DHF Irma
DHF Irma
Disusun oleh:
Irma Rusnu
C11111283
Pembimbing Lapsus:
dr. Syahrir Parawansyah
Supervisor Pembimbing:
Dr. dr. Hasyim Kasim, Sp. PD. KGH
1
LEMBAR PENGESHAN
Pembimbing Coass
Pembimbing Baca
2
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : N.N
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : Makassar 01-01-1995 (20 Tahun)
Agama : Islam
Alamat : Makassar
Ruang Rawat : Lontara 1 Atas Belakang RS Wahidin Sudirohusodo
RM : 710502
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama : Demam
Dialami sejak sekitar 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam
dirasakan terus menerus, turun dengan obat penurun panas tetapi naik
kembali beberapa jam kemudian.Kadang demam disertai dengan nyeri
kepala. 1 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bercak bercak
kemerahan pada kedua tungkai . Riwayat Perdarahan gusi dan mimisan
tidak ada. Riwayat penyakit DBD disekitar lingkungan tempat tinggal
tidak diketahui. riwayat berkunjung kedaerah endemik malaria ridak
ada.
Batuk dan sesak tidak ada.
Mual dan muntah tidak ada, nyeri perut tidak ada, nafsu makan
berkurang sejak 2 hari terakhir sehingga pasien merasa lemas.
BAK : lancar, warna kuning. Riwayat BAK berwarna kemerahan tidak
ada.
BAB : 1 kali sehari setiap pagi , konsistensi lunak. Riwayat BAB
berwarna hitam atau bercampur darah tidak ada
Riwayat haid teratur setiap Bulan.Saat ini pasien tidak haid .
3
2. Riwayat Penyakit Dahulu
C. Pemeriksaan Fisis
Status Present :
Sakit Sedang/ Gizi cukup / Komposmentis
TB : 170 cm
BB : 55 kg
IMT : 19,03 kg/m2
4
Konjungtiva : anemis ( - )
Sklera : ikterus ( - ) perdarahan (-)
Kornea : jernih, refleks cahaya dextra = sinistra
Pupil : isokor, diameter 2.5 mm/2.5 mm
Telinga : Tophus : ( - )
Pendengaran : normal
Hidung : Perdarahan ( - )
Sekret ( - )
Mulut : Bibir : kering ( - )
Mulut : Stomatitis ( - )
Tonsil : T1-T1 hiperemis ( - )
Faring : Hiperemis ( - )
Gigi geligi : caries dentis ( - )
Gusi : Perdarahan ( - )
Lidah : kotor ( - )
Leher : Kelenjar getah bening : pembesaran ( - )
Kelenjar gondok : pembesaran ( - )
DVS : R-2 cm H2O
Massa Tumor : ( - )
Thoraks : Inspeksi : Simetris kiri dan kanan,
Payudara : simetris kiri = kanan
Sela iga : kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan : ( - )
Massa tumor : ( - )
Vokal fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Batas paru hepar : ICS VI dextra anterior
Batas paru belakang kanan : Vertebra Thoracal X
Batas paru belakang kiri : Verteba Thoracal XI
Auskultasi : Bunyi pernapasan : Vesikuler
Bunyi tambahan : Ronchi ( - ), wheezing ( - )
5
Jantung : Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Batas jantung atas l ICS II parasternalis sinistra
Batas jantung bawah ICS V midclavicularis
Batas jantung kiri ICS V linea midclavicula
sinistra
Batas jantung kanan ICS IV linea parasternalis
dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur ( - )
Abdomen : Inspeksi : Datar ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Massa tumor ( - ) , nyeri tekan epigastrium ( - )
,Hepar dan lien tak teraba.
Ginjal : ballotement tidak ada
Perkusi : Tympani
Ekstremitas : Edema : ( - ) , petechiae ada pada kedua extremitas superior
dan inferior.
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 1 Mei 2015
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Darah Rutin
RBC 5,01 x 106/μL 4,00 x 106 – 6,00 x 106/ μL
HGB 14.3 gr/dL 12,0-16,0 g/dl
HCT 42,7 % 37-48%
MCV 85,2/fl 80,0-97,0/fl
MCH 28,5/pg 26,5-33,5/pg
MCHC 33,5g/dl 31,5-35,0 g/dl
PLT 95 x 103/μL 150x103-400 x 103/μL
WBC 2,78 x 103/μL 4,0 – 10,0 x 103/μL
NEUT - -
LYM 0.37% 0,0 – 99,9 %
MON - -
EOS - -
BAS 0,01% 0,0 – 99,9 %
6
Kimia Klinik
Glukosa Darah
GDS 155 < 200 mg/dL
Fungsi Ginjal
Ureum 22 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 0,8 < 1.1 mg/dL
Fungsi Hati
AST (SGOT) 25 < 38 U/L
ALT (SGPT) 16 < 41 U/L
F. Diagnosis Sementara :
1. Dengue Hemorrhagic Fever grade II
7
G. Penatalaksanaan :
Terapi :
a. Non Farmakologik :
Minum air minimal 1.500 mL/hari
Tirah baring
Makanan Biasa
b. Farmakologik :
IVFD Ringer Laktat 30 tpm
Paracetamol 500 mg 1 tab/8jam/oral ( jika demam )
Monitoring :
Kontrol DR/24 jam
Observasi tanda-tanda syok dan manifestasi perdarahan aktif
(perdarahan gusi, mimisan, muntah darah, batuk darah, BAK atau
BAB bercampur darah)
8
Tanggal Perjalanan penyakit Instruksi dokter
O : SS/GC/CM
TD : 110/60 mmhg
N : 92x/menit
P : 20x/menit
S : 37,70C
9
extremitas superior dan
inferior
Hasil Lab:
HCT : 42,7 %
PLT : 95 x 103/uL
A: DHF grade II
10
O : SS/GC/CM perdarahan
TD : 110/70 mmhg
N : 94x/menit
P : 20x/menit
S : 37,7 0C
PLT : 95 x 103/uL 85 x
103/ul
11
A: DHF Grade II P:
IVFD RL 30 tpm
Paracetamol 500mg/ 8
04/05/2015 S:Riwayat demam hari ke 5
jam /oral ( bila perlu )
Perawatan Demam ( - ), sakit kepala (- ), Monitoring :
hari ke 3 pusing (-), batuk (- ), sesak (-),
Darah rutin/hari
nyeri dada (-), nyeri ulu hati (- ),
Awasi tanda-tanda
mual (-), muntah (- ), mimisan (-),
perdarahan
perdarahan gusi (- ), bercak
kemerahan(+)
O:
SS/GC/CM
TD : 100/60 mmhg
N : 100x/menit
P : 20x/menit
S : 37,50C
12
H/ L : tidak teraba
Ext : edema -/-.petechiae
di kedua extremitas
superior dan inferior .
Hasil lab
HCT : 39 % 39 %
A: DHF grade II
13
Asupan makan dan minum cukup Monitoring :
N : 88 x/menit
P : 20x/menit
S : 36,80C
Hasil lab
HCT : 39 % 39%
14
HGB : 12,7 g/dL 13g/dl
A: DHF grade II
O:
SS/GC/CM
TD : 110/70 mmhg
N : 84x/menit
P : 22x/menit
S : 36,70C
15
, DVS R- 2 cmH2O,
pembesaran KGB (-)
BP : vesicular
BT : I/II murni regular
Peristaltik (+) kesan
Normal
H/ L : tidak teraba
Ext : edema -/- petechiae
di kedua extr inferior
berkurang .
Hasil lab
HCT : 39 % 40%
A: DHF grade II
16
Resume :
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien tampak sakit sedang, gizi baik,
kesadaran composmentis, status vitalis tekanan darah 110/60 mmHg , subfebris ( S
37,7 C ), takikardi (nadi 92 x/menit), dan pernapasan dalam batas normal. . Pada
keempat ekstremitas didapatkan petechiae spontan.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan HCT 42,7 %, PLT 95.000/μl,
WBC 2,78/μl, tes serologis Ig G (+) dan Ig M antiDengue (+).
DISKUSI KASUS
17
Seorang perempuan usia 20 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
utama febris Dialami sejak sekitar 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
febris dirasakan terus menerus, turun dengan obat penurun panas tetapi
naik kembali beberapa jam kemudian.Kadang febris yang disertai
dengan cefalgia . 1 hari sebelum masuk rumah sakit muncul petechiae
pada kedua tungkai bawah dan atas. Riwayat Perdarahan gusi dan
mimisan tidak ada. Riwayat penyakit DBD disekitar lingkungan tempat
tinggal tidak diketahui. riwayat berkunjung kedaerah endemic malaria
ridak ada.
Batuk dan sesak tidak ada.
Mual dan muntah tidak ada, nyeri perut tidak ada ,nafsu makan
berkurang sejak 2 hari terakhir sehingga pasien merasa lemas.
BAK : lancar, warna kuning. Riwayat BAK berwarna kemerahan tidak
ada.
BAB : 1 kali sehari setiap pagi , konsistensi lunak. Riwayat BAB
berwarna hitam atau bercampur darah tidak ada
Riwayat haid teratur setiap Bulan.Saat ini pasien tidak haid .
