Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelas / Semester :
Kelompok :
No. Sampel :
Dosen :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan..................................................... 1
BAB II Analisa Volumetari.......................................... 4
BAB III Titrasi Asam Basa............................................ 9
BAB IV Titrasi Asidimetri............................................. 11
BAB V Titrasi Alkalimetri........................................... 15
BAB VI Titrasi Permanganometri................................ 18
BAB VII Titrasi Iodimetri.............................................. 23
BAB VIII Titrasi Argentometri....................................... 29
BAB IX Titrasi Kompleksometri................................. 34
BAB X Titrasi Nitrimetri........................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
Kimia analisa adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang cara-
cara mengenal (identifikasi) dan penetapan kadar suatu zat. Kimia Analisa dapat
dibagi menjadi :
Karena alat ukur volume hanya akurat bila dalam keadaan bersih, maka harus bebas
dari pengotoran minyak/lemak. Dapat diuji dengan menuang air suling dari alat,
maka cairan yang tertinggal tidak boleh terputus-putus.
Untuk membersihkan larutan jenuh kalium bikromat 5% dalam asam sulfat pekat,
isikan kedalam alat biarkan selama 1 malam. Kelarutan larutan bilas dengan air kran
dan terakhir dengan air suling lalu keringkan, campuran pencuci setelah dipakai
saring dan simpan.
BAB II
ANALISA VOLUMETRI
Proses tersebut dikenal dengan nama titrasi, oleh karena itu analisa volumetri
disebut juga analisa Titrimetri.
Ada bebrapa kesalahan yang dapat terjadi pada analisa titrimetri, antara lain:
1. Kesalahan pembakuan larutan titer
2. Kesalahan pemipetan
3. Kesalahan pembacaan buret
4. Kesalahan penetapan titik akhir titrasi
5. Indikator ikut bereaksi
6. Pemilihan indikator yang tidak tepat.
Pereaksi (larutan yang berada di buret) disebut dengan titran dan larutan/zat
yang kadarnya akan ditetapkan disebut titrat/analit.
A. Klasifikasi titrasi
1. Berdasarkan macam dari reaksi:
a. Titrasi Asam-Basa
b. Titrasi redoks
c. Titrasi pengendapan
d. Titrasi kompleksometri
2. Berdasarkan titran yang dipakai:
a. Asidimetri
b. Alkalimetri
c. Permanganometri
d. Iodimetri
e. Nitrimetri
3. Berdasarkan cara penetapan titik akhir titrasi:
a. Titrasi Visual
b. Titrasi Elektrometrik
c. Titrasi Fotometrik
4. Berdasarkan konsentrasi dari komponen zat uji:
a. Titrasi Makro
b. Tritrasi Semimikro
c. Titrasi mikro
5. Berdasarkan pelarut yang digunakan:
a. Titrasi bebas air (titrasi non-aqua).
b. Titrasi dengan air
6. Berdasarkan teknik pelaksanaan:
a. Titrasi langsung, zat uji langsung dititrasi dengan titran
b. Titrasi blangko, titrasi dilakukan tanpa menggunakan zat uji. Prosedur
titrasi sama dengan prosedur pada dititrasi dengan zat uji. Produser ini
digunakan untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh pereaksi,
pelarut atau kondisi percobaan.
c. Titrasi kembali, dilakukan untuk reaksi titrasi yang berlangsung agak
lambat, apalagi dengan penambahan titra tetes demi tetes.
G. Konsentrasi
1. Kemolalan (m) adalah jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 Kg (=1.000g)
pelarut
M = _g___ X 1000 atau m= n
Mr V p
Atau
N = gram X 1000
BM/BE V (ml)
3. Kemolaran (M) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan
M = mol/liter = mmol/ml
BAB III
TITRASI ASAM-BASA
Titrasi asam-basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa)
berdasarkan atas reaksi asam-basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baku asam
maka penetapan kadar tersebut dinamakan Asidimetri, sebaliknya bila sebagai titran
digunakan larutan baku bsa maka penetapan kadar tersebut dinamakan Alkalimetri.
B. Bobot Ekivalen
Bobot ekivalen suatu zat pada reaksi asam basa adalah banyaknya mol zat tersebut
yang ekivalen dengan 1 mol ion H+ atau 1 mol ion OH –
Contoh :
a. Na2CO3 + HCL Na2CO3 + NaCL
(dengan indikator penolftalein)
BE Na2CO3 = 1 mol
b. Na2CO3 + 2HCL NaCL + H2O +CO2
BE Na2CO3 = 1/2 mol
c. H3PO4 + NaOH NaH2PO4 + CO2
BE H3PO4 = 1 mol
d. H3PO4 + 3 NaOH Na3PO4 + H2O
BE H3PO4 = 1/3 mol
C. Indikator Asam-Basa
Indikator asam-basa adalah asam atau basa organik lemah yang mempunyai
warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa).
