Anda di halaman 1dari 41

Laporan Praktikum Air Proses Industri

Tekstil

Oleh :
Ratih Rika Sugiharto (07K30028)

Dosen :
Juju J, AT

Asisten :
Budy H, SST
Ariel H, ST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2009
ANALISA KUALITATIF AIR PROSES INDUSTRI TEKSTIL

I. MAKSUD DAN TUJUAN


MAKSUD
Menganalisa adanya zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi atau mengganggu proses
pemeriksaan yang terkandung dalam air.
TUJUAN
Melakukan analisa atau pengujian-pengujian dalam air proses tekstil.
Mengetahui zat-zat yang terkandung dalam air proses tekstil.
Menganalisa kotoran-kotoran dari ion-ion yang terkandung dalam air proses tekstil.

II. TEORI DASAR


AIR PROSES
1. Air Hujan
Dalam hal ini termasuk semua air yang berasal langsung dari atmosfer. Karakteristiknya
antara lain : relatif bersih, 65-75% merupakan air yang tidak mantap, sangat tergantung
pada lingkungan, mengandung gas CO2 dan O2, dan tidak mengandung mineral dan zat
beracun.
2. Air Permukaan (Surface)
Merupakan air hujan yang telah berkumpul dalam danau–danau atau sungai-sungai.
Kandungan air permukaan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Air hujan atau
mata air yang terkumpul dalam rawa, sungai, danau alam, danau buatan, air dari
pengumpulan atau reservoir. Air permukaan banyak mengandung zat organic dan
beberapa mineral, tergantung asal mata airnya, jenis musim dan lingkungannya.
3. Air Tanah Permukaan (Sub – Soil)
Merupakan air yang telah meresap kedalam lapisan sub soil dan terkumpul dalam
sumur dangkal (<150m). dalam sumur dangkal ini banyak mengandung mineral dan zat-
zat organic.
4. Air Tanah Dalam (Dref – Weil)
Merupakan air yang terdapat pada lapisan yang lebih dalam yang terpisah dari air sub–
soil oleh lapisan impermeable. Air jenis ini mengalir melintasi bumi sambil mendapatkan

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 2


penucian alami. Disebut juga sumur dalam (>150m), dalam sumur dalam ini banyak
mengandung mineral dan logam-logam.

AIR UNTUK INDUSTRI TEKSTIL


Pada industri tekstil terutama pada proses pencelupan sampai dengan penyempurnaan
tekstil diperlukan air yang cukup banyak. Untuk memenuhi kebutuhan air proses pada
bagian finishing umumnya digunakan air dari sumber alam misalnya mengandung zat yang
beraneka jenis maupun jumlah ion-ion dan kotoran yang terkandung didalamnya,
tergantung darimana sumber airnya. Untuk keperluan proses pada bagian finishing, air yang
digunakan memerlukan persyaratan tertentu, karena adanya ion-ion dan kotoran tertentu
dapat mempengaruhi hasil proses. Kotoran-kotoran dari ion-ion yang biasanya berpengaruh
diantaranya adalah :
Warna dan kekeruhan
Warna air biasanya dikarenakan adanya zat-zat organik yang terlarut dan berikatan
dengan Besi dan Mangan, sedangkan kekeruhan disebabkan karena adanya partikel
yang tersuspensi, baik yang berasal dari bahan organik maupun anorganik misalnya
kotoran tumbuhan, lumpur, dan sebagainya.
Derajat keasaman / pH
Derajat keasaman / pH merupakan kadar asam atau basa didalam larutan dengan
melihat konsentrasi hidrogen (H+) suasana asam dalam air akan mempengaruhi
beberapa proses dan akan merusak beberapa jenis bahan tekstil terutama bahan
selulosa. Suasana alkali misalnya NaOH akan merusak pipa logam, menyebabkan
kerapuhan yang dikenal dengan istilah kerapuhan kostik.
Alkalinitas
Alkalinitas dalam air alam sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat dan
sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi akan
menyababkan karat-karat pada pipa sehingga pada saat proses berlangsung, karat-
karat tersebut akan terbawa air dan menodai bahan tekstil. Jika kadar alkalinitas terlalu
rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada
dinding pipa dan dinding ketel uap,sehingga tekanan menjadi lebih tinggi.
Besi
Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses industri tekstil. Pada proses
pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat menyebabkan noda-
noda kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil juga dapat memperbesar

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 3


kerusakan pada bahan selulosa karena logam-logam berat berfungsi sebagai katalis
dalam penguraian zat pengelantang. Senyawa besi juga dapat bereaksi dengan
beberapa jenis zat warna,sehingga dalam proses pencelupan menghasilkan warna
celupan yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Silikat
Adanya silikat dalam air proses tidak dikehendaki karena endapan silikat murni sulit
dihilangkan sehingga dapat menyumbat pipa-pipa dan melapisi dinding ketel uap
bertekanan tinggi.
Klorida
Kadar klorida yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerusakan pada peralatan yang
terbuat dari besi karena klorida bersifat korosif.

PEMERIKSAAN KUALITATIF AIR PROSES INDUSTRI TEKSTIL


A. SILIKAT
Terdapatnya silikat didalam air alam disebabkan adanya degradasi dari batuan yang
mengandung silikat. Hasil degradasi silikat berbentuk partikel-partikel tersuspensi dalam
koloidal. Pada umumnya kandungan silikat dalam air antara 1 – 30 mg/L. Untuk
keperluan industri adanya silikat dalam pipa-pipa besi dari ketel uap yang bertekanan
tinggi.
B. KLORIDA
Klorida banyak ditemukan di alam, kandungan klorida alam berkisar kurang dari 1 mg/L
sampai dengan beberapa ribu mg/L di dalam air laut. Air buangan industri sebagian
besar menaikkan kadar klorida dalam air termasuk manusia dan hewan membuang
kotoran yang mengandung klorida dan nitrogen yang cukup tinggi.
C. BESI
Besi adalah suatu senyawa kimia yang dapat ditemui padahampir semua air.pada
umumnya besi yang ada didalam air dapat bersifat sebagai feri (Fe3+) atau fero (Fe2+).
D. SULFAT
Sulfat banyak terdapat pada air alam, zat-zat organik dalam air alam dapat
menyebabkan sulfat tereduksi menjadi sulfida. Ion sulfat dalam air akan diendapkan
dalam suasana asam oleh Barium klorida membentuk Barium sulfat yang berwarna
putih dan mempunyai bentuk kristal sama besar.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 4


Syarat air untuk proses industri tekstil :

Kandungan dalam Air Jumlah (≤ mg/L) Kandungan dalam Air Jumlah (≤ mg/L)

Kesadahan 3.0 Alkalinitas 75.0


Warna (tak bewarna) 5.0 Jumlah gas terlarut 150.0
Besi (Fe3+, Fe2+) 0.1 Silikat (SiO2)2- 110.0
Mangan (Mn) 0.05 Sulfat (SO4)2- 100.0
Jumlah (Fe+Mn) 0.2 Khlorida (Cl-) 100.0
Logam Berat lainnya 0.01 Kalsium (Ca2+) 10.0
Alumunium Oksida
0.5 Magnesium (Mg2+) 5.0
(Al2O3)
Kesadahan jumlah
30.0 (30DH) Bikarbonat (HCO3-) 200.0
(sebagai CaO)

III. REAKSI
Kandungan Zat Reaksi
A. Silikat -
B. Klorida HCl + AgNO3 AgCl
Fe2+ + K3Fe(CN)6 KFe(Fe(CN)6) + 2K+
C. Besi
Fe3+ + K4Fe(CN)6 KFe(Fe(CN)6) + 2K+

D. Sulfat SO42- + BaCl2 BaSO4 + 2Cl-


Ca2+ + (NH4)2CO NH OH
4 CaC2O4 + 2NH4+
E. Kalsium

Mg2+ + O2N N=N OH alkali


O2N N=N MgOH
F. Magnesium
Magneson OH MgOH
G. Aluminium -

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 5


IV. PEREAKSI
Kandungan Zat Reaksi
HCl 4 N
Ammonium molibdat 5 %
A. Silikat
Benzidin
Natrium asetat
HNO3 4 N
B. Klorida
AgNO3 0,1 N
HCl
K3Fe(CN)6 (Kalium feri sianida)
C. Besi
KCNS
K4Fe(CN)6 (Kalium fero sianida)
HCl
D. Sulfat
BaCl2
HCl 2 N
E. Kalsium
(NH4)C2O4 (Ammonium oksalat)
NaOH 2 N
F. Magnesium
Magneson
NaOH / CH3COONa
G. Aluminium
Aluminon
H2SO4
H. Zat organik
KMnO4 0,01 N

V. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan Bahan
Tabung reaksi
Air contoh uji
Rak tabung reaksi
Pereaksi
Pipet tetes
Indicator
Pipet ukur 10 ml
Kertas pH

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 6


VI. LANGKAH KERJA
A. SILIKAT
Mengambil 2 ml air contoh uji dan memasukkan dalam tabung reaksi.
Menambahkan 2 – 3 tetes HCl 4 N.
Memasukkan 2 – 3 tetes Ammonium molibdat 5 %.
Dipanaskan sebentar apabila perlu kemudian didinginkan.
Jika larutan berwarna kuning berarti air mengandung silikat.
B. KLORIDA
Mengambil 2 ml air contoh uji dan memasukkan dalam tabung reaksi.
Menambahkan 2 – 3 tetes HNO3 4 N.
Memasukkan 2 – 3 tetes AgNO3 0,1 N.
Jika terjadi endapan putih yang larut dalam Amoniak berarti contoh uji mengandung
klorida.
C. BESI
Penentuan Fe2+ (Fero)
Mengambil 1 ml air contoh uji dalam tabung reaksi.
Menambahkan 1 tetes HCl (sebagai pengasam).
Menambahkan 2 – 3 tetes K3Fe(CN)6.
Jika terjadi endapan yang berwarna biru trumbull berarti air mengandung Fe2+.
Penentuan Fe3+ (Feri)
Mengambil 1 ml alr contoh uji dalam tabung reaksi.
Menambahkan 1 tetes KCNS.
Jika berwarna merah berarti air mengandung Fe3+.
Dilakukan uji penentuan, mengambil air contoh uji yang baru dalam tabung reaksi.
Menambahkan 1 ml HCl ( sebagai pengasam).
Menambahkan 2 – 3 tetes K4Fe(CN)6.
Jika berwarna biru berarti air mengandung ion Fe3+.
D. SULFAT
Mengambil 2 ml air contoh uji dalam tabung reaksi.
Menambahkan 5 tetes HCl 4 N.
Menambahkan 5 tetes BaCl2 0,5 N.
Jika terjadi endapan (kekeruhan) putih berarti contoh uji mengandung sulfat.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 7


E. KALSIUM
Mengambil 2 ml air contoh uji dalam tabung reaksi.
Menambahkan beberapa tetes larutan HCl 2 N.
Menambahkan beberapa tetes larutan Ammonium oksalat dan dipanaskan.
Jika terdapat endapan putih berarti air mengandung kalsium.
F. MAGNESIUM
Mengambil 2 ml air contoh uji dalam tabung reaksi.
Menambahkan beberapa tetes larutan NaOH 2 N.
Menambahkan beberapa tetes larutan Magneson.
Jika terdapat endapan biru berarti air mengandung Magnesium.
G. ALUMINIUM
Mengambil 2 ml air contoh uji dalam tabung reaksi.
Menambahkan beberapa tetes NaOH / CH3COOH.
Menambahkan beberapa tetes Aluminon.
Jika larutan berwarna merah berarti air mengandung Aluminium.
H. ZAT ORGANIK
Mengambil 2 ml air contoh uji dalam tabung reaksi.
Menambahkan beberapa tetes H2SO4 .
Memanaskan larutan pada suhu 60 – 70 oC.
Dalam kondisi panas tambahkan 1 – 2 tetes larutan KMnO4 0,01 N.
Jika warna KMnO4 hilang berarti air mengandung zat organik.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 8


VII. DATA DAN PERHITUNGAN
Kandungan
Warna larutan setelah
Zat - zat zat dalam air Bau Kekeruhan
dianalisa
proses

Kuning karena adanya


Silikat + Tidak berbau pereaksi Amonium Keruh
molibdat
Terdapat endapan putih
Klorida + Tidak berbau Keruh
AgCl
Fe2+ (fero) - Tidak berbau Kuning Keruh
Fe3+ (feri) + Tidak berbau Endapan biru Keruh
SO42+ + Tidak berbau Endapan putih BaSO4 Keruh
Ca2+ + Tidak berbau Bening Tidak keruh
Terdapan endapan
Mg2+ + Tidak berbau Keruh
ungu/Mg(OH2)
Al3+ + Tidak berbau Merah terang Tidak keruh
Zat organik + Tidak berbau Bening Tidak keruh

Keterangan : + = mengandung zat tertentu


- = tidak mengandung zat tertentu

VIII. DISKUSI
Analisa kualitatif air proses merupakan langkah awal yang akan menentukan pengujian
air proses selanjutnya. Dalam pengujian analisa kualitatif ini, praktikan akan menguji air
proses yang diberikan apakah mengandung zat-zat yang dapat menghambat proses basah
tekstil. Langkah awal yang dilakukan adalah mengamati air proses yang diberikan secara
visual meliputi warna air, kekeruhan air, dan bau air. Warna air proses bening dan terdapat
endapan putih dibawah air sehingga terjadi sedikit kekeruhan. Selanjutnya diukur pH air
dengan kertas indikator pH dan diperoleh nilai pH 6. Setelah tahap ini, praktikan akan
menguji air proses dengan menggunakan bermacam-macam indikator untuk mengetahui
kandungan zat dalam air proses.
Dalam air proses yang dianalisis seharusnya mengandung silikat, klorida, feri, fero,
sulfat dan kalsium. Namun, pada pengujian ternyata kandungan fero negatif. Hasil ini tidak

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 9


tepat karena setelah diuji dengan indikator untuk feri ternyata feri positif terkandung dalam
air proses. Apabila kandungan feri positif seharusnya kandungan fero juga positif.
Penyimpangan hasil ini terjadi karena praktikan kurang teliti dalam melakukan pengujian,
kurang tepat dalam melakukan pengamatan visual terhadap perubahan warna air contoh uji,
dan kurang akurat dalam melakukan tahap-tahap pengujian.
Dari pengujian diperoleh hasil bahwa air proses mengandung silikat, klorida, feri, sulfat,
kalsium, magnesium, aluminium, dan zat organic yang akan mengganggu atau
menghambat jalannya proses basah tekstil. Oleh sebab itu, air proses tersebut perlu
dilakukan proses pelunakan (bila kadar zat-zatnya melebihi syarat air untuk proses tekstil)
agar air proses tersebut dapat digunakan untuk proses basah tekstil.

IX. KESIMPULAN
Suhu air contoh uji 27 oC dan pH air contoh uji adalah 6.
Air contoh uji tidak berbau, terdapat endapan, dan tidak berwarna
Air contoh uji mengandung zat-zat yaitu =  Silikat  Aluminium
 Klorida  Zat organik
 Sulfat  Kalsium
 Magnesium  Feri

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 10


ANALISA KUANTITATIF AIR PROSES INDUSTRI TEKSTIL

I. MAKSUD DAN TUJUAN


MAKSUD
Mengetahui nilai kandungan zat-zat tertentu dalam air proses yang dapat mempengaruhi
jalannya proses basah tekstil sehingga dapat dibatasi kadarnya dalam air proses.

TUJUAN
Mencari nilai kandungan klorida, besi, dan sulfat di dalam air proses.
Menghitung kandungan klorida dalam air proses dengan cara titrasi Argentometri.
Menghitung kandungan besi dalam air proses dengan cara titrasi larutan standar besi.
Menghtiung kandungan sulfat dalam air proses dengan cara grafimetri (penimbangan).

II. TEORI DASAR


A. Analisa Kandungan Klorida Di Dalam Air Proses
Kadar klorida di dalam air proses tekstil dibatasi oleh standar karena klorida bersifat
korosif. Ada dua cara penentuan klorida di dalam air, yaitu cara Argentometri dan
Merkurimetri. Cara yang paling sering digunakan adalah cara Argentometri yang dikenal
dengan cara Mohr. Pada metode Mohr klorida diendapkan oleh AgNO3 membentuk
endapan AgCl yang berwarna putih. AgCl yang terbentuk akan setara (equivalen)
dengan kandungan klorida di dalam air.
Kalium khromat digunakan sebagai indicator, semua AgCl akan terbentuk terlebih
dahulu sebelum endapan Ag khromat yang berwarna merah terbentuk. Kondisi titrasi
harus diusahakan dalam suasana netral sampai alkali pH antara 7-10. Jika dilakukan
dalam suasana asam maka konstanta ionisasi asam khromat kecil sehingga khromat
bereaksi dengan hidrogen. Metode ini dapat digunakan untuk konsentrasi klorisa sampai
2000 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi lebih tinggi sebaiknya dilakukan pengenceran.
B. Analisa Kandungan Besi Di Dalam Air Proses
Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses industri tekstil. Pada proses
pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat menyebabkan noda-
noda kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil juga dapat memperbesar
kerusakan pada bahan selulosa karena logam-logam berat berfungsi sebagai katalis

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 11


dalam penguraian zat pengelantang. Senyawa besi juga dapat bereaksi dengan
beberapa jenis zat warna,sehingga dalam proses pencelupan menghasilkan warna
celupan yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
C. Analisa kandungan Sulfat Di Dalam Air Proses
Sulfat banyak terdapat pada air alam, zat-zat organic didalam air alam dapat
menyebabkan sulfat tereduksi menjadi sulfide. Ion sulfat dapat diendapkan oleh Barium
sulfat dalam suasana asam menjadi Barium sulfat yang mempunyai bentuk kristal sama
besar. Absorbansi dari suspensi Barium sulfat dapat ditentukan dengan alat
spektofotometri pada panjang gelombang 420 nm. Warna dan zat tersuspensi dalam
jumlah besar dapat mengganggu penetapan sulfat. Kadar zat organic yang cukup tinggi
didalam air menyebabkan Barium sulfat tidak mengendap sempurna.

III. REAKSI
Kandungan Zat Reaksi
A. Klorida HCl + AgNO3 AgCl
B. Besi -
C. Sulfat SO42- + BaCl2 BaSO4 + 2Cl-

IV. PEREAKSI
Kandungan Zat Pereaksi
Air suling bebas klorida
A. Klorida Larutan penitar AgNO3
Indicator Kalium khromat
Ammonium thiocianat
B. Besi
H2SO4 4 N
HCl 4 N
C. Sulfat
BaCl2

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 12


V. ALAT DAN BAHAN
Analisa Zat Alat Bahan

Buret gelap 50 ml AgNO3


A. Klorida Erlenmeyer 250 ml Indicator Kalium
Pipet ukur 10 ml khromat
Labu ukur 100 ml
Pipet volum 10 ml Ammonium thiocianat
B. Besi
Erlenmeyer 250 ml H2SO4 4 N
Buret 50 ml
Penanggas air
Erlenmeyer 250 ml
Kertas saring barit
Pipet ukur 10 ml
C. Sulfat HCl 4 N
Pipet volum 10 ml
BaCl2
Neraca digital
Oven

VI. LANGKAH KERJA


A. Analisa Kandungan Klorida Dalam Air
Memipet 10 ml air contoh uji kedalam erlenmeyer.
Mengatur pH pada kondisi pH 7-10 dengan menambahkan H2SO4 atau NaOH.
Menambahkan 3 tetes indikator Kalium khromat 5%.
Menitrasi dengan larutan AgNo3 0,01 N sampai timbul endapan merah kekuningan.
B. Analisa Kandungan Besi Dalam Air
Memipet 10 ml air contoh uji kedalam labu ukur 100 ml.
Menambahkan 5 ml ammonium thiocianat kemudian menambahkan 5 ml H2SO4 4 N.
Mengencerkan dengan air suling sampai 100 ml.
Menyimpan dalam erlenmeyer sebagai larutan besi standar.
Memipet 5 ml ammonium thiocianat kedalam labu ukur 100 ml.
Memipet 5 ml H2SO4 4 N kedalam labu ukur 100 ml.
Mengencerkan dengan air suling sampai 100 ml.
Memindahkan larutan dalam erlenmeyer kosong.
Menitrasi larutan tersebut dengan larutan besi standar 0,1 mg/L.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 13


C. Analisa Kandungan Sulfat Dalam Air
Memipet 10 ml air contoh uji kemudian menambahkan 2 ml HCl dan dipanaskan.
Kemudian menambahkan 10 ml BaCl2 (pereaksi akan mengendap) dipanaskan dan
akan membentuk endapan BaSO4.
Memisahkan penanggas air.
Melakukan tes endapan sempurna.
Menimbang kertas barit kosong.
Menyaring dengan kertas barit.
Mengoven kertas barit yang telah digunakan untuk menyaring dalam oven.
Menghitung endapan BaSO4 dengan menimbang kertas saring barit awal dan akhir.
Menghitung kadar sulfat dengan cara membandingkan BM sulfat dengan BM BaSO4
kemudian dikalikan dengan berat endapan dan faktor pengenceran.

VII. DATA DAN PERHITUNGAN


A. Analisa Kandungan Klorida Dalam Air
ml titrasi I = 2,1 ml
ml titrasi II = 2,0 ml
ml titrasi rata-rata =( 2,1 ml + 2,0 ml) / 2 = 2,05 ml
N AgNO3 = 0,01 N
BM Cl- = 35,5
Faktor pengenceran = 1000 ml / 10 ml = 100
Kadar Cl- = ml titrasi x N penitar x BM Cl- x f
= 2,05 ml x 0,01 N x 35,5 x 100
= 72,7 mg/L
B. Analisa Kandungan Besi Dalam Air
ml titrasi = 1,2 ml
N penitar = 0,1 mg/L
Faktor pengenceran = 1000 ml / 10 ml = 100
Kadar Fe3+ = ml titrasi x N penitar x f
= 1,2 ml x 0,1 mg/L x 100
= 12 mg/L

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 14


C. Analisa Kandungan Sulfat Dalam Air
Berat kertas saring barit awal = 1,1490 g
Berat kertas saring barit akhir = 1,2014 g
Berat endapan = berat kertas awal – berat kertas akhir
= 1,2014 g – 1,1490 g
= 0,0524 g
BM SO42- = 96
BM BaSO4 = 233
Faktor pengenceran = 1000 ml / 10 ml = 100
Kadar SO42- = BM SO42- / BM BaSO4 x berat endapan x f
= 96/233 x 0,0524 g x 100
= 2,2331 mg/L

VIII. DISKUSI
Pengujian kuantitatif air proses dilakukan setelah pengujian kualitatif air proses. Dari
hasil kualitatif dapat dihitung (kuantitatif) nilai dari kandungan setiap zat dalam air apakah
sesuai dengan syarat air proses yang ditentukan atau melebihi syarat air proses yang
ditentukan. Pada pengujian ini hanya akan dihitung nilai atau kadar klorida, besi, dan sulfat
didalam air.
Dengan melakukan titrasi Argentometri, titrasi Fe standar, dan cara grafimetri, praktikan
dapat menghitung kadar klorida, besi, dan sulfat dengan rumus tertentu. Dari hasil proses
diperoleh kadar klorida sebanyak 72,7 mg/L. Kadar ini cukup tinggi namun masih dibawah
batas maksimal yang disyaratkan untuk air proses tekstil (syarat klorida untuk proses tekstil
adalah ≤ 100 mg/L). Walaupun demikian, perlu dilakukan proses untuk mengurangi
kandungan klorida karena klorida bersifat korosif dan mudah berikatan dengan kation lain
sehingga kandungan klorida dalam air proses mudah bertambah banyak.
Kadar besi dalam air sangat tinggi yaitu 12 mg/L. Kadar ini jauh diatas nilai maksimal
baku mutu syarat air proses yang ditetapkan yaitu kandungan besi ≤ 0,1 mg/L. Kesalahan
ini terjadi karena sulitnya mengamati warna yang sama (menyamakan warna) antara larutan
Fe standar dengan larutan tanpa air contoh uji. Pada dasarnya untuk mendapatkan warna
yang sama antara keduanya hanya dibutuhkan 1-3 tetes larutan Fe standar 0,1 mg/L.
Namun karena sulitnya menyamakan kedua larutan diatas sehingga dibutuhkan penitar
yang cukup banyak yaitu 1,2 ml.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 15


Kadar sulfat yang diperoleh adalah 2,2331 mg/L. Kadar ini jauh dibawah batas
maksimum baku mutu standar sulfat dalam air yaitu ≤ 100 mg/L. Kadar sulfat yang rendah
ini tentunya sangat menguntungkan dalam proses basah tekstil tetapi juga ada kerugiannya.
Sulfat merupakan anion yang mudah berikatan dengan garam penyebab kesadahan seperti
Ca dan Mg, sehingga perlu dilakukan pengolahan untuk meminimalisir kandungan sulfat
dalam air proses agar tidak mengganggu proses basah tekstil selanjutnya.

IX. KESIMPULAN
Kadar klorida dalam air = 72,7 mg/L
Kadar besi dalam air = 12 mg/L
Kadar sulfat dalam air = 2,2331 mg/L
Kandungan klorida dan sulfat sesuai dengan syarat air proses yaitu ≤ 100,0 mg/L.
Kandungan besi melebihi batas syarat air proses (kandungan besi 12 mg/L, syarat air
proses besi ≤ 0,1 mg/L)
Air contoh uji masih dapat digunakan untuk proses basah tekstil meskipun akan lebih
baik jika dilakukan pengolahan air atau pelunakan air terlebih dahulu.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 16


ANALISA ALKALINITAS AIR PROSES INDUSTRI TEKSTIL

I. MAKSUD DAN TUJUAN


MAKSUD
Mengetahui bagaimana cara menganalisa atau menghitung nilai alkalinitas air proses.
TUJUAN
Mencari nilai alkalinitas air proses dengan menggunakan indikator PP dan MO.
Melakukan titrasi dengan larutan HCl 0,1 N untuk mendapatkan nilai alkalinitas air
proses.
Menghitung nilai kesadahan sementara berdasarkan hasil alkalinitas yang diperoleh.
Menghitung nilai kadar unsur alkalinitas.

II. TEORI DASAR


Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan asam tanpa penurunan pH larutan.
Alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO3-), bikarbonat (HCO3-),
hidroksida (OH-) dan sebagainya. Alkalinitas dinyatakan dalam mgrek/L atau mg CaCO3/L.
Alkalinitas diperiksa dengan cara titrasi asam basa. Asam yang banyak digunakan
adalah Asam sulfat (H2SO4) dan HCl. Asam ini akan mengikat zat penyebab alkalinitas
sampai titik akhir titrasi tercapai. Titik akhir titrasi dapat ditentukan olah :
Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi
Perubahan nilai pH pada pH meter, grafik pH-volume akan memperlihatkan lengkungan
titik akhir.

III. REAKSI
Reaksi yang terjadi adalah :
OH- + H+ H2O
Titik akhir terletak pada pH 8,3
CO2- + H+ HCO3

HCO3- + H+ H2O + CO2 Terjadi pada pH 4,5

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 17


Pada titik akhir titrasi pertama yaitu pH 8,3 dikenal dengan nilai P (dari Phenolpthalin)
untuk mencapai titik akhir kedua yaitu pada pH 4,5 dikenal dengan nilai M (dari Metil). Jadi
pada saat tercapai nilai P dapa pH 8,3
OH- + H+ H2O
Nilai P menunjukkan OH- dan ½ CO3 = (HCO3-)
Jika didalam air hanya ada karbonat, bikarbonat, dan hidroksida, maka unsur alkalinitas
dapat ditentukan dengan bantuan tabel.
Tabel Perhitungan Mencari Kadar Unsur Alkalinitas
Hasil OH- CO32- HCO3-

P=0 0 0 M
2P < M 0 2P M – 2P
2P = M 0 2P 0
2P > M 2P – M 2(M - P) 0
P=M M 0 0

Catatan : alkalinitas hanya terdiri dari CO32-, HCO3-, dan OH-


P = alkalinitas PP
M = alkalinitas MO

Grafik Hubungan pH dengan Volume Pada Titrasi Alkalinitas

12

OH- + H+ H2O

9
CO32- + H+ HCO3

4,3

HCO3- + H+ H2O + CO2

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 18


IV. PEREAKSI
Indikator PP
Indikator MO
HCl 0,1 N

V. ALAT
Erlenmeyer 250 ml
Pipet volum 25 ml
Buret 50 ml

VI. LANGKAH KERJA


A. Alkalinitas PP
25 ml air contoh uji dipipet kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan 2 tetes indikator PP kedalam Erlenmeyer.
Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai larutan tidak berwarna.
B. Alkalinitas M
25 ml air contoh uji dipipet kedalam Erlenmeyer.
Tambahkan 2 tetes indikator MO kedalam Erlenmeyer.
Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai larutan berwarna orange.

VII. DATA DAN PERHITUNGAN


A. Alkalinitas P
Faktor pengenceran = 1000 ml / 25 ml = 40
N HCl = 0,1 N
ml titrasi = 0 ml
Alkalinitas P = ml titrasi x N HCl x f
= 0 ml x 0,1 N x 40
= 0 mgrek/L
Ket : saat ditambahkan indikator PP → tidak berwarna = alkalinitas P negatif.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 19


B. Alkalinitas M
Faktor pengenceran = 1000 ml / 25 ml = 40
N HCl = 0,1 N
ml titrasi = 0,7 ml
Alkalinitas M = ml titrasi x N HCl x f
= 0,7 ml x 0,1 N x 40
= 2,8 mgrek/L
C. Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara = alkalinitas M (mgrek/L) x 2,8 oDH
= 2,8 x 2,8 oDH
= 7,84 oDH
D. Kadar Unsur Alkalinitas
P=0
Jadi kadar unsur alkalinitas berdasarkan tabel, pada air mengandung unsur HCO3-
Kadar HCO3- = alkalinitas M x( BM HCO3- / valensi HCO3-)
= 2,8 mgrek/L x 61 x mg/L HCO3-
1 mgrek/L
= 170,8 mg/L

VIII. DISKUSI
Pada penetapan alkalinitas air digunakan dua indikator yaitu PP dan MO. Alkalinitas PP
akan bernilai positif apabila setelah ditetesi PP maka larutan akan berwarna merah muda.
Namun, alkalinitas PP akan bernilai negatif atau nol bila setelah ditetesi PP larutan tidak
berwarna. Dua prinsip diatas menjadi patokan untuk menghitung alkalinitas PP selanjutnya.
Dalam pengujian, setelah ditetesi PP, larutan tetap tidak berwarna. Hal ini berarti nilai
P= 0 sehingga nilai alkalinitas PP adalah negatif. Berdasarkan tabel unsur alkalinitas,
keadaan seperti ini menunjukkan adanya unsur Bikarbonat (HCO3-) dalam air contoh uji
sebanyak M.
Keadaan ini terbukti ketika dilakukan uji alkalinitas M, setelah ditetesi MO larutan
berubah warna menjadi kuning dan langsung dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna
orange sindur. Dari hasil titrasi ini kemudian dihitung kadar unsur alkalinitas Bikarbonat
adalah 170,8 mg/L. Kadar bikarbonat ini tinggi dan hampir mendekati batas maksimal baku
mutu standar bikarbonat dalamair proses yaitu ≤ 200,0 mg/L. Namun demikian, air contoh
uji ini masih dapat digunakan untuk proses basah tekstil.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 20


Dari titrasi ini diperoleh nilai alkalinitas M sebesar 2,8 mgrek/L. Untuk mendapatkan nilai
kesadahan sementara dapat dicari dengan mengalikan nilai alkalinitas M dengan 2,8 oDH
karena alkalinitas sama dengan sadah sementara. Nilai kesadahan sementara yang
diperoleh adalah 7,84 oDH.

IX. KESIMPULAN
Alkalinitas dihitung dengan 2 cara yaitu alkalinitas P dan alkalinitas M.
Alkalinitas P = 0
Alkalinitas M = 2,8 mgrek/L
Kesadahan sementara = 7,84 oDH
Kadar unsur alkalinitas HCO3- = 170,8 mg/L

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 21


ANALISA KESADAHAN (Ca dan Mg) CARA KOMPLEKSOMETRI

I. MAKSUD DAN TUJUAN


MAKSUD
Mengetahui dan mempelajari cara menentukan kesadahan dari air proses dengan
menggunakan metode kompleksometri.
TUJUAN
Menentukan kesadahan total dan kesadahan tetap dengan cara kompleksometri.
Menentukan kesadahan Ca total dan kesadahan Ca tetap dengan cara kompleksometri.
Menghitung nilai kesadahan sementara, Mg tetap, dan Mg total berdasarkan nilai
kesadahan total, kesadahan tetap, kesadahan Ca total, dan kesadahan Ca tetap yang
diperoleh.
Mengetahui fungsi-fungsi dari pereaksi yang digunakan dalam pengujian.

II. TEORI DASAR


Kesadahan total adalah jumlah ion-ion Ca dan Mg yang terkandung di dalam air. Ion-ion
ini dapat ditentukan melalui titrasi kompleksometri yaitu suatu titrasi dengan menggunakan
larutan komplekson (EDTA / Etilendiaminatetra asetat).
EDTA adalah suatu senyawa yang dapat membentuk pasangan kimiawi secara ikatan
kompleks dengan ion-ion kesadahan. Indikator yang dipakai dalam titrasi kompleksometri
merupakan asam atau basa lemah organik yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan
logam, dan warna senyawa tersebut berbeda dengan warna indikator dalam keadaan
bebas. Indikator yang sering digunakan adalah EBT (Eriochrome Black T), sejenis indikator
yang berwarna merah apabila berada dalam larutan yang mengandung ion Calsium dan
Magnesium pada pH 10,0. Indikator yang lain adalah Murexid (Eriochrome Blue Black R),
suatu senyawa yang berwarna merah jika berada dalam larutan yang mengandung ion
Calsium saja.
Pada penetapan kesadahan ada beberapa faktor yang biasanya mengganggu
penetapan ion Ca dan Mg ini diantaranya adanya kation seperti Al3+, Fe3+, Fe2+, dan Mn2+,
dapat juga ikut bergabung dengan EDTA membentuk senyawa kompleks. Jika kesadahan
terlalu tinggi endapan Ca akan muncul dalam waktu titrasi lebih dari 5 menit,oleh karena itu
sampel harus diencerkan.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 22


III. REAKSI
HOOCH2C H H CH2COOH

N C C N + Ca/Mg

NaOOCH2C H H CH2COONa

HOOCH2C H H CH2COOH

N C C N

H2C H H CH2

IV. PEREAKSI
Larutan EDTA (titran) 0,01 M
Larutan buffer pH 10
Indikator EBT
Indikator Murexid
KCN 5 %
NaOH 4 N

V. ALAT
Erlenmeyer 250 ml
Gelas ukur 100 ml
Pipet volum 25 ml
Buret 50 ml
Corong

VI. LANGKAH KERJA


A. Penetapan Kesadahan Total
50 ml air contoh uji dipipet kedalam erlenmeyer
Tambahkan 1 ml larutan buffer pH 10
Tambahkan 2 ml KCN 5 %

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 23


Tambahkan 3 – 4 tetes indikator EBT, larutan menjadi merah (merah anggur)
Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah menjadi biru
B. Penetapan Kesadahan Tetap
50 ml air contoh uji dipipet kedalam erlenmeyer
Panaskan air contoh uji sampai mendidih
Tambahkan 1 ml larutan buffer pH 10
Tambahkan 2 ml KCN 5 %
Tambahkan 3 – 4 tetes indikator EBT, larutan menjadi merah (merah anggur)
Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah menjadi biru
C. Penetapan Kesadahan Ca Total
50 ml air contoh uji dipipet kedalam erlenmeyer
Tambahkan 1 ml NaOH 4 N
Tambahkan 2 ml KCN 5 %
Tambahkan indikator Murexid, larutan menjadi merah
Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah menjadi ungu
D. Penetapan Kesadahan Ca Tetap
50 ml air contoh uji dipipet kedalam Erlenmeyer
Panaskan air contoh uji sampai mendidih
Tambahkan 1 ml NaOH 4 N
Tambahkan 2 ml KCN 5 %
Tambahkan indikator Murexid, larutan menjadi merah
Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah menjadi ungu

VII. DATA DAN PERHITUNGAN


A. Kesadahan Total
Faktor pengenceran = 1000 ml / 50 ml = 20
M EDTA = 0,01 M
ml titrasi = 9,4 ml
Kesadahan total = ml titrasi x M EDTA x f
= 9,4 ml x 0,01 M x 20
= 1,88 mmol
= 1,88 mmol x 5,6 0DH
= 10,528 0DH

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 24


B. Kesadahan Tetap
Faktor pengenceran = 1000 ml / 50 ml = 20
M EDTA = 0,01 M
ml titrasi = 6,2 ml
Kesadahan tetap = ml titrasi x M EDTA x f
= 6,2 ml x 0,01 M x 20
= 1,24 mmol
= 1,24 mmol x 5,6 0DH
= 6,944 0DH
C. Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara = kesadahan total – kesadahan tetap
= 10,528 0DH – 6,944 0DH
= 3,584 0DH
D. Kesadahan Ca Total
Faktor pengenceran = 1000 ml / 50 ml = 20
M EDTA = 0,01 M
ml titrasi = 2 ml
Kesadahan Ca total = ml titrasi x M EDTA x f
= 2 ml x 0,01 M x 20
= 0,4 mmol
= 0,4 mmol x 5,6 0DH
= 2,24 0DH
E. Kesadahan Ca Tetap
Faktor pengenceran = 1000 ml / 50 ml = 20
M EDTA = 0,01 M
ml titrasi = 1 ml
Kesadahan Ca tetap = ml titrasi x M EDTA x f
= 1 ml x 0,01 M x 20
= 0,2 mmol
= 0,2 mmol x 5,6 0DH
= 1,12 0DH

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 25


F. Kesadahan Mg Tetap
Kesadahan Mg tetap = kesadahan tetap – kesadahan Ca tetap
= 6,944 0DH – 1,12 0DH
= 5,824 0DH
G. Kesadahan Mg Total
Kesadahan Mg total = kesadahan total – kesadahan Ca total
= 10,528 0DH – 2,24 0DH
= 8,288 0DH

VIII. DISKUSI
Cara kompleksometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan komplekson
EDTA yang akan mengikat Ca, Mg, dan logam menjadi garam kompleks yang larut.
Pemakaian EDTA lebih banyak digunakan karena EDTA mudah membentuk ion-ion
kompleks yang lebih stabil. Secara umum kelebihan cara kompleksometri adalah caranya
mudah dan cepat, dapat dilaksanakan setiap saat dalam bentuk garam kompleks yang larut.
Kelemahannya yaitu tidak boleh dilakukan pada suhu tinggi karena dapat membentuk
larutan yang bersifat alkali dan mudah terurai. Pada pengujian diperlukan pereaksi lain
buffer, KCN 5%, NaOH, indikator EBT dan murexid.
Penambahan buffer pada larutan yang akan dititar bertujuan sebagai penyangga pH (pH
buffer 7-10) yaitu suatu zat yang dapat mempertahankan pHnya didalam air sehingga
pHnya sudah terkontrol. Penambahan KCN 5% berfungsi untuk mengikat logam – logam
terutama besi sehingga hasil penitaran sesuai dengan kadarnya.
Hasil uji menunjukkan nilai kesadahan yang sangat tinggi diatas batas maksimal baku
mutu standar yang telah ditetapkan yaitu ≤ 3 oDH. Sedangkan nilai sadah yang diperolah
adalah 10,528 oDH. Tingginya nilai sadah ini diakibatkan pada saat pemanasan banyak uap
air yang hilang sehingga jumlah larutan yang akan dititrasi berkurang. Akibatnya nilai
kesadahan yang diperoleh menyimpang jauh.
Agar air masih dapat digunakan untuk proses basah tekstil, maka perlu dilakukan proses
lebih lanjut untuk menghilangkan atau menurunkan kesadahan yaitu dengan cara
pelunakan air.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 26


