Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi adalah proses biologis suatu individu untuk menghasilkan

individu baru.[1] Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri yang

dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu

organisme untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya.. Cara reproduksi

secara umum dibagi menjadi dua jenis, yakni seksual dan aseksual.

Reproduksi biologis atau reproduksi seksual dalah suatu proses biologis

penggunaan seks secara rutin dimana individu organisme baru diproduksi.

Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis

kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum

reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan

reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana,

biasanya satu sel, bereproduksi secara aseksual

Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi

tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri

menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun

demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu.

Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi

aseksual.(Sila Adnyana)

Dalam dunia flora kita mengenal 2 sistem reproduksi tumbuhan yaitu

reproduksi vegetatif alami dan reproduksi vegetatif buatan (Risma

Fembriyanti). Reproduksi vegetatif alami tidak melibatkan campuran tangan

manusia. Reproduksi vegetative alami meliputi pembentukan tunas, batang

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 1


tebu, batang singkong, daun cocor bebek, laos. Sedangkan reproduksi

vegetatif buatan sengaja dilakukan manusia untuk memperoleh tanaman baru

yang bersifatnya sama dengan induknya. Tumbuhan baru tersebut diambil dari

tanaman induk yang telah tumbuh besar, sehingga tumbuhan baru itu akan

cepat mengahasilkan dengan sifat yang sama dengan induknya.

Seiring dengan perkembangan teknologi, dalam reproduksi tumbuhan

kita sering mendengar istilah teknologi reproduksi. Dalam teknologi reproduksi

kita mengenal istilah rekayasa reproduksi. Rekayasa reproduksi adalah suatu

usaha manusia untuk mengembangbiakan makhluk hidup dengan cara

rekayasa tahapan-tahapan proses reproduksi yang berlangung secara alami.

Rekayasa reproduksi tidak hanya dilakukan pada tumbuhan dan hewan, tetapi

manusia juga bisa dijadikan objek dalam teknologi (Elok Sudibyo, Wahono

Widodo, Wasis dan Dwi Suhartanti, 2008)

Dalam karya tulis ini khusus membahas mengenai teknologi reproduksi

pada tumbuhan. Terdapat beberapa jenis teknologi reproduksi yang dapat

dilakukan pada tumbuhan yaitu teknologi hidroponik, teknologi, teknologi

verikultur dan teknologi kultur jaringan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan dalam

karya tulis ini adalah :

1. Bagaimana teknologi reproduksi hidroponik pada tumbuhan?

2. Bagaimana teknologi reproduksi vertikultur pada tumbuhan?

3. Bagaimana teknologi reproduksi kultur jaringan pada tumbuhan?

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 2


1.3 Tujuan dan manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui teknologi reproduksi hidroponik pada

tumbuhan

2. Untuk mengetahui teknologi reproduksi vertikultur pada

tumbuhan

3. Untuk mengetahui teknologi reproduksi kultur jaringan pada

tumbuhan

1.3.2 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh adalah agar siswa lebih

mengetahui tentang teknologi reproduksi pada tumbuhan

1.4 Ruang Lingkup

Teknologi reproduksi dapat dilakukan baik pada tumbuhan, hewan

maupun manusia. Dalam karya tulis ini penulis membatasi pembahasan dalam

pada teknologi reproduksi pada tumbuhan yang meliputu teknologi reproduksi

hidroponik, vertikultur, dan kultur jaringan.

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 3


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknologi Reproduksi Hidroponik

2.1.1 Pengertian Umum

Hidroponik (Inggris : hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro

yang berarti air dan ponos yang berarti daya. Hidroponik juga dikenal sebagai

soiless culture atau bududaya tanaman tanpa tanah. jadi hidroponik berarti

budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah

sebagai media tanam atau soiless. (https://id.wikipedia.org/wiki/Hidroponik)

Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air

dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas

teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan

kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok

tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik

bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia

akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.

Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh

dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi.

