Anda di halaman 1dari 8

SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)


Ahmad Tohardi (2002:12) menyimpulkan bahwa; sumber daya manusia adalah segala
potensi yang ada pada manusia baik berupa akal pikiran, tenaga, keterampilan, emosi, dan
sebagainya yang dapat digunakan baik untuk dirinya maupun untuk organisasi atau perusahaan
(Suherman, 2012).
Hasibuan (2003) mendefinisikan pengertian SDM adalah kemampuan terpadu dari daya
pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotifasi oleh keinginan untuk memenuhi
kepuasannya.
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa sumber daya manusia adalah segala
potensi yang di miliki manusia baik berupa daya pikir, tenaga, keterampilan, emosi, dan
potensi lainya yang dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi keinginannya
sendiri ataupun untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

SDM Dalam Konteks Pembangunan Ekonomi Indonesia


Pada umumnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha dalam
suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastuktur lebih
banyak tersedia, perusahaan semakin banyak, dan semakin berkembang, taraf pendidikan
semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat (Sukirno, 2011: 3).
Dalam pembangunan ekonomi suatu negara melibatkan faktor-faktor yang berperan
penting, salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM). Keadaan SDM suatu negara
sanggat mempengaruhi pembangunan ekonomi negara tersebut. Untuk dapat mempercepat
tingkat pembangunan ekonomi maka diperlukan SDM yang unggul diberbagai bidang.
Minimal ada empat kebijakan pokok dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia
(SDM), yaitu :
1. Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti jasmani, rohani,
dan kejuangan, maupun kualitas kehidupannya seperti perumahan dan pemukiman yang
sehat;
2. Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya pemerataan penyebarannya;
3. Peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan,
dan menguasai IPTEK yang berwawasan lingkungan,
4. Pengembangan pelantara yang meliputi kelembagaan dan perangkat hukum yang
mendukung peningkatan kualitas SDM. Secara oprasional, upaya peningkatan kualitas
SDM dilaksanakan melalui berbagai sektor pembangunan, antara lain sektor pendidikan,
kesehatan, kesejahtraan sosial, kependudukan, tenaga kerja, dan sektor-sektor pembangunan
lainnya (Mulyadi S, 2003:2).

Tingkat Pertumbuhan Penduduk


Irawan dan Suparmoko (1992) mengatakan bahwa penduduk memiliki dua peranan
dalam pembangunan ekonomi; satu dari segi penduduk berperan sebagai konsumen dan dari
penawaran penduduk bertindak sebagai produsen. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk yang
cepat tidak selalu merupakan penghambat bagi pembangunan ekonomi (Subandi,2012: 99).
Sejarah mencatat bahwa di negara-negara yang sudah maju menunjukan bahwa
pertumbuhan penduduk yang pesat justru menyumbang terhadap kenaikan pendapatan riil
perkapita. Dengan kondisi tersebut maka terkumpul tabungan yang siap untuk kebutuhan
investasi. Dengan demikian tambahan penduduk di negara maju justru menambah potensi
masyarakat untuk menghasilkan dan juga sebagai permintaan yang baru. Hal ini sesuai
dengan teori A. Hansen (Irawan dan Suparmoko, 1992) mengenai stagnasi keluar (Secular
Stagnation), yang mengatakan bahwa bertambahnya jumlah penduduk justru akan memperbesar
permintaan agregatif, terutama investasi (Subandi, 2012: 99).
Bagi negara-negara sedang berkembang kenaikannya justru terbalik sama sekali,
yaitu bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat justru menghambat perkembangan ekonomi.
Kaum klasik seperti Adam Smith, Recardo, dan Robert Malthus (Irawan dan Suparmoko,
1992) berpendapat bahwa akan selalu berkejaran antara pertumbuhan output dengan
pertumbuhan penduduk, yang akhirnya dimenangkan oleh pertumbuhan penduduk. Karena
penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja, maka paling tidak akan terdapat kesulitan
dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Kalo penduduk tersebut mendapatkan pekerjaan maka
akan mendapatkan kesejahtraan bangsanya. Tetapi kalau tidak mendapat pekerjaan, berarti
mereka akan menganggur, dan justru akan menekan standar hidup bangsanya menjadi lebih
rendah. (Subandi, 2012: 100).

Kesehatan Rakyat dan Pembangunan


Kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab bagi gangguan kesehatan dan kematian
yang prematur. Sering tidak terpenuhi kebutuhan kalori sehari-hari yang diperlukan secara
minimal untuk menjaga kesehatan. Persyaratan minimal mengenai kebutuhan kalori, protein,
vitamin dan unsur-unsur mineral dalam makanan harus diperhatikan dari sudut mutu SDM
dalam proses pembangunan. Hal itu satu sama lain mempengaruhi pertumbuhan fisiknya
maupun kemampuan nalarnya dan perkembangan mentalnya.
Dari beberapa masalah dan target untuk meningkatkan SDM kita tidak terlepas dari
faktor ekonomi terutama masalah investasi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas
SDM supaya target pembangunan di masa datang dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk meningkatkan kualitas SDM perlu dipersiapkan mulai dari kebutuhan
makanan yang menyangkut dengan perbaikan gizi, sampai kepada penyempurnaan pendidikan
yang sesuai dengan tuntutan di masa depan. Sudah barang tentu membutuhkan investasi yang
sangat besar sekali terutama untuk penyediaan sarana dan prasarana.
Untuk perbaikan gizi pemerintah Indonesia telah memulai sejak PJP I yaitu
diterapkannya pemakaian Air Susu Ibu (ASI), penyediaan posyandu dengan tenaga medis dan
bermacam imunisasi untuk ibu hamil dan anak balita, perbaikan gizi, semuanya ini untuk
meningkatkan kualitas manusia masa depan dan menperpanjang harapan hidup anak
Indonesia. Sehingga pada PJP II diharapkan anak Indonesia mampu menjadi manusia yang
berkualitas yang dapat menyokong roda pembangunan di masa akan datang.

Peningkatan Kualitas SDM Melalui Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia.
Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pendapatan nasional melalui
peningkatan keterampilan dan produktifitas kerja. Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu
input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena
kualitasnya. Hal ini selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan
bermuara pada kesejahtraan penduduk. Titik singgung antara pendidikan dengan
pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas tenaga kerja (labor productivity). Dengan
asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja,
dan semakin tinggi pula pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat (Mulyadi
S, 2003: 41).
Hebatnya suatu pendidikan suatu Negara sering menjadi cerminan tingginya kualitas
SDM tatanan warga bangsa tersebut. Pendidikan akan menjadi tolak ukur mutu SDM
dimanapun mereka berada. Jika kegitan pendidikan dilaksanakan dengan baik, maka SDM pun
akan kualified. Persoalanya, terjangkaukah pendidikan yang diinginkan oleh setiap individu
yang ingin meningkatkan kualitasnya?
Kenyataannya sekarang di Indonesia menunjukan bahwa semakin banyak anggota
masyarakat yang tidak bisa melanjutkan pendidikan (formal) ke jenjang yang diinginkan. Hal
ini cenderung disebabkan oleh kekurangan biaya yang dimilikinya. Banyak fenomena lain yang
memberikan indikasi mahal atau murahnya “dunia pendidikan”.
Pendidikan yang mahal ialah yang harganya tinggi tetapi jasa yang didapat oleh
pembayar kurang sesuai atau tidak sebanding dengan pengeluaran yang dilakukan oleh
pembayar tadi. Pendidikan dikatakan mahal apa bila mutunya rendah, fasilitas pembelajaran
kurang memadai, pendidiknya relatif kurang prefesional, output-nya biasa-biasa saja. Kondisi
demikian yang dianggap mahal walaupun harganya biasa-biasa saja. Sebaliknya apa bila
kualitasnya tinggi, sarana dan prasarana representative, para guru/dosen prefesional, lulusannya
hebat, dampaknya positif, dan istimewa serta memiliki berbagai macam keunggulan, maka
yang demikian bisa dikatakan murah walaupun biayanya cukup tinggi. Sayangnya
penyelengaraan pendidikan yang seperti ini sulit terjangkau oleh kalangan yang mempunyai
keterbatasan financial seperti yang terjadi di Indonesia (Suherman, 2012: 17-18).

Keadaan Ketenaga Kerjaan Di Indonesia


Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam pembangunan
ekonominya adalah masalah ketenangakerjaan. Permasalahan yang dihadapi dalam
pembangunan ketenagakerjaan adalah tingginya tingkat penganguran dan setengah
pengangguraan karena banyaknya bidang usaha yang ditutup karena mengalami pailit. Selain
itu masih rendahnya tingkat kualitas dan produktivitas kerja, serta belum memadainya
perlindungan terhadap tenaga kerja termasuk tenaga kerja Indonesia diluar negeri.
Melihat kondisi di atas maka pembangunan ketenagakerjaan mempunyai tujuan untuk
menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha, sehinga setiap angkatan kerja memperoleh
pengkerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan amanat
UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) dan ini merupakan ciri khas dari system ekonomi kerakyatan.
Selanjutnya dalam GBHN 1999-2004 diamanatkan bahwa pembangunan ketenagakerjaan
diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja, peningkatan
pengupahan, penjaminan kesejahtraan, perlindungan ketenaga kerjaan, dan kebebasan
berserikat. Disamping itu perlu peningkatan kualitas dan kuantitas penempatan tenaga kerja ke
luar negeri dengan memperhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaantenaga yang
dikelola secara terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja (Subandi, 2012: 109).
Berdasarkan arah kebijakan yang telah digariskan oleh GBHN 1999-2004 maka
program-program pembangunan bidang ketenaga kerjaan diarahkan kepada:

Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja


Adapun sasarannya adalah memperluas kesempatan kerja dalam berbagai bidang usaha dan
menciptakan tenaga kerja mandiri, serta tersedianya system informasi dan perencanaan-
perencanaan tenaga kerja, melalui :
a) Peningkatan pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna, pengembangan
kewirausahaan, serta keterampilan pendukung lainnya;
b) Infestasi dan pengkajian potensi kesempatan kerja, serta karakteristik pencari kerja
(termasuk informasi pasar kerja);
c) Pembangunan pemukiman transmigrasi baru serta pembinaannya untuk meningkatkan
kesempatan kerja dibidang pertanian; dan
d) Penyempurnaan mekanisme pengiriman, pembinaan, pembimbingan, dan seleksi yang lebih
ketat, serta perlindungan hukum yang memadai bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja
diluar negeri (Subandi, 2012: 109).

Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja


Adapun sasaran ini adalah tersedianya tenaga kerja yang berkualitas, produktif, dan berdaya
saing tinggi baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri, melalui :
a) Pengembangan standarisasi dan sertifikasi kompetensi;
b) Peningkatan relevansi, kualitas, dan efesiensi pelatihan kerja melalui pembinaan dan
pemberdayaan lembaga pelatihan kerja; dan
c) Pemasyarakatan nilai dan budaya produktif, pengembangan system dan metode peningkatan
produktivitas, serta pengembangan kader dan tenaga ahli produktivitas (Subandi, 2012: 110).

Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja


Sasaran dari program ini adalah peningkatan peran kelembagaan tenaga kerja diperusahaan,
perbaikan kondisi kerja, serta jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, melalui :
a) Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja;
b) Peningkatan pengawasan norma kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, serta jaminan
social kerja;
c) Peningkatan perlindungan, pengawasan, dan penegakan hukum terhadap peraturan yang
berlaku; dan
d) Peningkatan pembinaan syarat-syarat kerja dan penegakan terhadap pelaksanaan peraturan
ketenagakerjaan (Subandi, 2012: 110).

Migrasi dan Pembangunan


Makin pesatnya pembangunan di negara-negara berkembang menyebabkan terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Hal ini dipandang sebagai hal yang menguntungkan
bagi pembangunan ekonomi. Terjadinya migrasi internal di anggap sebagai suatu proses yang
alamiah dimana surplus tenaga kerja secara perlahan di tarik dari sektor pedesaan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi pertumbuhan industri di perkotaan.
Migrasi juga di anggap suatu proses yang bisa menghilangkan ke tidak seimbangan
struktural antara desa dengan kota melalui dua sisi, yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran.
Dilihat dari sisi penawaaran migrasi internal ini cenderung menambah pertumbuhan penawaran
tenaga kerja (pencari kerja) di perkotaan sementara di pedesan terjadi penurunan jumlah sumber
daya manusia.
Dilihat dari sisi permintaan, penyediaan lapangan kerja di perkotaan lebih sulit
dibandingkan dengan penyediaan lapangan kerja di pedesaan karena kebutuhan sumber daya
komplementer sektor industri. Selain tekanan kenaikan upah dan tunjangan tambahan lainnya,
permasalahan penyediaan lapangan kerja di perkotaan juga masalah ketidak adaan alat-alat
teknologi produksi padat karya yang dapat mengimbangi kenaikan output sektor modern dengan
kenaikan produktivitas kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi S. 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta: PT. Rajagafindo Persada.
Subandi. 2012. Ekonomi Pmbangunan. Bandung: Alfabeta
Suherman, Eman, 2012. Kiat Sukses Membangun SDM Indonesia. Bandung: CV.Allfabeta..
Sukirno, Sadono. 2011. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan.
Jakarta:Kencana.

Anda mungkin juga menyukai