JUDUL :
Diusulkan Oleh :
1) Judul Penelitian
Arahan Lokasi Fasilitas Pendukung Kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Di Kota Batu.
1
2) Latar Belakang
Koridor Jalan Sudiro merupakan salah satu tempat di Kota Batu yang
sering dikunjungi oleh para wisatawan dari luar Kota
Batu maupun dari masyarakat Kota Batu itu sendiri.
Karena di koridor Jalan Sudiro Kota Batu ini terdapat
kurang lebih 50 (lima puluh) tenda-tenda yang mana di
dalamnya menjajakan berbagai macam makanan dan
Gambar 1.1
jajanan, misalnya ayam goreng, angsle dan lain-lain.
Koridor Jalan Sudiro
Oleh karena itu dengan melihat hal-hal tersebut maka
koridor Jalan Sudiro ini mempunyai nilai positif yang mana di dalamnya sangat
mendukung wisata kuliner.
Sehingga kalau ada yang datang ke Kota Batu khususnya masyarakat yang
dari luar Kota Batu tidak lengkap rasanya kalau tidak mengunjungi ”Pasar
Senggol” orang Batu menyebut pedagang kaki lima (PKL) yang ada di koridor
Jalan Sudiro tersebut. Sehingga dengan keadaan yang seperti itu maka secara
otomatis ”Pasar Senggol” tersebut bisa menjadi landmark dari Kota Batu
meskipun Kota Batu juga mempunyai alun-alun sebagai landmarknya.
Selain itu hal tersebut akan menyebabkan pendapatan pedagang kaki lima
(PKL) yang terus meningkat dengan adanya kegiatan pedagang kaki lima (PKL)
di koridor Jalan Sudiro tersebut, kegiatan yang ada di dalamnya juga bisa
menampung lapangan kerja yang sangat luas dan tidak terbatas karena secara
otomatis dengan adanya kegiatan pedagang kaki lima di koridor Jalan Sudiro
tersebut sudah menyedot, menampung, mempekerjakan orang-orang yang mau
bekerja sebagai penjual dan penjaja makanan di dalamnya, baik sebagai pelayan
atau juru parkir dan lain sebagainya. Sehingga dengan hal tersebut pemerintah
Kota tidak perlu repot lagi didalam mengatasi masalah pengangguran, karena
dengan adanya hal ini bisa mengurangi pengangguran tenaga kerja yang ada di
Kota Batu.
Tetapi selain itu dengan kemunculan pedagang kaki lima (PKL) yang
berdagang di koridor Jalan Sudiro, lokasi penempatan gerobak-gerobak atau
tenda-tenda setelah para pedagang berdagang yang sembarangan bahkan
cenderung memakan bibir jalan sangat mengganggu keindahan atau estetika
bahkan citra Kota Batu yang bersih, belum lagi masalah limbah atau sampah.
2
puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan
kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Kalau dahulu
sebutannya adalah pedagang emperan jalan, lama -lama berubah menjadi
pedagang kaki lima.
b) Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pedagang kaki lima (PKL) sendiri memiliki banyak makna, ada yang
mengatakan term “PKL” berasal dari orang yang berjualan dengan menggelar
barang dagangannya dengan bangku/meja yang berkaki empat kemudian jika
ditambah dengan sepasang kaki pedagangnya maka menjadi berkaki lima
sehingga timbullah julukan pedagang kaki lima.
Tak hanya itu saja, ada juga yang memaknai pedagang kaki lima (PKL)
sebagai pedagang yang menggelar dagangannya di tepi jalan yang lebarnya lima
kaki (5 feet ) dari trotoar atau tepi jalan.
Ada pula yang memaknai pedagang kaki lima (PKL) dengan orang yang
melakukan kegiatan usaha berdagang dengan maksud memperoleh penghasilan
yang sah, dan dilakukan secara tidak tetap dengan kemampuan yang terbatas,
berlokasi di tempat atau pusat-pusat keramaian.
Harus diakui juga memang benar bahwa PKL melakukan suatu perbuatan
pelanggaran terhadap ketentuan yang ada didalam perda. Akan tetapi pemerintah
juga telah melakukan suatu perbuatan kejahatan ketika ia melakukan pengrusakan
atas hak milik barang dagangan PKL, dan pemerintah juga harus mengganti
kerugian atas barang dagangan PKL yang dirusak.
Pemerintah belum pernah memberikan suatu jaminan yang pasti bahwa
ketika para PKL ini di gusur, mereka harus berjualan di tempat seperti apa.
Jangan-jangan tempat yang dijadikan relokasi para PKL tersebut, ternyata
bukanlah suatu pusat perekonomian. Sekarang ini penguasaan pusat kegiatan
perekonomian justru di berikan pada pasar-pasar hipermart atau pasar modern
dengan gedung yang tinggi serta ruangan yang ber AC. Para pedagang kecil hanya
mendapatkan tempat pada pinggiran-pinggiran dari kegiatan perekonomian
tersebut.
8) Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara peneliti untuk melakukan suatu
penelitian agar tercapai tujuan yang diinginkan. Didalam metode penelitian ini
terdapat tahapan penelitian seperti pendekatan studi, tahapan pengumpulan data
yang terdiri dari survey primer dan survey sekunder.
a) Metode Pendekatan studi
Metode pendekatan studi yang digunakan adalah :
Identifikasi variabel-variabel amatan sebagai data untuk menentukan
arahan lokasi fasilitas untuk pedagang kaki lima (PKL) dikoridor jalan
Sudiro Kota Batu.
Deskriptif analisa yaitu mengkaji data-data yang dikumpulkan berupa
variabel-variabel amatan dari hasil kuesioner serta wawancara sebagai
masukan utama yang kemudian dianalisa berdasarkan landasan teori yang
digunakan sehingga diperoleh suatu gambaran sebagai formulasi arahan
lokasi fasilitas pendukung pedagang kaki lima (PKL) untuk mengangkat
citra pedagang kaki lima (PKL) dan estetika citra kota.
b) Tahap Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data (survey) dilakukan dengan dua cara yaitu
survey primer berupa pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
(penyebaran kuisioner), dan survey sekunder, berupa pengambilan data di
instansi-instansi terkait lainnya yang ada di lokasi studi.
Survey primer :
1. Metode Observasi.
9
9) Daftar Pustaka
Black A. James & Champion Dean J. Metode dan Masalah Penelitian Sosial.
Refika Aditama. Bandung 1999.
Haryadi & Setiawan B, Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. P3SL Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdikbud. Yogyakarta. 1995.
Kamisa. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Penerbit Kartika
Surabaya. 1997.
11