Laporan Penkes Sabila Poli

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN KESEHATAN

EFEK KEMOTERAPI DAN PENANGANANNYA


DI RUANG POLI OBGYN RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners


pada Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Amalia Pebriyanti 220112170067

Nina Putri Asih 220112170060

Dinda Noviyanti 220112170045

Annida Nur Shalihah 220112170065

Shinta Galih Kartika 220112170048

Lisa Mutiara Anissa 220112170093

Yuanita Wulansari 220112170014

Sabila Rosadi 220112170062

Suryati 220112170092

Sari Lestari 220112170063

Rega Dwi Putri A. S. 220112170049

Dadang Yopan Ginanjar 220112170098

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIV


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG 2017
PENDAHULUAN

Kemoterapi adalah terapi kanker menggunakan obat-obatan untuk

menghentikan pertumbuhan sel kanker, dengan membunuh sel secara langsung dan

menghentikan membelahnya sel. Namun kemoterapi juga dapat membunuh sel

normal sehingga muncul beberapa efek samping dari kemoterapi yang dapat

bersifat sistemik, sehingga memiliki potensi lebih besar daripada radiasi.

Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama

disamping radiasi dan pembedahan. Pemberian sitotoksika atau antikanker

merupakan tindakan utama untuk mengeliminasi sel-sel kanker dalam tubuh.

Namun demikian penggunaan antikanker ini sering menimbulkan efek samping

yang sangat merugikan bagi penderita.

Salah satu efek samping antikanker yang sering muncul adalah mual dan

muntah (chemotherapy induce emesis). Hal ini menyebabkan pasien-pasien kanker

yang mendapat kemoterapi sering takut pada mual dan muntah walaupun hal itu

jarang yang mengancam jiwa (Grunberg & Hesketh, 1993). Mual dan muntah pada

pemberian sitotoksika merupakan gejala atau keluhan yang menduduki peringkat I

dan II pada pasien yang mendapat kemoterapi. Mual dan muntah dialami sebanyak

70-80% pasien yang diberi kemoterapi (Agoes, 2001). Untuk mengatasi efek

samping mual dan muntah akibat pemberian antikanker, sering diberikan obat-obat

antimual dan antimuntah (antiemetik). Pemberian antiemetik untuk mengatasi mual

dan muntah dapat mempertahankan kualitas hidup penderita yang menjalani

kemoterapi. Pemberian antiemetik juga dapat mengurangi biaya perawatan pasien

yang disebabkan oleh muntah, seperti dehidrasi, malnutrisi, gangguan metabolisme,


pneumonia akibat aspirasi. Mual dan fraktur tulang dada, dan bergesernya diskus

tulang vertebratae yang akhirnya menurunkan kualitas hidup (Oettle, 2001;

Marrow dkk., 2002).

Berat ringannya mual-muntah tergantung beberapa faktor; antara lain

tingkat atau sifat emetogenik antikanker, dan karakteristik pasien. Antikanker

dengan emetogenik tinggi seperti cisplatin, dakarbazin, daktinomisin, nitrogen

mustard, prokarbazin, dan streptosin menyebabkan muntah lebih dari 75% pasien

yang menjalani kemoterapi. Antikanker dengan emetogenik sedang seperti

epirubisin dan vinblastin, menyebabkan muntah sekitar 25-75% pasien, sedangkan

antikanker dengan emetogenik ringan seperti 5-fluorourasil (5FU), vinkristin,

siklofosfamid, dan metotreksat menyebabkan muntah kurang dari 25% pasien

sesudah kemoterapi diberikan (Grunberg & Hesketh, 1993; Mc Laughlin, 1994).

Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya mual dan muntah antara lain besarnya

dosis sitotoksika dan cara pemberian obat seperti pemberian intravena maupun oral.

Semakin besar dosis antikanker semakin besar risiko muntah, sedangkan

pemberian intravena lebih besar risiko muntahnya dibandingkan oral. Karakteristik

pasien seperti penderita kanker usia muda biasanya lebih peka terhadap efek mual

dan muntah bila dibanding dengan pasien usia tua, penderita perempuan umumnya

lebih peka terhadap mual muntah sehingga perlu perhatian dalam antisipasi

kemoterapi (anticipatory vomiting) (Hesketh, 2002).

