Anda di halaman 1dari 13

GLOBAL DELAYED DEVELOPMENT

16/12/2011

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa kemampuan penting
(misalnya berbicara, bergaul dengan lingkungannya, serta berjalan) menurut tahap berkelanjutan
yang dapat diperkirakan dengan peranan motivasi, pengajaran dan dukungan selama
pertumbuhannya. Kemampuan-kemampuan tersebut dikenal sebagai tahapan perkembangan.1
Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah ketertinggalan secara signifikan pada
fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila
dibandingkan dengan anak normal seusianya.2 Seorang anak dengan developmental delay akan
tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya. Seorang anak
dengan Global Developmental Delay (GDD) adalah anak yang tertunda dalam mencapai sebagian
besar hingga semua tahapan perkembangan pada usianya. Prevalensi GDD diperkirakan 5-10 persen
dari populasi anak di dunia dan sebagian besar anak dengan GDD memiliki kelemahan pada semua
tahapan kemampuannya.1

Global Delay development merupakan keadaan yang terjadi pada masa perkembangan dalam
kehidupan anak (lahir hingga usia 18 bulan). Ciri khas GDD biasanya adalah fungsi intelektual yang
lebih rendah daripada anak seusianya disertai hambatan dalam berkomunikasi yang cukup berarti,
keterbatasan kepedulian terhadap diri sendiri, keterbatasan kemampuan dalam pekerjaan,
akademik, kesehatan dan keamanan dirinya.

2. Epidemiologi
Sekitar 8 persen dari seluruh anak usia lahir hingga 6 tahun di dunia memiliki masalah
perkembangan dan keterlambatan pada satu atau lebih area perkembangan.2 Sekitar 1-3 % anak usia
0-5 tahun di dunia mengalami GDD.5
Sementara di Indonesia khususnya di Jakarta, telah dilakukan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak (SSDIDTK). Hasilnya, dari 476 anak yang diberi pelayanan SDIDTK,
ditemukan 57 (11,9%) anak dengan kelainan tumbuh kembang. Adapun lima jenis kelainan tumbuh
kembang yang paling banyak dijumpai adalah, Delayed Development (tumbuh kembang yang
terlambat) sebanyak 22 anak, Global Delayed Development sebanyak 4 anak, gizi kurang sebayak 10
anak, Mikrochepali sebanyak 7 anak dan anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan dalam
beberapa bulan terakhir sebanyak 7 anak.4

3. Patogenesis

Terdapat beberapa penyebab yang mungkin menyebabkan Global Delayed Development dan
beberapa penyebab dapat diterapi. Oleh karena itu, pengenalan dini dan diagnosis dini merupakan
hal yang penting. Beberapa etiologi yang lain diturunkan secara genetik.
Penyebab yang paling sering adalah abnormalitas kromosom dan malformasi otak.6 Hal lain yang
dapat berhubungan dengan penyebab GDD adalah keadaan ketika perkembangan janin dalam
kandungan. Beberapa penyebab lain adalah infeksi dan kelahiran prematur.7

4. Perkembangan Anak dengan GDD


Komponen perkembangan yang diperiksa pada anak dengan GDD8:

a) Komponen motorik (kemampuan motorik kasar seperti bangkit berdiri, berguling,


danmotorik halus seperti memilih benda kecil).

b) Kemampuan berbicara dan bahasa(berbisik, meniru kata, menebak suara yang didengar,
berkomunikasi non verbal misalnya gesture, ekspresi wajah, kontak mata).

c) Kemampuan kognitif (kemampuan untuk mempelajari hal baru, menyaring dan mengolah
informasi, mengingat dan menyebutkan kembali, serta memberikan alasan).

d) Kemampuan sosial dan emosi (interaksi dengan orang lain dan perkembangan sifat dan
perasaan seseorang).

5. Gejala Klinis
Sebagian besar pemeriksaan pada anak dengan delay development difokuskan pada keterlambatan
perkembangan kemampuan kognitif, motorik, atau bahasa.6 Gejala yang terdapat biasanya4:

– Keterlambatan perkembangan sesuai tahap perkembangan pada usianya: anak terlambat untuk
bias duduk, berdiri, berjalan.

– Keterlambatan kemampuan motorik halus/kasar

– Rendahnya kemampuan social

– Perilaku agresif

– Masalah dalam berkomunikasi

6. Prognosis
Global Developmen Delay memiliki kemungkinan penyebab yang beraneka ragam. Keterlambatan
perkembangan dapat terjadi pada otak anak saat otak terbentuk pada masa gestasi. Penyebab yang
mungkin antara lain: lahir premature, kelainan genetic dan herediter, infeksi, tetapi seringkali
penyebab GDD tidak dapat ditentukan. Secara umum, perjalanan penyakit GDD tidak memburuk
seiring dengan waktu pertumbuhan anak.9

7. Diagnosis
Beberapa pedoman memberikan rekomendasi diagnosis4:
– Pemeriksaan sitogenik

– Pemeriksaan fragile X molecular genetic.

– Pemeriksaan metabolic

– Pemeriksaan neurologis: EEG, MRI

8. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi khusus bagi penderita GDD, tetapi untuk beberapa keadaan dapat dilakukan
penatalaksanaan. Jika ditemukan masalah dalam pendengaran atau penglihatan, dapat dilakukan
koreksi. Perlu mengingat bahwa penyebab GDD dapat saja tidak diketahui. Kepekaan terhadap
keadaan-keadaan yang dapat membuat keterlambatan perkembangan menolong tenaga medis,
orang tua, maupun guru penderita GDD.7

BAB II
STATUS PASIEN
1. I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. S

Umur : 12 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah : Bp. M

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Nama Ayah : Ny. K

Pekerjaan Ayah : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Sumber Agung RT.6 Donoyudan

Tanggal masuk : 16 Desember 2011

Tanggal Pemeriksaan : 16 Desember 2011

No. CM : 01 04 09 42

1. II. ANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita tanggal 16 Desember 2011

1. A. Keluhan Utama : Orang tua pasien merasa pada usia 12 bulan anak belum bisa
berjalan

1. B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Orang tua pasien merasa pada usia 12 bulan anak belum bisa berjalan, oleh ibu pasien sudah dilatih
berjalan, hanya berdiri kemudian duduk lagi. Pasien bisa duduk tegak, bergerak dengan ngesotkan
badan. Pasien juga baru bisa mengucapkan “ma” sekarang pasien hanya mau minum ASI.

Batuk (-) pilek (-) panas (-). BAK nangis (-), berwarna merah (-). BAB cair (-), diare (-), berdarah (-).

1. C. Riwayat Penyakit Dahulu :

– Riwayat mondok : disangkal

– Riwayat trauma : disangkal

– Riwayat kejang demam : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


– Riwayat sakit serupa : disangkal

– Riwayat sakit gondok : disangkal

E. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ayah : baik

Ibu : baik

Saudara :–

1. E. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal


Pemeriksaan di : Bidan

Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan

Trimester II : 1x/ 1 bulan

Trimester III : 2x/ 1 bulan

Keluhan selama kehamilan : disangkal.

Usia ibu saat hamil : 39 tahun.

Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet penambah darah dari bidan.

1. F. Riwayat Kelahiran :

Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3300 gram dan panjang 50 cm, lahir spontan,
langsung menangis, menangis kuat, usia kehamilan 9 bulan lebih 5 hari, ditolong oleh bidan.

H. Riwayat Postnatal

Rutin ke bidan setiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi.

I. Status
Imunisasi
Jenis I II III IV

2 bulan – – –

2 bulan 4 bulan 6 bulan –

1. BCG 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan

2. DPT
9 bulan – – –
3. Polio
4. Campak Lahir 1 bulan 3 bulan –
J. Riwayat 5. Hepatitis B
Pertumbu
han dan
Perkembangan
– Mulai senyum : 9 bulan

– Mulai miring : 9 bulan

– Mulai tengkurap : 9 bulan

K. Riwayat Makan Minum Anak

1. ASI diberikan sejak lahir, sampai sekarang, diiberikan tiap kali meminta, lama menyusui 10 menit,
bergantian payudara kanan dan kiri.

2. Susu formula pernah diberikan umur satu tahun tapi pasien tidak mau.

3. Makanan padat dan bubur :

– Bubur merk sejak usia 4 bulan sampai satu tahun. Kemudian nasi diberikan pada usia 9 bulan,
sekarang pasien sudah tidak mau lagi.

L. Riwayat Keluarga Berencana :


Ibu menggunakan KB suntik.

Penderita merupakan anak pertama. Ayah dan ibu menikah satu kali. Ayah umur 28 tahun. Ibu
umur 21 tahun.

1. III. PEMERIKSAAN FISIK


A. A. Keadaan Umum

Keadaan umum : baik

Derajat kesadaran : compos mentis

Status gizi : gizi baik

1. B. Tanda vital

BB : 12 kg

TB : 82 cm

LK : 48,5 cm
Nadi : 100 x/menit, reguler, isi tegangan cukup, simetris

Pernafasan : 25 x/menit, tipe thorakoabdominal

Suhu : 36,0º C (per axiler)

1. C. Kulit

Warna sawo matang, kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-)

1. D. Kepala

Bentuk mesosefal, rambut hitam sukar dicabut

1. E. Mata

Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+),
nistagmus (-/-), Chantal index (7,89), hipertelorisme (+).

1. F. Hidung

Low nasal bridge (-), nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-).

1. G. Mulut

Bibir sianosis (-), mukosa basah (+), makroglosia (-)

1. H. Telinga

Tampak lebih kecil dari normal (-), sekret (-/-).

1. I. Tenggorok
Uvula ditengah, tonsil T1-T1, mukosa faring hiperemis (-)
1. J. Leher

Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, tekanan venosa tidak
meningkat, kaku kuduk (-)

1. K. Lymphonodi

Retroaurikuler : tidak membesar


Submandibuler : tidak membesar

1. L. Thorax

Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri

Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru

Batas paru-hepar : SIC V kanan

Batas paru-lambung : SIC VI kiri

Redup relatif di : SIC V kanan

Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)

Auskultasi : SDV (+/+), ST (-/-)

Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar

Kiri atas : SIC II LPSS

Kiri bawah : SIC IV LMCS

Kanan atas : SIC II LPSD

Kanan bawah : SIC IV LPSD

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular, bising (-)

1. M. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada , hernia umbilicalis (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, nyeri tekan (sde), hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat.
1. N. Urogenital : dalam batas normal
2. O. Anorektal : dalam batas normal
3. P. Ekstremitas

Akral dingin – – edema – – tonus ↓↓ ↓↓

– – – – ↓↓ ↓↓

Single palmar crease (-)

Plantar crease (-)

Flasid (-)

Capillary Refill Time < 2 detik

1. Q. Pemeriksaan Neurologis
Reflek Fisiologis : R. Biseps : (+2/+1)

R. Triseps : (+2/+1)

R. Patella : (+2/+1)

R. Archilles : (+2/+1)

Reflek Patologis : R. Babinsky : (+/+)

R. Chaddock : (+/+)

R. Oppeinheim : (+/+)

R. Schafner : (+/+)

Meningeal Sign : Kaku kuduk : (-)

Brudzinsky I : (-)

Brudzinsky II : (-)

Kernig sign : (-)

1. R. Perhitungan Status Gizi

1. Secara klinis
Nafsu makan : normal

Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (+)

Mata : nistagmus (+/+), CA(-/-)

Mulut : Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)

Ekstremitas : edema – – akral dingin – –

– – – –

Status gizi secara klinis : gizi kesan baik

2 .Secara Antropometris

BB : 12 kg

Umur : 18 bulan

TB : 82 cm

BB : 12 x 100% = 96 % à P15 – P50 (physical growth: DS boys)

U 12,5

TB : 82 x 100% = 99,39 % à P15 – P50 (physical growth: DS boys)

U 82,5

BB : 12 x 100% =109 % à 1 sd -2 sd (physical growth: DS boys)

TB 11

Status gizi secara antropometri : gizi baik.

1. IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Denver II : Personal sosial setara umur bulan

Motorik halus setara umur 9 bulan

Bahasa setara umur 11 bulan

Motorik kasar setara umur 8 bulan

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan terlambat


1. V. RESUME

Datang seorang pasien An. S, 12 bulan, perempuan, orang tua pasien merasa pada usia 12 bulan
pasien tidak bisa berjalan, baru bisa mengatakan “ma” dan hanya mau minum ASI.

Riwayat imunisasi sesuai lengkap. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan terlambat. Riwayat
pemeliharaan prenatal baik. Riwayat kelahiran, lahir normal dengan usia kehamilan 9 bulan lebih 5
hari, berat badan lahir 3300gr, panjang badan 50 cm, pemeliharaan postnatal baik.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum baik, kompos mentis, gizi kesan baik. Pada
pemeriksaan penunjang dengan uji Denver II didapatkan hasil Denver II : Personal sosial setara
umur 15 bulan, motorik halus setara umur 16 bulan, bahasa setara umur 6 bulan dan motorik kasar
setara umur 9 bulan.

VI. DAFTAR MASALAH

Perkembangan terlambat

VII. DIAGNOSIS BANDING


Global delay development

VIII. DIAGNOSIS KERJA


Global delay development

IX. PENATALAKSANAAN

– Konsul RM pro fisioterapi, okupasi terapi dan terapi wicara

– Kontrol poli tumbuh kembang per 3 bulan

– Diet nutrisi : gizi baik à akan terjadi gangguan pertumbuhan pada prasekolah.

X. PLANNING

Konsul RM pro fisioterapi, okupasi terapi dan terapi wicara


1. XI. EDUKASI

Motivasi kepada orang tua pasien untuk rajin dan sabar dalam melatih anak di rehabilitasi medik
dan selalu rutin kontrol ke poliklinik tumbuh kembang

1. X. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia

Ad sanam : dubia

Ad fungsionam : dubia

BAB III
ANALISIS KASUS

Kami setuju dengan diagnosis dengan global delay development pada kasus ini berdasarkan :
Anamnesis

Orang tua pasien merasa perkembangan anaknya tidak sama dengan anak seusianya. Pasien belum
dapat berjalan, dan hanya bisa mengatakan satu silabel.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum baik, kompos mentis, gizi kesan baik. Mata
didapatkan nistagmus (+), hipertelorisme (+), chantal index (7,89). Hidung didapatkan low nasal
bridge (+). Telinga lebih kecil dari normal. Extremitas flasid (+), tonus menurun. Tanda vital: S =
36oC, pemeriksaan neurologi pada reflek patologis bubinsky (+/+), chadock (+/+), openheim (+/+),
schafner (+/+). Status gizi secara antropometri : gizi baik.
Pemeriksaan Penunjang

Kami setuju dengan penatalaksanaan pada pasien ini yaitu dengan mengkonsulkan pasien ini ke
divisi yang lain seperti :

– Rehabilitasi medik : Anak DOWN SYNDROME mempunyai otot yang lemah yang
mengakibatkan keterlambatan mereka untuk berjalan, berbicara dan memahami sesuatu sehingga
relatif sulit untuk mandiri.

– THT (BERRA) : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat gangguan pendengaran.

– Mata : terdapat nistagmus (+/+)

Anak dengan syndrome down mempunyai kecenderungan untuk terjadi perubahan pada lensa dan
kornea. Contoh : katarak ( anak down syndrome membutuhkan kacamata ).
– Kardiologi : foto thorax ap/lateral, echocardiografi.

Terjadi peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung kongenital, seperti ASD ( atrial septal defect
), VSD ( ventikel septal defect ).

– Neurologi : lumbal punctie

– Tumbuh kembang : karena terdapat global delay development.

Anda mungkin juga menyukai