IX. KESIMPULAN
Analisa kesadahan Ca dan Mg dilakukan dengan cara kompleksometri dan kesimpulannya
adalah :
Kesadahan total = 10,528 0DH
Kesadahan tetap = 6,944 0DH
Kesadahan sementara = 3,584 0DH (cara kompleksometri)
Kesadahan sementara = 7,84 0DH (cara alkalitet)
Kesadahan Ca total = 2,24 0DH
Kesadahan Ca tetap = 1,12 0DH
Kesadahan Mg tetap = 5,824 0DH
Kesadahan Mg total = 8,288 0DH

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 27


PELUNAKAN AIR SADAH

I. MAKSUD DAN TUJUAN


MAKSUD
Menghilangkan ion-ion penyebab kesadahan yaitu ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air dengan
menggunakan cara pemanasan, pengendapan, dan penukar ion.
TUJUAN
Melakukan proses pelunakan air proses dengan cara pemanasan
Melakukan proses pelunakan air proses dengan cara pengendapan cara soda kapur
dan soda-soda
Melakukan proses pelunakan air proses dengan cara penukar ion
Melakukan titrasi secara kompleksometri untuk mendapatkan nilai kesadahannya

II. TEORI DASAR


Maksud dari pelunakan air disini adalah penghapusan atau penghilangan ion-ion
penyebab kesadahan dalam air. Kesadahan ir terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan
Mg2+. Air sadah akan mengendapkan sabun, akibatnya penggunaan sabun akan lebih
banyak. Selain itu akan merusak beberapa jenis zat warna pada proses pencelupan.
Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO3- juga akan mengakibatkan kerak pada dinding ketel uap
yang disebabkan oleh endapan Calsium carbonat.
Beberapa proses yang dilakukan untuk pelunakan air sadah adalah :
a) Cara Pemanasan
Cara ini hanya dapat menghilangkan kesadahan sementara yang disebabkan oleh
bikarbonat-bikarbonat dari ion kesadahan.
b) Cara Pengendapan
Cara ini merupakan cara yang paling murah yang dapat mengendapkan kesadahan
total. Pada cara ini garam-garam Calsium dan Magnesium penyebab kesadahan
diendapkan sebagai karbonat-karbonat. Sebagai zat pengendap dipakai campuran
Na2CO3 dan Ca(OH)2 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2. Pengendapan garam sadah
dan logam-logam dapat dilakukan dengan menggunakan antara lain soda kapur dan
soda soda :

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 28


Soda Kapur
Prinsipnya yaitu pengendapan Ca2+ oleh soda (Na2CO3) dan pengendapan Mg2+,
logam-logam dan CO2 oleh kapur (Ca(OH)2. Pelunakan dengan soda kapur ini paling
sering dipakai, murah dan sederhana. Namun sisa sadah yang dihasilkan setelah
dilunakkan masih cukup tinggi ≥ 3 oDH.
Soda soda
Prinsipnya yaitu pengendapan Ca2+ oleh soda (Na2CO3) dan pengendapan Mg2+,
logam-logam dan CO2 oleh kapur (NaOH). Penggunaan Na2CO3 sangat kecil atau
sama dengan nol (0) apabila di dalam air tersebut banyak terkandung [HCO 3] dan
[CO2]. Namun sisa sadah yang dihasilkan setelah dilunakkan masih cukup tinggi ≥ 3
o
DH.
c) Cara Kompleksometri
Prinsipnya yaitu mengikat Ca2+, Mg2+ atau logam menjadi garam komplek yang larut.
Pelaksanannya sangat mudah dan cepat, dapat dilaksanakan setiap saat dalam bentuk
garam komplek yang larut, menghasilkan sadah sisa ≤ 0.1 o
DH. Namun cara
kompleksometri ini membentuk larutan yang bersifat alakali dan mudah terurai pada suhu
tinggi.
d) Cara Penukar Ion
Cara ini sangat mahal tetapi efisiensinya cukup tinggi dan cocok dipakai untuk
penyediaan air ketel. Pada cara ini Calsium dan Magnesium yang terkandung dalam air
didesak dan diikat oleh senyawa penukar ion. Prinsipnya yaitu menukar kation (Ca2+,
Mg2+ dan L) dengan natrium dari penukar kation anorganik dan penukar kation. Penukar
berbentuk tabung saringan melalui tabung dan air yang keluar berupa air lunak bebeas,
karena telah mengganti ion Na dari penukar kation. Cara ini sangat mahal tetapi
efisiensi cukup tinggi dipakai untuk penyediaan air ketel . Pada cara ini kalsium dan
magnesium yang terkandung dalam air didesak dan diikat oleh senyawa penukar ion.
Penukar kation anorganic
Dengan nama dagang Zeolit (Na2OZ).
Reaksi pelunakan :
Na2OZ + Ca2+ CaOZ + 2 Na
Na2OZ + Mg2+ MgOZ + 2 Na
Na2OZ + Fe2+ FeOZ + 2 Na

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 29


Jika zeolit yang digunakan tidak mampu lagi untuk menukarkan ion penyebab
kesadahan,dan logam logam yang ada di dalamnya, maka zeolit ini disebut zeolit
jenuh. Zeolit jenuh dapat digunakan kembali jika di regenerarasi menggunakan
larutan NaCl jenuh. Prinsipnya yaitu pengaktifan kembali penukar zeolit yang telah
jenuh mengandung kation Ca, Mg, L dengan larutan NaCl jenuh.
Reaksi regenerasi zeolit
CaOZ + 2 NaCl Na2OZ + CaCl2
MgOZ + 2 NaCl Na2OZ + CaCl2
FeOZ + 2 NaCl Na2OZ + CaCl2

Penukar kation Organik


Dengan nama dagang Wofatit (W-Na2)
Reaksi pelunakan :
W-Na2 + Ca2+ W-Ca + 2 Na
2+
W-Na2 + Mg W-Mg + 2 Na
W-Na2 + Fe2+ W-Fe + 2 Na

Jika Wofatit yang digunakan tidak mampu lagi untuk menukarkan ion penyebab
kesadahan,dan logam logam yang ada di dalamnya, maka Wofatit ini disebut Wofatit
jenuh. Wofatit jenuh dapat digunakan kembali jika di regenerarasi menggunakan
larutan NaCl jenuh. Prinsipnya yaitu pengaktifan kembali penukar Wofatit yang telah
jenuh mengandung kation Ca, Mg, L dengan larutan NaCl jenuh.
Reaksi regenerasi wofatit
W-Ca + 2 NaCl W-Na2 + 2 Na
W-Mg + 2 NaCl W-Na2 + 2 Na
W-Fe + 2 NaCl W-Na2 + 2 Na

III. REAKSI
A. Pengendapan dengan campuran Na2CO3 dan Ca(OH)2
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2CaCO3 + 2H2O
Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 → CaCO3 + Mg(OH)2 + H2O
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 + CaCl2
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 + CaSO4
CO2 + Ca(OH)2 → CaCO3 + H2O

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 30


FeCl2 + Ca(OH)2 → Fe(OH)2 + CaCl2
2FeCl3 + 3Ca(OH)2 → 2Fe(OH)3 + 3CaCl2
MnSO4 + Ca(OH)2 → Mn(OH)2 + CaSO4
Al2(SO4)3 + 3Ca(OH)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 + NaCl
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 + Na2SO4

B. Pengendapan dengan campuran Na2CO3 dan NaOH


Ca(HCO3)2 + 2NaOH → CaCO3 + Na2CO3 + 2H2O
Mg(HCO3)2 + 4NaOH → Mg(OH)2 + Na2CO3 + 2H2O
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2 + 2NaCl
MgSO4 + 2NaOH → Mg(OH)2 + NaSO4
CO2 + 2NaOH → Na2CO3 + H2O
FeCl2 + 2NaOH → Fe(OH)2 + 2NaCl
FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl
MnSO4 + 2NaOH → Mn(OH)2 + Na2SO4
Al2(SO4)3 + 6NaOH → 2Al(OH)3 + 3Na2SO4
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 + NaCl
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 + Na2SO4

IV. PEREAKSI
Larutan EDTA (titran) 0,01 M
Larutan buffer pH 10
Pereaksi kompleksometri
Indikator EBT
KCN 5 %
Resin penukar ion untuk cara penukar ion
Na2CO3 dan Ca(OH)2 untuk cara soda kapur
Na2CO3 dan NaOH untuk cara soda soda

V. ALAT
Tabung resin (untuk cara penukar ion)
Erlenmeyer 250 ml
Gelas piala 500 ml
Pipet volum 25 ml

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 31


Buret 50 ml
Corong
Kertas saring barit

VI. LANGKAH KERJA


A. Cara Pemanasan
100 ml air contoh uji dipipet kedalam erlenmeyer
Dipanaskan sampai mendidih selama kurang lebih 30 menit
Air yang telah mendidih didinginkan dan disaring dengan kertas saring barit
Sisa kesadahan diperiksa kesadahan totalnya dengan larutan EDTA dengan cara :
 Tambahkan 2 ml larutan buffer pH 10
 Tambahkan 1 ml KCN 5 %
 Tambahkan 6 tetes indikator EBT, larutan menjadi merah (merah anggur)
 Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah menjadi biru
B. Cara Pengendapan Dengan Soda Kapur {Na2CO3 dan Ca(OH)2}
Kebutuhan soda kapur dihitung sesuai kebutuhan
100 ml air contoh uji dipipet kedalam gelas piala
Masukkan soda (Na2CO3) dan kapur (Ca(OH)2) sesuai dengan kebutuhan kedalam
gelas piala tersebut
Panaskan larutan sampai mendidih selama 15 – 30 menit dan akan terjadi endapan
karbonat (corong dipasang saat mendidihkan air agar penguapan yang terjadi tidak
terlalu besar)
Air yang telah mendidih didinginkan kemudian disaring dengan kertas saring barit
Saringan/filtratnya dianalisa kesadahan sisanya dengan cara kompleksometri, yaitu :
 Tambahkan 2 ml larutan buffer pH 10
 Tambahkan 1 ml KCN 5 %
 Tambahkan 6 tetes indikator EBT, larutan menjadi merah (merah anggur)
 Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah menjadi biru
C. Cara Pengendapan Dengan Soda Soda (Na2CO3 dan NaOH)
Kebutuhan soda soda dihitung sesuai kebutuhan
100 ml air contoh uji dipipet kedalam gelas piala
Masukkan soda( Na2CO3) dan soda (NaOH) sesuai dengan kebutuhan kedalam
gelas piala tersebut

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 32


Panaskan larutan sampai mendidih selama 15 – 30 menit dan akan terjadi endapan
karbonat (corong dipasang saat mendidihkan air agar penguapan yang terjadi tidak
terlalu besar)
Air yang telah mendidih didinginkan kemudian disaring dengan kertas saring barit
Saringan/filtratnya dianalisa kesadahan sisanya dengan cara kompleksometri, yaitu :
 Tambahkan 2 ml larutan buffer pH 10
 Tambahkan 1 ml KCN 5 %
 Tambahkan 6 tetes indikator EBT, larutan menjadi merah (merah anggur)
 Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah menjadi biru
D. Cara Penukar Ion
Pada cara ini kalsium dan magnesium yang terkandung dalam air akan didesak dan
diikat oleh resin penukar ion.
100 ml air contoh uji dimasukkan ke dalam piala gelas
Air contoh uji tersebut dilairkan melalui tabung yang berisi resin penukar ion dan
ditampung kedalam erlenmeyer 250 ml
Proses ini dikerjakan 2 kali aliran melalui tabung yang berisi resin penukar ion
Larutan yang telah dialirkan melalui tabung resin dianalisa kesadahan secara
kompleksometri, yaitu :
 Tambahkan 2 ml larutan buffer pH 10
 Tambahkan 1 ml KCN 5 %
 Tambahkan 6 tetes indikator EBT, larutan menjadi merah (merah anggur)
 Segera dititar dengan larutan EDTA 0,01 M sampai tepat berubah menjadi biru

VII. DATA DAN PERHITUNGAN


A. Cara Pemanasan
Kesadahan total = 10,528 oDH
Faktor pengenceran = 1000 ml / 100 ml = 10
M EDTA = 0,01 M
ml titrasi = 2,9 ml
Kesadahan sisa = ml titrasi x M EDTA x f
= 2,9 ml x 0,01 M x 10
= 0,29 mmol
= 0,29 mmol x 5,6 0DH
= 1,624 0DH

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 33


Penurunan kesadahan = sadah total – sadah sisa x 100 %
sadah total
= 10,528 0DH – 1,624 0DH x 100 %
10,528 0DH
= 84,57 %

B. Cara Pengendapan Dengan Soda Kapur {Na2CO3 dan Ca(OH)2}


a) Kebutuhan CaO
Diketahui = ♦ sadah sementara = 3,584 oDH
♦ Mg tetap = 5,824 oDH
[CaO] = [sadah sementara] + [Mg tetap] + [CO2] + [L]
2,8
= [3,584 oDH] + [5,824 oDH] + [0] +[0]
2,8
= 3,36 mgrek/L
= 3,36 mgrek/L x BM CaO/valensi CaO
= 3,36 mgrek/L x 56 x mg/L CaO
2 mgrek/L
= 94,08 mg/L
= 94,08 mg/1000 ml
= 9,408 mg/100 ml (kebutuhan untuk 100 ml)
Stok Ca(OH)2 = 2 g/L
= 2000 mg/1000 ml
Kebutuhan CaO = 9,408 mg x 1000 ml
2000 mg
= 4,704 ml
b) Kebutuhan Na2CO3
Diketahui = sadah tetap = 6,944 oDH
[Na2CO3] = [sadah tetap]
2,8
= [6,944 oDH]
2,8
= 2,48 mgrek/L
= 2,48 mgrek/L x BM Na2CO3 /valensi Na2CO3

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 34


= 2,48 mgrek/L x 106 x mg/L Na2CO3
2 mgrek/L
= 131,44 mg/L
= 131,44 mg/1000 ml
= 13,144 mg/100 ml (kebutuhan untuk 100 ml)
Stok Na2CO3 = 2 g/L
= 2000 mg/1000 ml
Kebutuhan Na2CO3 = 13,144 mg x 1000 ml
2000 mg
= 6,572 ml
= 6,6 ml

c) Kesadahan Sisa dan Penurunan Kesadahan


Kesadahan total = 10,528 0DH
Faktor pengenceran = 1000 ml / 100 ml = 10
M EDTA = 0,01 M
ml titrasi = 1,4 ml
Kesadahan sisa = ml titrasi x M EDTA x f
= 1,4 ml x 0,01 M x 10
= 0,14 mmol
= 0,14 mmol x 5,6 0DH
= 0,784 0DH
Penurunan kesadahan = sadah total – sadah sisa x 100 %
sadah total
= 10,528 0DH – 0,784 0DH x 100 %
10,528 0DH
= 92,55 %

C. Cara Pengendapan Dengan Soda Soda (Na2CO3 dan NaOH)


a) Kebutuhan Na2CO3
Diketahui = ♣ Ca tetap = 1,12 oDH
♣ kesadahan sementara = 3,584 oDH
[N2CO3] = [Ca tetap] - [sadah sementara] - [CO2]
2,8

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 35


= [1,12oDH] - [3,584oDH] - [0]
2,8
= - 2,464 mgrek/L

b) Kebutuhan NaOH
Diketahui = ♣ kesadahan sementara = 3,584 oDH
♣ Mg tetap = 5,824 oDH
[NaOH] = [sadah sementara] + [Mg tetap] + [CO2] + [L]
2,8
= [3,584 oDH] + [5,824 oDH] + [0] +[0]
2,8
= 3,36 mgrek/L
= 3,36 mgrek/L x BM NaOH/valensi NaOH
= 3,36 mgrek/L x 40 x mg/L NaOH
1 mgrek/L
= 134,4 mg/L
= 134,4 mg/1000 ml
= 13,44 mg/100 ml (kebutuhan untuk 100 ml)
Stok Ca(OH)2 = 2 g/L
= 2000 mg/1000 ml
Kebutuhan CaO = 13,44 mg x 1000 ml
2000 mg
= 6,72 ml

c) Kesadahan Sisa dan Penurunan Kesadahan


Kesadahan total = 10,528 0DH
Faktor pengenceran = 1000 ml / 50 ml = 20
M EDTA = 0,01 M
ml titrasi = 1,0 ml
Kesadahan sisa = ml titrasi x M EDTA x f
= 1,0 ml x 0,01 M x 20
= 0,2 mmol
= 0,2 mmol x 5,6 0DH
= 1,12 0DH