Terapi antiemetik diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan terapi


kanker. Ada tiga tipe muntah yang diidentifikasikan pada pasien yang menerima
kemoterapi yaitu (a) Akut (chemotherapy induces emesis acute) adalah suatu
kejadian emesis yang terjadi dalam durasi 24 jam, biasanya terjadi pada saat sedang
pemberian sitostatika. Tanpa pengobatan antiemetik, obat sitostatika dengan
potensial mual muntah sedang sampai berat diperkirakan dapat menyebabkan mual
muntah yang berulang atau terus menerus; (b) Tertunda (delayed emesis) adalah
suatu tipe emesis yang terjadi setelah 24 jam pertama sejak pemberian obat
sitostatika dan akan mengalami onset 3-5 hari, pada beberapa kasus pada emesis
tipe ini dapat menyebabkan anoreksia. Puncaknya mencapai 48-72 jam setelah
pemberian cisplatin dan mungkin sampai satu minggu bahkan lebih; (c) Antisipator
(anticipatory nausea and vomiting) yaitu ini terjadi pada pasien yang sudah merasa
mual atau rasa tidak enak perut dan cemas, padahal obat sitostatika belum diberikan
(Anne dkk., 2002). Ada beberapa regimen antiemetik yang digunakan pada pasien
yang menjalani kemoterapi. Pemilihan masing-masing regimen tergantung jenis
kemoterapi yang digunakan dan kondisi pasien (Anne dkk., 2002).
Ruang Poli Obgyn RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan salah
satu ruang rawat inap yang khusus merawat pasien yang menderita kanker . Selama
penyusun praktik di ruangan tersebut, penyusun menemukan beberapa ibu yang
masih belum mengetahui efek kemoterapi dan penanganannya. Oleh karena itu ibu
yang menderita kanker harusnya mengetahui terkait kemoterapi dan efeknya . Salah
satu upayanya ialah dengan meningkatkan pengetahuan ibu melalui penyuluhan.
Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat
pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan ibu yang menjalani kemoterapi
(Saraswati & Mufdilah, 2014). Sehingga menjadi penting bagi penyusun untuk
menyampaikan informasi tentang efek kemoterapi dan penanganannya di ruang poli
obgyn pada kesempatan penyuluhan/ pendidikan kesehatan kali ini.
TINJAUAN PUSTAKA

EFEK KEMOTERAPI DAN PENANGANANNYA

1. Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi kanker menggunakan obat-obatan untuk
menghentikan pertumbuhan sel kanker, dengan membunuh sel secara langsung
dan menghentikan membelahnya sel. Namun kemoterapi juga dapat membunuh
sel normal sehingga muncul beberapa efek samping dari kemoterapi yang dapat
bersifat sistemik, sehingga memiliki potensi lebih besar daripada radiasi.

2. Efek Samping Kemoterapi .


a. Hilangnya Nafsu Makan (Anoreksia)
Hilangnya nafsu makan sangat umum terjadi selama pengobatan kanker.
Gejala ini dapat disebabkan oleh perkembangan kanker itu sendiri atau
kemoterapi yang diberikan. Tingkat keparahan efek samping ini tergantung
pada mode pengobatan dan juga jenis kankernya. Berusaha makan dengan
baik selama pengobatan kanker selalu merupakan hal yang penting.

b. Mual dan Muntah


Hal ini terjadi karena adanya peradangan sel-sel mukosa yang melapisi
saluran cerna, terutama lambung. Mual muntah biasanya terjadi setengah
sampai 2 jam setelah pemberian kemoterapi dan bahkan mual dan muntah
dapat terjadi sehari setelah pemberian kemoterapi.

c. Diare
Diare terjadi karena kerusakan sel epitel saluran cerna sehingga absorbsi
tidak adekuat.

d. Sembelit
Sembelit adalah masalah yang sangat umum bagi pasien kanker. Jika Anda
mengalami buang air besar yang tidak biasa, itu bisa disebabkan oleh
kurangnya air atau serat dalam pola makan, kurangnya kegiatan fisik, atau
terapi anti-kanker seperti kemoterapi, dan konsumsi obat-obatan.
e. Sariawan
Seriawan dapat terinfeksi dan berdarah, sehingga menyulitkan untuk
makan. Dengan memilih makanan tertentu dan merawat mulut Anda, Anda
bisa makan dengan lebih mudah.
f. Rambut Rontok
Rambut rontok pada pasien kemoterapi terjadi akibat beberapa obat
kemoterapi yang merusak sel-sel normal tubuh termasuk sel folikel rambut.
Sehingga 2-3 minggu setelah dimulainya kemoterapi biasanya pasien akan
mulai mengalami rontok (baik rambut di kepala, wajah maupun sekitar alat
kelamin). Pada mulanya folikel rambut akan rusak dan membuat rambut
yang tersisa menjadi kering kusam yang kemudian rontok.

Namun pasien kemoterapi tidak perlu khawatir karena kerontokan rambut


pada pasien kemoterapi dapat pulih dalam waktu sekitar 4-6 bulan setelah
pengobatan berhenti dan seringkali warna rambut yang baru justru tumbuh
lebih gelap dan mengkilap.

g. Efek Samping Kemoterapi pada Darah


Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang
yang merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah
menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leokosit).
Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan
dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel
darah telah kembali normal.

Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan:

1) Mudah terkena infeksi


Hal ini disebabkan oleh karena jumlah lekosit turun, karena lekosit
adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi.
Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah lekosit.
2) Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah.
Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti,
lebam, bercak merah di kulit
3) Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh
penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah
merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah
lelah dan tampak pucat.

4) Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna serta lebih sensitive
terhadap matahari.
h. Efek samping psikis : Timbulnya rasa cemas

3. Cara penanganan efek samping kemoterapi


a. Hilangnya nafsu makan (Anoreksia)
Kiat:
 Makanlah 6 makanan kecil dan reguler sepanjang hari
 Makanlah makanan dengan rasa dan aroma yang menarik
 Cobalah makanan baru, karena kesukaan dan ketidaksukaan akan
makanan dapat berubah dari hari ke hari
 Membatasi minum saat sedang makan

b. Mual dan muntah


Kiat:
 Makanlah sebelum pengobatan kanker dimulai
 Makan dalam porsi kecil tapi sering (makan dalam 1-2 jam sekali)
 Jahe dapat dikonsumsi dalam bentuk air rebusan jahe, teh jahe, madu
jahe, atau permen jahe serta aromaterapi jahe. Sebagai langkah
praktis bisa juga mengonsumsi jahe dalam bentuk kapsul atau
serbuk.
 Makanlah makanan kering seperti biskuit dan roti panggang
sepanjang hari
 Makanlah makanan yang lunak, lembut, dan mudah dicerna
daripada makanan berat
 Sesaplah minuman secara perlahan sepanjang hari
 Duduklah dengan tegak atau berbaring dengan tubuh bagian atas
dinaikkan selama satu jam setelah makan
 Berkumurlah sebelum dan sesudah makan
 Isap es batu, permen mentol, atau permen keras untuk menjaga
mulut tetap segar
 Pengalih perhatian seperti TV, musik, atau membaca dapat
membantu saat makan
 Melakukan metode akupresure titik untuk menurunkan mual dan
muntah, yakni di area 3 jari diatas lipatan tangan dan 4 jari di bagian
bawah lutut pada waktu 25 menit sebelum pemberian kemoterapi,
selanjutnya diulangi setiap 8 jam. Akupresur adalah tindakan yang
sangat sederhana tetapi efektif, mudah dilakukan, memiliki efek
samping yang minimal
Hindari:
 Makanan panas dan pedas
 Makanan goreng dan berminyak
 Makanan yang sangat manis dan mengandung gula
 Makanan besar dan hidangan berkuah
 Makanan dengan aroma yang kuat
 Makan atau minum terlalu cepat
 Minum minuman dengan makanan
 Berbaring setelah makan

c. Diare
Kiat:
 Makanlah kaldu, sup, minuman elektrolit, pisang, dan buah-buahan
kalengan untuk membantu menggantikan garam dan kalium yang
hilang karena diare
 Minumlah banyak cairan sepanjang hari. Cairan pada suhu kamar
mungkin lebih bisa ditolerir
 Batasi produk susu hingga masalah ini selesai
 Minumlah 1 cangkir cairan setiap kali setelah buang air besar
lembek
Hindari:
 Makanan panas dan pedas
 Makanan berlemak, berminyak, atau goreng
 Kacang-kacangan, biji-bijian, atau buah kering
 Minuman yang sangat panas atau dingin
 Minuman yang mengandung kafein (kopi, teh, cola, dan cokelat)
 Minum susu dan semua produk yang mengandung susu.

d. Sembelit
Kiat:
 Tingkatkan jumlah serat (misalnya buah-buahan, sayuran, dan biji-
bijian utuh)
 Minumlah banyak cairan (setidaknya 8 – 10 gelas)
 Masukkan beberapa kegiatan fisik jika diizinkan

Hindari:

 Makanan bergas seperti beras ketan, talas, ubi jalar, kacang merah,
kol, lobak, nangka, durian
 Kue yang terlalu manis

e. Sariawan
Kiat:
 Gosok gigi setiap selesai makan menggunakan sikat gigi berbulu
lembut
 Jangan menggunakan obat kumur yang mengandung alcohol
 Makanlah makanan lunak, bubur, atau makanan cair untuk
mengurangi pengunyahan serta buah yang lunak (pisang, melon),
 Hindari produk berbahan dasar jeruk dan tomat; hindari makanan
berat, kasar, atau kering (kerupuk, roti panggang, sayuran mentah);
hindari makanan yang pedas atau asin; hindari makanan yang
bersifat asam seperti cuka, acar
 Oleskan madu pada area sariawan

f. Rambut rontok
Kiat:
 Gunakan sarung bantal dengan bahan kain satin
 Gunakan sisir rambut yang lembut
 Pilih model rambut pendek supaya kerontokannya tidak terlalu
menyolok
 Gunakan kerudung, topi, selendang, rambut palsu untuk menutupi
kerontokan rambut
 Rawat kulit kepala dan rambut dengan lembut dan hati-hati. Hindari
pewarna rambut, hairspray, dan cat rambut.
 Makan makanan yang baik untuk pertumbuhan rambut seperti
kacang hitam, gandum, nasi, bayam, seledri, wortel, kemiri, daging,
ikan, telur, hati dll

g. Nyeri
Farmako : menggunakan obat- obatan
Non Farmako
 Relaksasi :Nafas dalam
 Distraksi: Berbincang
Mendengarkan musik
Dll
 Masase
Tujuan Penatalaksanaan Nyeri

1. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri


2. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi nyeri kronis
yang persisten
3. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
4. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau toleransi terhadap nyeri
5. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan
pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.-hari

h. Efek samping psikis


Kiat:
 Memberikan support emosional berupa pendampingan selama
menjalani kemoterapi
 Apabila dibutuhkan dapat melakukan hipnoterapi, karena menurut
penelitian A.Irianto DS (2014) hipnoterapi efektif dalam menurunkan
tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani kemoterapi.
METODE PELAKSANAAN

Pokok Bahasan : Kemoterapi

Sub Pokok Bahasan : Pendidikcn kesehatan kemoterapi tentang efek samping dan
cara mengatasi kemoterapi

Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien di Ruang Poli Obgyn RSHS


Waktu : 40 menit

Tanggal : 15 Desember 2017 jam 09.00

Tempat : POLI OBGYN RSHS BANDUNG

I. Tujuan Intruksional Umum ( T I U )


Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan klien dan keluarga dapat memahami
tentang efek samping dan cara mengatasi kemoterapi.

II. Tujuan Intruksional Khusus ( T I K )


Setelah diberi penyuluhan selama 40 menit, diharapkan klien atau keluarga
klien dapat :

1. Memahami tentang definisi kemoterapi.


2. Memahami efek samping kemoterapi
3. Memahami strategi melawan efek samping kemoterapi

III. Metode Penyuluhan


CTJ (Ceramah, Tanya Jawab)

Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan


memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga, kemudian klien
dan keluarga dapat mengajukan pertanyaan setelah penyampaiaan materi
selesai.

IV. Media Penyuluhan


1. Leaflet
2. Slide PowerPoint menggunakan infokus

V. Materi Penyuluhan
1. Pengertian kemoterapi.
2. Efek samping kemoterapi.
3. Cara mengatasi efek samping kemoterapi.

VI. Kegiatan Pembelajaran


Tahap
No Penyuluh Peserta Waktu Media
Kegiatan
1. Menyiapkan
peralatan dan Power point
Pra perlengkapan dengan
1.
kegiatan 2. Set ruangan menggunak
3. Menyiapkan daftar an Infokus
hadir
1. Memberi salam.
1. Menjawab salam Power point
2. Memperkenalkan
2. Mendengarkan dengan
2. Pembukaan diri dan 5 menit
dan menggunak
menjelaskan tujuan
memperhatikan an Infokus
penyuluhan.
1. Membuka kegiatan Power point
1. Menjawab
dengan 30 dengan
3. Kegiatan pertanyaan
mengucapkan menit menggunak
salam. an Infokus
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri. dan
3. Menjelaskan memperhatikan
tujuan penyuluhan.
4. Menyebutkan 3. Bertanya
materi yang akan
diberikan.
5. Menggali
pengetahuan klien
dan keluarga
tentang seputar
kemoterapi, efek
samping, dan cara
mengatasinya
6. Menjelaskan
pengertian dari
kemoterapi, efek
samping,
caramengatasi efek
samping
kemoterapi.
7. Memberikan
kesempatan bagi
klien atau keluarga
klien untuk
mengajukan
pertanyaan
kemudiaan
didiskusikan
bersama
1. Mengevaluasi 1. Menjawab Power point
4. Penutup 5 menti
kegiatan dengan pertanyaan dengan
cara memberi menggunak
pertanyaan an Infokus
2. Membuat 2. Mendengarkan serta leaflet
kesimpulan materi dan
yang telah memperhatikan
disampaikan
3. Mengakhiri
penyuluhan dan 3. Menjawab salam
mengucapkan
salam

VII. Waktu pelaksanaan


Hari, Tanggal : Jumat, 15 Desember 2017

Jam : Pukul 09.00 WIB

Tempat : Poli Kebidanan RSHS Bandung

Alokasi Kegiatan Kegiatan


No Waktu Metode Media
waktu utama Pemberi materi Peserta didik

Memberi salam dan Menjawab salam


09.00- Tanya
1. 2“ Pembukaan memperkenalkan -
09.02 jawab
diri

Memaparkan Menyimak dengan


09.02- Power
3. 15” materi mengenai seksama materi Ceramah
09.17 point
vulva hygiene yang disampaikan

Memberi Mengajukan
Isi kesempatan kepada pertanyaan kepada
Tanya
09.17- peserta untuk pemateri
4. 10” jawab -
09.27 bertanya tentang
(diskusi)
materi yang
disampaikan
Memberikan Menjawab Tanya
09.27-
5. 5” pertanyaan akhir prtanyaan yang jawab -
09.32
sebagai evaluasi diberikan pemateri (diskusi)

Menyimpulkan Mendengarkan
09.32-
6. 5” bersama materi dengan seksama Diskusi -
09.37
penyuluhan
Penutupan Menutup Menjawab salam
09.37- penyuluhan dan Tanya
7. 3” -
09.40 mengucapkan jawab
salam

VIII. Evaluasi
Prosedur : Post test

Jenis tes : Pertanyaan secara lisan


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pokok Bahasan : Kemoterapi


Sub Pokok Bahasan : Efek Kemoterapi dan Penanganannya
Sasaran : Keluarga dan pasien di ruang Poli Obgyn RSHS Bandung
Pemberi Materi : Kelompok 2
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Desember 2017
Waktu : Pukul 09.00-10.00 WIB
Tempat : Poli Kebidanan RSHS Bandung
Jumlah Peserta : 21 orang
Evaluasi Proses :

- Peserta terdiri dari pasien dan keluarga


- Saat tanya jawab terdapat beberapa peserta yang ke
kamar mandi dan meningalkan ruangan penyuluhan
karena harus masuk ke dalam ruangan pemeriksaan
- Peserta antusias dalam mengajukan pertanyaan
- Terdapat empat pertanyaan yang diajukan peserta
yaitu:
1. Apa saja nutrisi yang bagus untuk pasien yang
kemoterapi?
2. Kenapa pasien yang sedang kemoterapi banyak yg
mengalami rambut rontok?
3. Apa saja kriteris pasien yang harus di kemoterapi?
4. Apakah pasien yang dikemoterapi bisa sembuh?