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien tampak sakit sedang, gizi baik,
kesadaran composmentis, status vitalis tekanan darah 110/60 mmHg , subfebris ( S
37,7 C ), takikardi (nadi 92 x/menit), dan pernapasan dalam batas normal. . Pada
keempat ekstremitas didapatkan petechiae spontan.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan HCT 42,7 %, PLT 95.000/μl,
WBC 2,78/μl, tes serologis Ig G (+) dan Ig M antiDengue (+).
18
yang ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai <80
mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah, serta derajat IV yang ditandai dengan syok berat (profound shock) yaitu
nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
Pasien ini memenuhi 3 kriteria diagnosis DBD yang ditetapkan oleh
WHO 1997, antara lain :
1. Demam yang berlangsung 2-7 hari dan sifatnya bifasik (tinggi pada hari
pertama dan membaik pada hari-hari selanjutnya). Paien ini mengalami demam
selama 3 hari.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan. Pada pasien ini dilakukan uji
Rumple leede dan hasilnya positif dan terdapat purpura pada kedua extremitas
superiornya..
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000). Pada pasien ini memiliki
trombosit yang menurun yaitu 73.000 /μL. Keadaan trombositopenia pada
pasien ini disebabkan oleh penghancuran trombosit oleh system
retikuloendotelial karena terjadi agregasi trombosit.
4. Terdapat tanda-tanda kebocoran plasma. Pada pasien ini tidak terdapat tanda
klinis kebocoran plasma seperti asites dan efusi pleura. Namun, tanda
kebocoran plasma dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium. Penilaian
kebocoran plasma juga dapat ditandai dengan adanya leukopenia progresif
disertai penurunan jumlah platelet yang cepat.
Menurut WHO 2009, berdasar riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan atau
darah lengkap dan hematokrit, diagnosis DBD ditegakkan dengan melihat fase
penyakit (febris,kritis,atau penyembuhan), menentukan adanya warning signs,
hidrasi dan status hemodinamik pasien, serta apakah pasien memerlukan rawat
inap.
Pasien ini sedang berada pada hari ke-4 dan tekanan darah saat masuk
100/60mmHg. Pasien juga memiliki warning signs berupa nyeri kepala, dan
penurunan trombosit. Pasien memerlukan rawat inap atas dasar adanya warning
19
signs. Setelah diagnosis ditegakkan maka selanjutnya adalah menentukan
tatalaksana yang sesuai dengan pasien.
Menurut WHO 2009, pasien masuk dalam kelompok- B dengan warning
signs. Tatalaksana untuk keadaan ini harus dirawat inap untuk observasi ketat,
khususnya fase kritis.
Sedangkan Menurut WHO 2011, Termasuk dalam Kategori Dengue
Hemoragic fever grade II kerana pasien Masuk dengan adanya manifestasi
perdaarahan spontan yaitu petechiae di extremitas superior dan inferior yang
disertai sesuai dengan DHF grade I yaitu demam dan uji tourniquet positif disertai
trombositopenia.
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah
terapi suportif. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang
paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap
dijaga terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu
dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna. Maka pada pasien ini
terapi yang diberikan adalah terapi cairan yaitu IVFD RL dengan 30 tetes per menit
sebagai terapi perbaikan hemodinamik dan terapi lainnya sesuai dengan
simptomatik yatiu paracetamol 500 mg dengan dosis 3x1 untuk menurunkan
panas/demam,. Untuk selanjutnya rencana pengontrolan darah rutin, pantau tanda-
tanda vital dan manifestasi perdarahan.
20
untuk mendeteksi IgG dan IgM Anti dengue di dalam serum mennunjukkan
sensitivitas 97,9 % dan spesifitas 100 %.11
21
DEMAM BERDARAH DENGUE
I. PENDAHULUAN
II. DEFINISI
Infeksi Dengue merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh salah satu dari 4
serotipe virus Dengue (DENV) yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes (Stegomnya). Dengue ditemukan di daerah tropis dan
subtropis, terutama di dareah perkotaan. Infeksi Dengue merupakan penyakit
sistemik yang dinamis dan memiliki spektrum manifestasi klinis yang sangat luas,
mulai dari yang tanpa gejala klinis (asimptomatik) sampai dengan kasus yang
memiliki gejala yang serius seperti syok hipovolemi. Gejala klinis berupa demam
yang muncul secara tiba-tiba setelah fase inkubasi selesai (4-10 hari). Gejala klinis
22
yang muncul terbagi atas tiga fase, yaitu fase febris, fase kritis dan fase
penyembuhan. Demam Dengue (Dengue Fever/ DF), dan demam berdarah Dengue
(Dengue Haemorrhagic Fever/ DHF) merupakan manifestasi klinis dari infeksi
Dengue.1,2,3
Menurut WHO, demam berdarah Dengue adalah demam yang diawali dengan
demam tinggi mendadak berlangsung 2-7 hari, naik turun. Terdapat manifestasi
perdarahan dengan uji tourniket positif atau adanya peteki, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, melena atau hematemesis. Selain itu, adanya hepatomegali dan
kegagalan sirkulasi (syok). Dari kriteria laboratorisnya adanya trombositopenia (≤
100.000/µl) serta hemokonsentrasi nya meningkat ≥ 20%.1
III. EPIDEMIOLOGI
23
Dalam 50 tahun terakhir, insiden infeksi Dengue meningkat sebanyak 30 kali
seiring dengan bertambahnya jumlah populasi di dunia. Tercatat sebanyak 50 - 100
juta kasus infeksi Dengue dilaporkan tiap tahunnya.Sekitar 500,000 orang dengan
infeksi Dengue harus diopname di rumah sakit setiap tahunnya, sekitar 90% nya
adalah anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dan 2.5% nya tercatat meninggal
dunia.1,2,4
Tercatat sekitar 2.5 milyar manusia (2/5 populasi dunia) tinggal di daerah
tropis dan subtropis, dimana mereka termasuk populasi risiko tinggi terinfeksi
Dengue (terdiri dari kurang lebih 112 negara). Sekitar 75% populasi risiko tinggi
infeksi Dengue terdapat/tinggal di region Asia dan Pasifik, khususnya pada region
Asia tenggara dan region Pasifik barat.1,2,4
24
Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste merupakan negara endemik infeksi
Dengue karena memiliki iklim tropis dimana Aedes aegypti tersebar luas baik di
daerah kota maupun desa.1,2
Jumlah kasus infeksi Dengue dilaporkan meningkat pada 3-5 tahun terakhir.
Khusus di negara Thailand, Indonesia dan Myanmar, kasus Dengue yang
dilaporkan, tercatat sebagian besar merupakan kasus infeksi Dengue yang berat.
Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan insiden terbesar untuk infeksi
Dengue di Asia Tenggara.1,4
25
V. Etiologi dan Transmisi
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue dapat
bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan Toxorhynchites.1
VI. KLASIFIKASI
26
Guidelines Tahun 2011 – Guidelines terakhir dari WHO
Makulopapular rash bisa timbul pada fase febris atau pada saat fase
penyembuhan. Biasa disertai gejala-gejala gangguan pernapasan dan sluran
cerna.1
27
Demam dengan durasi kurang dari 7 hari dan memiliki 2 atau lebih
manifestasi klinis berikut:
Sefalgia,
Nyeri retroorbital,
Myalgia/arthralgia,
Rash,
Leukopenia (WBC < 5000 /uL)
Trombositopenia (Platelet < 150,000 /uL)
Peningkatan hematokrit (5-10%).8
Tanpa adanya bukti kebocoran plasma seperti:
Peningkatan angka hematokrit > 20%
Penurunan angka hematokrit > 20% setelah pasien diterapi cairan
Tanda-tanda kebocoran plasma (efusi pleura, ascites atau
hiponatremia)
28
DHF terbagi menjadi 4 kelas, yaitu:1
DHF grade I
Pasien di golongkan ke dalam DHF grade I jika terdapat manifestasi
klinis berupa demam dengan tes provokasi perdarahan positif (tes
Torniquet/tes Rumple Leede), disertai trombositopeni (Platelet
<100,000/uL) dan adanya bukti kebocoran plasma seperti:
Peningkatan angka hematokrit > 20%
Penurunan angka hematokrit > 20% setelah pasien diterapi cairan
Tanda-tanda kebocoran plasma (efusi pleura, ascites atau
hiponatremia).1
DHF grade II
Pasien dimasukkan kedalam DHF grade II jika telah memenuhi kriteria
DHF grade I, ditambah adanya manifestasi perdarahan spontan (pteki,
ekimosis, purpura, epistaksis, perdarah gusi, haematemesis, melena,
injeksio konjungtiva,dan perdarahan mukosa lainnya).1
DHF grade III
Pasien dimasukkan ke dalam DHF grade III jika telah memenuhi
kriteria DHF grade II ditambah tanda-tanda kegagalan sirkulasi (syok
hipovolemi) seperti:1
Gelisah,
Akral dingin,
Takikardi,
Nadi lemah,
Hipotensi (tekanan sistol < 80 mmHg),
Tekanan nadi < 20mmHg.1
DHF grade IV
Pasien dimasukkan ke dalam DHF grade IV jika telah memenuhi
kriteria DHF grade III ditambah syok dalam dengan tekanan darah
yang tidak terdeteksi dan nadi tidak teraba.1
29
Dengue Shock Syndrome (DSS)
Pasien dapat didiagnosis sebagai DSS jika telah memenuhi kriteria
diagnosis DHF grade III atau DHF grade IV.1
VII. Patogenesis
Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom syok dengue) masih
merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada
DBD dan SSD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary
heterologous infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini
menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi
yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog
mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat.
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain
30
yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen
antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel
leokosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus
tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi
dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibodi dependent
enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan
replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan
terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga
mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok. (4,5)
31
virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh
nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus
dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan
virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu
beberapa strain virus mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah
yang besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data epidemiologis dan
laboratoris.5
32
VIII. Perjalanan dan Manifestasi Klinis Demam Berdarah
A. Fase Febris
Pasien biasanya demam tinggi tiba-tiba. Fase demam akut ini
berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wajah,
eritema kulit, sakit seluruh badan, mialgia, arthralgia, sakit mata retro-
orbital, fotofobia dan sakit kepala. Beberapa pasien mungkin mengeluh sakit
33
tenggorokan. Pasien juga biasanya mengeluh tidak nafsu makan, mual dan
muntah.5
Di fase awal demam, bisa jadi sulit untuk membedakan klinis DBD
dari penyakit demam non-dengue.Tes tourniquet positif dalam fase ini
menunjukkan peningkatan probabilitas dengue. Namun, gambaran klinis
tidak memprediksi tingkat keparahan penyakit. Oleh karena itu sangat
penting untuk memantau tanda-tanda peringatan dan parameter klinis lain
untuk mengenali perkembangan ke fase kritis.5
Manifestasi perdarahan ringan seperti petechiae dan perdarahan
membrane mukosa (misalnya dari hidung dan gusi) dapat ditemukan.
Perdarahan masif per vaginam (pada wanita usia subur) dan perdarahan
gastrointestinal dapat terjadi selama fase ini meskipun hal ini tidak umum
ditemukan. Pembesaran hepar bisa saja terjadi setelah beberapa hari demam.
Awal kelainan pada hitung darah lengkap adalah penurunan progresif
jumlah sel darah putih, yang harus diwaspadai oleh dokter untuk
probabilitas tinggi dengue.(5,7)
B. Fase Kritis
Selama transisi dari fase demam ke fase penyembuhan, pasien
dengan tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan mengalami perbaikan
tanpa melalui fase kritis. Pasien dengan peningkatan permeabilitas kapiler
dapat bermanifestasi dengan tanda-tanda peringatan, sebagian besar sebagai
akibat dari kebocoran plasma.8
Tanda-tanda peringatan menandai awal dari fase kritis. Keadaan
pasien menjadi lebih buruk pada waktu penurunan suhu badan sampai yang
normal, saat suhu turun menjadi 37,5-38 ° C atau kurang dan tetap berada
pada fase ini, biasanya pada hari 3-8 sakit. Leukopenia progresif yang
diikuti oleh penurunan cepat jumlah trombosit biasanya mendahului
kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit menjadi salah satu tanda
tambahan awal. Periode kebocoran plasma yang signifikan secara klinis
biasanya berlangsung 24-48 jam. Tingkat kebocoran plasma bervariasi.
34
Peningkatan hematokrit mendahului perubahan tekanan darah dan denyut
nadi.5
Tingkat hemokonsentrasi mencerminkan tingkat keparahan
kebocoran plasma. Namun hal ini dapat dikurangi dengan pemberian cairan
intravena. Oleh karena itu, pemeriksaan pengukuran hematokrit sesering
mungkin penting karena sebagai tanda perlunya kemungkinan penyesuaian
terapi cairan intravena. Selain kebocoran plasma, manifestasi perdarahan
seperti mudah memar sering terjadi.5
Jika syok terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui
kebocoran, seringkali didahului oleh tanda-tanda peringatan. Suhu tubuh
bisa subnormal ketika syok terjadi. Dengan syok mendalam dan/atau
berkepanjangan, hipoperfusi mengakibatkan asidosis metabolik dan
gangguan organ progresif. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat
yang menyebabkan hematokrit menurun. Beberapa pasien maju ke fase
kritis yaitu mengalami kebocoran plasma dan syok sebelum penurunan suhu
badan sampai yang normal. Pada pasien ini mengalami peningkatan
hematokrit dan timbulnya trombositopenia atau tanda-tanda peringatan,
menunjukkan terjadinya kebocoran plasma. Pasien dengue dengan tanda
peringatan biasanya akan membaik dengan rehidrasi intravena. Beberapa
pasien memburuk menjadi dengue berat.9
35
plasma secara signifikan atau setelah pengobatan dengan cairan intravena.
Peningkatan platelet secara cepat dan progresif menjadi 100.000/mm3 dan
kenaikan hematokrit melebihi batas normal menjadi tanda awal kebocoran
plasma. Hal ini biasanya didahului dengan leukopenia (≤ 5000 sel/mm3).10
C. Fase Penyembuhan
Setelah pasien berada pada fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
cairan kompartemen ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam berikutnya.
Keadaan umum membaik, nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal
mereda, status hemodinamik stabil, dan diuresis terjadi kemudian. Beberapa
pasien memiliki eritematosa konfluen atau petekie dengan daerah kecil kulit
normal, digambarkan sebagai "pulau putih di laut merah". Bradikardi dan
perubahan EKG sering terjadi pada fase ini. Hematokrit stabil atau mungkin
lebih rendah karena efek dilusi penyerapan cairan. Jumlah sel darah putih
biasanya mulai naik segera setelah penurunan suhu badan sampai yang
normal tetapi pemulihan jumlah trombosit biasanya lambat dibandingkan
dengan jumlah sel darah putih. Gangguan pernapasan dari efusi pleura masif
dan ascites, edema paru atau gagal jantung kongestif akan terjadi selama
fase kritis dan/atau fase pemulihan jika diberikan cairan intravena yang
berlebihan.5
Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu derajat I dengan
tanda terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif);
derajat II yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain, derajat III yangditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu
nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi
(sistolik menurun sampai <80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral
dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah; serta derajat IV yang
ditandai dengan syok berat (profound shock) yaitu nadi tidak dapat diraba
dan tekanan darah tidak terukur.5
36
IX. Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Laboratorium yang dapat diperiksa antara lain :10
o Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% dari total leukosit)
o Trombosit: terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8
o Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, dimulai pada hari ke-3
demam
o Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
o Protein / albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
o SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat terganggu karena virus
dengue merusak lapisan parenkim hati.
o Ureum, Kreatinin : untuk mengetahui bila terdapat gangguan fungsi ginjal.
o Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
o Golongan Darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
o Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
o IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningakat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.
o NS 1 : Antigen NS 1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai
hari ke delapan. Sensitifitas antigen NS 1 berkisar 63% - 93,4 % dan
spesifitas 90%-100 % dengan sensitivitas 100 % sama tingginya dengan
sensitifitas gold standard kultur virus. Hasil negatif NS 1 tidak
menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.11
37
X. DIAGNOSIS
Diagnosis demam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis
menurut WHO tahun 2011 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.3
A. Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2 – 7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :
• Uji tourniquet positif
• Petekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi.
• Hemetamesis dan atau melena.
3. Pembesaran hati
4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah.
B. Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia (<100.000 sel/ mm3 atau kurang)
2. Hemokonsentrasi peningkatan hematoksit 20% atau lebih. 1
XI. PENATALAKSANAAN
Tidak ada spesifikasi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama
adalah terapi suportif. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan
yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus
tetap dijaga terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu
dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.1
38
Protokol 1 Pasien Tersangka DBD
Hb, Ht, dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien
dapat dipulangkan dengan anjuran control atau berobat jalan ke poliklinik
dalam waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit
tiap 24 jam) atau bila keadaan penderita memburuk segera kembali ke Unit
Gawat Darurat.
Hb, Ht normal tetapi trombosit <100.000 dianjurkan untuk dirawat
Hb, Ht meningkat, dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk
dirawat.
Pasien yang dicurigai menderita DBD dengan hasil Hb, Ht dan trombosit
dalam batas nomal dapat dipulangkan dengan anjuran kembali kontrol ke poliklinik
Rumah Sakit dalam waktu 24 jam berikutnya atau bila keadaan pasien rnemburuk
agar segera kembali ke Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan. Sedangkan pada kasus
yang meragukan indikasi rawatnya, rnaka untuk sementara pasien tetap diobservasi
39
di Puskesmas dengan aniuran minum yang banyak, serta diberikan infus ringer
laktat sebanyak 500cc dalam empat jam. Setelah itu dilakukan pemeriksaan ulang
Hb, Ht dan trombosit. Pasien di rujuk apabila didapatkan hasil sebagai berikut:2
1. Hb, Ht dalam batas normal dengan jumlah trombosit kurang dari 100.000/pl atau
1. Nilai Hb, Ht dalam batas normal dengan jumlah trombosit kurang dari
100.000/ul
Pada pasien DBD dewasa tanpa perdarahan masif (uji tourniquet positif,
petekie, purpura, epistaksis ringan, perdarahan gusi ringan) dan tanpa syok di ruang
rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah rumus:
40
Bila Hb, Ht meningkat 10 – 20% dan trombosit <100.000 jumlah pemberian
cairan tetap seperti rumus di atas tetapi pemantauan Hb , Ht trombo
dilakukan tiap 12 jam
Bila Hb, Ht meningkat >20% dan rombosit <100.000 maka pemberian
cairan sesuai protokol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht >20%.
Pemberian cairan Ringer laktat merupakan pilihan pertama. Cairan lain yang
dapat dipergunakan antara lain cairan dekstrosa 5% dalam ringer laktat atau
ringer asetat, dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45%, dekstrosa 5% dalam larutan
garam atau NaCl 0,9%. Jumlah cairan yang diberikan dengan perkiraan selama
24 jam, pasien mengalami dehidrasi sedang, maka pada pasien dengan berat
badan sekitar 50-70 kg diberikan ringer laktat per infus sebanyak 3.000 cc
dalam waktu 24 jam. Pasien dengan berat badan kurang dari 50 kg pemberian
cairan infus dapat dikurangi dan diberikan 2.000 cc/24 jam, sedangkan pasien
dengan berat badan lebih dari 79 kg dapat diberikan cairan infus sampai dengan
4.000 cc/ 24 jam. Jumlah cairan infus yang diberikan harus diperhitungkan
kembali pada pasien DBD dewasa dengan kehamilan terutama pada usia
kehamilan 28-32 minggu atau pada pasien dengan kelainan jantung/ginjal atau
pada pasien lanjut usia lanjut serta pada pasien dengan riwayat epilepsi. Pada
pasien dengan usia 40 tahun atau lebih pemeriksaan elektrokardiografi
merupakan salah satu standar prosedur operasional yang harus dilakukan.1
Selama fase akut jumlah cairan infus diberikan pada hari berikutnya
setiap harinya tetap sama dan pada saat mulai didapatkan tanda-tanda
penyembuhan yaitu suhu tubuh mulai turun, pasien dapat minum dalam jumlah
cukup banyak (sekitar dua liter dalam 24 jam) dan tidak didapatkannya tanda-
tanda hemokonsentrasi serta jumlah trombosit mulai meningkat lebih dari
50.000/pi, maka jumlah cairan infus selanjutnya dapat mulai dikurangi.
Mengingat jumlah pemberian cairan infus pada pasien DBD dewasa tanpa
perdarahan masif dan tanda renjatan tersebut sudah memadai, maka
pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit dilakukannya setiap 12 jam untuk pasien
dengan jumlah trombosit kurang dari 100.000/p 1, sedangkan untuk pasien
41
DBD dewasa dengan jumlah trombosit berkisar 100.000 -
150.000/pl,pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit dilakukan setiap 24 jam.1
2. Pada umumnya Hb, Ht danjumlah trombosit dalam batas normal serta stabil
dalam 24 jam, tetapi dalam beberapa keadaan, walaupun jumlah trombosit
belum mencapai normal (diatas 50.000) pasien sudah dapat dipulangkan.
42
dalam waktu 1x24 jam atau bila kemudian keadaan umum kembali memburuk
agar segera dibawa ke UGD kembali.2
43
dengan tanda-tanda hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil,
produksi rin meningkat, maka jumlah cairan infus dikurangi 5ml/kgBB/jam.
Dua jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap
menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 3
ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian
cairan dapaat dihentikan 24-48 jam kemudian.1
44
Gambar 2.9 Protokol 4 Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD Dewasa
45
Protokol 5 DBD dengan syok dan perdarahan spontan
46
Kewaspadaan terhadap tanda syok dini pada semua kasus DBD sangat
penting, karena angka kematian pada SSD sepuluh kali lipat dibandingkan
pasien DBD tanpa syok. SSD dapat terjadi karena keterlambatan penderita
DBD mendapatkan pertolongan/pengobatan, penatalaksanaan yang tidak tepat
termasuk kurangnya kewaspadaan terhadap tanda syok dini, dan pengobatan
SSD yang tidak adekuat.1
Pada kasus SSD, ringer laktat adalah cairan kristaloid pilihan pertama
yang sebaiknya diberikan karena mengandung Na laktat sebagai korektor basa.
