Anda di halaman 1dari 8

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA


2012

BETON
I.PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan
fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di
Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal
alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno
yang dijumpai di Pulau Buton.

Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai
bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi,
tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan
pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan dalam
bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu suatu cabang ilmu yan
meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan yang mengkaitkan komposisi, struktur
dan pemrosesan material dengan sifat-sifat kegunaannya.semen termasuk material yang sangat
akrab dalam kehidupan kita sehari-hari.
I.2 sejarah penemuan beton
Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :
• Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;
• J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua bahan
konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama memikul beban);
• F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap, pipa dan
kubah;
• Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang sebagai
penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban akibat berat sendiri;
• Neuman melakukan analisis letak garis netral;
• Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
• E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.

II.PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Beton

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum
beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat
semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun
perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang
khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah sebagai
berikut.
 Kebaikan Beton

1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.


2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan
atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun diisikan ke
dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke tempat yang
posisinya sulit.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran.

 Kekurangan Beton

1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja
tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint)
untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan
beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu
dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama agar
setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.

II.2 Sifat-Sifat Beton


Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan tentang
sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu diketahui. Sifat-sifat
tersebut antara lain.
 Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih tergantung
pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur dari beton dipengaruhi
oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-
faktor penting lainnya yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan bahwa
penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak maupun tarik yang lebih
besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting oada
pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya suhu.
Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan umurnya.
Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.
6.
 Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa terjadi
korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu pembatasan nialii faktor air
semen maksimum maupun pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai dengan
kondisi lingkungan.

 Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih muda,
dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di dalam perencanaan
beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan
kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi jalan raya
dan lapangan terbang.
 Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan
beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
 Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-menerus menurut
waktu dibawah beban yang dipikul.
 Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.
 Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh kemudahan dalam
pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau workability adalah
besarnya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.

II.3 Bahan-Bahan Penyusun Beton


1) Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan
garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari
bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu
dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini
berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan
untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini
dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam
proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash).
Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang
mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam
berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton,
sehingga menjadi lebih keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland adalah
bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker
(bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips
sebagai tambahan.
Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland biasa (ordinary
cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan umum. jenis semen
portland dapat dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi kebutuhan khusus dan Segi
Penggunaan
 Segi kebutuhan khusus
Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan penggunaan khusus
seperti berikut.
1) Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement),semen jenis ini
umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi . dalam standar semen
ASTM, semen jenis ini termasuk semen Portland type III.
2) semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini mempunyai
bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar tricalsium aluminate rendah.
Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat
adalah maksimum 5%. Semen ini tahan terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap
asam sulfat. Yang dimaksud sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa,
dan sebagainya, dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk semen portland type
II A dan type V.
3) semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa (85-60 %)
dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda yang bersifat pozzolan
(seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar, atau fly ash). Penggunaan adalah pada
bangunan yang mendapat gangguan garam sulfat atau panas rendah. Bila bahan yang
dicampurkan terak dapur tinggi, disebut semen portland terak dapur tinggi.
4) semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki kadar C3S
maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini memiliki derajat pengersan yang
lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan dengan semen lain.
Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah gravitasi, bendungan besar, dan
konstruksi beton pejal di mana suhu massa beton naik. Semen ini dalam standar ASTM
termasuk semen portland type IV.
5) masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur dengan bubuk batu
atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen jenis ini adalah untuk aduk pasangan.
6) Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan dasarnya
mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini dibatasi maksimum
0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua pada semen. Semen ini
mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland biasa. Proses pembuatan semen ini
memerlukan ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal oleh karena itu, harga semen putih lenih
mahal daripada semen biasa, kira-kira satu sampai empat kali smen portland biasa.

 Segi Penggunaan
Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing and Material)
semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
1) Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen portland untuk
penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus. Misalnya untuk
pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya. Semen ini merupakan semen yang paling
banyak digunakan yaitu 80-90% dari produksi semen portland.
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan
keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa, pelabuhan,jembatan besar, bendungan,
bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga
dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat
agak tinggi.
3) Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-cement). Semen
jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk
pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan
atau yang acuannya perlu segera dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement) jenis ini
merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi serendah-
rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen
jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh
lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini merupakan jenis
khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-banguan yang kena sulfat,
seperti di tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat daripada
semen biasa.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :


a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan
kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses
ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan
bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang
homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang
dibutuhkan untuk pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.
g) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu
mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur
trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali,
fosfor, dan kapur bebas.

2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar
(aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau
agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran
butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.

Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;


 Ditinjau dari asalnya
a. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil penghancurannya.
Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis batu endapan atau
metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik
untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah
berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
1. kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari batuan
induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau angin,
dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air
berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis
agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk
beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut.
2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang
kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang
permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu
dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit
lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton
dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu
pecah lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan untuk
agregat beton yaitu:
a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat.
Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk pembuatan beton.
b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah keras ulet dan
padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt merupakan batu api yang
menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus karena pendinginan yang cepat pada
proses pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur butir kristal yang halus dan mengandung
felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana digunakan untuk beton dapat menyebabkan retak-
retak dan menggangggu penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini mengembang dan menyusut
sesuai dengan kelembaban.
c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi butiran yang
berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas, seperti batu tulis yang
berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya menjadi lunak, gampang pecah dan daya
serapnya tinggi.
d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan daya serapnya
tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini sulit dipadatkan di dalam
beton.
e) Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites biasanya pejal,
padat, serta cukup ulet dan kuat.

3. agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan
volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.

b. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau
karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
1) klinker dan breeze
pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras
dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu
yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan
yang mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan
kelembapan. Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya
rambatan kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga
dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan
untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.
2) agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan
berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai
suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
3) cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang
sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara
Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %.
Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam
pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
4) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah liat
kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur
berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan
bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan
diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.
5) Lelite
lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa karbon.
Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada
suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di
bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari
lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk
mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan
untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.

 Ditinjau dari berat jenisnya


Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam.
1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya digunakan
untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan untuk beton struktural atau blok
dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya
ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun
buatan. Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. agregat ini
berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat
jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton
normal
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya magnetik
(Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis
tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.

 Ditinjau dari Bentuknya


Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat bulat, bersudut, pipih, dan
memanjang.
A. Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga udara
minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan
beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan
raya. Agregat berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada
agregat bulat, yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta
semen lebih banyak untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).
B. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar. Termasuk
jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki
rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga
membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi
maupun lapis perkerasan jalan.
C. Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan tertebal pada
butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.
D. Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan terlebar
lebih dari 3.

 Ditinjau dari tekstur permukaan


1) Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian.
2) Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan tampak
kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu kapur, dan
sebagainya.
3) Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-butirannya
sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.
4) Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya butir-butir
bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5) Agregat berpori dan berongga.

3. Air dan Bahan Campuran


Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang dipakai
untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan adalah air yang
bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan
beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai
sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut:
Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan
yang dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya
dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam
yang dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton yang lemah
dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa
volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan
tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat
campuran.
Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik
tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah.
Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan
zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan
pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam
golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya
partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah.
Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat
pendispersi.

BAB III
KESIMPULAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton
tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan
ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping mempunyai
kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan,
dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan
beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.

Anda mungkin juga menyukai