Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit febris akut yang ditemukan

pertama kali terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika

Utara. Menurut WHO (2004) dalam Depkes (2006) menyebutkan bahwa penyakit DBD

telah endemis lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Asia Tenggara, dan di kepulauan

Samudera Pasifik. Sebelum tahun 1970 hanya sembilan negara yang mengalami epidemi

DBD namun terjadi peningkatan pada tahun berikutnya. Terdapat 2500 juta penduduk

atau 2/5 dari penduduk dunia mengalami risiko untuk terserang DBD. WHO

memperkirakan ada 50.000.000 kasus DBD yang terjadi setiap tahunnya. Kasus DBD di

Indonesia menempati urutan kedua tertinggi di dunia setelah Thailand. Hal itu

disebabkan populasi yang besar, mobilitas penduduk yang tinggi dan 90 % wilayah di

Indonesia mempunyai kasus DBD (Depkes, 2006)

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemis di Kota Semarang.

Dari tahun ke tahun kejadian DBD seringkali mengakibatkan Kejadian Luar Biasa

(KLB) di hampir sebagian besar wilayah di Kota Semarang. Pada tahun 2014 Incidence

Rate DBD Kota Semarang (92,43) menduduki peringkat Pertama IR (Incidence Rate)

DBD Jawa Tengah diikuti Kabupaten Jepara dan Sragen. Jumlah Kasus DBD di Jawa

Tengah Tahun 2014 sejumlah 11.081 penderita. Kota Semarang dengan 1.628 Penderita

menyumbang 14,7% kasus di Jawa Tengah. Jumlah Penderita DBD yang meninggal

Tahun 2014 tetap sama dengan tahun tahun 2013 yaitu sejumlah 27 kematian. CFR DBD

tahun 2014 1,66%. Penemuan kasus DBD di Puskesmas Pandanaran pada tahun 2014

sebanyak 42 penderita , pada tahun 2014 Januari sampai Mei 2014 sebanyak 27

1
2

sedangkan pada bulan Januari sampai Mei 2015 mengalami peningkatan sebanyak 34

penderita.

Peningkatan mobilitas penduduk karena semakin banyaknya sarana transportasi,

kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari, dan kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD, mempermudah penyebaran penyakit

ini.4 Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi. Hal ini

disebabkan beberapa faktor antara lain umur penduduk, kepadatan vektor, tingkat

penyebaran virus, prevalensi serotipe virus Dengue, dan kondisi metereologis.

Berdasarkan uraian diatas untuk menurunkan angka kejadian DBD kepanitraan

klinik ilmu kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran Unissula Semarang ingin

mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD berdasarkan

pendekatan HL. Blum.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pandanaran ?

1.3. TUJUAN

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyakit DBD di wilayah

Puskesmas Pandanaran

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui mengenai faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya Demam

Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Puskesmas Pandanaran

b. Mengetahui mengenai faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya

Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Puskesmas Pandanaran


3

c. Mengetahui mengenai faktor pelayanan kesehatan yang mempengaruhi

terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Puskesmas Pandanaran

d. Mengetahui mengenai faktor genetik yang mempengaruhi terjadinya Demam

Berdarah Dengue ( DBD ) di wilayah Puskesmas Pandanaran

1.4. MANFAAT

a. Masyarakat memperoleh pengetahuan mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) sehingga diharapkan ada tindakan pencegahan untuk menurunkan angka

kesakitan.

b. Mahasiswa

 Memberi masukan dan informasi ilmiah untuk memperkaya keilmuan

 Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai