Anda di halaman 1dari 18

A.

Tinjauan Teori
1.1 Menyusui
1.1.1 Pengertian Menyusui

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan


mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh
kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat
terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun berikutnya (Varney,
2004).
Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif misalnya, merupakan
langkah awal yang penting bagi bayi agar tumbuh sehat dan tercipta sumber
daya manusia yang tangguh, tidak hanya sehat dan cerdas namun juga akan
memiliki kecerdasan emosional dan sosial (emotional and sosial quotion)
yang lebih baik. Selain itu menyusui juga memberikan efek
menguntungkan bagi ibu khususnya dari segi kesehatan reproduksi yaitu
mengurangi risiko kanker rahim dan ovarium. Tingkat estrogen yang lebih
rendah selama menyusui menyebabkan risiko kedua kanker itu menurun.
Selain itu menyusui juga bermanfaat sebagai KB alami. Menyusui dapat
mengakibatkan penundaan ovulasi sehingga ibu menyusui tidak subur
untuk sementara waktu. Seorang wanita kembali subur bergantung pada
pola menyusui bayinya dan kecenderungan tubuhnya sendiri.

1.1.2 Keuntungan Menyusui

Menyusui pada wanita mempunyai beberapa kebaikan yaitu:


1) Air susu ibu adalah makanan yang paling ideal bagi bayi baru
lahir
2) Air susu ibu normalnya bebas dari ketidakmurnian.
3) Air susu ibu mengandung kalori yang lebih banyak dari susu
formula
4) Kurang terjadi infeksi pada bayi yang menyusu pada ibu karena
ada imunisasi pasif.
5) Menyusui anak mempercepat involusi rahim, dengan demikian
alat reproduksi ibu lebih cepat kembali normal.
6) Menyusui kadangkala lebih menyenangkan bagi ibu.
7) Menyusui lebih ekonomis, baik bagi ibu maupun bagi
masyarakat.
8) IQ bayi prematur yang menyusu dilaporkan lebih tinggi dari
pada bayi serupa yang tidak menyusu (Kristiyanasari, 2008).

1.1.3 Cara Menyusui

Usahakan memberi minum dalam suasana yang santai bagi ibu dan
bayi. Buatlah kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu
pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 – 3 jam sekali. Menjelang akhir
minggu keenam, sebagian besar kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam
sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10 – 12 bulan. Pada usia
ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tak perlu lagi
member makanan di malam hari (Kristiyanasari, 2008).
Langkah – langkah menyusui yang benar
1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
putting dan sekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh
menengadah,dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu
didepan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menipang
dibawah, jangan menekan putting susu.
4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan
cara :
a. Menyentuh pipi dengan putting susu atau,
b. Menyentuh sisi mulut bayi.
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi
a. Usahakan sebagian besar kalang payudra dapat masuk ke mulut
bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit – langit dan
lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI
yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi salah, yaitu apabila
bayi hanya menghisap pada putting susu saja, akan mengakibatkan
masukan ASI yang tidak adekuat dan putting lecet.
b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga (Kristiyanasari, 2008). 11
6) Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai
terasa kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang
lain.Cara melepas isapan bayi :
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
atau
b. Dagu bayi ditekan kebawah.
7) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan
(yang dihisap terakhir).
8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
sendirinya.
9) Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah
menyusu. Cara menyendawakan bayi :
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan – lahan.
b. Dengan cara menelengkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap
– usap punggung bayi sampai bayi bersendawa (Kristiyanasari,
2008).

2.1 ASI
1.1.1 Pengertian ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam – garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997).
ASI (Air Susu Ibu) adalah istilah untuk cairan putih yang dihasilkan
oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari
berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama
periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4–5 kali dan kadar
protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui dan juga terjadi variasi
dari hari ke hari selama periode laktasi (Proverawati, 2009).

2.1.2 Proses Terbentuknya ASI

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi


ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang
tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan
progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan
pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini
terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,
sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua frefleks pada ibu yang sangat
penting dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang
timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi (Kristiyanasari,
2009).
1) Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada
puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi
prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.
Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi
berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan
lamanya bayi menghisap.
2) Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
memengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga
memengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin.
Setelah oksitosin dilepas kedalam darah maka akan mengacu otot-otot
polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus, dan sinus menuju puting
susu. 11 Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan
atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-
down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi.
Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu (Kristiyanasari, 2009).

2.1.2 Komposisi ASI

ASI mengandung lebih dari 200 unsur – unsur pokok, antara lain zat
putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,
hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat
secara proporsional dan seimbang satu dengan yang lainya. Cairan hidup
yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagai suatu
“simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak mungkin ditiru oleh
buatan manusia (Roesli, 2005).
Air susu ibu menurut stadium laktasi :
1) Kolostrum
Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling
tinggi dari pada ASI sebenarnya, khususnya kandungan
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan.
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara. Kolostrum mengandung jaringan debris dan material residual
yang terdapat dalam alveoli serta duktus dari kelenjar payudara sebelum
dan setelah masa puerperium.
2) Air susu masa peralihan
a. Ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut :
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang
matur.
b. Disekresi dari hari ke – 4 sampai hari ke – 10 dari masa laktasi, tetapi
ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi
pada minggu ke – 3 sampai minggu ke – 5.
c. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan
lemak makin tinggi.
d. Volumenya juga akan makin meningkat.
3) Air susu matur
Adapun ciri dari susu matur adalah sebagai berikut :
a. Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke – 10 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa
komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke – 3
sampai minggu ke – 5).
b. Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi,
ASI ini merupakan makanan satu – satunya yang paling baik dan
cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.
c. Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning – kuningan yang
diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan
karoten yang terdapat di dalamnya.
d. Tidak menggumpal jika dipanaskan
e. Terdapat antimicrobial faktor, antara lain sebagai berikut :
a) antibodi terhadap bakteri dan virus
b) sel (fagosit, granulosit, makrofag, dan limfosit tipe T)
c) enzim (lizisim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase,
amilase, fosfodiesterase, dan alkalin fosfatase)
d) protein (laktoferin, B12 binding protein)
e) Resistance faktor terhadap stapilofilokokus
f) Komplemen
g) Interferon producing cell
h) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan
adanya faktor bifidus
i) Hormon – hormon (Saleha, 2009)

2.1.3 Pemberian ASI Ekslusif

Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000).
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi
berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan
lebih dari 2 tahun. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat
meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama
kehidupannya.
Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif
serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah
bayi berumur 6 bulan. Berdasarkan hal-hal diatas, WHO/UNICEF membuat
deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration).
Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk
melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI.
Deklarasi yang juga ditanda-tangani oleh Indonesia ini memuat halhal
mengenai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan
bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan
semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan.
Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping / padat yang
benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau
lebih.
Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai
dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan
sehingga para ibu dapat menyusui secara eksklusif. Pada tahun 1999
UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu
pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World
Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan
jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan
sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai
memberikan makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum
mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi
yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang
menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik.
Selain itu, Terlepas dari rekomendasi baru UNICEF, masih ada pihak yang
tetap mengusulkan pemberian makanan padat mulai pada usia 4 bulan
sesuai dengan isi Deklarasi Innocenti (1990), yaitu “hanya diberi ASI
sampai bayi berusia 4-6 bulan”. Namun, pengetahuan terakhir tentang efek
pemberian makanan padat yang terlalu dini telah cukup menunjang
pembaharuan defenisi ASI eksklusif menjadi “ASI saja sampai usia sekitar
6 bulan”.
Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat
mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan
pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang mendukung bahwa
pemberian makanan padat/tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih
menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan memunyai dampak yang
negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk
perkembangan pertumbuhannya.
Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua,
yaitu bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih
sehat dan menarik, perusahaan, lingkungan, dan masyarakat pun akan lebih
mendapat keuntungan (Roesli, 2000).
Manfaat pemberian ASI eksklusif menurut Utami Roesli (2000), yaitu :
1) Manfaat bagi bayi
a. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda.
Dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi
sehat.
b. ASI mudah dicerna oleh bayi.
c. Jarang menyebabkan konstipasi.
d. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.
e. ASI kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh
bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.
f. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.
g. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang
diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang
lebih cerdas. Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA.
h. Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan akan menurunkan
resiko sakit jantung bila mereka dewasa.
i. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian
bawah, infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko
kematian bayi mendadak.
j. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan
bayi.
2) Manfaat untuk ibu
a. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan
kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.
b. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke
ukuran sebelum hamil.
c. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan
berat badan lebih cepat.
d. Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada
wanita menyusui sangat rendah.
e. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan
mensterilkan botol susu, dot, dan sebagainya.
f. ASI tidak akan basi. ASI selalu diproduksi payudara bila ASI telah
kosong ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh
ibu. Jadi, ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ibu tidak perlu
memerah dan membuang ASInya setiap kali akan menyusui.
3) Manfaat untuk keluarga
a. Tidak perlu membuang uang untuk membeli susu formula.
b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit
(hemat) dalam perawatan kesehatan.
c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dari ASI
eksklusif.
d. Memberikan ASI pada bayi (menyusui) berarti hemat tenaga bagi
keluarga sebab ASI selalu siap sedia.
4) Manfaat untuk masyarakat dan negara
a. Menghemat devisa negara karena tidak perlu menyimpan susu
formula dan peralatan lain untuk persiapan.
b. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
c. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit
lebih sedikit.
d. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan
kematian.
e. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.

2.1.4 Pemberian ASI Ekslusif

Pemberian ASI bukan eksklusif adalah pemberian ASI oleh ibu


tidak secara penuh selama 6 bulan awal tetapi diselingi oleh susu formula
atau makanan pendamping ASI (Yudha, 2010). Sedangkan Menurut Roesli
(2011), Pemberian ASI bukan eksklusif merupakan pemberian ASI yang
ditambah dengan pemberian makanan tambahan atau yang biasa dikenal
dengan nama MP-ASI, pemberian ASI bukan eksklusif diberikan karena
kurangnya pengetahuan ibu, pemahaman tentang ASI eksklusif dan
pengaruh promosi susu formula.
Pemberian ASI bukan eksklusif berpengaruh terhadap penambahan
berat badan bayi. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Alvarado tahun 2005 di Colombia, hasil penelitian menunjukkan bahwa
bayi yang diberi ASI bukan eksklusif akan mengalami penambahan berat
badan 300 gram lebih sedikit dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan
bayi yang diberi ASI eksklusif.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Dyah di Kecamatan
Kankung kabupaten Kendal tahun 2008, hasil penelitian menunjukkan 20
bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami perubahan rerata skor Z
yang lebih tinggi daripada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif atau hanya
diberi susu formula. Rerata skor Z pengukuran sebelumnya pada bayi yang
diberi ASI eksklusif adalah -0,10 menjadi 0,097 pada pengukuran saat
penelitian, atau mengalami kenaikan 0,19 SD BB/U dalam waktu 1 bulan,
sedangkan bayi yang diberi susu formula rerata skor Z pengukuran awal
adalah -0,14 menjadi -0,29 pada pengukuran kedua atau mengalami
penurunan 0,15 SD BB/U dalam waktu 1 bulan.

3.1 Pengetahuan
3.1.1 Proses Terbentuknya ASI

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang


melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah ilmu yang dimiliki seseorang untuk
menciptakan suatu metode atau ideologi menjadi pengetahuan baru yang
dapat berkembang menjadi berbagai ilmu seperti: musik, hukum, sastra
dan falsafah (Hidayat, 2007).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya yang berbeda seperti kepercayaan (beliefes),
takhyul (superstition) dan penerangan yang keliru (miss informations).
Manusia sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai
makhluk yang sadar. Kesadaran manusia dapat disimpulkan oleh
kemampuannya untuk berpikir, berkehendak dan merasa (Sarwono, 2002).

3.1.2 Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai salah satu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi-materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) dari
kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk dapat menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja,
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada,
misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas,
dapat menyesuaikan terhadap suatu teori.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.

3.1.3 Sumber Pengetahuan


Cara - cara memperoleh sumber Pengetahuan Menurut Nursalam
(2005):
1. Cara Tradisional
Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah,
atau metode penemuan statistik dan logis. Cara – cara penemuan
pengetahuan pada periode ini meliputi:
a. Trial and error
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
bisa dicoba kemungkinan yang lain
b. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan
c. Alasan Logis
Untuk memperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia
harus menggunakan jalan pikirnya memroses pemikiran yang
logis serta penalarannya dengan baik.
d. Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan sehari – hari, banyak sekali kebiasaan –
kebiasaan dan tradisi – tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan – kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun –
temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan –
kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang
mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin –
pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli
agama, dan pemegang pemerintahan. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau
kekuasaan.
2. Metode Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode
penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi
penelitian yaitu:

a. Metode berpikir induktif


Mula – mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala
– gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya
dikumpulkan atau diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan
umum.
b. Metode berpikir deduktif
Metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya
yang khusus.

3.1.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


1. Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2007):
a. Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh
Notoatmojo (2007) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan
kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan.
b. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Dengan adanya pengetahuan yang tinggi
didukung minat yang cukup dari seseorang, sangatlah mungkin
seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang
diharapkan.
c. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle
Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan bahwa
tidak adanya suatu pengalaman sama sekali, suatu objek
psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut.
Untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatan, dan pengalaman, sehingga
akan lebih mendalam dan lama membekas.
d. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,
makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan
koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
2. Faktor Eksternal menurut Notoatmodjo (2007)
a. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding
dengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan
mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan
sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
serta memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Pendekatan ini biasanya dilakukan untuk
menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang
berpengaruh terhadap perubahan perilaku, biasanya digunakan
melalui media masa.
c. Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi
atau sikap seseorang.
Ancok (1987) dalam Budiman (1995) mengemukakan bahwa apabila
pengetahuan seseorang telah positif terhadap suatu hal, maka akan terbentuk pula
sikap positif terhadap hal tersebut. Apabila sikap seseorang telah positif terhadap
suatu hal maka diharapkan akan timbil niat untuk melaksanakan hal tersebut.
akan tetapi niat-niat tersebut akan dipengaruhi beberapa hal diantaranya,
tersedianya sarana dan kemudahan lainnya dan pandangan orang disekitarnya
(orang tua, suami, tokoh masyarakat, guru, dan lain-lain).
Menurut beberapa penelitian terjadinya kerawanan gizi pada bayi selain
karena makanan yang kurang juga karena air susu ibu (ASI) banyak digantikan
oleh pemberian susu formula dengan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan
bayi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI bagi
bayi usia 0 – 6 bulan, karena pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian
besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi
lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain
dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan
(Purwanti dan Hubertin, 2004).

3.2 Tinjauan Umum Tentang Sikap


Diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku,
dapat juga diartikan sebagai bentuk respon evaluatif, yaitu suatu respon yang
sudah ada dalam pertimbangan individu yang bersangkutan, Sikap bukanlah suatu
tindakan, tetapi merupakan suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.
(Soemarno, 1994)
Untuk mengetahui sikap seseorang dalam penerimaan suatu masalah dapat
dibagi menurut tingkatannya yaitu:
1. Tingkat penerimaan (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau
dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek).
2. Tingkat penjawaban (responding), memberikan jawaban bila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Tingkat pemberian nilai (valuing), mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap sesuatu
masalah.
4. Tingkat pengorganisasian (organization), siap bertanggung jawab
terhadap segala sesuatu yang telah diperolehnya dengan resiko
(Ngatimin, 2003).
Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada masa kehamilan sangat
berarti, karena keputusan dan sikap ibu yang positif harus ada pada saat kehamilan
bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
adat atau kebiasaan menyusui di daerah masing-masing, pengalaman menyusui
sebelumnya, Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, kehamilan diinginkan atau
tidak, selain itu dukungan dari keluarga juga turut berperan penting.

Pada ibu yang mempunyai sikap mendukung terhadap pemberikan ASI


eksklusif dia akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan bayinya dalam hal
ini adalah pemenuhan gizi dengan memberikan ASI secara ekslusif. Contoh
seorang ibu rela meninggalkan pekerjaannya karena ingin menyusui bayinya secara
eksklusif dan terbukti bayi yang mendapat ASI ekslusif pada usia 6 bulan kenaikan
berat badan anak berkisar antara 700-1000 gram/bulan pada triwulan I dan 500-600
gram/bulan pada triwulan II (Soetiningsih, 2005). Selain itu rata - rata pertumbuhan
gigi sudah terlihat pada usia 6 bulan dan presentase mengalami diare lebih sedikit.
(Purwati, 2004)

Sementara ibu yang tidak mempunyai sikap mendukung terhadap


pemberikan ASI eksklusif akan berusaha merubah perannya dalam masa laktasi
dengan memberikan susu botol pada bayinya dengan alasan ASI tidak cukup, ibu
bekerja, takut badan gemuk, selain itu dukungan dari keluarga juga sangat
berpengaruh (Mufdilah, 2009). Contoh seorang ibu yang hamil diluar nikah akan
malas memberikan ASI pada bayinya karena menganggap anaknya adalah bayi
yang tidak diinginkan akibatnya bayi yang pada usia 6 bulan seharusnya sudah
mulai tumbuh gigi tapi ternyata giginya belum tumbuh dan pertumbuhan berat
badannya hanya sekitar 500-600 gram/bulan pada triwulan pertama, selain itu
bayinya juga sering mengalami sakit seperti diare dan batuk (Roesli, 2008).

Anda mungkin juga menyukai