Evaluasi Hasil :

- Peserta dapat mengulangi informasi yang diberikan menggunakan bahasa


sendiri
- Peserta dapat menjawab pertanyaan evaluasi yang diberikan oleh pemateri.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kemoterapi adalah terapi kanker menggunakan obat-obatan untuk

menghentikan pertumbuhan sel kanker, dengan membunuh sel secara langsung dan

menghentikan membelahnya sel. Namun kemoterapi juga dapat membunuh sel

normal sehingga muncul beberapa efek samping dari kemoterapi yang dapat

bersifat sistemik, sehingga memiliki potensi lebih besar daripada radiasi.

Selama proses penyuluhan yang dilakukan penyusun terdapat cukup banyak


pertanyaan mengenai kemoterapi dan efek sampingnya. Selain efek kemoterapi
penyusun juga menyarankan agar informasi terkait manfaat kemoterapi sebagai
intervensi pendidikan kesehatan yang wajib diberikan oleh perawat ruangan kepada
pasien dan keluarga yang dapat diberikan baik secara individu maupun kelompok.
Daftar Pustaka

Elisa. 2014. Hubungan antara status gizi terhadap proses penyembuhan luka post
section caesaria di Ruang Dewi Kunti RSUD Kota Semarang. Jurnal
Keperawatan Maternitas vol 2 No 1.

Hudayani. (2012). Gangguan Makan Pasca Kemoterapi dan radiasi. (diakses


melalui www.gizi.depkes.go)

Irianto Ady. 2014. Pengaruh Hipnoterapi terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan


pada Pasien yang Menjalani kemoterapi. Jurnal Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Semarang

Enikmawati. (2016). Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Mual Dan Muntah Akut
Akibat Kemoterapi Pada Penderita Kanker Payudara Di Rs Pku
Muhammadiyah Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhamadiyah Surakarta. (Diakses melalui http://journal.stikeseub.ac.id)

Montazeri, A. Z., Raei, M., Ghanbari , A., Dadgari, A., Sadat A., Montazeri
,Hamidzadeh. A., Effect of Herbal Therapy to Intensity Chemotherapy-
Induced Nausea and Vomiting in Cancer Patients. Iran Red Crescent Med
J. 2013:15(2). Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24693415

Nugroho, SHP. (2012). Hubungan asupan nutrisi dengan lama penyembuhan luka
post operasi hernia inguinalis di Rumah Sakit Mitra Sehat Lamongan.
Jurnal Kesehatan vol 3, No XIII (http://stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads/74-80-Ponco.pdf)

Syarif, Hilman. 2009. Penerapan Akupresur pada Titik P6 dan ST 36 untuk


Menurunkan Mual dan Muntah akibat Kemoterapi pada Pasien Karsinoma
Nasofaring. Idea Nursing Journal Volume II No 3

Sutandyo, Noorwati. 2012. Nutrisi pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi.
Indonesian Journal of Cancer vol 1, No 4. (diunduh pada 4 Juni 2017 di
http://www.indonesianjournalofcancer.or.id/e
journal/index.php/ijoc/article/view/28)

Utami, Dewi, Annisa Andriyani, Siti Fatmawati. 2013. Hubungan Dukungan


Keluarga Terhadap tingkat Kecemasan Kemoterapi pada Pasien Kanker
Serviks. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Surakarta

Wardani, Erlinda Kusuma. (2014). Respon Fisik dan Psikologi Wanita dengan
Kanker Serviks yang Telah Mendapat Kemoterapi Di RSUD Dr.
Moerawardi Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah
Surakarta.

http://www.canhope.org/id/learn/nutrition-in-cancer-care/nutritional-tips-during-
chemotherapy/
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai