Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Formalin adalah salah satu jenis pengawet yang sering disalah gunakan dan

secara hukum dilarang keras digunakan untuk mengawetkan produk pangan.

Ironisnya, formalin ini sangat mudah ditemukan dengan harganya yang murah,

sehingga sering digunakan oleh produsen dan pedagang tahu untuk mengawetkan

produknya. Hal ini menyebabkan keresahan dan kecemasan di masyarakat

mengingat efek samping konsumsi formalin dapat membahayakan kesehatan

(Puspasari dan Hadijanto, 2014).

Formalin adalah senyawa formaldehida dalam air dengan konsentrasi rata-

rata 37% dan metanol 15% dan sisanya adalah air. Formalin bukan pengawet

makanan tetapi banyak digunakan oleh industri kecil untuk mengawetkan produk

makanan karena harganya yang murah sehingga dapat menekan biaya produksi,

dapat membuat kenyal, utuh, tidak rusak, praktis dan efektif mengawetkan

makanan (Widowati & Sumyati, 2006).

Larangan penggunaan formalin sebagai bahan tambahan makanan telah

tercantum dalam Permenkes RI No.033 tahun 2012, tentang Bahan Tambahan

Pangan, pada Lampiran II tentang bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP.

Kontaminasi formaldehida dalam bahan makanan sangat membahayakan tubuh.

Formaldehida dapat menyebabkan kanker saluran pernapasan dan meningkatkan

resiko leukimia. International Agency for Research on Cancer (IARC)

mengklasifikasikan formaldehida ke dalam kelompok 1 (carcinogenic to humans)

(IARC, 2006).
Dalam pengujian formalin kali ini digunakan sampel ikan asin (tongkol)

dimana sampel ikan tongkol yang akan dianalisis didestilasi terlebih dahulu,

kemudian sebelum sampel diuji kuantitatif dilakukan penambahan asam

kromotrofat dan H2SO4 terlebih dahulu, kemudian sampel dipanaskan. Berikut

merupakan reaksi antara formaldehida dengan asam kromotropat menghasilkan

senyawa p-quinoidal.

Gambar 1: reaksi antara formaldehida dengan asam kromotropat menghasilkan senyawa

p-quinoidal

Setelah itu dilakukan uji kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri,

dimana setelah dilakukan uji diperoleh bahwa kadar formalin dalam sampel ikan

tongkol yang diperoleh memiliki nilai absorbansi yang negatif sehingga didapat

kadar formalin dalam sampel yaitu…..

Hal ini dapat disebabkan karena formaldehid mudah bereaksi dengan protein

pada ikan tongkol sehingga ketika formaldehid ditambahkan ke dalam ikan


tongkol, formalindehid akan segera berikatan dengan protein mulai dari

permukaan hingga terus meresap ke dalam ikan (Sudin, 2007) dan tidak

terkstraksii dengan air suling. Selain itu formalin merupakan larutan yang mudah

menguap. Selain itu kesempurnaan reaksi pembentukan senyawa kompleks dapat

menyebabkan kadar formaldehid yang diperoleh kembali lebih rendah.

Daftar Pustaka

Sudin, A., 2007. Formalin Bukan Formalitas. Bulletin Charoen Pokphand Nomor

73/ Tahun VII.

IARC. 2006. IARC monographs on the evaluation of carcinogenic risks to

humans: Formaldehyde, 2-Butoxyethanol and 1-tert-Butoxypropan-2 ol.

Vol. 88. Lyon: WHO.

Widowati W., Sumyati. 2006. Pengaturan tata niaga formalin untuk melindungi

produsen makanan dari ancaman gulung tikar dan melindungi

konsumen dari bahaya formalin. Pemberitaan Ilmiah Percikan, 63, 33-

40.

Puspasari, G., dan Hadijanto, K., 2014, Uji Kualitas Formalin dalam Tahu Kuning

di Pasar “X” Kota Bandung, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai