Tekstil
Oleh :
Ratih Rika Sugiharto (07K30028)
Dosen :
Juju J, AT
Asisten :
Budy H, SST
Ariel H, ST
Kandungan dalam Air Jumlah (≤ mg/L) Kandungan dalam Air Jumlah (≤ mg/L)
III. REAKSI
Kandungan Zat Reaksi
A. Silikat -
B. Klorida HCl + AgNO3 AgCl
Fe2+ + K3Fe(CN)6 KFe(Fe(CN)6) + 2K+
C. Besi
Fe3+ + K4Fe(CN)6 KFe(Fe(CN)6) + 2K+
VIII. DISKUSI
Analisa kualitatif air proses merupakan langkah awal yang akan menentukan pengujian
air proses selanjutnya. Dalam pengujian analisa kualitatif ini, praktikan akan menguji air
proses yang diberikan apakah mengandung zat-zat yang dapat menghambat proses basah
tekstil. Langkah awal yang dilakukan adalah mengamati air proses yang diberikan secara
visual meliputi warna air, kekeruhan air, dan bau air. Warna air proses bening dan terdapat
endapan putih dibawah air sehingga terjadi sedikit kekeruhan. Selanjutnya diukur pH air
dengan kertas indikator pH dan diperoleh nilai pH 6. Setelah tahap ini, praktikan akan
menguji air proses dengan menggunakan bermacam-macam indikator untuk mengetahui
kandungan zat dalam air proses.
Dalam air proses yang dianalisis seharusnya mengandung silikat, klorida, feri, fero,
sulfat dan kalsium. Namun, pada pengujian ternyata kandungan fero negatif. Hasil ini tidak
IX. KESIMPULAN
Suhu air contoh uji 27 oC dan pH air contoh uji adalah 6.
Air contoh uji tidak berbau, terdapat endapan, dan tidak berwarna
Air contoh uji mengandung zat-zat yaitu = Silikat Aluminium
Klorida Zat organik
Sulfat Kalsium
Magnesium Feri
TUJUAN
Mencari nilai kandungan klorida, besi, dan sulfat di dalam air proses.
Menghitung kandungan klorida dalam air proses dengan cara titrasi Argentometri.
Menghitung kandungan besi dalam air proses dengan cara titrasi larutan standar besi.
Menghtiung kandungan sulfat dalam air proses dengan cara grafimetri (penimbangan).
III. REAKSI
Kandungan Zat Reaksi
A. Klorida HCl + AgNO3 AgCl
B. Besi -
C. Sulfat SO42- + BaCl2 BaSO4 + 2Cl-
IV. PEREAKSI
Kandungan Zat Pereaksi
Air suling bebas klorida
A. Klorida Larutan penitar AgNO3
Indicator Kalium khromat
Ammonium thiocianat
B. Besi
H2SO4 4 N
HCl 4 N
C. Sulfat
BaCl2
VIII. DISKUSI
Pengujian kuantitatif air proses dilakukan setelah pengujian kualitatif air proses. Dari
hasil kualitatif dapat dihitung (kuantitatif) nilai dari kandungan setiap zat dalam air apakah
sesuai dengan syarat air proses yang ditentukan atau melebihi syarat air proses yang
ditentukan. Pada pengujian ini hanya akan dihitung nilai atau kadar klorida, besi, dan sulfat
didalam air.
Dengan melakukan titrasi Argentometri, titrasi Fe standar, dan cara grafimetri, praktikan
dapat menghitung kadar klorida, besi, dan sulfat dengan rumus tertentu. Dari hasil proses
diperoleh kadar klorida sebanyak 72,7 mg/L. Kadar ini cukup tinggi namun masih dibawah
batas maksimal yang disyaratkan untuk air proses tekstil (syarat klorida untuk proses tekstil
adalah ≤ 100 mg/L). Walaupun demikian, perlu dilakukan proses untuk mengurangi
kandungan klorida karena klorida bersifat korosif dan mudah berikatan dengan kation lain
sehingga kandungan klorida dalam air proses mudah bertambah banyak.
Kadar besi dalam air sangat tinggi yaitu 12 mg/L. Kadar ini jauh diatas nilai maksimal
baku mutu syarat air proses yang ditetapkan yaitu kandungan besi ≤ 0,1 mg/L. Kesalahan
ini terjadi karena sulitnya mengamati warna yang sama (menyamakan warna) antara larutan
Fe standar dengan larutan tanpa air contoh uji. Pada dasarnya untuk mendapatkan warna
yang sama antara keduanya hanya dibutuhkan 1-3 tetes larutan Fe standar 0,1 mg/L.
Namun karena sulitnya menyamakan kedua larutan diatas sehingga dibutuhkan penitar
yang cukup banyak yaitu 1,2 ml.
IX. KESIMPULAN
Kadar klorida dalam air = 72,7 mg/L
Kadar besi dalam air = 12 mg/L
Kadar sulfat dalam air = 2,2331 mg/L
Kandungan klorida dan sulfat sesuai dengan syarat air proses yaitu ≤ 100,0 mg/L.
Kandungan besi melebihi batas syarat air proses (kandungan besi 12 mg/L, syarat air
proses besi ≤ 0,1 mg/L)
Air contoh uji masih dapat digunakan untuk proses basah tekstil meskipun akan lebih
baik jika dilakukan pengolahan air atau pelunakan air terlebih dahulu.
III. REAKSI
Reaksi yang terjadi adalah :
OH- + H+ H2O
Titik akhir terletak pada pH 8,3
CO2- + H+ HCO3
P=0 0 0 M
2P < M 0 2P M – 2P
2P = M 0 2P 0
2P > M 2P – M 2(M - P) 0
P=M M 0 0
12
OH- + H+ H2O
9
CO32- + H+ HCO3
4,3
V. ALAT
Erlenmeyer 250 ml
Pipet volum 25 ml
Buret 50 ml
VIII. DISKUSI
Pada penetapan alkalinitas air digunakan dua indikator yaitu PP dan MO. Alkalinitas PP
akan bernilai positif apabila setelah ditetesi PP maka larutan akan berwarna merah muda.
Namun, alkalinitas PP akan bernilai negatif atau nol bila setelah ditetesi PP larutan tidak
berwarna. Dua prinsip diatas menjadi patokan untuk menghitung alkalinitas PP selanjutnya.
Dalam pengujian, setelah ditetesi PP, larutan tetap tidak berwarna. Hal ini berarti nilai
P= 0 sehingga nilai alkalinitas PP adalah negatif. Berdasarkan tabel unsur alkalinitas,
keadaan seperti ini menunjukkan adanya unsur Bikarbonat (HCO3-) dalam air contoh uji
sebanyak M.
Keadaan ini terbukti ketika dilakukan uji alkalinitas M, setelah ditetesi MO larutan
berubah warna menjadi kuning dan langsung dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna
orange sindur. Dari hasil titrasi ini kemudian dihitung kadar unsur alkalinitas Bikarbonat
adalah 170,8 mg/L. Kadar bikarbonat ini tinggi dan hampir mendekati batas maksimal baku
mutu standar bikarbonat dalamair proses yaitu ≤ 200,0 mg/L. Namun demikian, air contoh
uji ini masih dapat digunakan untuk proses basah tekstil.
IX. KESIMPULAN
Alkalinitas dihitung dengan 2 cara yaitu alkalinitas P dan alkalinitas M.
Alkalinitas P = 0
Alkalinitas M = 2,8 mgrek/L
Kesadahan sementara = 7,84 oDH
Kadar unsur alkalinitas HCO3- = 170,8 mg/L
N C C N + Ca/Mg
NaOOCH2C H H CH2COONa
HOOCH2C H H CH2COOH
N C C N
H2C H H CH2
IV. PEREAKSI
Larutan EDTA (titran) 0,01 M
Larutan buffer pH 10
Indikator EBT
Indikator Murexid
KCN 5 %
NaOH 4 N
V. ALAT
Erlenmeyer 250 ml
Gelas ukur 100 ml
Pipet volum 25 ml
Buret 50 ml
Corong
VIII. DISKUSI
Cara kompleksometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan komplekson
EDTA yang akan mengikat Ca, Mg, dan logam menjadi garam kompleks yang larut.
Pemakaian EDTA lebih banyak digunakan karena EDTA mudah membentuk ion-ion
kompleks yang lebih stabil. Secara umum kelebihan cara kompleksometri adalah caranya
mudah dan cepat, dapat dilaksanakan setiap saat dalam bentuk garam kompleks yang larut.
Kelemahannya yaitu tidak boleh dilakukan pada suhu tinggi karena dapat membentuk
larutan yang bersifat alkali dan mudah terurai. Pada pengujian diperlukan pereaksi lain
buffer, KCN 5%, NaOH, indikator EBT dan murexid.
Penambahan buffer pada larutan yang akan dititar bertujuan sebagai penyangga pH (pH
buffer 7-10) yaitu suatu zat yang dapat mempertahankan pHnya didalam air sehingga
pHnya sudah terkontrol. Penambahan KCN 5% berfungsi untuk mengikat logam – logam
terutama besi sehingga hasil penitaran sesuai dengan kadarnya.
Hasil uji menunjukkan nilai kesadahan yang sangat tinggi diatas batas maksimal baku
mutu standar yang telah ditetapkan yaitu ≤ 3 oDH. Sedangkan nilai sadah yang diperolah
adalah 10,528 oDH. Tingginya nilai sadah ini diakibatkan pada saat pemanasan banyak uap
air yang hilang sehingga jumlah larutan yang akan dititrasi berkurang. Akibatnya nilai
kesadahan yang diperoleh menyimpang jauh.
Agar air masih dapat digunakan untuk proses basah tekstil, maka perlu dilakukan proses
lebih lanjut untuk menghilangkan atau menurunkan kesadahan yaitu dengan cara
pelunakan air.
Jika Wofatit yang digunakan tidak mampu lagi untuk menukarkan ion penyebab
kesadahan,dan logam logam yang ada di dalamnya, maka Wofatit ini disebut Wofatit
jenuh. Wofatit jenuh dapat digunakan kembali jika di regenerarasi menggunakan
larutan NaCl jenuh. Prinsipnya yaitu pengaktifan kembali penukar Wofatit yang telah
jenuh mengandung kation Ca, Mg, L dengan larutan NaCl jenuh.
Reaksi regenerasi wofatit
W-Ca + 2 NaCl W-Na2 + 2 Na
W-Mg + 2 NaCl W-Na2 + 2 Na
W-Fe + 2 NaCl W-Na2 + 2 Na
III. REAKSI
A. Pengendapan dengan campuran Na2CO3 dan Ca(OH)2
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2CaCO3 + 2H2O
Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 → CaCO3 + Mg(OH)2 + H2O
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 + CaCl2
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 + CaSO4
CO2 + Ca(OH)2 → CaCO3 + H2O
IV. PEREAKSI
Larutan EDTA (titran) 0,01 M
Larutan buffer pH 10
Pereaksi kompleksometri
Indikator EBT
KCN 5 %
Resin penukar ion untuk cara penukar ion
Na2CO3 dan Ca(OH)2 untuk cara soda kapur
Na2CO3 dan NaOH untuk cara soda soda
V. ALAT
Tabung resin (untuk cara penukar ion)
Erlenmeyer 250 ml
Gelas piala 500 ml
Pipet volum 25 ml
b) Kebutuhan NaOH
Diketahui = ♣ kesadahan sementara = 3,584 oDH
♣ Mg tetap = 5,824 oDH
[NaOH] = [sadah sementara] + [Mg tetap] + [CO2] + [L]
2,8
= [3,584 oDH] + [5,824 oDH] + [0] +[0]
2,8
= 3,36 mgrek/L
= 3,36 mgrek/L x BM NaOH/valensi NaOH
= 3,36 mgrek/L x 40 x mg/L NaOH
1 mgrek/L
= 134,4 mg/L
= 134,4 mg/1000 ml
= 13,44 mg/100 ml (kebutuhan untuk 100 ml)
Stok Ca(OH)2 = 2 g/L
= 2000 mg/1000 ml
Kebutuhan CaO = 13,44 mg x 1000 ml
2000 mg
= 6,72 ml
VIII. DISKUSI
Berdasarkan pengujian sebelumnya, diperoleh kesadahan air yang sangat tinggi yaitu
10,528 oDH. Oleh sebab itu, perlu dilakukan proses pelunakan air untuk mengurangi jumlah
kesadahan air agar air layak digunakan untuk proses tekstil. Beberapa cara pelunakan air
yang akan dilakukan adalah cara pemanasan dan cara pengendapan (soda kapur dan soda
soda) yang dilakukan dengan titrasi menggunakan larutan penitar EDTA 0,01 M dan cara
penukar ion menggunakan penukar ion anorganic (zeolit) dan penukar ion organic (wofatit).
Dari proses pelunakan air ini, kita akan mencari nilai kesadahan sisa dan persen
penurunan kesadahan. Berdasarkan teori, % penurunan kesadahan cara pemanasan < %
penurunan kesadahan cara soda kapur < % penurunan kesadahan cara soda-soda < %
penurunan kesadahan cara penukar ion zeolit < % penurunan kesadahan cara penukar ion
wofatit. Dalam grafik digambarkan hubungan antara persen penurunan kesadahan dengan
kesadahan sisa sebagai berikut :
Pemanasan
Kesadahan sisa
% penurunan
kesadahan
84,57 % Pemanasan
Kesadahan sisa
0,448 0,784 oDH 1,12 oDH 1,624 4,704 oDH
oDH oDH
DAFTAR PUSTAKA
Noerati K. , S. Teks.,M.T. , Penuntun Praktikum Zat Pembantu Tekstil 2, Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil, Bandung.
Noerati K., S. Teks.,M.T., Diktat Praktikum Kualitas Air Proses Dan Air Limbah Industri
Tekstil, Sekolah Tinngi Teknologi Tekstil, Bandung. 2004
Dr. Isminingsih G. , S. Teks. , M.Sc. , Diktat Transparant ZPT 2 , Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil , Bandung.
Dr. Isminingsih G. , S. Teks. , M.Sc. Persyaratan Air Proses, Pelunakana Air dan Contoh
Soal. STTT : Bandung. 2008