Pilihan lainya adalah NaCl 0,9%. Selaian resustasi cairan, pasien juga diberi
oksigen 2-4 liter/menit, dan pemeriksaan yang harus dilakukan adalah elektrolit
natrium, kalium, klorida serta ureum dan kreatinin.1
Oleh karena itu apabila hemodinamik masih belum stabil dengan nilai
Ht lebih dari 30% dianjurkan untuk memakai kombinasi kristaloid dan koloid
47
dengan perbandingan 4:1 atau 3:1, sedangkan bila nilai Ht kurang dari 30 vol %
hendaknya diberikan transfusi sel darah merah (packed red cells). Apabila
pasien SSD sejak awal pertolongan cairan diberikan kristaloid dan ternyata syok
masih tetap belum dapat diatasi, maka sebaiknya segera diberikan cairan koloid.
Bila hematokrit kurang dari 30 % dianjurkan diberikan juga sel darah merah.
Cairan koloid diberikan dalam tetesan cepat 10-20 ml/kgBB/jam dan sebaiknya
yang tidak mempengaruhi/menggangu mekanisme pembekuan darah.1
Pada kasus SSD apabila setelah pemberian cairan koloid syok dapat
diatasi, maka penatalaksanaan selanjutnya dapat diberikan ringer laktat dengan
kecepatan sekitar 4-6 jam setiap 500cc. Bila syok belum dapat diatasi, selain
ringer laktat juga dapat diberikan obat-obatan vasopresor seperti dopamin,
dobutamin, atau epinephrin. Bila dari pemeriksaan hemostasis disimpulkan ada
KID maka heparin. Bila dari pemeriksaan hemostasis disimpulkan ada KID,
maka heparin dan transfusi kompunendarah diberikan sesuai dengan indikasi
seperti tersebut diatas.1,3
48
A. Penanganan Komplikasi
Overload cairan atau hipervolemia merupakan komplikasi paling sering
dari DHF. Hal ini ditandai dengan adanya takipnu, dyspnu, edema
palpebra, ascites, dan edema pretibial. Untuk menangani ini harus
dilakukan beberapa hal berikut :1
Pemasangan keteter urin untuk memantau balance cairan
Hentikan pemakaian cairan hipotonik
Ganti cairan kristaloid dengan cairan koloid
Furosemid dapat diberikan jika keadaan pasien stabil dengan tanda-
tanda edema paru yang jelas
Setelah pemberian furosemid, pasien harus di follow up per 15 menit
Jika pemberian furosemid tidak berhasil (anuri atau oligouri), maka
forosemid dengan dosis sama atau dengan dosis double dapat
diberikan. Jika masih tidak memberikan hasil, maka curigai ada
gangguan di ginjal.
1. Malaria
2. Morbili
3. Demam Chikungunya
4. Leptospirosis1,2,4
49
XIII. PENGOBATAN
Tidak ada spesifikasi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip
utama adalah terapi suportif. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD.
Asupan cairan pasien harus tetap dijaga terutama cairan oral. Jika asupan
cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen
cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi
secara bermakna.1
XIV. PROGNOSIS
Kematian oleh Demam dengue (DD) hampir tidak ada. Sebaliknya
pada DHF/DSS mortaliasnya cukup tinggi. Menurut penelitian prognosis dan
perjalanan penyakit orang dewasa umumnya lebih ringan daripada anak-anak.3
XV. PENCEGAHAN
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendro, Nainggolan L, Herdiman T. Demam Berdarah Dengue. Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta, 2006; p 2773-2779.
2. World Health Organization. Comperhensive Guidelines for Prevention and
Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. New Delhi: WHO Press.
2011; p. 1-56.
3. World Health Organization. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment,
Prevention and Control New Edition. Geneva: WHO Press. 2009; p. 22-90.
4. Soedarto. Dengue. Sinopsis Kedokteran Tropis. Airlangga Unversity Press.
Surabaya, 2007. p 255-8
5. Guzman MG, Vazquez S. The Complexity of Antibody-Dependent
Enhancement of Dengue Virus. Viruses 2010;2:2649-62.
6. Jaiyen Y, Masrinoul P, Kalayanarooj P, Pulmanaushakul R, Ubol S.
Characteristic of Dengue Virus-Infected Peripheral Blood Mononuclear Cell
Death That Correlates With The Severity of Illness. Microbiolimmunol.
2009;53;442-50.
51
DAFTAR HADIR AUDIENCE
PEMBACAAN LAPORAN KASUS
MAKASSAR, 2015
Mengetahui,
52