Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“IMAN, ILMU DAN AMAL “


SERTA AKHLAK DALAM AKULTUALISASINYA
KEHIDUPAN MANUSIA

OLEH :
UJI ABRIAN (J1A116135)
KELAS KESLING

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan segala bentuk kenikmatannya kepada kita semua sehingga

penulisan makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Tak lupa

pula kami mengirimkan salam dan shalawat atas junjungan kita Nabiullah Muhammad

saw, sebagai rahmatan lil’alamin.

Makalah ini merupakan bentuk kewajiban dan penyempurnaan nilai kami selaku

mahasiswa di Universitas haluoleo pada mata kuliah pendidikan agama islam dengan judul “

Iman, Ilmu dan Amal serta akhlak dalam akultualisasinya dalam kehidupan manusia Sebagai

Pikir Peradaban”.

Kami mengucapkan terimah kasih kepada bapak pengajar dengan selesainya

penyusunan makalah ini.dengan baik dan sempurna.

Wassalamualaikum wr.wb.
Kendari, 20 oktober 2016
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3


A. IMAN................................................................................................... .3
B. ILMU ....................................................................................................5
C. AMAL ..................................................................................................7
D. AKHLAK ……………………………………………………………..8
E. AKULTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA............12

BAB III PENUTUP ............................................................................... 14


A. Kesimpulan ..........................................................................................14
B. Saran ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya perlu akan konsep hidup, yang akan
memberikan gambaran secara jelas tentang bagaimana manusia dalam
berkehidupan yang harmonis dengan Tuhan dan Manusia serta alam sekitarnya.
Konsep hidup ini bekerja secara berkesinambungan dan mengalami
pembaharuan dalam implikasinya sesuai dengan tuntutan zamannya.
Sebagai dasar kebenaran, maka konsepsi Iman menjadi landasan kebenaran
pada kebenaran mutlak. Kebenaran menjadi titik ideal yang manusia perlu
mengindahkannya, titik ideal ini menjadi dasar konsepsi atau sumber nilai yang
menentukan kerja amal manusia sesuai dengan kebenaran.
Kebenaran yang menjadi dasar tidak serta-merta "ada", namun ikhtiar
manusia sebagai subjek kehidupan yang memiliki kehendak bebas serta berpikir
bebas selalu mencoba mendekatkan diri pada kebenaran melalui ilmu. Sebagai
sarana pendekatan diri pada kebenaran, ilmu pengetahuan sebagai pangkal
bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan secara masif mendekatkan dirinya
melalui pencarian kebenaran atau pembelajaran.
Ilmu sebagai cahaya pencerah akal manusia pada kebenaran, maka ilmu akan
senantiasa membawa manusia pada pribadi yang bernilai. Manusia yang bernilai
adalah manusia yang melakukan kerja kemanusiaan atau amal. Ilmu akan
menjadi hidup dengan membumikan ilmu dalam pola pikir dan pola tindak
manusia.
Konsepsi yang menjadi dasar perencanaan manusia secara hirarki dan
simultan memberikan kesinambungan gerak pikir dan gerak tindak perlu
dibumikan dalam diri manusia itu sendiri. Seperti konsepsi Marx, tentang
pertentangan klas, bahwa manusia yang berada dalam klas-klas tertentu berubah
dengan manusia yang tanpa klas. Konsepsi Marx dapat dikatakan sosialis.
Seperti itu halnya, manusia yang beragama (Berkebenaran) harus memiliki
konsep hidup yang mencerminkan suatu karakter manusia yang cenderung pada
kebenaran.

B. Rumusan Masalah
1. iman, ilmu dan amal ?
2. apa itu akhlak dalam akultualisasinya dalam kehidupan manusia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi iman, almu dan amal.
2. mengetahui definisi akhlak dalam akultualisasinya dalam kehidupan
manusia

BAB II
PEMBAHASAN
A. IMAN
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut
istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan
lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian
iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-
benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian
pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan
secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

IMAN SEBAGAI SUMBER NILAI


Manusia memerlukan kepercayaan sebagai sumber atau titik ideal dalam
hidupnya. Titik ideal sebagai sumber nilai, menjadi titik nilai yang baku atau
konstan. Nilai sebagai penopang kehidupan manusia dan peradaban manusia
tidak boleh berubah,jika nilai ini berubah maka sama halnya dengan fondasi
rumah yang dirubah, secara reaktif maka rumah itu akan rubuh dan pola rumah
itu akan berubah.
Sebagai sumber nilai, maka sesuatu itu harus tidak berubah, menjadi sumber
segala nilai dan esa, serta secara bersamaan merupakan kebenaran hakiki.
Sumber nilai tersebut adalah Tuhan, karena sifat Tuhan yang tidak berubah dan
menjadi satu titik kebenaran itu sendiri. Tuhan adalah subjek bagi sekalian alam
dan dunia, sedang alam adalah objek yang digerakkan melalui kehendak
berpikir bebas. Kehendak berpikir bebas hanya dimiliki manusia,dipandang
dalam segi biologi, manusia termasuk dalam klasifikasi homo sapiens (yang
memiliki arti "manusia yang tahu") yang merupakan primata dalam golongan
mamalia yang memiliki kemampuan berpikir tinggi (Wikipedia, 2014). Tan
Malaka dalam Madilog, mengartikan manusia lebih sederhana, yaitu hewan
yang berakal. Dua pengertian diatas mengisyaratkan bahwa manusia merupakan
kesempurnaan atas penciptaan Tuhan di bumi, hal ini sesuai dengan konsep
Islam bahwa manusia diturunkan sebagai Khalifah di muka bumi (Lihat: Al
Quran 2: 30). Dalam segi rohani yang berkorelasi dengan kebudayaan, bahwa
manusia adalah pembawa peradaban dengan ke"agama"an yang dibawahnya.
Agama disini berarti kepercayaan, yang dijadikan sumber nilai tersebut.
Agama sebagai pedoman, sering juga agama sebagai peradaban yang
ekslusif. Agama menjadi pengikat atas cara-cara yang dianggap paling
mendekatkan pada kebenaran, maka tidak jarang pertentangan dan konfrontasi
agama-agama yang memiliki kencenderungan yang sama dan berbeda sekaligus.
Agama sebagai peletak peradaban menjadi penting karena dalam agama aspek
kultur dan doktrin menjadi satu, hingga muncul peradaban seperti Islam Syah,
Protestan dan lain sebagainya.
Sebaga upaya pendekatan diri pada kebenaran, bentuk kepercayaan atau
iman juga tidak jauh dari pandangan keagamaan tentang konsep ke-Tuhan-nan
itu sendiri. Dalam kajian filsafat yang mengunakan metode rasio, mengalami
kebuntuhan tentang rasio yang mencoba mendiskripsikan tuhan. Al Ghazali
membawa suatu perubahan pada semangat metafisika, peletak atas keterbatasan
rasio pada kebenaran hakiki tersebut. Maka agama memang tidak jauh dari
doktrin, namun manusia yang memiliki keutamaan dalam berpikir
memberikannya ruang pada pencarian-pencarian pada segi ontologis tersebut.
Dalam Islam, bahwa manusia sudah memiliki kepercayaan pada Tuhan sejak
masa tiga bulan dalam kandungan, ikatan primodial ini termaktub dalam Al
Quran. Sedang Karel Amstrong mengatakan bahwa sejak 4.300 tahun yang lalu
manusia sudah menyadari bahwa ada kekuatan yang melebihi apapun di dunia
ini. Cara berkepercayaan itupun muncul dalam bentuk mitologi, hingga dalam
bentuk kebatinan.
Tentu sangat tidak mungkin bahwa manusia akan mampu mengetahui
sesuatu yang melebihi batas kemampuannya, maka harus ada penghubung, dan
Tuhan sebagai subjek atas dunialah yang semestinya mengenalkan Dia pada
objeknya. Pengenalan ini dalam sejarah tiga agama besar - dan hampir memiliki
kemiripan sejarah atau masih satu rumpun - melalui pembawa pesan sebagai
mediator, fungsi ini dipegang oleh para nabi atau rasul. Hingga tidak ada upaya
pengambaran Tuhan secara mitologi.
Pengambaran Tuhan secara mitologi, seperti memnyerupakan bentuk Tuhan
dengan benda-benda yang menjadi objeknya, akan menunjukan bahwa tuhan
lemah, karena Tuhan sebagai subjek penciptakaan yang "diserupakan" dengan
objek yang diciptakan-Nya. Dalam pegabaran ini menimbulkan suatu paradigma
yang kontradiktif dengan keadaan Tuhan, pendangan ini salah dan jelas
pandangan ini menimbulkan suatu distorsi tentang keyakinan yang
menimbulkan nilai yang menjadi sumber kebenaran.
Rasul dan Nabi menjadi pembawa pesan dan memberikan peringatan tentang
kesalahan penafsiran atas kebenaran, hingga tidak ada fitnah diantara yang lain,
kebenaran hanya tertuju pada ke-Esa-an Tuhan semata. Maka sikap percaya
harus berlandaskan pada kebenaran yang pendekatan yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang ada, dari situ peradaban manusia akan tercipta dan
bernilai.

B. ILMU
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat
ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum,
artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan
dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan
pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia
mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang
apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat
disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh
paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu

Ilmu Sebagai Upaya Pendekatan yang Koheren dengan Kebenaran


Bahwa ilmu akan mengangkat derajat manusia pada tingkat yang lebih
tinggi, sudah menjadi suatu kenyataan yang koheren, karena seorang yang
berilmu secara bersamaan akan berada pada kedekatannya kepada kebenaran.
Ilmu menjadi alat manusia dalam upaya-upaya kebenaran, meski dalam
penafsiran ilmu dengan alam pikiran dan pengalaman manusia masih memiliki
ruang kenisbiaan, karena manusia yang dalam keterbatasannya sebagai objek
Tuhan. Enstein meletakkan teori relativitas, bahwa setiap manusia memiliki
pandangan yang subjetif dengan objek yang dipandangnya. Dalam hal ini ilmu
memiliki ruang relativitas, karena subjek (manusia) yang jamak serta upaya
pendekatannya yang berbeda-beda.
Kebenaran yang tunggal, dengan kerelativitasan ilmu, membawa manusia
pada perbedaan dan seakan inheren dengan kebenaran ilmu yang relatif tersebut.
Jika dalam Hegel, bahwa thesis akan berujung pada thesis baru dari
pertentangan thesis dan anti-thesis, ujung yang seakan tidak akan bertemu pada
satu titik yang berlawanan pada thesis yang telah mampan. Seakan
menggambarkan kerelativan ilmu sebagai pendekatan atas kebenaran.
Kebenaran adalah sumber nilai, ia menjadi fondasi untuk peradaban,
maka ilmu disini bersifat implikatif. Ilmu adalah pengembangan nilai, karena
nilai bersifat tetap, maka implikasi bersifat untuk mencari jawaban atas
pertanyaan yang mengalami perkembangan sesuai dengan arus yang selalu
mengalami perubahan. Upaya pendekatan pada nilai, juga menjadi upaya
pendekatan pada implikasi. Maka dari itu ilmu tidak bersifat inheren, ilmu
koheren dengan kebenaran karena sumber kebenaran adalah penopang
peradaban.

C. AMAL
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau
tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah,
amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di
dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal
dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam
tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam
dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu
agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan
dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban
manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam
lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan
memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.
Nilai yang hidup dan nyata adalah amal,hidup berkembangnya peradaban
berdasarkan perkembangan ilmu yang korelatif dengan perubahan yang terjadi
dalam arus, maka ilmu menjadi tiang bagi berdirinya peradaban. Ilmu harus
memiliki keterjangkauan dengan realitas yang ada, ilmu harus mampu
membumi dan dapat diterapkan dalam menjawab arus perubahan. Ilmu akan
mati jika ilmu tidak memberikan konsepsi yang jelas pada realita, maka dari itu
ilmu harus melandaskan dirinya pada realita yang ada.
Penerapan ilmu dinamakan alam perbuatan, maka ilmu akan membumi
nilainya jika manyetuh realita (amal perbuatan). Objek dan tujuan ilmu adalah
relaita. Realita merupakan perubahan atas arus perkembangan zaman, mulai dari
perkembangan sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Seiring dengan perubahan dan perkembangan arus kehidupan manusia
tersebut, maka nilai yang tetap harus berimplikasi pada perkembangan ilmu
yang relevan dengan keadaan zamannya. Nilai dikatakan hidup jika menyentuh
realita dengan impilikasi dari ilmu pengetahuan.
Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan
Allah dalam ayat-ayat berikut:
“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang
tidak berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] : 9).
“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan)
kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-
Hikmah itu, benar-benar ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya
orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-
firman Allah.” (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Mujaadilah [58] :11)
Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-
anaknya dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu
diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.”
(Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin,
Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.” (Hadis Nabi saw).

D.AHLAK
Diterjemah dari kitab Is’af thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil
Akhlaq.Akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia
sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan
gambaran itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak
dihari kiamat nanti.
Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan
manusia,kata khuluk lawan kata dari kholq. Perilaku dan tabiat manusia baik
yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak.Akhlak merupakan
etika perilaku manusia terhadap manusia lain,perilaku manusia dengan Allah
SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup.

Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan
sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya
adalah Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku universal.

 Pembagian Akhlak
Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah menurut sudut
pandang Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi objeknya. Dari segi
sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik,
atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua,
akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.

a.) Akhlak Mahmudah


“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari
sifat-sifat yang terpuji pula”.

Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepda
rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan
patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas
segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah,
khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu mengendalikan diri,
silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan santun,
suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan
bekerja, hidup bersih, menyayangi inatang, dan menjaga kelestarian alam.

b.) Akhlak Madzmumah


“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat
yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan
dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad,
takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam,
khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus
asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah.
Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain,
sedangkan akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah
berfirman dalam surat At-Tin ayat 4-6.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-
rendahnya (neraka). Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka
mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. bersabda.
“Sesungguhnya manusia yang berakhlak mulia dapat mencapai derajat yang
tinggi dan kedudukan mulia di Akhirat. Sesungguhnya orang yang lemah
ibadahnya akan menjadi buruk perangai dan akan mendapat derajat yang rendah
di neraka Jahanam.” (HR. Thabrani)

 Kemudian, dari segi objeknya, atau kepada siapa akhlak itu


diwujudkan, dapat dilihat seperti berikut:
1.) Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah,
mencintai Allah, mencintai karena Allah, beramal karena allah, takut
kepada Allah, tawadhu’, tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam.
2.) Akhlak kepada Rasulullah saw., meliputi antara lain: taat dan cinta
kepda Rasulullah saw.
3.) Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah,
kepada ibu, kepada anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman,
kepada keponakan, dan seterusnya.
4.) Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada
tetangga, akhlak kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan
sebagainya.
5.) Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi
binatang, merawat tumbuhan, dan lain-lain
E. PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
 Pembinaan Akhlakul karimah
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna jika dibandingkan
dengan makhluk lain dan juga manusia sebagai penerima dan pelaksana ajaran-
Nya. Oleh karena itu manusia ditempatkan pada kedudukan yang mulia jika
dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Agar manusia dapat
mempertahankan kedudukan yang mulia dan tinggi tersebut. Maka Allah
membekali manusia dengan akal dan perasaan yang memungkinkan manusia
untuk menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam suatu proses
pendidikan. Kemudian mengembangkan ilmu tersebut ke dalam kehidupan
sehari-hari, serta akal pula yang membedakan manusia dengan makhluk yang
lain. Selain itu akal dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang dalam
lingkungan sosial dalam melaksanakan segala hal bentuk kegiatan dengan
penuh cermat dan tanggung jawab. Agama Islam merupakan suatu agama yang
didalamnya, mengandung ajaran bagi seluruh umat-Nya. Salah satu ajaran Islam
yang paling mendasar adalah masalah akhlak. Yang mana akhlakul karimah
tersebut di wajibkan oleh Allah. Sebagaimana yang telah disebut dalam salah
satu firman Allah surat Luqman yang berbunyi:

“ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang


baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk
hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
Berdasarkan ayat diatas maka akhlakul karimah dalam keluarga ini diwajibkan
pada setiap orang. Yang mana akhlak tersebut banyak menentukan sifat dan
karakter seseorang, khususnya dalam pergaulannya.

Seseorang akan dihargai dan dihormati apabila memiliki sifat atau mempunyai
akhlak mulia. Demikian juga sebaliknya dia akan dicampakkan dan dibenci
apabila dia berakhlak yang buruk dan tercela, bahkan di hadapan Allah akan
mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang yang dilakukannya.
Sebagaimana juga kita ketahui bahwa nilai dan harga manusia itu terletak pada
akhlaknya yaitu tingkah laku dan amal perbuatannya, semakin luhur akhlak
seseorang, semakin tinggi nilai dan harga dirinya. Karena itu upaya pembinaan
dan peningkatan akhlak dalam melestarikan martabat manusia adalah teramat
penting dan dalam hal ini Islam dengan segenap aspek ajarannya merupakan
salah satu alternative sebagai pedoman dan tuntunan.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial yaitu tidak akan bisa
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, dengan kata lain manusia hidup dalam
suatu masyarakat, dalam kehidupan bermasyarakat ini akhlak mempunyai
peranan yang penting sekali, khususnya dalam kehidupan sehari-hari, sebab
kejayaan suatu negara itu terletak pada akhlak masyarakatnya.
Demikian pula kehancuran di muka bumi ini disebabkan perbuatan manusia itu
sendiri sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi
:
“telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

 Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan


kehidupan yang sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua
orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi dengan
iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At –
Thalaq : ayat 2 – 3 ).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai
sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak
dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran
Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan
pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
Sumber ilmu menurut ajaran Islam :
 Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam
sukma serta isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk
rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah”
 Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh
Allah swt untuk berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud
diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah”

Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang


beriman kepada Allah swt dan berilmu pengetahuan luas, yang
diterangkan dalam Q.S. Al Mujadalah : 11. Yang isinya bahwa Allah
akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu
pengetahuan dan beriman kepada Allah swt , orang yang beriman
diangkat kedudukannya karena selalu taat melaksanakan perintah
Allah swt dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat
kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang
lain.
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti
lilin, mampu menerangi orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan
ini besar sekali dosanya, karena dapat memberitahu orang lain dan
dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan seperti
dalam Q.S. Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan
pandai hendaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain.
Dibawah naungan dan lindungan Allah swt.

Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Sumber pokok ilmu
pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang keduanya
tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan
dengan mengembangkan akalnya dengan catatan dalam
pengembangan tersebut tetap, terikat dengan wahyu dan tidak akan
bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu pengetahuan
dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang
tingkat kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat
perolehan yang tingkat kebenarannya bersifat nisbi. Menuntut ilmu
pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan
umat dan mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan
dan dipahami oleh masyarakat.
 Jadi akhlak adalah merupakan tingkah laku manusia yang tampak dan
dapat dilihat pada dirinya yang didorong oleh hati nurani, pemikiran,
serta rasio.
Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan
sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah

Akhlakul karimah(sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,diantaranya


adalah husnuzzan,gigih,berinisiatif,rela berkorban,tata karma terhadap
makhluk allah,adil,ridho,amal
shaleh,sabar,tawakal,qona’ah,bijaksana,percaya diri,dan masih banyak lagi
Pada dasarnya dalam ekonomi Islam, monopoli tidak dilarang, siapapun
boleh berusaha/berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual
(monopoli) atau ada penjual lain, asalkan tidak melanggar nilai-nilai Islam.
Dalam hal ini yang dilarang berkaitan dengan monopoli adalah ikhtikar,
yaitu kegiatan menjual lebih sedikit barang dari yang seharusnya sehingga
harga menjadi naik untuk mendapatkan keuntungan di atas keuntungan
normal, di dalam istilah ekonomi kegiatan ini disebut sebagai monopoly’s
rent seeking behaviour. Sehingga sekarang dapat dibedakan antara monopoli
dan ikhtikar dalam terminology ekonomi Islam.

B. Saran
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan, membantu, dan
memudahkan kita dalam memahami dan mempelajari ajaran islam
yang sebenarnya. untuk itu kami menghimbau untuk memahami isi
makalah ini sebaik-baik mungkin sehingga dapat di implementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anis Matta (2006). Dari Gerakan ke Negara. Jakarta: Fitrah
Rabbani.
lucki72.blogspot.com/2014/03/memeliharakeseimbangan-antara-
iman-ilmu.html
Muhammad bin Said al Qahthani (2005). Al Wala’ wal Bara’. Solo:
Era Intermedia.
Sayyid Quthb (2010). Ma’alim Fi Ath Thariq. Yogyakarta: Uswah.

 www.belajaragamaislam.blogspot.com
 www.ilmuislam.blogspot.com
 www.gudangilmu.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai