Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut penelitian yang telah dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
(2007) di berbagai negara menunjukkan, sebesar 20-30 % pasien yang datang ke
pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling
sering adalah kecemasan dan depresi.
Secara umum gangguan jiwa yang sering muncul adalah skizofrenia.
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah. (Stuart, 2007, hlm 240)
Perilaku yang muncul pada pasien skizofrenia adalah isolasi dan menarik diri
dari hubungan sosial, harga diri rendah, ketidaksesuaian sosial, tidak tertarik dengan
aktivitas rekreasi, kerancuan identitas gender, menarik diri dari orang lain yang
berhubungan dengan stigma, penurunan kualitas hidup. (Stuart, 2007, hlm. 241)
Untuk menyikapi masalah diatas, perawat yang berhubungan langsung dengan
pasien harus melaksanakan perannya secara profesional serta dapat
mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan yang diberikannya secara alamiah.
Prinsip penatalaksanaan asuhan keperawatan tersebut antara lain: membina hubungan
saling percaya, membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial, melatih pasien
cara-cara berkenalan dengan orang lain secara bertahap, inventarisir kelebihan pasien
yang dapat dijadikan motivasi untuk membangun kepercayaan diri pasien dalam
bergaul, libatkan pasien dalam interaksi dan terapi kelompok secara bertahap.
(Yosep, 2009, hlm 232-234)
Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka penulis tertarik untuk menelaah
lebih dalam tentang penanganan pasien dengan isolasi sosial dan memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif kepada pasien khususnya di ruang Elang Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan asuhan keperawatan yang
diberikan dapat membantu pasien untuk memulai kembali berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain.

1
1.2. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Definisi Isolasi Sosial
2. Menjelaskan Tanda Gejala Isolasi Sosial
3. Menjelaskan Pathway Isolasi Sosial
4. Menjelaskan Rentang Respon Isolasi Sosial
5. Menjelaskan Faktor Presisposisi dan Presitipasi
6. Menjelaskan Psikofarmaka dan Penatalaksanaan Medis Lainnya
7. Menjelaskan Pohon Masalah Isolasi Sosial
8. Menjelaskan Rencana Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
9. Menjelaskan Komunikasi Terapeutik Isolasi Sosial
10. Menjelaskan Penatalaksanaan Terapi Modalitas Isolasi Sosial
1.3. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Defini Isolasi Sosial?
2. Apa Saja Tanda Gejala Isolasi Sosial?
3. Bagaimana Pathway Isolasi Sosial?
4. Bagaimana Rentang Respon Isolasi Sosial?
5. Bagaiman Faktor Presisposisi dan Presitipasi?
6. Apa Saja Psikofarmaka dan Penatalaksanaan Medis Lainnya?
7. Bagaimana Pohon Masalah Isolasi Sosia?
8. Bagaimana Rencana Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial?
9. Bagaimana Komunikasi Terapeutik Dengan Pasien Isolasi Sosial?
10. Apa Saja Penatalaksanaan Terapi Modalitas Isolasi Sosial?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpesonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi sesorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,2000)

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan


mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. (Dalami dkk, 2009)

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpesonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
berhubungan. (Videbeck,2009)

2.2. Tanda dan Gejala

1. Gejala Menurut Teori


1) Gejala Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
b. Klien merasa tidak aman berada dengan oranglain.
c. Respon verbal kurang dan sangat singkat.
d. Klien menyatakan hubungan yang tidak berarti dengan oranglain.
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa di tolak
2) Gejala Objektif
a. Klien banyak diam dan tidak mau berbicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar

3
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis ( acuh terhadap lingkungan )
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urine dan feses
o. Aktifitas menurun
p. Kurang energi (tenaga)
q. Rendah diri
r. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/ janin (khususnya pada
posisi tidur)
2. Gejala Yang Terdapat Pada Kasus
1) Gejala Subjektif
a. Klien merasa tidak berguna
2) Gejala Objektif
a. Klien banyak diam dan tidak mau banyak bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri dikamar
d. Kontak mata kurang
e. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
f. Ekspresi wajah kurang berseri
g. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
h. Mengisolasi diri
i. Aktivitas menurun
j. Postur tubuh berubah, misalnya sikap petus/janin (ksususnya pada
posisi tidur)

4
2.3. Pathway

PATHWAY ISOLASI SOSIAL

SSP

Cerebrum

Antidepresan Batang Otak

Hemisfer Kanan Hemisfer Kiri Sinaps


MAO => TD

Parasinaps
Pusat Berfikir logis,
berfikir Frontalis pusat mengontrol NE, E, S, D
analitik tubuh NE

Serotonin
Mengantur Dopamine
Mood
Tritopan Menginhibisi NE
Motivasi
Menekan nafsu Berkurang
makan berkurang
Asam amino yang Ansietas pada klien
dihasilkan dari Skizofrenia
makanan Disfungsi Frontalis

Apatis
NE Membuka Gagal memberikan
Umpan balik

Depresi
Hipotalamus
Tidak mampu
berinteraksi
Menarik Diri
Agresif

Menarik Diri
ISOS
PERILAKU
KEKERASAN
ISOS
5
2.4. Rentang Respon

1. Rentang Respon Menurut Teori


Menurut Stuart Sundeen rentang respon klien ditinjau dari interaksinya dengan
lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang anatar respons
adaptif dengan maladaptip sebagai berikut :

Respon adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri otonomi Merasa sendiri Menarik diri


bekerjasama depedensi curiga ketergantungan
interdependen menipulasi curiga

1) Respon Adaftif
Respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum serta masih dalam batas normal dalam
menyelesaikan masalah.
a. Menyendiri : Respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
b. Otonomi : Kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama : Kemampuan indivu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
d. Interdependen : Saling ketergantungan antara individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpesonal.
2) Respon Maladaptif
Respons yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial.
Yang termasuk respons maladaptif adalah :
a. Menarik diri : Seseorang yang mengalami kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan : Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
diri secara tergantung dengan orang lain.

6
c. Manipulasi : Sesorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
d. Curiga : Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap
orang lain.
2. Rentang Respon Yang Terdapat Pada Kasus
Rentang respon yang terdapat pada kasus yaitu maladaftif yang mana adalah
respon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial, yang
termasuk respons maladaftif dalam kasus ini adalah :
1) Menarik diri : Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain
2) Ketergantungan : Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain
3) Curiga : Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain

2.5. Faktor Presisposisi dan Presitipasi

1. Faktor Menurut Teori


1) Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku
isolasi sosial :
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari
masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang
sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem
keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya
menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stres keluarga.
Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial
menarik diri.

7
b. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial
maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan.
Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung kedekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat
yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit
kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan
sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor
lain yang berkaitan dengan gangguan ini (stuart dan sundeen,
1998)
2) Faktor Presitipasi
Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat
menentukan alam perasaan adalah :
a. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang di bayangkan,
termasuk kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau
harga diri, karena elemen aktual dan simbolikmelibatkan konsep
kehilangan, maka konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat
penting.
b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai
pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap
masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan
menyelesaikan masalah.
c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi
depresi terutama pada wanita.
d. Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan sebagai
penyakit fisik seperti infeksi, meoplasma dan gangguan

8
keseimbangan metabolik dapat mencetus gangguan alam perasaan.
(Stuart, 1998)
3) Faktor Lain
a. Faktor genetik dianggap mempunyai transmin gangguan efektif
melalui riwayat keluarga atau keturunan.
b. Teori agresi menyerang kedalam menunjukan bahwa depresi
terjadi karena perasaan marah yang ditunjukan pada diri sendiri.
c. Teori kehilangan objek merasakan kepada perpisahan traumatik
individu dengan benda atau yang sangat berarti.
d. Teori organisasi kepribadian mengenai bagian konsep yang negatif
dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan penilaian
seseorang terhadap dirinya.
e. Metode kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah
kogniti yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap
diri dunia seseorang di masa depan seseorang.
f. Metode ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa
semata-matab treauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan
bahwa seseorang tidak mampu mengendalikan terhadap hasil yang
penting dalam kehidupannya. Oleh karena itu dia menolak respon
dan adaptif.
g. Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial yang
mengasumsikan keinginan penyebab depresi terlacak pada
kerangka keinginan posistif dalam berinteraksi dengan
lingkungan.
h. Metode biologi menguraikan peubahan kimia dalam tubuh terjadi
selama masa depresi, termasuk depresi kata koloni, disfungsi
endoktrim dan variasi periodik serta irama biologis.
2. Faktor Yang Terdapat Pada Kasus
1) Faktor Predisposisi
a. Klien dibenci keluarganya
b. Klien ingin menjadi TNI tetapi tidak tercapai
c. Sejak kecil klien sering di bully, direndahkan dan disalahkan
orang tuanya

9
d. Klien pernah mendapat cacian dari teman-temannya sejak kecil
karena memiliki tubuh pendek
e. Orang tua klien bercerai sehingga klien tidak pernah mendapatkan
perhatian dan keharmonisan keluarga
2) Faktor Presitipasi
a. Kontak mata kurang
b. Apatis
c. Klien tampak sedih
d. Klien tidak banyak bicara
e. Klien tidak mau mengikuti kegiatan
f. Ekspresi datar
g. Klien lebih banyak menghabiskan waktu berdiam diri dikamar
h. Tidak mampu menerima realitas
i. Klien tidak mampu berkonsentrasi
j. Tidak dapat membuat keputusan
k. Klien merasa tidak berguna dan tergantung pada orang tuanya
l. Sikap bermusuhan dan penuh curiga
m. Selalu senyum sendiri dan tertawa

2.6. Psikofarmaka dan Penatalaksanaan Medis Lainnya

1. Nitrazepam
1) Dosis
1 mg, dengan dosis ini dapat dikendalikan 50% dari pasien spasme
infantil
2) Efek
Hipersekresi lendir pada saluran nafas, gangguan terhadap sistem saraf
pusat terutama berupa gejala latergi ataksia
3) Indikasi
Insomnia, gangguan tidur dengan berbagai sebab (penggunaan jangka
pendek).
4) Kontraindikasi
a. Depresi pernapasan
b. Miastenia gravis
c. Kondisi fobi atau obsesi

10
d. Pikosis kronik
e. Gangguan hati berat

2. Laroxyl
1) Dosis
25 mg-300 mg/oral/hari
2) Efek
Pengeluaran keringat berlebihan yang bertentangan dengan efek atrofin
obat ini harus hati-hati digunakan pada pasien glukoma atau hipertropi
prostat. Obat ini menyebabkan lemah dan lelah, pada pasien lanjut usia
sering kali menderita pusing hipertensi, postural, sembelit, sukar
berkemih, edema, dan tremor.
3) Indikasi
Pasien denga gejala-gejala utama depresi terutama bila berkaitan dengan
kecemasan, tegang, atau kegelisahan
4) Kontraindikasi
a. Penderita dengan riwayat aritmia, infark jantung, kelainan jantung
bawaan
b. Penderita yang peka terhadap antidepresan trisklik

2.7. Pohon Masalah

Resiko Gg.Persepsi
Sensori : Halusinasi

Isolasi sosial Defisit Perawatan


Diri

Gg. Konsep Diri : Harga


Diri Rendah

Mekanisme koping in
efektif

Penolakan

11
2.8. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur :
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Alamat :-
Tanggal masuk RS :-
Tanggal Pengkajian :-
No Medrek :-
Diagnosa Medis : Isolasi Sosial

2. Riwayat Kesehatan
Klien Tn.R diantar keluarga ke Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan dibenci
keluarga. Berdasarkan hasil pengkajian perawat, TD 110/70 mmHg. Kontak mata
kurang, apatis, klien tampak sediih, ekspresi datar, tidak banyak bicara, dan tidak
mau mengikuti kegiatan dan klien lebih banyak menghabiskan waktu berdiam
diri dikamar.
3. Riwayat Gangguan Jiwa
Tiga tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien pernah merusak barang
dirumahnya karena kesal. Mata melotot, tangan mengepal. Pasien dibawa ke
rumah sakit jiwa pada tahnun 2002.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum , kesadaran , dan TTV
1) Keadaan umum : Kontak mata kurang, apatis, klien tampak
sediih, ekspresi datar, tidak banyak bicara, dan tidak mau mengikuti
kegiatan dan klien lebih banyak menghabiskan waktu berdiam diri
dikamar.
Kesadaran : Compos Metis
2) Tanda-tanda vital

12
Tek.darah posisi duduk : 110/70 mmHg
Tek. Darah posisi berdiri : 110/70 mmHg
Tek. Darah posisi tidur : 110/70 mmHg
Nadi :-
Respirasi : 26/menit
Suhu :-
3) Berat badan dan tinggi badan
BB :-
TB :-
b. Kardiovaskuler :-
c. Respirasi :-
d. Integument :-
e. Gastrointestinal :-
f. Persyarafan :-
g. Haemopoitik :-
h. Endokrin :-
i. Pengindraan :-
j. Musculoskeletal :-

5. Psikososial
a. genogram

6. Konsep Diri
a. Gambaran diri :
b. Identitas diri : Dengan usia 22 tahun klien belum menikah, klien dibenci
keluarga, klien ditolak menjadi TNI
c. Peran diri : Klien sebagai anak

13
d. Ideal diri :
e. Harga diri :
7. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok:
c. Hambatan dalam berhubungan :
8. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
b. Kegiatan ibadah :
9. Status mental
a. Penampilan : Pakaian klien tampak kotor, rambut penuh
ketombe
b. Pembicaraan : Klien tidak banyak bicara
c. Aktifitas motoric : Tidak mau mengikuti kegiatan, klien banyak
menghabiskan waktu berdiam diri dikamar
d. Alam perasaan : Klien tampak sedih
e. Afek :
f. Interaksi saat wawancara : Kontak mata kurang, ekspresi wajah datar
g. Kemampuan pemikiran :
h. Daya titik diri :
10. Persiapan Pasien Pulang
a. Rencana tinggal :
b. Makan :
c. BAB/BAK :
d. Mandi :
e. Berpakaian/berhias :
f. Istirahat tidur :
g. Persepsi :
h. Proses pikir dan isi piker
i. Tingkat kesadaran :
j. Memori :
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung :
l. Penggunaan obat :

14
11. Mekanisme Koping :
12. Masalah Psikososial dan Lingkungan :
13. Pengetahuan Kurang Tentang :

Analisa Data

NO DATA MASALAH
1. Klien datang diantar keluarga dengan Isolasi Sosial
keluhan dibenci keluarga. Berdasarkan
hasil pengkajian perawat, TD 110/70
mmHg. Kontak mata kurang, apatis, klien
tampak sediih, ekspresi datar, tidak banyak
bicara, dan tidak mau mengikuti kegiatan
dan klien lebih banyak menghabiskan
waktu berdiam diri dikamar.
2. Data keluarga menunjukan sejak kecil ia Harga Diri Rendah
selalu menerima komentar negatif
(Bullying), merendahkan dan menyalahkan
anak. Klien pernah mendapatkan cacian
dari teman-teman sejak kecil, karena
dianggap pendek Awalnya ia ingin
menjadi TNI tetapi badannya pendek, klien
memiliki Self Ideal tinggi tidak mampu
menerima realitas, tidak mampu
berkonsentrasi dan membuat keputuan,
selalu merasa tidak berguna dan tergantung
orang tuanya.
3. Sikap klien acuh, pakaian klien tampak Defisit Perawatan Diri
kotor, rambut penuh ketombe.

Diagnosa
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Defisit perawatan diri

15
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi sosial Pasien mampu : Setelah pertemuan ... SP 1 (Tgl.....)
1. Menyadari pasien mampu : 1. Identifikasi
penyebab 1. Membina penyebab
isolasi sosial hubungan 2. Tanyakan
2. Dapat saling percaya kentungan dan
berinteraksi 2. Menyadari kerugian
dengan orang penyebab berinteraksi
lain isolasi sosial, dengan orang lain
keuntungan 3. Latih berkenalan
dan kerugian
berinteraksi SP 2 (Tgl.....)
dengan orang 1. Evaluasi Sp 1
lain 2. Latih
3. Melakukan berhubungan
interaksi sosial secara
dengan orang bertahap
lain secara 3. Masukan dalam
bertahap jadwal kegiatan
pasien

SP 3 (Tgl.....)
1. Evaluasi Sp 1 dan
2
2. Latih cara
berkenalan
dengan 2 orang
atau lebih
3. Masukan jadwal
kegiatan pasien

16
2.9. Komunikasi Terapeutik
Strategi Pelaksana 1

No Fase Pembagian Fase Isi


1. Fase a. Salalm Terapeutik Assalamualaikum Wr.Wb Ny. W,
Orientasi perkenalkan nama saya perawatD,
saya senang di panggil D, nama
ibu siapa? Senang dipanggil
siapa? Saya adalah perawat
ruangan ini yang akan merawat
Ny.W
b. Evaluasi atau Validasi Bagaimana perasaan Ny.W hari
ini?Apa tidur semalam
nyenyak?Apa keluhan Ny.W hari
ini?
c. Kontrak
1) Topik Bagaimana kalau kita berbincang-
2) Waktu bincang mengenai perasaan Ny.
3) Tempat W dan tentang keluarga dan
teman Ny. W? Mau berapa lama
Ny, w kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 30 menit
Ny.W?
Ny.W mau dimana kita bercakap-
cakapnya? Apa disini saja?
2. Fase Kerja (jika klien baru masuk)
Ny. W sama siapa saja tinggal
serumah? Siapa yang paling dekat
dengan Ny. W? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan Ny.W?
Apa yang membuat Ny. W jarang
bercakap-cakap dengannya?
(jika klien sudah lama di rawat)
Apa yang Ny. W rasakan selama

17
di rawat disini? O.. Ny.W merasa
sendirian? Siapa saja yang Ny. W
kenal diruangan ini?Apa saja
kegiatan yang biasa Ny. W
lakukan dengan teman yang Ny.
W kenal? Apa yang menghambat
Ny.Wdalam berteman atau
bercakap-cakap dengan klien
yang lain?Menurut Ny. W apa
saja keuntungannya kalau kita
mempunyai teman? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap.
Apalagi? (sampai klien
menyebutkan beberapa), nah
kalau kerugiannya tidak
mempunyai teman apa Ny. W?ya
apa lagi? (sampai klien
menyebutkan beberapa).jadi
banyak juga ruginya tidak punya
teman ya.kalau begitu ingin kah
Ny. W bergaul dengan orang
lain.Bagus.
Bagaimana kalau sekarang kita
belajar berkenalan dengan orang
lain, caranya untuk berkenalan
dengan orang lain kita sebutkan
dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita sukai asal
kita dan hobi. Contoh : Nama
saya Ny. W, senang dipanggil W
asal saya dari Padang, Hobi
memasak. Ayo Ny.W di coba!
Misalnya saya belum kenal

18
dengan Ny. W coba berkenalan
dengan saya. Bagus Ny. W.
Setelah Ny. W berkenalan dengan
orang tersebut Ny. W bisa
melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangnkan
Ny.W bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan dan
sebagainya.
3. Fase a. Evaluasi respon klien Bagaimana perasaan Ny.W
Terminasi terhadap tindakan setelah kita berbincang-bincang?
keperawatan (Evaluasi Bisa Ny.W coba ulangi kembali
subjektif & (Evaluasi cara berkenalan dengan satu
Objektif) orang ke teman diruangannya.
b. Rencana tindak lanjut Ny. W kegiatan hari ini kita
c. Kontrak yang akan datang masukan ke jadwal hari ini kita
1) Topik masukan ke jadwal harian, Tanda
2) Waktu M (mandiri) kalau Ny. W lakukan
3) Tempat tanpa disuruh, tulis B (Bantuan)
jika diingatkan bisa melakukan,
dan T ( tidak) melakukan. Ny. W,
ingin berapa kali Ny.W
melaksanakannya?Bagus Ny.W
Topik bagaimana kalu besok kita
berjumpa lagi Ny.W membahas
cara berkenalan 2 sampai 3 orang
dalam satu kegiatan.
Bagaimana setelah senam pagi
jam 10 Ny.W?
Tempatnya disini saja
Ny.W?sampai jumpa besok Ny.W

19
Strategi Pelaksana 2

1. Mengevaluasi kegiatan sebelumnya SP 1 (berkenalan dengan satu orang)


2. Melatih klien berkenalan 2-3 orang dalam 1 kegiatan
3. Memasukan ke jadwal kegiatan harian

No Fase Pembagian Fase Isi Komunikasi


1. Fase a. Salam Terapeutik Selamat pagi bu. Apa masih ingat dengan
Orientasi saya?
b. Evaluasi atau Bagaimana perasaan Ny. W hari ini? Apa
Validasi tidur semalam nyenyak? Masih ingat Ny.
W cara berkenalan coba Ny. W ulangi
lagi, bagus Ny. W. Apa Ny. W sudah
bercakap-cakap dengan teman di ruangan
ini? (jika jawaban klien ya, maka SP bisa
dilanjutkan)
Bagaimana perasaan Ny.W setelah
bercakap-cakap dengan temannya
diruangan. Bagus Ny. W menjadi senang
karena punya teman lagi.
c. Kontrak Baiklah Ny. W sesuai kontrak kita
1) Topik kemarin, hari ini kita berkenalan dengan
2) Waktu 2-3 orang dalam 1 kegiatan?
3) Tempat Kita berbincang-bincang selama 30
menit, ya Ny. W?
Kita berbincang-bincang disini saja Ny.
W?
2. Fase Kerja Baiklah Ny. W pada hari ini saya akan
mengajarkan cara berkenalan dengan 2-3
orang dalam satu kegiatan.
Apa Ny. W sering mengikuti kegiatan
TAK atau kegiatan lainnya? Bagus Ny. W
kalau kita mengikuti kegiatan, sebelum
kegiatan dimulai kita perkenalan dulu

20
sebutkan nama, senang dipanggil apa,
tempat tanggal lahir, dan hobi, setelah itu
Ny. W juga tanya hal yang sama dengan
teman dalam mengikuti kegiatan bersama
Ny. W mari kita kumpul bersama teman,
Ny. W bisa lihat saya, coba Ny. W
lakukan bagaimana kita berkenalan dalam
mengikuti kegiatan, bagus Ny. W.
3. Fase a. Evaluasi respon Bagimana perasaan Ny. W setelah kita
Terminasi klien terhadap melakukan cara berkenalan dalam 1
tindakan kegiatan?
keperawatan Bisa Ny. W coba ulangi kembali cara
(Evaluasi Subjektif berkenalan dalam ! kegiatan, bagus Ny.
& Evaluasi W.
Objektif)
b. Rencana tindak Ny. W kegiatan hari ini kita masukan ke
lanjut jadwal harian, mau berapa kali dalam
sehari Ny. W mempraktekan cara
berkenalan dalam kegiatan?nanti
dilakukan ya Ny. W
c. Kontrak yang akan Baiklah kalu begitu Ny. W sampai disini
datang dulu pertemuan kita. Untuk pertemuan
1) Topik selanjutnya, kita ketemu besok saya akan
2) Waktu mengajarkan Ny. W cara berkenalan 4-5
3) Tempat orang dalam 2 kegiatan.
Ny. W mau jam berapa? Bagaimana
besok jam 09.00 WIB Ny. W?
Ny. W mau dimaan? Disini saja ya
Ny. W baiklah sampai jumpa besok

21
Strategi Pelaksana 3 (Melatih klien berkenalan dengan 4-5 orang dalam 2
kegiatan)
1. Mengevaluasi kegiatan sebelumnya
2. Melatih klien berkenalan dengan 4-5 orang dalam 2 kegiatan
3. Memasukan ke jadwal kegiatan harian
No Fase Pembagian Fase Isi komunikasi
1. Fase a. Salam Terapeutik Selamat pagi bu.
Orientasi
b. Evaluasi atau Bagaimana perasaan Ny. W hari
Validasi ini? Apa tidur semalam nyenyak?
Apa Ny. W sudah ada bercakap-
cakap dengan teman diruangan
ini? Coba Ny. W ulangi lagi cara
berkenalan 2-3 orang dalam 1
kegiatan, bagus Ny. W.
c. Kontrak Baiklah Ny. W sesuai kontrak kita
1) Topik kemarin, hari ini kita berkenalan
2) Waktu dengan 4-5 orang dalam 2
3) Tempat kegiatan?
Kita latihannya selam 30 menit,
ya.
Tempatnya disini saja ya.
2. Fase Kerja “baiklah Ny. W hari ini saya akan
mengajarkan cara berkenalan
dengan 4-5 orang dalam 2
kegiatan. Cara ini hampir sama
dengan cara berkenalan 2-3 orang
yang kemarin kita bahas. Apa Ny.
W sering mengikuti kegiatan,
sebelum kegiatan lainnya? Bagus
Ny. W jadi kalau kita mengikuti
kegiatan, sebelum kegiatan
dimulai kita perkenalan dulu

22
sebutkan nama,senang dipanggil
apa, tempat tanggal lahir dan hobi,
setelah itu nanti Ny. W tanya juga
hal yang sama dengan teman
dalam mengikuti kegiatan bersama
Ny. W. Ny. W mari kita kumpul
bersama teman, Ny. W bisa lihat
saya. Coba Ny. W lakukan
bagimana kita berkenalan dalam
mengikuti kegitan. Bagus Ny.W.
3. Fase a. Evaluasi respon Bagaimana persaan Ny. W setelah
Terminasi klien terhadap kita melakukan latihan cara
tindakan berkenalan 4-5 orang dalam 2
keperawatan kegitan?
(Evaluasi subjektif Bisa Ny. W coba ulangi kembali
& cara berkenalan 4-5 orang dalam 2
Evaluasi Subjektif) kegiatan. Bagus Ny. W.
b. Respon tindak Ny. W kegitan hari ini kita
lanjut masukan ke jadwal harian, mau
c. Kontrak yang akan berapa kali dalam sehari Ny. W
datang mempraktekan cara berkenalan
1) Topik dengan 4-5 orang dalam 2
2) Waktu kegiatan? Nanti di lakukan ya
3) Tempat ny.W.
Baiklah kalu begitu Ny.W sampai
disini dulu pertemuan kita. Untuk
pertemuan selanjutnya, kita
ketemu besok saya akan
mengajarkan cara berkenalan
dalam mengikuti kegiatan sosial.
Ny. W mau jam berapa?
Bagaimana besok jam 09.00 WIB
kita mengikuti kegiatan

23
penyuluhan ya Ny. W?
Ny. W besok kita ketemu disini
lagi, baiklah sampai jumpa besok
ya Ny.W.