Daerah transisi perubahan warna indikator meliputi lebih kurang 2 unit pH
dan daerah ini disebut trayek Ph. Beberapa contoh indicator asam-basa trayek
pH dan perubahannya warnanya dapat dilihat pada table berikut:
Perubahan Warna
Indikator Trayek pH
Warna Asam warna Basa
Biru Timol 1,2-2,8 merah kuning
Biru Bromfenol 3,0-4,6 kuning biru
Jingga Metil 3,1-4,4 merah jingga
Merah Metil 4,2-6,3 merah kuning
Lakmus 5,0-8,0 merah biru
Biru Bromtimol 6,0-7,6 kuning biru
Merah Fenol 6,8-8,4 kuning merah
Biru Timol 8,0-9,6 kuning biru
fenolftalein 8,3-10,5 Tidak berwarna Merah jambu
7. Perhitungan pembakuan
Reaksi:
-Na2CO3 + 2 HC 2 NaCL + H2O + CO2
1 mol Na2CO3 ~ 2 mol H+
½ mol Na2CO3 ~ 1 mol H+
BE Na2CO3 = ½ mol
-mgrek HCL = mgrek Na2CO3
V . N HCL = mgrek Na2CO3
8. Data penetapan kadar
9. Perhitungan
Reaksi:
BAB V
TITRASI ALKALIMETRI
6. Perhitungan pembakuan
Reaksi:
- C2H2O4 + 2 NaOH Na2H2O4 + 2 H2O
1 mol C2H2O4 ~ 2 mol OH-
½ mol C2H2O4 ~ 1 mol OH-
BE C2H2O 4 = ½ mol
(BM: )
Zat + kertas Kertas
perkamen perkamen + Berat Paraf
Volume titran (dosen/assisten)
(mg) sisa zat (mg) zat (mg)
(ml)
A B (A-B)
5. Prosedur :
a. Pembuatan larutan titer KMnO4 0,1 N
V X N = mgrek KMnO4
1000 ml x 0,1 = gram/BE x BM
Mg = 100/5 x 158,03
= 3160,6 mg
= 3,161 gram
Masukkan 3,161 gram KMnO4 dalam labu tentukur encerkan
dengan air hingga 1000,0 ml, didihkan selama 15 menit.
7. Perhitungan Pembakuan
Reaksi:
MnO4- + 6 H+ + 5 e Mn2+ + 4 H2O ................ 2X
H2C2O4 2 CO2 + 2H+ + 2 e ...............
5X
________________________________________________________
2 MnO4- + 5 C2O42- + 6H+ 2 Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
(BM: )
Zat + kertas Kertas
perkamen perkamen + Berat Paraf
Volume titran (dosen/assisten)
(mg) sisa zat (mg) zat (mg)
(ml)
A B (A-B)
Atau
I2 + 2 e 2 I-
2 S2O32- S4O62- + 2 e
______________________________________________________
I2 + S2O32- S4O62- + 2 I-
Bila tidak terdapat zat pengganggu yang berwarna, sebenarnya
- Buret - Erlenmeyer
- Pipet tetes - I2
- Bulp - HCL 2 N
- KI - Indikator kanji
- KIO3
5. Prosedur
d. Pembakuan Na2S2O3
f. Penetapan kadar
KIO3 (BM: )
Zat + kertas Kertas
perkamen perkamen + Berat Paraf
Volume titran (dosen/assisten)
(mg) sisa zat (mg) zat (mg)
(ml)
A B (A-B)
Reaksi
9. Perhitungan normalitas I2
Reaksi:
V1 X N 1 = V2 X N2
10. Data Penetapan Kadar
(BM: )
Zat + kertas Kertas
perkamen perkamen + Berat Paraf
Volume titran (dosen/assisten)
(mg) sisa zat (mg) zat (mg)
(ml)
A B (A-B)
AgNO2 H2O
b. Metode Volhard
Metode ini dipakai untuk penetapan kadar perak maupun
halida dalam suasana asam (HNO3), menggunakan indikator
besi (II).
c. Metode Fajans
Metode ini juga dipergunakan pada penetapan kadr halida
menggunakan indikator absorbsi (Fluorescein). Metode ini
dipergunakan pada ion halida dalam larutan dengan keasaman
yang rendah.
NaCl (BM: )
Zat + kertas Kertas
perkamen perkamen + Berat Paraf
Volume titran (dosen/assisten)
(mg) sisa zat (mg) zat (mg)
(ml)
A B (A-B)
7. Perhitungan Normalitas
Reaksi:
- NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
BE NaCl = 1 mol
- mgrek NaCl = mgrek sampel
8. Data Penetapan Kadar Sampel
NaCl (BM: )
Zat + kertas Kertas
perkamen perkamen + Berat Paraf
Volume titran (dosen/assisten)
(mg) sisa zat (mg) zat (mg)
(ml)
A B (A-B)
ZnSO4 (BM: )
Zat + kertas Kertas
perkamen perkamen + Berat Paraf
Volume titran (dosen/assisten)
(mg) sisa zat (mg) zat (mg)
(ml)
A B (A-B)
MgSO4 (BM: )
Zat + kertas Kertas
perkamen perkamen + Berat Paraf
Volume titran (dosen/assisten)
(mg) sisa zat (mg) zat (mg)
(ml)
A B (A-B)
9. Perhitungan penetapan kadar sampel
Reaksi: