Anda di halaman 1dari 7

Tika DiahUtami

M0314073

Artikel ini membahas tentang identifikasi komponen pada ekstrak kasar Thymus
vulgaris L. dalam pelarut organik yaitu heksan, kloroform, etil asetat, butanol, dan
metanol. Ektraksi dilakukan menggunakan metode Soxhlet. Analisis dilakukan
menggunakan GC dengan detektor MS. Pada tahap preparasi sampel, penghalusan
sampel bertujuan untuk memperbesar luas pemukaan sampel, sehingga kontak antara
sampel dengan pelarut lebih besar dan senyawa terlarut yang terambil semakin
banyak. Namun, penggunaan sampel sebanyak 70 gram dirasa kurang apabila analisis
bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa apa saja yang terkandung dalam
minyak atsiri Thymus vulgaris L, karena dikhawatirkan senyawa-senyawa volatil yang
bersifat minor hanya terambil dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak terdeteksi
oleh alat.
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstraksi Soxhlet.
Keuntungan dari penggunaan metode ekstraksi Soxhlet yaitu pelarut yang digunakan
selalu baru karena pelarut teruapkan melalui pemanasan dan kembali lagi ke labu
dengan membawa ektrak. Dalam penelitian ini digunakan 500 mL metanol, tidak
dilakukan penggantian pelarut seperti dalam maserasi karena pelarut selalu baru oleh
sistem. Selain itu, simplisia yang terpisah dengan pelarut memberikan larutan ekstrak
yang bersih, sehingga tidak memerlukan penyaringan lanjut. Waktu yang digunakan
dalam ektraksi pun relatif cepat, dalam penelitian ini ekstraksi dilakukan selama 46
jam, relatif lebih cepat dibandingkan menggunakan metode maserasi karena dalam
ekstraksi Soxhlet penyarian sampel dibantu dengan pemanasan. Penggunaan metanol
Tika DiahUtami
M0314073

sebagi pelarut dalam penelitian ini memberikan keuntungan yaitu metanol termasuk
pelarut yang mudah menguap, serta metanol sebagai pelarut universal dapat
mengambil senyawa-senyawa dalam berbagai golongan seperti antosianin, terpenoid,
saponin, tannin, xantoxylin, totarol, quassinoid, lakton, flavon, fenon, dan polifenol.
Berdasarkan studi literatur dari peneliti, minyak atsiri pada beberapa spesies Thymus
memiliki kandungan monoterpen fenolik thymol dan carvacrol, sehingga pemilihan
metanol sebagai pelarut sudah sesuai untuk tujuan pengambilan minyak atsiri Thymus
vulgaris. Kelemahan dari metode ekstraksi Soxhlet yaitu metode ini hanya cocok
digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas. Dalam penelitian ini, suhu yang
digunakan dalam ekstraksi yaitu 60-65 ˚C. Suhu tersebut termasuk tinggi, sehingga
kemungkinan terdapat beberapa komponen volatil yang rusak ketika proses ekstraksi.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih teknik GC dengan MS sebagai
detektornya. MS sebagi detektor memiliki sensitivitas yang tinggi (0,1-100 ng)
sehingga dapat mengidentifikasi komponen dalam jumlah kecil. GC-MS dapat
digunakan untuk identifikasi kualitatif dengan membandingkan kromatogram dengan
standar, serta pengukuran secara kuantitatif.
Kolom yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolom jenis kapiler dengan
dimensi 30 m x 0,25 mm, ketebalan film 0,25 µm. Kolom kapiler memberikan
efisiensi yang tinggi, karena berukuran panjang yaitu 30 meter sehingga dapat
menghasilkan pemisahan yang baik. Diameter 0,25 mm (sempit) sesuai dalam
penelitian ini yang bertujuan untuk mengidentifikasi komponen-komponen dalam
minyak atasiri. Minyak atsiri miliki berbagai macam komponen sehingga campuran
menjadi rumit dan memerlukan resolusi pemisahan yang baik. Penggunaan kolom
yang sempit dapat menghasilkan pemisahan yang baik karena kapasitas kolom akan
mengecil sehingga daya pisah meningkat. Suhu injektor di-setting pada 220 ˚C dan
290 ˚C. Suhu tersebut sesuai untuk menguapkan sampel yang sebagain besar bersifat
volatil. Namun, dalam jurnal ini tidak dijelaskan secara pasti apakah suhu tersebut
dapat mendegradasi sampel atau tidak.
Suhu oven sangat berpengaruh pada hasil pemisahan. Suhu kolom berbanding
lurus dengan kecepatan sampel dalam melewati kolom. Semakin tinggi suhu kolom,
semakain cepat sampel bergerak melalui kolom. Namun, pergerakan sampel yang
cepat berarti mengurangi interaksi antara analit dengan fase diam, sehingga tingkat
Tika DiahUtami
M0314073

pemisahannya rendah. Ekstrak Thymus vulgaris dalam beberapa pelarut organik


tentunya mengandung berbagai komponen dengan titik didih yang sangat bervariasi
sehingga tidak mungkin dipisahkan dengan sempurna apabila digunakan sistem
isotermal saja. Oleh karena itu peneliti mengombinasikan teknik gradien suhu dan
isotermal sekaligus agar diperoleh pemisahan yang lebih baik. Dalam penelitian ini
suhu awal di-set dari 50 ˚C hingga 150 ˚C dengan flow 3 ˚C/menit, selanjutnya di-set
dengan teknik isotermal selama 10 menit. Pemanasan dinaikkan hingga 300 ˚C dengan
flow 10 ˚C. Teknik pemanasan oven kolom dirasa sudah sesuai dalam penelitian ini.
Gradien suhu di bagian awal bertujuan untuk memisahkan komponen dengan titik
didih rendah (mudah menguap) dan berdekatan, sehingga peak yang didapatkan tidak
saling bertumpukan. Peningkatan suhu menyebabkan perbedaan waktu retensi yang
lebih baik dari komponen-komponen dengan titik didih yang berdekatan, sehingga
pemisahan terjadi dengan baik. Peningkatan suhu secara bertahap memungkinkan
kecepatan masing-masing komponen untuk mencapai kesetimbangan distribusi
berbeda-beda. Komponen yang bertitik didih rendah akan lebih cepat mencapai
kesetimbangan distribusi daripada komponen yang bertitik didih lebih tinggi.
Pemrograman suhu oven pada 150 ˚C secara isotermal berfungsi untuk memisahkan
komponen yang titik didihnya tidak berdekatan. Karena kebanyakan komponen
minyak atsiri bersifat volatil maka kemungkinan menguap sebelum suhu 150 ˚C,
sedangkan suhu di atas 150 ˚C merupakan komponen lain yang lebih sedikit jenisnya
sehingga kemungkinan sudah tidak ada komponen yang titik didihnya berdekatan.
Oleh karena itu pemanasan dilakukan secara isotermal. Untuk menghindari terjadinya
pelebaran puncak pada waktu retensi yang besar, maka setelah proses isotermal
dilakukan pemanasan kembali dengan teknik gradien suhu flow rate sebesar 10 ˚C
hingga suhu mencapai 300 ˚C. Pada suhu ini, komponen-komponen dengan suhu
tinggi diuapkan secara bertahap untuk mencegah terjadinya penumpukan peak,
sehingga peak lebih mudah teramati.
Teknik injeksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu split injeksi dengan
split ratio 120:1, yang artinya sampel yang masuk ke dalam kolom adalah 1 bagian,
sedangkan yang keluar atau yang dibuang adalah 120 bagian. Spit ratio 120:1 berarti
jumlah sampel yang memasuki kolom sedang (tidak terlalu kecil dan tidak terlalu
besar). Dengan metode split injeksi, sisa dari sampel akan menguap dan besar aliran
Tika DiahUtami
M0314073

gas pembawa akan membagikan melalui split atau katup pembersihan. Bagian dari
sampel/pembawa campuran gas di ruang injeksi akan habis melalui lubang angin yang
terbelah. Splitting dilakukan berhubungan dengan kapasitas kolom yang tergantung
pada diameternya. Diameter kolom GC-MS dalam penelitian ini adalah 0, 25 mm,
sehingga dengan injeksi sampel sebanyak 1 µL seluruh sampel tidak dapat masuk ke
kolom seluruhnya. Keuntungan split injeksi: melindungi kolom dari komponen sampel
yang tidak volatil, artinya komponen yang titik didihnya tinggi (> 300 ˚C tidak akan
memasuki kolom sehingga tidak mengganggu proses pengujian).
Hasil identifikasi dan karakterisasi senyawa kimia dalam ekstrak kasar heksan
menunjukkan adanya 13 senyawa yang diketahui sebagai komponen utama yaitu
linalyl anthranilate (1.064%), α-terpineol (0.761%), thymol (40.868%), o-thymol
(46.661%), thymol asetat (0.417%), bicyclo[7.2.0]undec-4-ene, 4,11,11-trime
(0.902%), o-metoksi-α,α-dimetilbenzil (1.933%), spatulenol (1,407%), α-farnesen (1,
085%), 1-oktadesin (0, 887%), asam n-heksadekanoat (0, 642%), asam α-linolenat (0,
641%) dan naringenin (0.748%) berdasarkan waktu retensi dan berat molekul yang
sesuai dengan standar. Komponen dalam ekstrak heksan mewakili 4,89% dari total
ekstrak kasar daun Thymus vulgaris L.
Hasil identifikasi dan karakterisasi senyawa kimia dalam ekstrak kasar etil asetat
menunjukkan adanya 10 senyawa yang diketahui sebagai komponen utama yaitu o-
cymol (1,530%), linalil antranilat (0.502%), 1,5-oktadien-3,7- 3,7-dimetil-4-metil-2-
pentil asetat (0.444%), α-terpineol (0.475%), timol (32.438%), o-timol (39.820%), 4-
metoksi-2,3,6-trimetilfenol (4.248%), spatulenol (0,511%), fitol (0,610%), dan
naringenin (19,417%). Komponen dalam ekstrak etil asetat mewakili 3,09% dari total
ekstrak kasar daun Thymus vulgaris L.
Tika DiahUtami
M0314073

Gambar 1. Kromatogram dari ekstrak etil asetat

Hasil identifikasi dan karakterisasi senyawa kimia dalam ekstrak kasar


kloroform menunjukkan adanya 5 senyawa yang diketahui sebagai komponen utama
yaitu 1-iodo-2-metilundekan (2.725%), 3,7-oktadien-2,6-diol, 2,6-dimetil-(7,606%),
2,4-dimetilbenzaldehid (4,729%), timol (38,8595%), dan o-timol (46,079%).
Komponen dalam ekstrak kloroform mewakili 0,78% dari total ekstrak kasar daun
Thymus vulgaris L. Gambar 2 menunjukkan kromatogram gas dari ekstrak kloroform
yang memiliki cukup banyak peak.

Gambar 2. Kromatogram dari ekstrak kasar kloroform

Hasil identifikasi dan karakterisasi senyawa kimia dalam ekstrak kasar butanol
menunjukkan adanya 5 senyawa yang diketahui sebagai komponen utama yaitu 4 -
heptanon (10.989%), n-butil eter (33.216%), heksanal, 2-etil (3,995%), heptanon, 3-
Tika DiahUtami
M0314073

metil (42,822%), asam butanolat, dan butyl ester (8,975%). Komponen dalam ekstrak
butanol mewakili 1,58% dari total ekstrak kasar daun Thymus vulgaris L.

Gambar 3. Kromatogram dari ekstrak butanol


Hasil identifikasi dan karakterisasi senyawa kimia dalam ekstrak kasar metanol
menunjukkan adanya 14 senyawa organik dan 2 senyawa yang diketahui sebagai
komponen utama yaitu thymol (42,262%) dan o-thymol (48,508%). Sedangkan
komponen-komponen lainnya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil. Komponen
dalam ekstrak metanol mewakili 5,34% dari total ekstrak kasar daun Thymus vulgaris
L.

Gambar 4. Kromatogram dari ekstrak kasar metanol

Identifikasi menggunakan GC-MS dilakukan berdasarkan waktu retensi dan


fragmentasi yang dibandingkan dengan library. Sebenarnya, mungkin saja terdampat
komponen lain yang juga terdapat dalam ekstrak, namun karena jumlahnya sangat
kecil (dibawah limit deteksi alat) maka senyawa tidak terdeteksi. Dalam penyampaian
Tika DiahUtami
M0314073

data hasil identifikasi sebaiknya disertakan similarity index-nya untuk lebih


menguatkan argument senyawa yang teridentifikasi. Selain itu, untuk lebih
memaksimalkan analisis, sebaiknya proedur dilanjutkan menggunakan analisis NMR
agar senyawa-senyawa baru yang tidak teridentifikasi oleh GC-MS karena tidak
terdapat dalam library dapat diketahui mengingat tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis senyawa apa sajakah yang terdapat dalam ekstrak.

Anda mungkin juga menyukai