Strategi Pelaksana 4 (Melatih klien berkenalan dalam mengikuti kegiatan


sosial)

1. Mengevaluasi kegiatan sebelumnya


2. Melatih klien berkenalan dalam kegiatan dalam kegitan sosial
3. Memasukan ke jadwal kegiatan harian
No Fase Pembagian Fase Isi Komunikasi
1. Fase Orientasi a. Salam Terapeutik Selamat pagi bu.
b. Evaluasi atau Validasi Bagaimana perasaan Ny.
W hari ini? Apa tidur
semalam nyenyak?
Coba Ny. W ulangi cara
berkenalan 4-5 orang
dalam 2 kegiatan, bagus
Ny.W.
c. Kontrak Baiklah Ny. W sesuai
1) Topik kontrak kita kemarin,
2) Waktu hari ini kita berkenalan
3) Tempat dengan 4-5 orang dalam
2 kegiatan?
Kita latihan selama 30
menit ya Ny.W?
Tempatnya disini saja
Ny. W.
2. Fase Kerja Baiklah Ny. W pada hari
ini kita mengikuti
kegiatan penyuluhan,

24
dalam kegiatan
penyuluhan Ny.W
lakukan cara berkenalan
sebutkan nama, senang
dipanggil apa, tempat
tanggal lahir dan hobi.
Ny. W bisa lihat saya,
coba sekarang Ny. W
praktekan. Bagus Ny.
W.
Besok kalau Ny. W
sudah keluar dari rumah
sakit jadi Ny.W bisa
melakukan kegiatan
sosial seperti :
berbelanja ke pasar.
3. Fase Terminasi a. Evaluasi respon klien Bagimana perasaan Ny.
terhadap tindakan W setelah kita
keperawatan (Evaluasi melakukan kegiatan
subjektif & Evaluasi tadi?
objektif) Bisa Ny. W coba ulangi
kembali cara berkenalan
dalam kegiatan sosial.
b. Rencana tindak lanjut Ny. W kegiatan hari ini
masukan ke jadwal
harian, mau berapa kali
dalam sehari Ny.W
mempraktekan cara
berkenalan dalam
kegiatan sosial.
c. Kontrak yang akan Baiklah kalu begitu Ny.
datang W sampai disini dulu
1) Topik pertemuan kita. Untuk

25
2) Waktu pertemuan selanjutnya,
3) Tempat kita akan evaluasi
mengenai latihan cara
berkenalan sampai
dalam mengikuti
kegiatan sosial.
Ny. W mau jam berapa?
Bagaimana besok jam
10.00 WIB
Ny. W kita ketemu
disini lagi, baikalh
sampai jumpa besok
Ny.W.

2.10. Penatalaksanaan Terapi Modalitas

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku adaptif. Jenis-jenis terapi modalitas antara lain :

1. Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan
pada pembelajaran hubungan interpersonal.Fokus terapi aktifitas kelompok
adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal,
membuat perubahan, atau ketiganya.
2. Terapi keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang member perawatan langsung
pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar mampu
melakukan lima tugas kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga yang
sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada
dalam masyarakat.
3. Terapi Rehabilitasi

26
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
4. Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam
suatu drama. Drama ini member kesempatan pada klien untuk menyadari
perasaan, pikiran, dan perilakunya yang mempengaruhi orang lain.
5. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh
terhadap proses penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif,
holistik, dan multidisipliner.

27
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau
kegagalan. Kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan
dan meresa tertekan, berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien
berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan.
Jadi membina hubungan saling percaya klien dengan keluarga, perawat
dengan klien dapat mempercepat menyelesaikan masalahnya dan mengajarkan untuk
berinteraksi dengan orang lain dan beri klien kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya yang menyebabkan klien menarik diri.
3.2. Saran
1. Binalah hubungan saling percaya diantara orang tua dengan mahasiswa/i,
kelompok/ masyarakat dengan mahasiswa/i
2. Mahasiswa/i harus mengetahui tanda- tanda dari menarik diri dan jika ada suatu
masalah sebaiknya dibicarakan dan mencari jalan penyelesaiannya.
3. Saling mendukung terhadap apa yang akan dilakukan selagi positif.

28

Anda mungkin juga menyukai