Dalam konteks ini fungsi dari tanahadalah untuk

penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk

kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan

teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah

pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 4


2.1.2 Sejarah Hidroponik

Pada mulanya, kegiatan membudidayakan tanaman yang daratan tanpa

tanah ditulis pada buku Sylva Sylvarum oleh Francis Bacon dibuat pada tahun

1627, dicetak setahun setelah kematiannya. Teknik budidaya pada air menjadi

penelitian yang populer setelah itu. Pada tahun 1699, John

Woodward menerbitkan percobaan budidaya air dengan spearmint. Ia

menemukan bahwa tanaman dalam sumber-sumber air yang kurang murni

tumbuh lebih baik dari tanaman dengan air murni.

Pada tahun 1842 telah disusun daftar sembilan elemen diyakini penting

untuk pertumbuhan tanaman, dan penemuan dari ahli botani Jerman Julius von

Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun-tahun 1859-1865, memicu

pengembangan teknik budidaya tanpa tanah (Douglas, James

S). Pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan

pada pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Dengan cepat

menjadi standar penelitian dan teknik pembelajaran, dan masih banyak

digunakan saat ini. Sekarang, Solution culturedianggap sebagai jenis

hidroponik tanpa media tanam inert, yang merupakan media tanam yang tidak

menyediakan unsur hara.

Pada tahun 1929, William Frederick Gericke dari Universitas California di

Berkeley mulai mempromosikan secara terbuka tentang Solution culture yang

digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian.(Dunn, H. H, dan G.

Thiyagarajan, R. Umadevi & K. Ramesh) Pada mulanya dia menyebutnya

dengan istilah aquaculture (atau di Indonesia disebut budidaya perairan),

namun kemudian mengetahui aquaculture telah diterapkan pada budidaya

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 5


hewan air. Gericke menciptakan sensasi dengan menumbuhkan tomat yang

menjalar setinggi duapuluh lima kaki, di halaman belakang rumahnya dengan

larutan nutrien mineral selain tanah. (Bambi Turner) Berdasarkan analogi

dengan sebutan Yunani kuno pada budi daya perairan, ilmu budidaya bumi,

Gericke menciptakan istilah hidroponik pada tahun 1937 (meskipun ia

menegaskan bahwa istilah ini disarankan oleh WA Setchell, dari University of

California) untuk budidaya tanaman pada air (dari Yunani Kuno ὕδωρ, air ; dan

πόνος, tenaga ( Liddell, H.G. & Scott, R. (1940))

Pada laporan Gericke, dia mengklaim bahwa hidroponik akan merevolusi

pertanian tanaman dan memicu sejumlah besar permintaan informasi lebih

lanjut. Pengajuan Gericke ditolak oleh pihak universitas tentang penggunaan

greenhouse dikampusnya untuk eksperimen karena skeptisme orang-orang

administrasi kampus. dan ketika pihak Universitas berusaha memaksa dia

untuk membeberkan resep nutrisi pertama yang dikembangkan di rumah, ia

meminta tempat untuk rumah kaca dan saatnya untuk memperbaikinya

menggunakan fasilitas penelitian yang sesuai. Sementara akhirnya ia diberikan

tempat untuk greenhouse, Pihak Universitas menugaskan Hoagland dan Arnon

untuk menyusun ulang formula Gericke, pada tahun 1940, setelah

meninggalkan jabatan akademik di iklim yang tidak menguntungkan secara

politik, dia menerbitkan buku berjudul Complete Guide to Soil less Gardening.

Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam skala kecil sebagai hobi di

kalangan masyarakat Indonesia. Pemilihan jenis tanaman yang akan

dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan, karena tidak

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 6


semua hasil pertanian bernilai ekonomis. Jenis tanaman yang mempunyai nilai

ekonomi tinggi untuk dibudidayakan di hidroponik yaitu:

 Paprika

 Tomat

 Timun Jepang

 Melon

 Terong Jepang

 Selada

2.1.3 Macam-Macam Hidroponik

1. Static solution culture[sunting | sunting sumber]

Static solution culture memiliki pengertian budidaya hidroponik dengan

air statis yang mana airnya diam dan tidak mengalir, merupakan teknik

hidroponik yang akarnya secara terus-menerus akarnya tercelup air yang

diletakkan pada wadah berisi larutan nutrien.

Namun Di Indonesia, Static solution culture lebih dikenal dengan istilah

teknik apung (atau disebut rakit apung) dan sistem sumbu (atau disebut wick

system). Merupakan jenis paling sederhana dari semua jenis hidroponik.