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 36


enurunan kesadahan = sadah total – sadah sisa x 100 %
sadah total
= 10,528 0DH – 1,12 0DH x 100 %
10,528 0DH
= 89,36 %

D. Cara Penukar Ion


a) Penukar Ion Zeolit
Kesadahan total = 10,528 0DH
Faktor pengenceran = 1000 ml / 25 ml = 40
M EDTA = 0,01 M
ml titrasi = 2,1 ml
Kesadahan sisa = ml titrasi x M EDTA x f
= 2,1 ml x 0,01 M x 40
= 0,84 mmol
= 0,84 mmol x 5,6 0DH
= 4,704 0DH
Penurunan kesadahan = sadah total – sadah sisa x 100 %
sadah total
= 10,528 0DH – 4,704 0DH x 100 %
10,528 0DH
= 55,32 %

b) Penukar Ion Wofatit


Kesadahan total = 10,528 0DH
Faktor pengenceran = 1000 ml / 50 ml = 20
M EDTA = 0,01 M
ml titrasi = 0,4 ml
Kesadahan sisa = ml titrasi x M EDTA x f
= 0,4 ml x 0,01 M x 20
= 0,08 mmol
= 0,08 mmol x 5,6 0DH
= 0,448 0DH

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 37


Penurunan kesadahan = sadah total – sadah sisa x 100 %
sadah total
= 10,528 0DH – 0,448 0DH x 100 %
10,528 0DH
= 95,74 %

VIII. DISKUSI
Berdasarkan pengujian sebelumnya, diperoleh kesadahan air yang sangat tinggi yaitu
10,528 oDH. Oleh sebab itu, perlu dilakukan proses pelunakan air untuk mengurangi jumlah
kesadahan air agar air layak digunakan untuk proses tekstil. Beberapa cara pelunakan air
yang akan dilakukan adalah cara pemanasan dan cara pengendapan (soda kapur dan soda
soda) yang dilakukan dengan titrasi menggunakan larutan penitar EDTA 0,01 M dan cara
penukar ion menggunakan penukar ion anorganic (zeolit) dan penukar ion organic (wofatit).
Dari proses pelunakan air ini, kita akan mencari nilai kesadahan sisa dan persen
penurunan kesadahan. Berdasarkan teori, % penurunan kesadahan cara pemanasan < %
penurunan kesadahan cara soda kapur < % penurunan kesadahan cara soda-soda < %
penurunan kesadahan cara penukar ion zeolit < % penurunan kesadahan cara penukar ion
wofatit. Dalam grafik digambarkan hubungan antara persen penurunan kesadahan dengan
kesadahan sisa sebagai berikut :

Penukar ion wofatit

Penukar ion zeolit

% penurunan Soda soda


kesadahan
Soda kapur

Pemanasan

Kesadahan sisa

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 38


Semakin tinggi persen penurunan kesadahan, maka semakin kecil sadah sisanya.
Namun, hasil pengujian menunjukkan banyak terjadi kesalahan. Berdasarkan teori,
penurunan kesadahan cara pengendapan lebih besar dibanding cara pemanasan. Hasil
penurunan kesadahan cara pemanasan adalah 84,57 % , cara soda kapur 92,55 % dan
cara soda soda 89,36 %. Dari perbandingan besarnya % penurunan kesadahan memang
terlihat cara pengendapan lebih besar dari cara pemanasan. Tetapi, standar yang berlaku
adalah % penurunan kesadahan cara pemanasan dan pengendapan tidak boleh lebih dari
25 %. Hasil ini tentu menyimpang sangat jauh (% penurunan kesadahannya terlalu besar).
Beberapa sebab kesalahan yang terjadi adalah pada saat pemanasan banyak uap air yang
hilang (penguapan terlalu besar) sehingga jumlah air yang akan dititrasi berkurang dan tidak
sesuai dengan perhitungan. Seharusnya setelah dipanaskan, air dalam erlenmeyer harus
diukur lagi dalam gelas ukur agar diketahui jumlahnya secara tepat kemudian baru dititrasi.
Sebab lain adalah nilai sadah sementara terlalu besar sehingga % penurunan
kesadahannya > 25 %.
Hasil % penurunan kesadahan dengan penukar ion wofatit sesuai dengan yang
diharapkan. % penurunan kesadahannya paling tinggi dibanding cara pelunakan yang lain.
Hasil % penurunan kesadahan cara wofatit harus tinggi karena cara kerjanya lebih akurat
yaitu dengan mengikat atau mendesak Ca dan Mg dan menggantinya dengan Natrium dari
penukar ion organic.
Kesalahan terjadi lagi saat dilakukan pelunakan cara penukar ion zeolit. % penurunan
kesadahannya sangat kecil dibanding cara pemanasan dan pengendapan. Sebab dari
penyimpangan ini adalah zeolit sudah beberapa kali dipakai sebagai medium pelunakan air
sehingga zeolit menjadi jenuh. Zeolit jenuh dapat digunakan kembali jika di regenerarasi
menggunakan larutan NaCl jenuh. Prinsipnya yaitu pengaktifan kembali penukar zeolit yang
telah jenuh mengandung kation Ca, Mg, L dengan larutan NaCl jenuh. Namun, pada saat
pengujian zeolit tidak diregenerasi kembali sehingga tidak mampu lagi menukar ion-ion
penyebab kesadahan dan logam-logam yang ada didalam air.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 39


IX. KESIMPULAN
Cara pemanasan
Kesadahan sisa = 1,624 oDH
Penurunan kesadahan = 84,57 %
Cara pengendapan soda kapur
Kesadahan sisa = 0,784 oDH
Penurunan kesadahan = 92,55 %
Cara pengendapan soda soda
Kesadahan sisa = 1,12 oDH
Penurunan kesadahan = 89,36 %
Cara penukar ion
Penukar ion zeolit
Kesadahan sisa = 4,704 oDH
Penurunan kesadahan = 55,32 %
Penukar ion wofatit
Kesadahan sisa = 0,448 oDH
Penurunan kesadahan = 95,74 %
Banyak kesalahan yang terjadi, diantaranya % penurunan kesadahan cara pemanasan
dan pengendapan yang > 25 % dan % penurunan kesadahan cara penukar ion zeolit
yang sangat rendah.
Cara pelunakan air terbaik adalah dengan cara penukar ion wofatit.

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 40


Dari hasil pengujian, diperoleh grafik hubungan persen penurunan kesadahan dengan
kesadahan sisa sebagai berikut :

% penurunan
kesadahan

Penukar ion wofatit


95,74 %
Soda kapur
92,55 %
Soda soda
89,36 %

84,57 % Pemanasan

55,32 % Penukar ion zeolit

Kesadahan sisa
0,448 0,784 oDH 1,12 oDH 1,624 4,704 oDH
oDH oDH

DAFTAR PUSTAKA
Noerati K. , S. Teks.,M.T. , Penuntun Praktikum Zat Pembantu Tekstil 2, Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil, Bandung.
Noerati K., S. Teks.,M.T., Diktat Praktikum Kualitas Air Proses Dan Air Limbah Industri
Tekstil, Sekolah Tinngi Teknologi Tekstil, Bandung. 2004
Dr. Isminingsih G. , S. Teks. , M.Sc. , Diktat Transparant ZPT 2 , Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil , Bandung.
Dr. Isminingsih G. , S. Teks. , M.Sc. Persyaratan Air Proses, Pelunakana Air dan Contoh
Soal. STTT : Bandung. 2008

Laporan Praktikum Air Proses _Ratih Rika S (07K30028) 41

Anda mungkin juga menyukai