obat, akan tetapi terdapat kasus-kasus tertentu yang mengharuskan
pasien Jamkesmas menebus obatnya dengan uang pribadi, karena stok obat untuk
pasien Jamkesmas habis atau dibutuhkan dosis lebih untuk mengobati penyakit
yang diidap pasien.
D. Product evaluation

Sax (1980 : 598) dalam Eko Putro Widoyoko memberikan pengertian


evaluasi produk/hasil adalah “ to allow to project director (or techer) to make
decision of program “. Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan

13
proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan,
akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida Yusuf Tayibnapis
(2000 : 14) dalam Eko Putro Widoyoko menerangkan, evaluasi produk untuk
membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah
dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.
Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat
ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat
menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program
dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan.
Tujuan Program Jamkesmas dapat tercapai dengan baik di Kecamatan Blora,
dilihat dari akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin
meningkat, dibuktikan dengan adanya pembaharuan fasilitas dan sarana prasarana
di Puskesmas Blora. Masyarakat miskin di Kecamatan Blora semakin mengerti
manfaat pelayanan kesehatan, yang terlihat dari semakin banyaknya masyarakat
miskin yang berobat di Puskesmas. Dari tahun 2011-2013 cakupan masyarakat
miskin yang dilayani oleh Puskesmas meningkat, hal tersebut membuktikan
bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas semakin baik dan
masyarakat miskin puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
Puskesmas, dengan kata lain tujuan program Jamkesmas telah tercapai di
Kecamatan Blora.

E. Outcome Evaluation

Evaluasi outcome tergolong sebagai salah satu teknik yang digunakan dalam
melakukan evaluasi. Dari perspektif konseptual, evaluasi outcome adalah evaluasi
sumatif, karena dilakukan setelah suatu program selesai dilaksanakan (ex-post).
Karena sifatnya hanya dapat dilakukan ketika program telah selesai

14
dilaksanakan, maka dari perspektif manajemen, hasil dari evaluasi outcome dapat
digunakan sebagai bahan penyempurnaan program mendatang, namun sebatas
pada tingkat program yang dievaluasi. Sebagai evaluasi yang meletakkan
outcome sebagai unit analisisnya, maka evaluasi outcome dapat digolongkan
sebagai evaluasi kinerja. Lebih lanjut, karena merupakan evaluasi kinerja, maka
teknik evaluasi yang digunakan dalam metode evaluasi outcome dapat
menerapkan pendekatan pragmatis, artinya setiap program yang berbeda boleh
jadi mempunyai teknik evaluasi outcome yang berbeda satu sama lain.

BAB IV
PE N UTU P

A. KESIMPULAN

15
Program Jamkesmas telah terlaksana selama 8 tahun, mulai pada tahun
2005. Pelaksanaan program Jamkesmas di Kecamatan Blora sudah diupayakan
semaksimal mungkin oleh Puskesmas Blora sebagai sarana kesehatan tingkat
dasar, yang terdekat diakses oleh masyarakat. Masih banyak keluhan dari
masyarakat dalam pelaksanaan Program Jamkesmas, antara lain ketidakcekatan
dokter saat memeriksa dan syarat rujukan yang banyak dan alurnya yang terlalu
berbelit-belit. Program Jamkesmas adalah program nasional, namun sangat
disayangkan tidak ada pembaharuan dan pemutakhiran data dari pemerintah
sehingga membuat cakupan peserta Jamkesmas di Kecamatan Blora tidak merata.
Tujuan Program Jamkesmas berhasil direalisasikan di Kecamatan Blora,
dilihat dari semakin berkembangnya sarana dan prasarana pelayanan keseha-tan
serta meningkatnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di wilayah
tersebut, dilihat dari meningkatnya angka kunjungan masyarakat miskin yang
berobat di Puskesmas menggunakan kartu Jamkesmas.

B. SARAN
Program Jamkesmas hanya diberikan kepada individu yang masuk dalam
daftar penerima manfaat yang diterbitkan oleh Kemenkes yang datanya berasal
dari Basis Data Terpadu hasil PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial)
2011. Tantangannya dalam hal ini adalah mendistribusikan kartu Jamkesmas
kepada penerima manfaat yang tercantum dalam daftar tersebut. Dibutuhkan
verifikasi data setiap tahun agar kartu Jamkesmas yang sudah dicetak tidak
terbuang sia-sia karena tidak berpemilik, verifikasi data juga dibutuhkan agar
tidak ada masyarakat yang lolos terjaring atau tidak terdaftar sebagai peserta
Jamkesmas padahal tergolong sebagai masyarakat miskin. Pendataan dan
verifikasi sebaiknya dilakukan oleh petugas yang benar-benar mengetahui
keadaan ekonomi penduduk di daerah tersebut agar mengurangi kesalahan dalam
pendataan.
Pemantauan jumlah penduduk miskin dan peserta Jamkesmas sangat
penting untuk sinkronisasi dengan program Jamkesda yang diselenggara-kan oleh
Pemda. Pemerintah daerah juga harus memantau pendistribusian kartu jamkesmas

16
dengan seksama, agar diketahui apakah terdapat kendala utama di dalam
pendistribusian kartu Jamkesmas, juga agar tercipta koordinasi dan komunikasi
yang baik antara Pemerintah Kecamatan, Desa dan Puskesmas terkait pelaksanaan
Program Jamkesmas.
Selain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan sumber daya manusia
juga harus dipenuhi, agar pelayanan kesehatan di Puskesmas semakin prima dan
masyarakat lebih bisa merasakan kepuasan dalam pelayanan yang diberikan.
Persyaratan administrasi dan pendaftaran pasien Jamkesmas yang dirujuk di
Rumah Sakit dirasa memberatkan pasien dan membuat pasien menunggu lama,
tidak segera dilayani oleh Rumah Sakit. Alangkah baiknya jika syarat tersebut di-
permudah, agar pasien Jamkesmas tidak merasa dipersulit dalam upaya
mendapatakan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Kerjasama dan koordinasi
antara Rumah Sakit dan Puskesmas harus ditingkatkan lagi, Puskesmas sebaiknya
memberikan informasi yang akurat tentang syarat apa saja yang dibutuhkan untuk
mendapatakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dan berapa rangkap yang
harus dikumpulkan.
Tujuan Program Jamkesmas yang diumumkan oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia telah tercapai di Kecamatan Blora. Oleh karena itu,
rekomendasi yang diberikan agar pelaksaan Program Jamkesmas ini dapat
menjadi acuan pelaksanaan BPJS Kesehatan yang sedang berlangsung agar lebih
baik dari Program Jamkesmas.

C. REKOMENDASI
Alasan mengapa perlu dibangun sistem pembiayaan kesehatan tidak lain
karena Negara mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Setiap orang mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang aman bermutu dan
terjangkau. Negara perlu mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan yang

17
menjamin tersedianya akses pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan
terhadap risiko keuangan Sejak tahun 2005, Pemerintah mengadakan Program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (Jamkesmas).
Pemerintah Daerah menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda )sebagai komplemen Program Jamkesmas untuk memperluas cakupan
keikutsertaan masyarakat miskin dan atau tidak mampu diluar kuota Jamkesmas
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah melalui program Jamkesda. Namun
sekarang negara sudah mengalihkansistem pembiayan dengan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakanoleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan.
Sebaiknya masih perlu lebih dilakukan pendataan yang valid dalam
penentuan penerima Jamkesmas agar program Jamkesmas benar-benar tepat
sasaran.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. https://blorakab.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/7
2. http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_
2014/3316_Jateng_Kab_Blora_2014.pdf
3. digilib.unila.ac.id/3967/15/BAB%20II.pdf
4. https://fuddin.wordpress.com/2008/07/02/teori-evaluasi-dengan-cipp/

iii

Anda mungkin juga menyukai