Untuk ukuran wadah larutan dapat berbeda tergantung pada

penggunaan dan ukuran tanaman. Dalam skala kecil (skala rumah tangga

maupun hobby berskala kecil), hidroponik dapat dibuat dengan wadah yang

biasanya dipakai di dalam rumah seperti gelas, toples, ember, ataupun bak air.

Wadah bening dapat di bungkus dengan Aluminium foil, plastik, cat, atau

material lain yang menolak cahaya (membuat cahaya tidak bisa masuk) agar

tidak tumbuh lumut.

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 7


Penutup wadah air dilubangi dan diisi tanaman, disitu dapat diisi satu

atau beberapa netpot tanaman untuk setiap wadah air. Dalam teknik

sumbu sendiri setiap net pot diisi media tanam dan potongan kain yang

menjulur ke bawah yang berfungsi menyerap larutan ke akar tanaman

melalui pipa-pipa kapiler pada kain. Sedangkan dalam teknik apung dapat

menggunakan lembaran gabus yang dilubangi dan disisi pot-pot kecil yang diisi

(media tanam) untuk tanaman yang akarnya tercelup langsung pada wadah air.

Agar larutan nutrien dapat bersirkulasi secara merata, maka perlu

diberi blekutukan dengan mesin penggelembung udara atau

disebut aerator (aerator kecil bisa didapat di toko ikan) ataupun dengan

penggunakan pompa air yang biasa dipakai di aquarium. dalam skala komersial

dapat menggunakan pompa bertenaga medium (yang biasa dipakai untuk

pancuran kolam dan taman).

Tanpa aerator pun masih bisa, namun jika tidak di beri aerator, akan

membuat larutan yang berada di bagian bawah menjadi tidak terserap lantaran

posisi akar berada di atas larutan yang tidak terserap (lantaran air tidak

bersirkulasi), dan juga, akar-pun kurang mendapat asupan oksigen.

Larutan nutrien dapat diganti sesuai jadwal atau sesuai prosedur. Setiap

kali larutan berkurang hingga di bawah tingkat tertentu, maka perlu

menambahkan air atau larutan nutrisi segar sesuai dengan kebutuhan masing-

masing tanaman yang dinyatakan dengan satuan TDS (Total Solid Dissolved)

atau PPM (Part per Million) yang diperlukan.

Dalam budidaya teknik sumbu (wick system) memiliki kendala pada

penurunan volume larutan, untuk mencegah ketinggian larutan nutrien turun di

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 8


bawah akar ataupun sumbu, dapat digunakan keran dengan katup pelampung

bola (yang biasa dipakai di tandon) untuk menjaga ketinggian larutan secara

otomatis. Dalam budidaya larutan rakit apung, tanaman ditempatkan dalam

celah pada lembaran gabus / stereofoam yang mengapung di atas permukaan

larutan nutrisi. Dengan teknik apung, ketinggian larutan tidak akan turun di

bawah akar dan akarpun selalu tercelup pada larutan nutrien.

2. Aeroponik

Aeroponik merupakan sistem yang akarnya secara berkala dibasahi

dengan butiran-butiran larutan nutrien yang halus (seperti kabut). Metode ini

tidak memerlukan media dan memerlukan tanaman yang tumbuh dengan akar

yang menggantung di udara atau pertumbuhan ruang yang luas yang secara

berkala, akar dibasahi dengan kabut halus dari larutan nutrisi. Aerasi secara

sempurna merupakan kelebihan utama dari aeroponik.

Teknik aeroponik telah terbukti sukses secara komersial untuk

perkecambahan biji, produksi benih kentang, produksi tomat, dan tanaman

daun.[7] Karena penemu Richard Stoner mengkomersialkan teknologi aeroponik

pada tahun 1983, Aeroponik telah dilaksanakan sebagai alternatif untuk sistem

pengairan hidroponik secara intensif di seluruh dunia. [8]Kelebihan aeroponik

yang lain yang berbeda dari hidroponik adalah bahwa setiap jenis tanaman

dapat tumbuh (dalam sistem aeroponik yang benar), karena lingkungan mikro

dari aeroponik benar-benar dapat dikontrol. Keunggulan aeroponik adalah

bahwa tanaman aeroponik yang di jeda pembasahannya akan dapat menerima

100% dari oksigen yang ada, dan karbon dioksida pada bagian akar, batang,

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 9


serta daun,[9] sehingga mempercepat pertumbuhan biomassa dan mengurangi

waktu perakaran.

Penelitian NASA menunjukan teknik aeroponik, bahwa tanaman dapat

mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 80% dalam massa berat kering

(mineral penting) dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh pada hidroponik

lain. Aeroponik menggunakan 65% air dari kebutuhan air hidroponik. NASA

juga menyimpulkan bahwa tanaman yang tumbuh dengan aeroponik,

membutuhkan ¼ nutrisi yang digunakan dibandingkan dengan hidroponik

lain [10]. Bercocok tanam dengan Aeroponik menawarkan kemampuan petani

untuk mengurangi penyebaran penyakit dan patogen. Aeroponik juga banyak

digunakan dalam penelitian laboratorium fisiologi tanaman dan patologi

tanaman. Teknik aeroponik mendapat perhatian khusus oleh NASA karena

kabut lebih mudah untuk ditangani daripada menangani cairan di tempat tanpa

gravitasi [11].

Kelebihan lain dari aeroponik ini, kentang dapat dipanen tanpa merusak

jaringan akar pada tanaman sehingga sebuah tanaman dapat dipanen berkali-

kali[12] dan dapat memilih umbi kentang yang siap panen.

2.1.4 Media Tanam

Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan unsur

hara. Pada umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan

penyangga tanaman. Beberapa contoh di antaranya adalah:

 Arang sekam

 Spons

 Expanded clay

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 10


 Rockwool

 Sabut (Coir)

 Perlite

 Batu apung (Pumice)

 Vermiculite

 Pasir

 Kerikil

 Serbuk kayu atau disebut serbuk gergaji

2.1.5 Keuntungan dan Kekurangan Hidroponik

1. Keuntungan Hidroponik

 Tidak membutuhkan tanah

 Air akan terus bersirkulasi di dalam sistem dan bisa digunakan

untuk keperluan lain, misalnya dijadikan akuarium

 Pengendalian nutrisi lebih sederhana sehingga nutrisi dapat

diberikan secara lebih efektif dan efisien

 Relatif tidak menghasilkan polusi nutrisi ke lingkungan

 Memberikan hasil yang lebih banyak

 Mudah dalam memanen hasil

 Steril dan bersih

 Media tanam dapat digunakan berulang kali

 Bebas dari tumbuhan pengganggu/gulma

 Tanaman tumbuh lebih cepat

Untuk keperluan hiasan, pot dan tanaman akan relatif lebih bersih.

Sehingga untuk merancang interior ruangan dalam rumah akan bisa lebih

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 11


leluasa dalam menempatkan pot-pot hidroponik. Bila tanaman yang digunakan

adalah tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur warna yang

dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang dipakai dalam

pelarut nutrisinya.

2. Kekurangan Hidroponik

 Biaya yang diperlukan awal pembuatan relatif mahal

 Ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit

 Memerlukan keterampilan khusus danketelitian

2.2 Teknologi Reproduksi Vertikultur

2.2.1 Pengertian Vertikultur

Istilah Vertikultur berasal dari bahasa Inggris yaitu vertical artinya lurus

atau keatas dan culture artinya budaya, sehingga Vertikultur dapat diartikan

sebagai sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau

bertingkat. Teknik budidaya ini tidak memerlukan lahan yang luas, bahkan

dapat dilakukan pada rumah yang tidak memiliki pekarangan sekalipun.

Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan

memanfaatkan tempat secara efisien. Dari segi estetika, tanaman yang ditanam

secara vertikuktur dapat memberikan nilai keindahan bagi lingkungan sekitar

areal penanaman vertikultur tersebut. Cara bercocok tanam secara vertikultur

ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di ladang.

Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan lebih efisien, artinya jumlah

tanaman yang ditanam dalam sistem Vertikultur lebih banyak dibandingkan

dengan cara konvensional meskipun luas lahan yang digunakan sama. (Andri

Wicaksono, 2016)

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 12


Misalnya aneka tanaman hias yang memiliki warna-warni indah ditanam

secara vertikultur. Dalam perkembangan selanjutnya, teknik vertikultur juga

dimanfaatkan untuk bercocok tanam di pekarangan yang sempit bahkan tidak

memiliki pekarangan sekali pun. Bercocok tanam secara vertikultur sebenarnya

tidak berbeda dengan bercocok tanam di kebun maupun di ladang. Mungkin

sekilas bercocok tanam secara vertikultur terlihat rumit, tetapi sebenarnya

sangat sederhana. Tingkat kesulitannya tergantung dari model yang digunakan.

Model yang sederhana, mudah diikuti dan dipraktekan. Bahkan bahan-bahan

yang digunakan mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan oleh ibu-ibu

rumah tangga.

Seperti apa yang ada dalam pengertian, vertikultur pastinya mempunyai

kelebihan dalam hal mengefisiensi penggunaan lahan karena y ang ditanam

jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem

konvensional, kemudian penghematan pemakaian pupuk dan pestisida,

kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, dapat dipindahkan

dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah

tertentu, mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman, dan adanya atap

plastik memberikan keuntungan mencegah kerusakan karena

hujan, menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi

penguapan. Wah pas sekali untuk kondisi sekolah kami yang semakin sempit

karena bangunan baru dan pas untuk kondisi bumi kita yang sedang

membutuhkan kehijauan.

Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau

perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 13


sebanyak-banyaknya. Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam

tanaman hias.

Di Indonesia, sistem pertanian vertikal baru dikembangkan sejak tahun

1987, sehingga apa yang dijelaskan ini sebagian besar sudah dilakukan pada

kurun waktu itu. Vertikultur diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara

vertikal sehingga penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem

bertingkat. Vertikulrure adalah cara bertanam dalam susunan vertikal keatas

menuju ruang udara bebas, dengan menggunakan tempat media tumbuh yang

disusun secara vertikal pula

Sistem pertanian vertikultur sangat cocok diterapkan di areal perkotaan

yang umumnya memiliki luas areal yang relatif sempit. Menurut Lakitan (1995)

Vertikultur adalah sistem tanam di dalam pot yang disusun/dirakit horisontal dan

vertikal atau bertingkat. Cara tanam ini sesuai diusahakan pada lahan terbatas

atau halaman rumah.

Tujuan untuk memberikan solusi pemanfaatan okarangan rumah

seoptimal mungkin agar dapt memenuhi sebagian kebutuhan pangan secara

mandiri

2.2.2 Jenis-Jenis Vertikultur

Dalam pola tanam vertikultur air hanya dibutuhkan bagi penguapan

(transpirasi) tanaman.(lilies,2003). Berdasarkan bentuk dan cara penempatan

atau penyusunan tanaman, maka sistem bercocok tanam secara vertikultur

dapat dibedakan menjadi 4 model antara lain:

1. Vertiding (Vertikultur di dinding)

2. Vertikultur Gantung

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 14


3. Vertigar (Vertikultur di pagar)

4. Vertirak (Vertikultur di Rak)

2.2.3 Keuntungan dan Kekurangan Vertikultur

1. Keuntungan Vertikultur (http://masfikr.com/vertikultur/)

 Membutuhkan lahan yang sedikit

 Hemat air

 Media tanam dapat disesuaikan dengan kondisi tempat kamu

membuat vertikultur

 Umur tanaman relatif pendek

 Pemeliharaan tanaman yang ditanam lebih mudah

 Dapat dilakukan oleh siapa saja

2. Kekurangan Vertikultur

 Biaya awal pembuatan cukup tinggi

 Hanya bisa dikembangkan hanya beberapa jenis tanaman

2.3 Teknologi Reproduksi Kultur Jaringan Tumbuhan

2.3.1 Pengertian dan Tujuan Kultur Jaringan

Kultur Jaringan adalah membudidayakan jaringan tanaman menjadi

tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya. Kultur Jaringan

diartikan pula dengan memelihara & menumbuhkan organ tanaman (embrio,

tunas, bunga dsb) atau jaringan tanaman (sel, kalus, protoplast) pada kondisi

aseptik

Tujuan dilakukannya kultur jaringan adalah:


1. Memeroleh bibit tanaman baru yang lebih baik

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 15


2. Lebih cepat dabn lebih banyak, dalam waktu yang tidak terlalu lama

dengan anakan yang seragam

3. Memperbanyak tanaman dengan sfat seperti induknya

4. Perbanyakan tanaman denngan teknik ini membuat tanaman bebas dari

penyakit karena dilakukan secara aseptik

5. Penggunaan metode ini sangat ekonomis dan komersial

Kultur jaringan akan lebih besar keberhasilannya bila

menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda,

yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis,

plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil.

Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture.

Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan

mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.

2.3.2 Teknik Kultur Jaringan

Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan

secara vegetatif. Teknik kultur jaringan suatu sel atau irisan jaringan tanaman

yang sering disebut eksplan secara aseptic( in vitro) diletakkan dan dipelihara

dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.

Dengan cara demikian sebaian sel pada permukaan irisan tersebut akan

mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk

dipindahkan kedalam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk

tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan

ini hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus

yang dapat menjadi planlet dalam jumlah yang besar. Pelaksanaan teknik kultur

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 16


jaringan tanaman ini berdasarkan teori sel sperti yang dikemukakan oleh

Schleiden, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan autonom, bahkan

mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan setiap sel,

darimana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan dilingkungan yang sesuai

akan tumbuh menjadi tanaman yang sempurna.

Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat

yang diperlukan terpenuhi :

 Pemilihan eksplan sebagai bahan dasar untuk pembentukan kalus,

syarat –syarat tumbuhan eksplan:

1. Jaringan tersebut sedang aktif pertumbuhanya,diharapkan masih

terdapat zat tumbuh yang masih aktif sehingga membantu

perkembangan jaringan selanjutnya

2. Eksplan yang diambil beerasal dari bagian daun, akar, mata

tunas, kuncup, ujung batang, dan umbi yang dijaga kelestatranya.

3. Eksplan yang diambil dari bagian yang masih muda (bila ditusuk

pisau akan terasa lunak sekali.

 Penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik dan pengaturan

udara yang baik terutama untuk kultur cair.

 Pilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian

meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan

sebagainya. Bila menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai

eksplan, yang perlu diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu

imbibisi, temperatur dan dormansi.

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 17


2.3.3 Media Kultur Jaringan

Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair.

1. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana

nutrisi dicampurkan pada agar.

2. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat

tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.

Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda

komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan

pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro.

Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi

unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Nutrien

yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media

dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media

MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan

pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara

ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel

secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.

Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan

parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan

berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun

pada lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 18


dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas

pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.

2.3.4 Keuntungan dan Kerugian Kultur Jaringan

1. Keuntungan kultur jaringan adalah sebagai berikut:

 mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu

yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi

sama persis dengan induknya.

 memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul

 jumlah yang dihasilkan banyak, tidak terbatas

 bibit terhindar dari hama penyakit

 perbanyakan tumbuhan/kultur jaringan dapat dilakukan secara

cepat dan hemat waktu

 Pengadaan bibit tidak tergantung musim

 Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak

 Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah

2. Kuntungan Kultur Jaringan dalam Budidaya Buah:

 Ukuran buah yang di hasilkan ukuranya seragam

 Rasanya seragam

 warnanya menarik dan memiliki sifat menguntungkan lainya

3. Kerugian Kultur Jaringan dalam Budidaya Buah

 Tidak dapat merubah tanaman atau buah yang dihasilkan

 Dalam kultur sel hewan, tidak dapat menghasilkan individu baru

kecuali kultur embrio

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 19


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Teknologi reproduksi Hidroponik merupakan cara penanaman tumbuhan

dengan menggunakan larutan nutrisi dan mineral dalam air dan tanpa

menggunakan tanah

2. Vertikultur merupakan teknik budidaya tanaman dengan cara membuat

instalasi secara bertingkat (vertikal) dengan tujuan meningkatkan jumlah

tanaman

3. Kultur jaringan tumbuhan merupakan cara atau metode perbanyakan

tumbuhan dengan cara mengambil suatu bagian dari tanaman (sel,

jaringan, sekelompok sel, atau organ)

3.2 Saran

Dalam mengembangkan budidaya tanaman, beberapa jenis teknologi

dapat kita gunakan . bagi masyarakat perkotaan dimana lahan semakin sempit

dapat memilih teknologi reproduksi pada tumbuhan seperti yang telah diuraikan

sebelumnya.

Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan Page 20

Anda mungkin juga menyukai